You are on page 1of 11

EFISIENSI PENGGUNAAN LIQUID PHOTO POLYMER PADA PROSES PRA PRODUKSI KEMASAN KARTON BOX MENGGUNAKAN METODE PLAN

DO STUDY ACTION (PDSA)


Latifah Dieniyah, M.P1; Ardini2
1

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat 11480 2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Pancasila, Jakarta lputeri@binus.edu

ABSTRACT
The rise of raw material prices for production will cause the sale price of the final product to be uncompetitive, therefore it is a great concern for business owners. The effort of process improvement to raise efficiency in usage of various resources owned by the company is also conducted by a company producing carton boxes. This research aims to implement a commonly used method in quality improvement namely the 7 steps of improvement and 7 tools for material usage efficiency. The results of this research may be implemented in the company to manage efficiency. Keywords: efficiency, method of 7 steps, 7 tools

ABSTRAK
Peningkatan harga bahan baku produksi yang dapat menjadikan harga jual produk tidak lagi kompetitif menjadi perhatian besar bagi pelaku bisnis. Upaya perbaikan proses untuk meningkatkan efisiensi penggunaan berbagai jenis sumber daya yang dimiliki perusahaan termasuk pada perusahaan penghasil produk kemasan karton box. Penelitian ini berupaya menerapkan metode yang seringkali dipakai pada bidang perbaikan kualitas yaitu 7 langkah perbaikan dan 7 alat untuk mengefisienkan penggunaan bahan baku.Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diterapkan di perusahaan untuk mengelola efisiensi. Kata kunci: efisiensi, metode 7 langkah, 7 alat

34

INASEA, Vol. 10 No.1, April 2009: 34-44

PENDAHULUAN
Untuk dapat memenangkan persaingan, kualitas maupun harga jual produk seringkali menjadi faktor kunci keberhasilan suatu perusahaan. Produk dengan kualitas baik yang dapat memenuhi apa yang diinginkan pelanggan tentu saja akan diterima dengan baik oleh pasar ataupun pelanggan, yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Namun, dengan meningkatnya harga bahan baku produksi, produk dengan kualitas baik saja tanpa diiringi harga jual yang kompetitif tetap tidak akan mampu menarik minat pasar. Untuk itu, perusahaan perlu mengantisipasi kenaikan harga bahan baku produksi melalui upaya peningkatan efisiensi untuk menghasilkan produk dengan harga jual kompetitif, tanpa mengurangi kualitasnya. PT X yang bergerak pada industri kertas menghasilkan beragam produk seperti produk kemasan karton box, sheet, paper core, offset printing, dan packaging folding box (Gambar 1 11). Dalam pembuatan produk karton box, terdapat proses pra produksi seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Dieline/Diecut

Sample Blank

Artwork

Plate making

Proof print Gambar 1 Proses Pra Produksi Pembuatan Kemasan Karton Box

Dari keseluruhan proses pra produksi, proses pembuatan acuan cetak atau plate making merupakan proses dengan biaya paling besar (Tabel 1). Berdasarkan data biaya proses pra produksi untuk satu produk kemasan karton box pada tahun 2008, proses pembuatan acuan cetak (plate making) memakan biaya terbesar. Pada proses pembuatan acuan cetak tersebut, terdapat 3 komponen biaya, yaitu penggunaan bahan baku Liquid Photo Polymer (LPP), operasional mesin expose, dan biaya tenaga kerja. Besaran ketiga komponen dalam proses pembuatan acuan cetak tersebut adalah Rp 200/cm3. Tabel 2 berikut ini menunjukkan total penggunaan konsumsi LPP untuk proses pembuatan acuan cetak pada tahun 2008. Berdasarkan data konsumsi LPP untuk tahun 2008, terdapat kecenderungan peningkatan biaya pemakaian LPP per kg/m2. Besarnya peningkatan biaya ini lebih disebabkan oleh meningkatnya harga pembelian bahan baku. Namun, tetap saja peningkatan biaya ini merupakan indikasi permasalahan efisiensi yang harus segera dicarikan solusinya.

Efisiensi Penggunaan Liquid (Latifah Dieniyah, M.P; Ardini)

35

Tabel 1 Biaya Pra Produksi Pembuatan 1 Unit Karton Box Size 109 x 45 cm Tahun 2008 Proses
Sample Blank Output Film Mounting Plate Making Proof Print TOTAL Rp Rp Rp Rp Rp Rp

Biaya
200.000 239.118 100.000 637.650 367.875 1.544.643

Tabel 2 Biaya Konsumsi LPP untuk Pembuatan Karton Box Tahun 2008 Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Konsumsi LPP (peal)


30,5 26 28 22,5 24,5 17 19,5 18,5 18 19,2 14,3 12

Pelat LPP (m )
210 178 192 154 166 115 131 124 121 128 95 80
2

Biaya LPP
2

(kg)
549 468 504 405 441 306 351 333 324 345,6 257,4 216

(kg/m )
2,61 2,63 2,63 2,63 2,66 2,66 2,68 2,69 2,68 2,70 2,71 2,70

(Rp)
Rp 430.572.857 Rp 369.141.573 Rp 396.900.000 Rp 319.529.221 Rp 351.471.687 Rp 244.267.826 Rp 282.139.695 Rp 268.279.839 Rp 260.271.074 Rp 279.936.000 Rp 209.225.558 Rp 174.960.000

(Rp)/(kg/m2)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 784.286 788.764 787.500 788.961 796.988 798.261 803.817 805.645 803.306 810.000 812.842 810.000

Gambar 1 Kecenderungan Peningkatan Biaya Pemakaian LPP per kg/m2

Berdasarkan data konsumsi LPP tahun 2008 yang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan sebagai akibat peningkatan harga beli LPP (Gambar 2). Meningkatnya biaya pra

36

INASEA, Vol. 10 No.1, April 2009: 34-44

produksi yang disebabkan oleh kenaikan harga beli LPP ini akan diupayakan untuk ditekan, dengan menerapkan metode 7 langkah perbaikan proses dengan alat bantu 7 alat.

METODE PENELITIAN
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan untuk merumuskan tindakan peningkatan efisiensi konsumsi LPP dilakukan dengan mengikuti siklus PDSA (Plan, Do, Study, Action). Siklus PDSA (Gambar 3 dan 4) merupakan upaya peningkatan kualitas yang bersifat terus-menerus (continuous improvement).

ACTION PLAN Menetapkan Merencanakan hasil-hasil solusi perbaikan solusi masalah masalah STUDY Mengevaluasi hasil-hasil solusi masalah DO Melaksanakan rencana solusi perbaikan masalah

Gambar 3 Siklus PDSA (Besterfield, 2003)

Gambar 4 Hubungan 7 Langkah Perbaikan Proses dengan Siklus PDSA (Besterfield, 2003)

HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan 7 Langkah Perbaikan Proses


Langkah 1, menentukan prioritas masalah. Pada langkah awal dari program peningkatan efisiensi ini, dilakukan pendefinisian masalah kualitas yang akan diperbaiki. Tingginya biaya konsumsi LPP per kg/m2 dalam pembuatan acuan cetak merupakan permasalahan yang akan dicarikan solusinya.

Efisiensi Penggunaan Liquid (Latifah Dieniyah, M.P; Ardini)

37

Langkah 2, mencari akar penyebab masalah. Selanjutnya, berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya, ditentukan akar penyebab permasalahan. Teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi akar penyebab permasalahan, yaitu melalui brainstorming yang dilakukan oleh personel dari bagian desain maupun bagian pembuatan acuan cetak (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil Brainstorming Bagian Desain Bersama dengan Bagian Pembuatan Acuan Cetak

Selanjutnya, hasil dari brainstorming dicoba distrukturkan dalam bentuk diagram sebabakibat (fish bone diagram) seperti terlihat pada Gambar 4. Terdapat 5 akar penyebab permasalahan tingginya konsumsi LPP. Selanjutnya, dari kelima akar permasalahan tersebut akan diidentifikasi penyebab dominan dengan mencari korelasi dari tiap akar permasalahan dengan besarnya biaya konsumsi LPP.

Gambar 4 Diagram Sebab-Akibat Tingginya Konsumsi LPP

38

INASEA, Vol. 10 No.1, April 2009: 34-44

Tabel 4 Analisis Korelasi antara Pembuatan Plat Ulang karena Kesalahan Soft File Maupun Graphic Art Film dengan Biaya Konsumsi LPP

Gambar 5 Analisis Korelasi antara Pembuatan Plat Ulang karena Kesalahan Soft File Maupun Graphic Art Film dengan Biaya Konsumsi LPP

Tabel 5 Analisis Korelasi antara Pembuatan Plat untuk Keperluan Proof Print dengan Biaya Konsumsi LPP

Efisiensi Penggunaan Liquid (Latifah Dieniyah, M.P; Ardini)

39

Gambar 6 Analisis Korelasi antara Pembuatan Plat untuk Keperluan Proof Print dengan Biaya Konsumsi LPP

Tabel 6 Analisis Korelasi antara Kenaikan Harga Beli LPP dengan Biaya Konsumsi LPP

Gambar 7 Analisis Korelasi antara Kenaikan Harga Beli LPP dengan Biaya Konsumsi LPP

40

INASEA, Vol. 10 No.1, April 2009: 34-44

Tabel 7 Analisis Korelasi antara Pembuatan Plat dengan Ketebalan 4mm dengan Biaya Konsumsi LPP

Gambar 8 Analisis Korelasi antara Pembuatan Plat dengan Ketebalan 4mm dengan Biaya Konsumsi LPP

Tabel 8 Rekapitulasi Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi antara Keempat Faktor Penyebab Permasalahan dengan Biaya Konsumsi LPP

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara akar penyebab permasalahan dengan biaya konsumsi LPP, maka diperoleh faktor penggunaan pelat dengan ketebalan 4 mm pada mesin expose merupakan faktor penyebab dengan korelasi sangat tinggi dengan besarnya biaya konsumsi LPP (Tabel 8). Langkah 3, merencanakan langkah-langkah perbaikan. Upaya perbaikan dirumuskan dengan menerapkan prinsip 5W+1H (What, Why, Where, When, Who, dan How). Untuk mengurangi banyaknya konsumsi LPP dapat digunakan, dibuat plat dengan ketebalan 3mm sebagai alternatif dari plat 4 mm. Pada Tabel 9 berikut ini merupakan usulan perbaikan yang dihasilkan.

Efisiensi Penggunaan Liquid (Latifah Dieniyah, M.P; Ardini)

41

Tabel 9 Rencana Perbaikan

Langkah 4, melaksanakan langkah-langkah perbaikan. Pelaksanaan langkah perbaikan pertama kali dilakukan dengan membuat iron bar dengan ketebalan 3 mm sebagai pengganti iron bar dengan ketebalan 4 mm, yang saat ini terpasang pada mesin expose. Selanjutnya, dilakukan pemasangan astralon pada mesin flexo untuk memenuhi persyaratan minimum ketebalan 7 mm. Jika akan digunakan pelat dengan ketebalan 3 mm, maka akan ditambahkan 2 lembar material astralon dengan ketebalan masing-masing 0,5 mm agar tinggi roll cetak sama. Langkah 5, mempelajari hasil perbaikan. Untuk mengetahui kualitas hasil cetakan dengan menggunakan pelat acuan cetak dengan ketebalan 3mm, maka dilakukan trial pencetakan dengan menggunakan pelat 3 mm dan pelat lama dengan ketebalan 4mm. Hasil cetakan seperti terlihat pada Gambar 9 menunjukkan bahwa diperoleh tingkat dot gain (pembesaran titik raster pada cetakan) lebih kecil dengan menggunakan pelat acuan cetak dengan ketebalan 3mm.

(a)

(b)

Gambar 9 Hasil Cetakan Trial Menggunakan Pelat 4 mm (a) dan Pelat 3mm (b)

42

INASEA, Vol. 10 No.1, April 2009: 34-44

Tabel 10 Data konsumsi LPP Menggunakan Pelat Acuan Cetak 3mm

Berdasarkan data pada Tabel 10, diketahui bahwa konsumsi LPP menurun pada bulan Maret 2009. Langkah 6, standarisasi hasil perbaikan. Berdasarkan hasil perbaikan yang diperoleh, maka ditetapkan untuk menggunakan pelat acuan cetak dengan ketebalan 3 mm, yang akan memberikan kualitas hasil cetak baik dengan tingkat konsumsi LPP lebih kecil. Agar pelat acuan cetak dengan ketebalan 3mm dapat digunakan, maka Tabel 11 adalah standar yang digunakan untuk roll impression dan roll anilox pada mesin flexo.

Tabel 11 Standar Pressure Roll Flexo

Sedangkan berkaitan dengan proses pembuatan pelat acuan cetak dengan ketebalan 3 mm, sama dengan proses pembuatan pelat sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan iron bar 3 mm pada saat proses expose dan waktu penyinaran. Tabel 12 merupakan waktu standar untuk pembuatan pelat LPP dengan tebal 3 mm.

Tabel 12 Standar Waktu Penyinaran Pelat LPP 3 mm

Langkah 7, menggarap masalah selanjutnya. Setelah konsumsi LPP dapat dikurangi dengan membuat pelat acuan cetak dengan ketebalan 3 mm, maka rencana selanjutnya adalah menganalisis upaya pengurangan konsumsi LPP melalui proses proof printing.

Efisiensi Penggunaan Liquid (Latifah Dieniyah, M.P; Ardini)

43

DAFTAR PUSTAKA
Besterfield, D.H. (2003). Total quality management, 3th ed., Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. Feigenbaum, A.V. (1983). Total quality control, 3th ed., New York: McGraw-Hill. Gaspersz, V. (2001). Pedoman implementasi program six sigma terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA dan HACCP, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, V. (2001). Total quality management, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gryna, F.M. (2001). Operation planning and analysis, 4th ed., New York: McGraw-Hill. Haryadi, R. (2007). Analisis peningkatan kualitas pada cacat kain grey cotton di PT Unitex, Tbk. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Jakarta: Universitas Pancasila. Latifah, D., dan Amiyanti, B.L. (2008). Analisis perbaikan proses untuk menurunkan cacat pada proses pengemasan saus botol gelas. Seminar on Application and research in Industrial Technology (SMART), Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Mitra, A. (1993). Statistical foundation and methods of quality improvements, New York: Mac Millan Publishing Company. Minarto, W. (2005). Pengendalian mutu pada proses pengemasan tonikum di PT Bayer Indonesia. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Jakarta: Universitas Pancasila. Montgomery, D.C. (2001). Introduction to statistical quality control, 4th ed., Jakarta. Purnomo, H. (2004). Pengantar teknik industri, Yogyakarta: Graha Ilmu. Pyzdek, T. (2002). The six sigma handbook, Jakarta: Salemba Empat. Suharyati, S. (2007). Analisis kemampuan proses dan sebab terjadinya cacat pada produk adem sari dengan menggunakan metode six sigma di PT Sari Enesis Indah. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Jakarta: Universitas Pancasila.

44

INASEA, Vol. 10 No.1, April 2009: 34-44

You might also like