You are on page 1of 9

Teori Wacana 1 Banyak cara yang dapat dilakukan dalam penelitian suatu masalah sosial, dan analisis wacana

adalah salah satu metode yang dapat dilakukan. Analisis wacana adalah alternatif terhadap kebuntuan-kebuntuan dalam analisis media yang selama ini lebih didominasi oleh analisis isi konvensional dengan paradigma positif atau konstruktivisnya[1]. Analisis Wacana akan memungkinkan untuk memperlihatkan motivasi yang tersembunyi di belakang sebuah teks atau di belakang pilihan metode penelitian tertentu untuk menafsirkan teks. Sedangkan pengertian wacana sendiri adalah cara tertentu untuk membicarakan dan memahami dunia (atau aspek dunia) ini2. Analisis Wacana Kritis itu tidak lebih dari dekonstruktif membaca dan menafsirkan masalah atau teks (sambil tetap ingat bahwa teori-teori postmodern memahami setiap penafsiran realitas, karena itu, realitas itu sendiri sebagai teks. Setiap teks dikondisikan dalam suatu wacana, sehingga disebut Discourse Analysis3. Fokus dari analisis wacana adalah setiap bentuk tertulis atau bahasa lisan, seperti percakapan atau artikel koran. Topik utama yang menjadi pokok dalam analisis wacana adalah struktur sosial yang mendasarinya, yang dapat diasumsikan atau dimainkan dalam percakapan atau teks. Ini menyangkut alat dan strategi yang dipakai orang ketika terlibat dalam komunikasi, seperti memperlambat suatu pidato untuk penekanan, penggunaan metafora, pilihan kata-kata tertentu untuk menampilkan mempengaruhi, dan sebagainya4. Kelemahan analisis wacana5: Sebagai suatu metode yang digunakan dalam meneliti masalah-masalah sosial, analisis wacana juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain : 1. Pada saat menganalisis suatu wacana, sangat diperlukan kecerdasan dan keterampilan yang

tinggi agar dapat memahami maksud dari pembuat wacana tersebut. Kita harus dapat mencerna makna dari masing-masing kata dan kalimat dari wacana tersebut sehingga pada akhirnya kita dapat memahami maksud atau isi dari wacana tersebut. 2. Dalam menafsirkan suatu wacana tidak hanya dipertemukan pada masalah kebahasaan,

tetapi juga dihadapkan pada problematika sosial, sehingga dalam memahaminya kita agak menemui kesulitan. 3. Pemaknaan semakin rumit karena sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan

pendekatan kualitatif, analisisis wacana ini juga memakai paradigma penelitian. Dengan

demikian proses penelitiannya tidak hanya berusaha memahami makna yang terdapat dalam sebuah naskah, melainkan seringkali menggali apa yang terdapat di balik naskah menurut paradigma penelitian yang dipergunakan 4. Perlu menguasai teori politik, karena Discourse Analysis lebih banyak mengambil wacana

politik dalam penelitiannya. 5. Dalam penelitian dengan analisis wacana, kita cenderung harus lebih cermat dan amat teliti

dalam memperhatikan semua aspek sekecil apapun itu. 6. Analisis Wacana tidak memberikan jawaban yang pasti, tetapi akan menghasilkan wawasan

atau pengetahuan yang didasarkan pada perdebatan dan argumentasi terus-menerus.

Kelebihan analisis wacana6 : 1. Analisis wacana dapat diterapkan pada setiap situasi dan setiap subjek. 2. Perspektif baru yang disediakan oleh analisis wacana memungkinkan pertumbuhan pribadi tingkat tinggi pemenuhan kreatif dan dapat membimbing seseorang untuk dapat berfikir kritis. 3. Data yang ada dapat direkonstruksi untuk mengembangkan kerangka yang sudah ada sebelumnya. 4. Tidak ada teknologi atau dana yang diperlukan tetapi analisis wacana dapat mengakibatkan perubahan mendasar dalam praktek-praktek lembaga, profesi, dan masyarakat secara keseluruhan. Instrumen Penelitian Analisis Wacana: 1. Kuisioner. Pada kuisioner dilakukan untuk menggali dan membandingkan data atau informasi yang diperoleh untuk digunakan sebagai bahan penelitian. ____________________

2.

Wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data langsung dari narasumber

untuk memperjelas data yang dibutuhkan.

Ide-ide utama dalam Discourse Analysis7: Bahasa bukanlah refleksi realitas yang telah ada sebelumnya. Bahasa terstruktur dalam pola-pola atau wacana-wacana. Tidak hanya ada satu system

umum makna sebagaimana yang telah dikemukakan oleh strukturalis Saussureans namun terdapat serangkaian system atau wacana, tempat makna-makna bisa berubah dari wacana satu ke wacana lain. Pola-pola kewacanaan itu dipertahankan dan ditransformasikan dalam praktik-praktik

kewacanaan. Oleh karena itu pemeliharaan dan transformasi pola-pola tersebut hendaknya dieksplorasi

melalui analisis konteks-konteks khusus tempat bertindaknya bahasa.

Teknik Melakukan Analisis Wacana8 Dalam pelaksanaannya, analisis wacana untuk ilmu komunikasi ditempatkan sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dimaklumi dalam penelitian sosial, setiap permasalahan penelitian selalu ditinjau dari perspektif teori sosial (dalam hal ini teori-teori komunikasi). Analisis wacana sebagai metode penelitian sosial tidak hanya mempersoalkan bahasa (wacana) melainkan pula dikaitkan dengan problematika sosial. Lebih dari itu, sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif, analisisis wacana ini juga mamakai paradigma penelitian. Dengan demikian proses penelitiannya tidak hanya berusaha memahami makna yang teradapat dalam sebuah naskah, melainkan acapkali menggali apa yang terdapat di balik naskah menurut paradigma penelitian yang dipergunakan. Walhasil, proses pelaksanaan analisis wacana untuk ilmu komunikasi dapat digambarkan dengan gambar dibawah.

__________________________
7 8

Eriyanto, 2001, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, LKIS Ibnu Hamad. Jurnal Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi, Sebuah Telaah

Ringkas. Tahun Terbit dan Penerbit Tidak Diketahui

Dari gambar tersebut, aplikasi analisis wacana dimulai dengan pemilihan naskah (text, talk, act, and artifact) dalam suatu bidang masalah sosial, misalnya naskah (:berita) tentang politik. Selanjutnya kita memilih tiga perangkat analisis wacana yang saling berkaita: perpektif teori, paradigma penelitian, dan metode analisis wacana itu sendiri. Dari penerapan ketiga perangkat tadi secara simultan terhadap naskah yang dipilih akan diperoleh hasil penelitian analisis wacana. Untuk perspektif teori, dalam analisis wacana sebagai metode penelitian sosial lazimnya memakai dua jenis teori: teori substantif dan teori wacana. Teori substantif di sini adalah teori tertentu yang sesuai dengan tema penelitian, misalnya teori politik, teori kekuasaan, teori gender, teori ekonomi-politik, teori ideologi, dan sebagainya. Teori subtanstif diperlukan untuk menjelaskan bidang permasalahan penelitian analisis wacana dari perpektif teori yang bersangkutan. Adapun teori wacana diperlukan untuk membantu menganalisis naskah yang menjadi obyek kajian analisis wacana. Teori wacana mana yang dipakai tergantung pada metode analisis naskah yang dipakai. Jika pada analisis naskah dipakai metode semiotika, misalnya maka dipakailah teori semiotika; bila digunakan framing sebagai metode analisis naskah, maka kita gunakan teori framing sebagai teori wacana. Pun demikian, jika kita menerapkan CDA hendaknya kita paparkan teori CDA dalam pendekatan teori wacana. Sebagai bagian dari penelitian kualitatif, analisis wacana mengenal lima paradigma penelitian: positivis, post positivus, konstruktif, kritis, dan partisipatoris dimana setiap paradigma memiliki karakteristik dan tuntutan yang berbeda-beda dalam proses dan jenis data yang mesti dikumpulkan (Denzin and and Lincoln, 2005). Dalam banyak hal, pemilihan paradigma ini sangat terkait dengan tujuan analisis wacana yang dirumuskan peneliti.

Keabsahan Analisis Wacana dan Pemanfaatan Hasil Analisis9 Obyektivitas hasil penelitian analisis wacana terletak pada konsistensi si peneliti

mengaplikasikan suatu pendekatan teori, paradigma penelitian dan jenis riset serta metode analisis wacana. Selama ia mengacu sekuat tenaga pada peralatan riset tersebut dalam rangka menjawab permasalah dan membuktikan tujuan penelitian, maka hasil risetnya dapat dikatakan sudah obyektif. Oleh karena itu hindarilah opini pribadi dan selalulah memakai kriteria kualitas

paradigma penelitian dan karakter metode analisis wacana yang dipakai sebelum, selama, dan sesudah penelitian dilakukan. Upaya untuk senantiasa konsisten dengan kriteria kualitas paradigma penelitian ini pada gilirannya bagian dari usaha peneliti menjaga validitas hasil penelitian analisis wacana sesuai paradigma masing-masing. Analisis wacana hanya berupaya menerangkan kandungan isi naskah dan jika perlu beserta konteks atau hitorisnya tentang sebuah tema/isu yang dimuat dalam naskah tersebut. Dengan demikian, hasil penelitian analisis wacana bersifat ideografis. Analisis wacana mampu memberikan kemanfaatan yang tak sedikit kepada perubahan sosial termasuk di dalamnya saling pemahaman dalam hubungan antar bangsa. Di samping signifikansi sosial tersebut, penggunaan analisis wacana setidak-tidaknya menyadarkan para penafsir naskah untuk lebih bertanggung jawab atas bacaan yang dilakukannya, tidak semata-mata didasarkan atas pendapat pribadi melainkan dipandu oleh prinsip-prinsip methodologi penelitian secara konsisten dan bertanggung jawab. Teori Wacana 2 ANALISIS WACANA KRITIS Analisis wacana yang dimaksudkan dalam penelitian ini, adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat di ketahui. Jadi, wacana dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam pembentukan subyek dan berbagai tindakan representasi. Dalam studi analisis wacana (discourse analysis), pengungkapan seperti itu dimaksudkan dalam kategori analisis wacana kritis (critical discourse analysis-CDA). Pemahaman dasar CDA adalah wacana tidak dipahami semata-mata sebagai obyek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks. Bahasa tidak dipandang dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada teks juga pada konteks bahasa sebagai alat yang dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk praktik ideologi. Analisis Wacana Kritis (CDA) melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam CDA dipandang menyebabkan hubungan dialektis antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, istitusi, dan struktur sosial.

Konsep ini di pertegas oleh Fairclough dan Wodak yang melihat praktik wacana bias jadi menampilkan efek ideologis artinya wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas dimana perbedaan itu direpresentasikan dalam praktik sosial. Lebih lanjut, Fairclough dan Wodak berpendapat bahwa analisis wacana kritis adalah bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan mengajukan ideologinya masingmasing. Berikut disajikan karakteristik penting dari analisis kritis menurut mereka11 above: 1). Tindakan. Wacana dapat dipahami sebagai tindakan (actions) yaitu mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Sesorang berbicara, menulis, menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Wacana dalam prinsip ini, dipandang sebagai sesuatu yang betujuan apakah untuk mendebat, mempengaruhi, membujuk, menyangga, bereaksi dan sebagainya. Selain itu wacana dipahami sebagai sesuatu yang di ekspresikan secara sadar, terkontrol bukan sesuatu di luar kendali atau diekspresikan secara sadar. 2). Konteks. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang diproduksi dan di mengerti dan di analisis dalam konteks tertentu. Guy Cook menjelaskan bahwa analisis wacana memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; kahalayaknya, situasi apa, melalui medium apa, bagaimana, perbedaan tipe dan perkembangan komunikasi dan hubungan masing-masing pihak. Tiga hal sentaralnya adalah teks (semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak dilembar kertas, tetapi semua jenis ekspresi komunikasi). Konteks (memasukan semua jenis situasi dan hal yang berada dilar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, situsai dimana teks itu diproduksi serta fungsi yang dimaksudkan). Wacana dimaknai sebagai konteks dan teks secara bersama. Titik perhatianya adalah analisis wacana menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi. 3). Historis, menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks. 4). Kekuasaan. Analisis wacana kritis mempertimbangkan elemen kekuasaan. Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun tidak di pandang sebagai sesuatu yang alamiah wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang dimaksudkan adalah salah satu kunci hubungan anatara wacana dan masyarakat. Ideologi adalah salah satu konsep sentral dalam analisis wacana kritis karena setiap bentuk teks,

percakapan dan sebaginya adalah paraktik ideologi atau pancaran ideologi tertentu. Wacana bagi ideologi adalah meduim melalui mana kelompok dominan mempersuasai dan mengkomunikasikan kepada khalayak kekuasaan yang mereka miliki sehingga absah dan benar. Semua karakteristik penting dari analsis wacana kritis tentunya membutuhkan pola pendekatan analisis. Hal ini diperlukan untuk memberi penjelasan bagaimana wacana di kembangkan maupun mempengaruhi khalayak. Michael Foucault adalah salah satu pemikir yang mengembangkan teori wacana. Dalam studinya, Ia memperlihatkan bahwa manusia muncul karena susunan kata-kata dan benda yang diubah-ubah2. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, sepenggal masa yang disebut modernitas ini menghasilkan susunan yang memberi tempat istimewa pada diri manusia yang sadar diri. Susunan yang dimaksudkan Foucault adalah keretakan hubungan subyek (kata-kata) dan obyek (benda-benda) yang karena suatu hal diutuhkan kembali. Suatu hal yang membuat keretakan hubungan subyek dan obyek di utuhkan kembali adalah kekuasaan dan kekuasaan itu diproduksi oleh wacana. Bagaimana wacana diproduksi, siapa yang memproduksi dan apa efek produksi wacana?. Yang bisa menjawab pertanyaan diatas adalah konsep wacana Michael Foucaault. Dalam konsepnya Foucault tidak memandang wacana sebagai serangkaian kata atau preposisi dalam teks tetapi memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep atau efek)3. Wacana secara sistematis dalam ide, opini, konsep dan pandangan hidup di bentuk dalam konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. Salah satu konsep radikal Foucault adalah tentang hubungan pengetahuan dan kekuasaan. Tesis keras yang disampaikanya adalah bahwa ilmu-ilmu kemanusiaan merupakan perpaduan yang tidak terpisahkan dari pengtahuan dan kekuasaan. Dalam buku Dicipline and Punish (1976) dia memperlihatkan bagaimana jaman klasik dan moderen. Kelahiran penjara modern adalah penampilan kedaulatan negara memonopoli kekerasan atas warganya untuk melangengkan kekuasaan4. Pengetahuan adalah mesin kekuasaan dan di sebutnya sebagai bio power untuk membentuk individu-individu menjadi subyek-subyek yang menghasilkan pengetahuan untuk memantau diri atau disebut teknik kehadiran (techniques of self) dan manipulasi. Melalui wacana individu bukan hanya memantau dirinya tetapi juga dibentuk, dikontrol dan didisiplinkan. Misalnya pembagian kerja dalam rumah tangga. Pertanyaan selanjutnya yang penting untuk di jawab dalam CDA adalah bagaimana terbentuknya

bangunan wacana? Studi analisis wacana seperti yang dijelaskan sebelumnya bukan sekedar mengenai pernyataan, tetapi juga struktur dan tata aturan wacana. Struktur analisis wacana tentunya tidak terlepas dari keterkaitan atau hubungan antara wacana dengan kenyataan. Kenyataan atau realitas dipahami sebagai seperangkat konstruksi sosial yang dibentuk melalui wacana. Dalam CDA, khususnya teori wacana Foucault hal ini disebut struktur diskursif. Struktur diskursif merupakan pandangan kita tentang suatu obyek yang dibentuk dalam batasbatas yang telah ditentukan. Batasan tersebut dicirikan oleh obyek, definisi dari prespektif yang paling dipercaya da dianggap benar. Presepsi kita terhadap suatu obyek dibentuk dan dibatasi oleh paraktik diskursif atau dibatasi oleh pandangan yang mendefinisikan sesuatu yang ini benar dan yang lainya salah. Konsekuensinya adalah bahwa pandangan tertentu membatasi pandangan khalayak dan mengarahkan pada jalan pikiran tertentu dan menghayati itu sebagi sesuatu yang benar5. Ciri lain yang tidak kala penting dalam pembacaan wacana Foucault adalah cirri utama wacana ialah kemampuanya untuk menjadi satu himpunan yang berfungsi membentuk dan melestarikan hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu masyarakat. Dalam suatu masyarakat biasanya terdapat berbagai macam wacana yang berbeda satu sama lain, namun kekuasaan memilih dan mendukung wacana tertentu sehingga wacana tersebut manjadi dominan , sedangkan wacana lain terpinggirkan (marginalized) atau terpendam (submerged) 6. Ada dua konsekuensi dari wacana dominant : pertama, wacana dominan memberikan arahan bagaimana subyek harus dibaca dan dipahami. Pandangan lebih luas menjadi terhalang karena yang diberikan adalah pilihan yang sudah paten dan siap pakai. Kedua, struktur diskursif yang tercipta atas suatu obyek tidak berarti kebenaran. Batasan yang tercipta tersebut hanya membatasi pandangan kita, tetapi juga menyebabkan wacana lain menjadi tidak domianan dan terpinggirkan. Proses terpingirkannya wacana membawa implikasi: pertama, khalayak tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan informasi yang beragam dan berbagai sudut mengenai suatu peristiwa. Kedua, bisa jadi peminggiran wacana menunjukan praktik ideologi. Acap kali sesorang, kelompok, gagasan, tindakan, kegiatan terpinggirkan menjadi marjinal melalaui penciptaan wacana-wacana tertentu7. Teori wacana kritis yang kemukakan Foucault, secara metodologi analisis banyak di adopsi oleh Sara Mills. Mills menjadikan teori wacana Foucault sebagai ground teori untuk analisis wacana

kritis. P endekatan wacana yang mengguanakan teori Foucault sebgai grounded disebut sebagai Analsis Wacana Pendekatan Prancis ( French Discourse Analysis). Sara Mills merupakan salah satu penganut dari teori ini. Walaupun lebih dikenal sebagai seorang feminis, metode anlisisnya sangat cocok untuk menggambarkan realasi kekuasaan dan ideologi yang dibahas dalam penelitian ini. Konsep dasar pemikiran Mills lebih melihat pada bagaimana aktor ditampilkan dalam teks. Posisi posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subyek penceritaan dan siapa yang menjadi obyek penceritaan akan manentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakuakan dalam teks secara keseluruhan. Selain itu juga diperhatikan bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca mengidentifikasikan dirinya dalam penceritaan teks. Ada dua konsep dasar yang di perhatikan8:Posisi Subyek Obyek, menempatkan representasi sebagai bagian terpenting. Bagaimana satu pihak, kelompok, orang, gagasan,dan peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam wacana dan mempengaruhi pemaknaan khalayak. Penekananya adalah bagaimana poisisi dari aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa ditempatkan dalam teks. Posisi pembaca dalam teks, menurut Mills sangat penting dan diperhitungkan karena pemabaca bukan semata-mata pihak yang hanya menerima teks, tetapi juga ikut melaksanakan transaksi sebagaimana akan terlibat dalam teks.

You might also like