You are on page 1of 3

Info I Seorang wanita, usia 28 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya karena tertabrak mobil saat sedang menyeberang

jalan. Menurut keterangan keluarga, kejadian berlangsung sekitar 40 menit sebelum pasien tiba di IGD. Saat itu pasien tengah menyeberang jalan, kemudian tiba-tiba meluncur sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dan menabrak dari arah kiri pasien. Pasien terpelanting dan kepalanya membentur tiang listrik yang ada di pinggir jalan. Pasien seketika langsung tidak sadarkan diri. Ketika sampai di IGD, pasien tampak gelisah, mata tertutup dan sesekali mengerang kesakitan. Pasien kemudian muntah menyemprot dan tidak ada kejang

Info II Pemeriksaan fisik: Kesadaran Umum Kesadaran Vital Sign TD Nadi Respirasi Suhu Kepala Thorax/abdomen Ekstremitas : tempak sakit berat : GCS = E2M4V3 : : 160/90 mmHg : 96x/menit : 20x/menit : 37,2C : pupul anisokhor, diameter D/S = 2mm/4mm, reflex cahaya N/ : dalam batas normal : tidak ditemukan adanya kecurigaan fraktur maupun luka terbuka

Info III Pemeriksaan Neurologis Maningeal Sign (-) N. Cranialis: sulit dinilai Fungsi Motorik Gerak Kekuatan Reflex fisiologis Reflex patologis Tonus Trofi Fungsi Sensorik Fungsi vegetative

Superior (D/S) sdn Sdn N/N -//N eutrofi

Inferior (D/S) Sdn sdn N/N -//N Eutrofi

: sulit dinilai : sulit dinilai

Info IV CT-Scan

: gambaran hiperden, bentuk bulan sabit, region temporal sinistral

Tindakan pertama yang harus dilakukan ketika mendapat pasien seperti ini 1. Tindakan Pra-Rumah Sakit Dalam kondisi yang ideal, sedapat mungkin penderita cedera kepala langsung ditangani oleh tenaga medis maupun paramedic yang terlatih sejak di lokasi kejadian. Hal ini akan semakin penting apabila cedera kepala yang terjadi tergolong berat. Pada dasarnya, yang perlu dilakukan dalam fase ini tidaklah berbeda dalam kasus trauma lainnya. Jaga jalan napas, mengontrol perdarahan dan mencegah syok, imobilisasi penderita, mencegah terjadinya komnplikasi dan segera mengirim ke rumah sakit. Perlu diperhatikan, bahwa imobilisasi di sini sangatlah penting, karena dapat menentukan keselamatan nyawa pasien selanjutnya (FK UPH, 2005). Ambulans harus dilengkapi dengan alat resusitasi dan perawat yang terlatih, dimana apabila terjadi sesuatu yang tidak memungkinkan bias diambil tindakan dengan segera. 2. Mencari informasi a. Tanyakan bagaimana pasien kehilangan kesadaran. Apakah pasien langsung tidak sadar sesaat setelah kejadian atau pasien sempat sadar kembali sebelum akhirnya tidak sadar (luside interval). b. Tanyakan apakah ada riwayat sakit kepala dan muntah karena hal ini dapat mengidentifikasi adanya peningkatan tekanan intrakranial. c. Tanyakan ada kejang atau tidak. d. Tanyakan bagaimana ilustrasi kejadian (Sjamsuhidajat, et al, 2004). 3. Stabilisasikan kondisi pasien dengan A B C 4. Lakukan pemeriksaan fisik b. Pemeriksaan GCS c. Pemeriksaan pupil d. Pemeriksaan motorik e. Pemeriksaan tanda fraktur basis cranii ( racoon eyes, battle sign, rinorea, otorea) f. Pemeriksaan luka di kepala dan di seluruh tubuh pasien

g. Pemeriksaan luka terbuka sehingga otak dapat terlihat dari luar (Sjamsuhidajat, et al, 2004). Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. 2005. Cedera Kepala. Jakarta : Deltacitra Grafindo. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal.820-821.

You might also like