You are on page 1of 4

Pengkajian Status Fungsional Pengkajian status fungsional sangat penting, terutama ketika terjadi hambatan pada kemampuan lansia

dalam melaksanakan fungsi kehidupan sehari-harinya. Kemampuan status fungsional ini harus diperahankan semandiri mungkin. Dari hasil penelitian tentang gangguan status fungsional (baik fisik maupun psikososial) merupakan indicator penting tentang adanya penyakit pada lansia. Aktivitas kehidupas harian yang dalam bahasa Inggris disingkat ADL (activity of daily living) adalah merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain: makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan . dengan kata lain, besarnya bantuan yang diperlukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari serta untuk menyusun rencana keperawatan janka panjang. Dalam literature terdapat pula istilah ADL instrument, mer upakan aktivitas yang lebih kompleks namun mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi. Termasuk disini kegiatan belanja, masak, pekerjaan rumah tangga, mencuci, telepon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat-obat secara benar, serta manajemen keuangan. Penilaian ADL instrument pemting dalam rangka menetapkan level bantuan bagi lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau sedang, tetapi ia kurang penting bagi lansia dip anti disbanding lansia di masyarakat, kecuali (bagi mereka yang berdiam di fasilitas perawatan) yang hendak direncanakan untuk pulang. Bila lansia tidak melakukan ADL instrument secara mandiri diperlukan peran perawat pembantu (care giver). Dengan demikian, lansia diharapkan dapat terus bersosialisasi. Pada lampiran, disajikan ADL instrument yang meliputi kemampuan menggunakan telepon, berjalan, belanja, memasak, membenahi rumah, mencuci dan mengatur obat. Pengkajian ADL umumnya mengikuti indeks pengukuran yang dikembangkan Barthel dan Kats. Indeks ini didasarkan pada hasil evaluasi terhadap tingkat kemandirian atau keaadan

sebalikanya, yaitu tingkat ketergantungan secara fungsional. Indeks ini terdiri atas 7 tingkat, sebagai hasil penilaian terhadap perihal melakukan kegiatan mandi, berpakaian, ke toilet, beranjak, kontinensia dan makan. Indeks tingkat kemandirian/ketergantungan pada lansia Tingkat A : Mandiri pada ke-7 jenis aktivitas, Tingkat B : Mandiri pada 6 jenis aktivitas Tingkat C : Ketergantungan pada hal mandi plus salah satu lain Tingkat D : Ketergantungan pada hal mandi, berpakaian, plus salah satu lainnya Tingkat E : Ketergantungan dalam hal mandi, berpakaian, ke toilet, plus salah satu lainnya Tingkat F : Ketergantungan dalam hal mandi, berpakaian, ke toilet, transferring, plus salah Satu lainnya. Tingkat G : Ketergantungan pada ke-7 fungsi. Lain-Lain : bila terdapat ketergantungan pada 2 fungsi atau lebih yang ttidak termasuk C, D, E, atau F Sumber: Katzs Index dalam Stanhope: Community Health Nursing Adapun kemandirian disini dihubungkan dengan kemampuan klien dalam melakukan fungsi tanpa memerlukan supervise, petunjuk, maupun bantuan aktif dengan pengecualian seperti dicantumkan dalam definisi di atas. Definisi tersebut didasarkan pada ststus sebenarnya. Misalnya bagi klien yang menolak untuk melakukan sendiri suatu fungsi tertentu (padahal mungkin ia masih mampu) dianggap tidak bias melakukannya.

Untuk menetapkan salah satu fungsi tersebut mandiri atau dependen (yaitu memperlihatkan tingkat ketergantungan) diterapkan standar sebagai berikut. 1. Tentang mandi, dinilai kemampuan klien untuk menggosok/membersihkan sendiri seluruh bagian badannya, atau dalam hal mandi dengan cara pancuran (shower) atau dengan cara masuk atau keluar sendiri dari bath tub. Dikatakan independen (mandiri), bila dalam melakukan aktivitas ini, klien hanya memerlukan bantuan untuk misalnya menggosok/membersihkan bagian tertentu dari anggota badannya. Lansia mampu mandi sendiri tapi tak lengkap seluruhnya. Dikatakan dependen bila klien memerlukan bantuan untuk lebih dari satu bagian badannya. Juga bila klien tidak mampu masuk dan keluar bath tub sendiri. 2. Dalam hal berpakaian, dikatakan independen bila tidak mampu mengambil sendiri pakaian dalam lemari atau laci misalnya, mengenakan sendiri bajunya, memasang kancing atau reseleting (mengikat tali sepatu, dikecualikan). 3. Ke toilet, dikatakan independen bila lansia tak mampu ke toilet sendiri, beranjak dari kloset, merapikan pakaian sendiri, membersihkan sendiri organ ekskresi, bila harus menggunakan bed pan hanya digunakan dimalam hari. Tergolong dependen bila memang klien memerlukan bed pan atau pispot. Untuk keluar masuk toilet menggunakannya serta merapikan pakaiannya selalu memerlukan bantuan. 4. Transferring, dikatakan independen bila mampu naik turun sendiri ke/dari tempat tidur dan atau kursi/kursi roda. Bila hanya memerlukan sedikit bantuan yang bersifat mekanis, tidak termasuk. Sebaliknya, dependen bila selalu memerlukan bantuan untuk kegiatan tersebut di atas. Atau tak mampu satu/lebih aktivitas transferring.

5. Kontinensia. Tergolong independen bila mapu buang hajat sendiri (urinasi dan defekasi). Sebaliknya, termasuk dependen bila salah satu atau keduanya (miksi/deefekasi) memerlukan enema dan / atau kateter. Juga bila klien menggunakan bed pan secara regular. 6. Makan. Dikatakan independen, bila mampu menyuap makanan sendiri, mengambil dari piring. Dalam penilaian tidak termasuk mengiris potongan daging. Misalnya, juga menyiapkan hidangan seperti mengoles selai/mentega pada roti tak termasuk. Keadaan sebaliknya tergolong dependen.

You might also like