You are on page 1of 16

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 adalah mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Ini merupakan tanggung jawab bersama khususnya guru demi turut mencerdaskan bangsa, di antaranya melalui pendidikan formal mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang amat komplek bukan saja menyangkut aspek kejiwaan tetapi juga aspek fisik, maka guru harus berupaya semaksimal mungkin dalam menata lingkungan belajar dan perencanaan materi pembelajaran yang matang agar terjadi proses pembelajaran yang efektif baik itu di dalam maupun di luar kelas guru harus mengenal substansi yang dipelajari menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perkembangan teknologi komunikasi dan informsi (TIK) yang sangat cepat juga telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat dan menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh dunia. Dunia pendidikan pun tak luput dari pengaruhnya. Pengaruh yang paling utama dalam hal penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran terkait dengan mata pelajaran di sekolah adalah bergesernya paradigma pembelajaran dari teacher oriented menuju student oriented.

Perkembangan TIK juga mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi yang tidak lagi hanya terbatas pada media cetak, radio dan televisi, tetapi juga menjadikan teknologi jaringan global, internet sebagai salah satu sumber informasi utama. Guru dapat memperoleh berbagai informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan pembelajaran, seperti teks, foto, video, animasi, dan simulasi. Teknologi internet juga memberikan kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan tambahan informasi dalam rangka memenuhi tuntutan kompetensi dan juga pengayaan. Penggunaan TIK dalam pembelajaran diharapkan dapat mendorong timbulnya komunikasi, kreativitas, dan mampu memecahkan masalah masalah yang dihadapi peserta didik. Melihat perkembangan saat ini maka bukan waktunya lagi guru untuk memberikan pengajaran secara konvensional (teacher centered) dengan hanya menggunakan metode ceramah dan hapalan, hal ini diperkuat oleh Stine (dalam Rusman, 2011:2), Cara belajar sistem pendidikan kita yang diterapkan kepada kita sejak kanak kanak, yaitu cara belajar kuno dan tidak produktif. Pendekatan model lama ini sebenarnya lebih menimbulkan keburukan daripada kebaikan dan membuat proses belajar menjadi sulit bagi anak. Sejak dulu sistem sekolah mengajarkan kepada anak anak untuk menghafal tanpa berpikir. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran, yakni pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (child centered). Saat ini guru bukanlah satu satunya sumber belajar yang ada, bahkan guru pun harus terus belajar apabila tidak ingin ketinggalan informasi dari siswanya.

Pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik menghasilkan peserta didik yang berkepribadian pintar, cerdas, aktif, mandiri tidak bergantung pada kepada pengajar melainkan kepada dirinya sendiri. Peserta didik merupakan subjek bukan semata mata objek yang hanya menerima informasi dari pengajar, peserta didik mempunyai peran dan aktivitas yang lebih besar. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi berupa internet memungkinkan bagi siapapun untuk dapat mengakses berbagai informasi dengan lebih cepat tanpa batas waktu. Kondisi yang seperti di atas tidak jauh berbeda dengan kondisi pembelajaran penjas yang selama ini berlangsung di SD yang ada di Kec. Bangun Purba. Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran penjas yang selama ini berlangsung sebagian besar masih menggunakan metode ceramah, guru masih sangat jarang memanfaatkan media selain buku dalam kegiatan pembelajaran terlebih lagi media yang berbasis komputer/multimedia malah belum pernah digunakan sehingga kurang

menciptakan situasi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan semangat belajar siswa. Guru belum melakukan inovasi dalam cara mengajar dengan menggunakan berbagai sumber dan media yang lebih bervariasi yang nantinya akan membuat siswa merasa tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Begitu juga dengan keterbatasan kemampuan guru penjas dan ketersediaan media multimedia pendukung pembelajaran. Belum lagi tuntutan kriteria ketuntasan hasil belajar minimal nilai 70. Bila belum tercapai maka diadakan remedial. Mengingat kegagalan para pemain sepak bola tim SD Kec. Bangun Purba dilihat prestasi pada POPKAB Deli Serdang di bawah ini, maka guru penjas

dalam mengajarkan materi teknik teknik dasar permainan sepak bola dengan menggunakan media video pembelajaran yang merupakan alternatif solusi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Berikut adalah prestasi pemain sepak bola tim SD Kec. Bangun Purba dalam Tabel 1. Tabel 1 : Data Prestasi Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten (POPKAB) dari Kontingen Kecamatan Bangun Purba Cabang Olahraga Sepak Bola No. Tahun Babak Akhir Prestasi yang diraih 1. 2010 Perempat Final Posisi ke 5 2. 2011 Perempat Final Posisi ke 5 3. 2012 Perempat Final Posisi ke 7 4 2013 Penyisihan Tidak dapat Posisi (nol) Sumber : Data BAPOPSI Kec. Bangun Purba pada tahun 2010 2013 Kenyataan yang ada di lapangan khususnya pada siswa siswa SD di SeKecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang masih belum mendapatkan perhatian dalam teknik dasar sepak bola sehingga diperlukan metode ataupun cara agar memiliki teknik dasar yang baik secara terprogram. Namun, seberapa dalam dan seberapa luas materi pembelajaran ini untuk siswa, dari mana saja sumber materi pembelajaran ini dapat diperoleh, dan bagaimana mengemas materi pembelajaran ini, tentu saja memerlukan pemahaman yang lebih dalam tentang pengembangan materi pembelajaran. Selama ini guru penjas dalam membelajarkan sepak bola secara talk and chalk (berbicara dan kapur tulis) dan menggunakan buku teks (media cetak), sementara materi materi dalam penjas dilakukan tidak hanya di dalam ruangan saja/kelas yang dalam arti teori melainkan praktik di lapangan. Dalam praktik di lapangan sering sekali didapati pembelajaran penjas yang kurang efektif dan efisien. Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media atau alat bantu elektronik berupa media kaset video pembelajaran (media non

cetak). Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan menggunakan alat bantu elektronik informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir karena tidak tersedianya alat bantu elektronik tersebut dan kurangnya kreativitas para guru. Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu elektronik di sekolah menjadi salah satu faktor penyebab guru malas dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehingga hanya bermodalkan talk and chalk, dan menggunakan buku teks. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran dengan menggunakan ICT lebih baik dibanding dengan pembelajaran tradisional atau konvensional. Hasil penelitian Wilfrid Laurier University pada tahun 1998, menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan web dalam pembelajaran terbukti dua kali lebih cepat waktu belajarnya dibanding mahasiswa klasikal, 80% mahasiswa tersebut berprestasi baik dan amat baik, serta 66% dari mereka tidak memerlukan bahan cetak. Sementara hasil penelitian disertasi Rusman (2006) menunjukkan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis komputer model tutorial dan drill and practice jauh lebih baik ketimbang pembelajaran konvensional. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas di sekolah adalah mengembangkan sistem pembelajaran yang berorientasi pada siswa (children center) dan memfasilitasi kebutuhan siswa akan kebutuhan belajar yang menantang, aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan dengan mengembangkan dan menerapkan

pembelajaran berbasis TIK.

Tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era informasi ini senantiasa menggunakan media. Media pembelajaran sangat bermanfaat memudahkan peserta didik dalam belajar dan menjadi proses belajar lebih interaktif, efektif, efisien dan berdaya tarik. Untuk itu perlu diupayakan suatu pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang mengarah kepada pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang dapat menumbuhkan inovasi peserta didik. Dengan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat, peserta didik lebih leluasa untuk mengembangkan daya pikir. Untuk itu peningkatan mutu pengetahuan peserta didik tidak cukup dengan pembaharuan kurikulum, penyediaan buku buku dan perbaikan saran belajar lainnya, tetapi juga perlu disertai peningkatan penggunaan media pembelajaran yang tepat baik elektronik maupun non elektronik. Salah satu bentuk media komunikasi elektronik adalah media audio-visual. Untuk memanfaatkannya diperlukan hardware misalnya video player, VCDplayer, DVD player, CD-ROM computer, TV, monitor, multimedia proyektor, dan sebagainya. Dengan deskripsi seperti di atas, untuk mencapai tujuan pembelajaran, telah disusun sejumlah pokok bahasan yang tentunya memerlukan bahan pembelajaran yang sesuai. Beberapa bahan pembelajaran yang dijadikan referensi yang tertuang masih terbatas pada media cetak berupa buku teks dan contoh contoh gambar yang ada di perpustakaan. Bahan pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang

beragam, ada yang berbentuk fakta, konsep, prinsip/kaidah, prosedur, problema dan sebagainya. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran telah tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya dari hasil survei, berikut keadaan pembelajaran penjas, orkes: (a) guru dalam menyampaikan materi dengan metode ceramah dan demonstrasi, (b) bahan ajar masih terbatas pada buku teks saja, (c) media pembelajaran yang mendukung pembelajaran secara mandiri masih kurang, (d) belum dimanfaatkan video pembelajaran sebagai media pembelajaran. Pada saat pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya seorang tenaga pendidik yang profesional harus memahami karakteristik isi pesan pembelajaran yang akan disampaikan, agar tidak salah dalam memilih strategi pembelajarannya, interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan bahan pembelajaran dan media pembelajaran, serta alat evaluasi yang akan digunakan. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui kegiatan di dalam dan di luar kelas. Di dalam kelas pengalaman belajar diperoleh melalui interaksi antar peserta didik dengan obyek penelitian, percobaan di laboratorium, kerja praktik. Di luar kelas pengalaman belajar diperoleh melalui interaksi obyek dan/atau sumber belajar seperti mengamati sesuatu atau kejadian yang berada di sekitarnya. Bentuk pengalaman belajar dapat berupa kegiatan tatap muka, yaitu interaksi dan komunikasi secara langsung antara pengajar dengan peserta didik, seperti mendengarkan, mencatat pelajaran yang disampaikan pengajar, berdiskusi, dan lain lain. Dapat pula dengan tidak bertatap muka, yaitu interaksi dan komunikasi secara tidak langsung antara pengajar dengan peserta didik, seperti

mendemonstrasikan, mempraktikkan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen, menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah, dan lain lain. Untuk itu pengalaman belajar menurut Edgar Dale (1969) dan Peter Shea (Depdiknas, 2004: 14) dalam Munir (2008:67-69) menyimpulkan bahwa sebanyak 90% dari yang peserta didik menjalani pembelajaran dengan mengatakan dan melakukan; 70% dari yang peserta didik mengatakan; 50% dari yang peserta didik melihat dan mendengar; 30% dari yang peserta didik melihat; 20% dari yang peserta didik mendengar; dan hanya 10% dari yang peserta didik membaca. Kerucut pengalaman mengungkap bahwa pembelajaran secara verbalisme atau pun ucapan dengan kata kata (ceramah) merupakan pengalaman belajar rendah. Untuk meningkatkan pengalaman belajar peserta didik, pengajar perlu memberikan suatu variasi dalam pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tertentu, sehingga pengalaman belajar tersebut tidak terlalu abstrak. Berdasarkan pada keadaan tersebut di atas, maka siswa relatif mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta berdasarkan pada karakteristik materi pelajaran, bahan pembelajaran yang digunakan selama ini dipandang kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga perlu ditopang oleh bahan pembelajaran yang dirancang khusus untuk materi teknik dasar sepak bola. Dengan asumsi ini, ditawarkan pengembangan media video pembelajaran yang memiliki spesifikasi dan diperkirakan dapat mengatasi masalah belajar siswa baik dari segi teori maupun praktik. Dipilihnya media video pembelajaran teknik dasar sepak bola atas dasar pertimbangan: (a) dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa materi teknik dasar

sepak bola, (b) dapat digunakan guru sebagai sarana strategi dalam proses pembelajaran, dan (c) dapat digunakan siswa belajar secara mandiri. Kegiatan olahraga yang dilakukan secara baik dan benar memiliki dampak positif dalam perkembangan siswa baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Karena kegiatan olahraga selain memberi manfaat kesehatan fisik juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan sosialisasi siswa di berbagai bidang, salah satunya adalah dengan cabang olahraga Sepak Bola. Sepak bola merupakan permainan beregu, masing masing terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya menggunakan tungkai/kaki, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan tangan/lengannya di daerah tendangan hukumannya. Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan di luar lapangan (out door) dan di dalam ruangan tertutup (in door). Menurut beberapa ahli sejarah, sepak bola modern yang kita kenal sekarang ini berasal dari Inggris. Waktu itu, 1848, peraturan sepak bola sudah mulai dibuat di Universitas Cambridge, Inggris. Bahkan, pada 1863, asosiasi sepak bola Inggris didirikan. Padahal, jika mau menelusuri sejarah, didapatkan data bahwa bangsa Cinalah yang mula mula memainkan olahraga mirip sepakbola yang dinamakan Tsu Chu. Tsu Chu dimainkan untuk melatih fisik para tentara Cina agar tetap bugar. Diperkirakan, olahraga Tsu Chu sudah ada sejak 5000 SM. Biasanya, Tsu Chu diadakan ketika Kaisar Cina berulang tahun. Pada saat ini pengembangan permainan sepak bola melalui sekolah belum berjalan dengan baik, hingga pencapaian prestasi pun belum mencapai prestasi

10

yang diharapkan untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan berbagai hal seperti minat, bakat, kondisi fisik, infrastruktur, dana dan suatu sistem latihan. Sepak bola berkembang dengan pesat dikalangan masyarakat karena permainan ini dapat dimainkan oleh laki laki dan perempuan, anak anak, dewasa dan orang tua. Bukti nyata permainan dapat dilakukan wanita yaitu diselenggarakan sepak bola wanita pada kejuaraan Dunia 1999. Dalam final hasil tim Amerika Serikat melawan China, sesungguhnya tidak kalah menarik dengan partai final World Cup 1998 antara Perancis melawan Brazil. Untuk menguasai permainan sepak bola dibutuhkan latihan yang kontinyu dan sistematis sesuai dengan prinsip latihan, maka dari itu guru dituntut berbagai usaha yang gigih dan motivasi yang tinggi kepada siswa untuk belajar. Permainan sepak bola merupakan permainan yang komplek artinya permainan yang bukan melibatkan keterampilan dasar saja akan tetapi sudah melibatkan keterampilan yang tinggi, koordinasi dan antisipasi. Untuk bisa bermain sepak bola dengan baik dan benar para pemain harus menguasai teknik teknik dasar dan peraturan permainan sepak bola. Untuk bermain bola dengan baik pemain dibekali dengan teknik dasar yang baik, pemain yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain sepak bola dengan baik pula. Tetapi kalau bermain sepak bola tidak mengetahui peraturan permainan maka permainan sepak bola tidak begitu seru dan tidak menciptakan sikap sportif. Maka para pemain harus juga mengetahui peraturan permainan sepak bola untuk mencapai tujuan seperti di atas. Setiap cabang olahraga mempunyai tujuan dari permainannya. Tujuan permainan sepak bola adalah pemain memasukkan bola sebanyak banyaknya ke

11

gawang lawannya dan berusaha menjaga gawang sendiri agar tidak kemasukan bola. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya dan apabila sama maka permainan dinyatakan draw/seri. Tujuan dari permainan tersebut diatas hanya merupakan tujuan sementara saja atau tujuan antara dari permainan sepak bola. Tujuan yang paling utama dan yang paling diharapkan untuk dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani adalah sepak bola merupakan salah satu mediator untuk mendidik anak agar kelak menjadi anak yang cerdas, terampil, jujur, sopan, dan sportif. Selain itu melalui permainan sepak bola kita mengharapkan dalam diri anak akan tumbuh dan berkembang semangat persaingan (competition), kerjasama (cooperation), interaksi sosial (social intercation) dan pendidikan moral (moral education). Kalau kita perhatikan gerak gerak pada permainan sepak bola, disitu terdapat gerak lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan, dan menangkap bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan pemain dalam menjalankan tugasnya bermain sepak bola. Gerakan yang paling dominan dari permainan ini adalah menendang. Dengan gerakan menendang saja anak anak sudah dapat bermain sepak bola. Jika dilihat dari rumpun gerak dan keterampilan dasar, terdapat tiga dasar keterampilan diantaranya adalah lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Gerak lokomotor adalah gerakan berpindah tempat, seperti lari kesegala arah, meloncat/melompat, dan meluncur. Gerakan gerakan yang tidak berpindah tempat seperti menjangkau, melenting, membungkuk, meliuk. Gerakan tersebut tergolong ke dalam gerak non lokomotor. Gerak manipulatif dalam permainan

12

sepak bola meliputi, menendang bola, menggiring bola, menyundul bola, merebut bola, dan menangkap bola bagi penjaga gawang atau lemparan ke dalam untuk memulai permainan setelah bola keluar lapangan. Dari analisis gerakan gerakan bermain sepak bola terdapat pola gerak bersifat dominan. Pola gerak dominan (PGD) inilah yang menjadi ciri khas dari permainan sepak bola. Seperti gerakan lari ke berbagai arah untuk mengikuti irama permainan, meloncat/lompat pada waktu menyundul bola, merebut bola dan menangkap bola. Gerakan menendang, menahan, menggiring, menyundul, merebut, dan menangkap bola merupakan pola pola gerak dominan dalam bermain sepak bola. Pola gerak dominan inilah yang membedakan karakteristik cabang olahraga satu dengan yang lainnya. Akan tetapi ada kalanya cabang cabang olahraga memiliki pola gerak dominan yang hampir sama. Produk yang dikembangkan sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru, sebab produk yang dikembangkan belum pernah ada di lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Bangun Purba ini. Produk ini sangat diperlukan untuk pengembangan inovatif dalam pembelajaran yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah media video pembelajaran dalam permainan sepak bola yang nantinya media tersebut dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dimana pembelajaran tersebut akan membuat siswa menjadi aktif, kreatif dan mandiri serta membuat pembelajaran lebih menyenangkan dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium komputer yang ada di sekolah.

13

B. Identifikasi Masalah 1. Pembelajaran Penjas selama ini dilakukan dengan cara monoton hanya memanfaatkan media cetak dalam bentuk buku teks sehingga siswa kurang dapat merespon dengan baik. 2. Sulitnya memperoleh media pembelajaran yang efektif untuk pelajaran Penjas, orkes di sekolah sehingga kegiatan pembelajaran kurang efektif dan menarik. 3. Siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran Penjas, orkes khusus dalam bentuk praktik langsung atau demonstrasi. 4. Media video pembelajaran untuk materi teknik dasar sepak bola belum dikembangkan di sekolah, sehingga guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan latihan atau demonstrasi.

C. Pembatasan Masalah Identifikasi masalah yang telah diuraikan menunjukkan perlunya pengembangan media video pembelajaran untuk mengatasi masalah masalah yang terindifikasi. Maka pengembangan ini dibatasi pada ruang lingkup yang dapat dijangkau oleh peneliti. Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Materi pembelajaran yang dikembangkan meliputi berdasarkan Standar Kompetensi, yaitu Mempraktikan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilainilai yang terkandung didalamnya. Kompetensi Dasar, yaitu

Mempraktikkan variasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga

14

bola besar, serta nilai nilai kerjasama, sportifitas dan kejujuran. Dengan materi pokok yaitu teknik dasar permainan sepak bola, dengan indikator yang terdiri dari: (1) teknik mengumpan (passing), (2) teknik mengontrol (controlling), (3) teknik menggiring (dribbling), (4) teknik menyundul (heading) dan (5) teknik melakukan tembakan (shooting) untuk kelas V Sekolah Dasar semester genap. 2. Media pembelajaran yang dikembangkan hanya dalam bentuk media video pembelajaran yang aplikasinya didesain dengan Software Program Windows Media Player dan dibantu oleh software pendukung lainnya. 3. Analisis kebutuhan hanya dilakukan pada Siswa SD di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah pengembangan media video pembelajaran yang diterapkan merupakan media pembelajaran yang sesuai memenuhi syarat sebagai media pembelajaran yang baik dan layak digunakan untuk pembelajaran. 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan media video

pembelajaran pada materi teknik dasar permainan sepak bola. 3. Bagaimanakah keefektifan media video pembelajaran yang dikembangkan pada materi teknik dasar permainan sepak bola tersebut?

15

E. Tujuan Pengembangan Pengembangan ini bertujuan untuk : 1. Menghasilkan suatu desain media yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran penjas di SD yang berkualitas, mudah dipelajari siswa dan dapat digunakan untuk pembelajaran individual/mandiri. 2. Untuk mengetahui hasil implementasi media video pembelajaran pada materi teknik dasar permainan sepak bola. 3. Untuk mengetahui kefektifan media video pembelajaran yang

dikembangkan pada materi teknik dasar permainan sepak bola.

F. Manfaat Pengembangan Manfaat pengembangan ini secara praktis adalah sebagai berikut: 1. Dapat membantu siswa dalam memperkaya materi pelajaran penjas dengan pembelajaran yang menarik, dan menyenangkan bagi setiap siswa khususnya materi teknik dasar permainan sepak bola yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. 2. Sebagai salah satu alternatif dalam pemanfaatan media video pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja tanpa harus menuntut adanya kehadiran guru secara fisik. 3. Sebagai gambaran bagi guru bahwa untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran yang dikaitkan dengan pemberian media video pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswanya.

16

Sedangkan secara teoritis manfaat pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Membangkitkan pengembangan minat dan siswa untuk untuk melanjutkan penelitian media tentang video

termotivasi

mengembangkan

pembelajaran yang mudah, singkat, menyenangkan dan murah. 2. Diharapkan konsep pembelajaran dengan menggunakan media video pembelajaran dapat direkomendasikan sebagai inovasi dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan akhirnya pembelajaran akan menjadi lebih berkualitas. 3. Dapat disosialisasikan untuk proses pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. 4. Bahan perbandingan bagi peneliti yang lain, yang akan membahas dan meneliti permasalahan yang sama.

You might also like