You are on page 1of 10

MAKALAH INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN KONTRASEPSI

Kelompok :
1. Ayu Surya Ningsih 2. Elis Dwi Kurniawati 3. Evi nur jannah 4. Hamidatul Ningsih 5. Intan Dwi Mayangsari 6. Kholida Umama (1211010004) (1211010008) (1211010010) (1211010015) (1211010017) (1211010020)

7. Tria Siti Rochmatun Khasanah (1211010038) 8. Vika Lailatul Fitria 9. Siti Aisyah 10. Yustriani (1211010040) (1211010035) (1211010043)

PRODI D3 KEBIDANAN POLTEKKES MAJAPAHIT MOJOKERTO

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan penyertaannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang MAKALAH INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN KONTRASEPSI kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini. Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar,tetapi kami menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,jadi kami mohon untuk memberikan masukan,kritik,dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan tugas makalah ini. Akhir kata kami berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan pengetahuan tentang mata kuliah Kesehatan Reproduksi khususnya bagi mahasiswa Kebidanan.

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Di Indonesia penyakit ini mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang cukup cepat. Tidak dapat disangkal bahwa mata rantai penularan infeksi menular seksual adalah wanita tunasusila (WTS) yang dapat menyusup dalam kehidupan rumah tangga. Perubahan perilaku seksual telah menyebabkan timbunya berbagai masalah yang berkaitan dengan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki. Bila penyakit infeksi menular seksual sebagian besar dapat diselesaikan dengan pengobatan yang tepat sehingga tidak menimbulkan penyulit selanjutnya, berbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki. Masalah terakhir ini mempunyai dampak yang lebih luas baik biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan etika. Penyakit infeksi menular seksual dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak) yang memerlukan penanganan yang tepat karena akan dapat menjalar ke alat genitalia bagian dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang memuaskan akan menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir rusaknya fungsi alat genitalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau mandul. Dalam pertemuan di Atlanta USA tentang penyakit hubungan seksual, menyatakan bahwa mata rantai yang ditularkan oleh WTS tidak dapat dihilangkan tetapi hanya mungkin diperkecil peranannya. Dengan diketemukannya penyakit AIDS yang disebabkan oleh virus dan sampai sejauh ini belum ada pengobatannya, maka masyarakat akan lebih berhati-hati. Secara kelakar disebut pula bahwa PID adalah pretty international diseases, oleh karena disebar luaskan oleh wanita cantik yang berstatus sebagai wanita tunasusila (WTS) atau wanita penghibur. Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi, menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya, maka pelayanan konseling sangat diperlukan remaja. Meskipun kepedulian pemerintah, masyarakat maupun LSM dalam memperluas penyediaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin meningkat, namun dalam akses pemberian pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan keterbatasan

jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang terbatas. Disamping itu, kemampuan tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaja di pusat-pusat pelayanan informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja juga masih terbatas. Atas dasar itulah maka guna mendukung kemampuan SDM dalam melakukan konseling kesehatan reproduksi remaja perlu disiapkan tenaga yang terlatih melalui workshop konseling kesehatan reproduksi remaja.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan IMS ? 2. Apa saja jenis jenis IMS ? 3. Bagaimana cara penularan IMS ? 4. Apa yang harus kita lakukan kalau terkena IMS? 5. Bagaimana cara mencegah ? 6. Bagaimana peran bidan dalam mengatasi IMS ?

C. TUJUAN 1. Untuk Mengetahui apa itu IMS 2. Untuk Mengetahui jenis jenis IMS 3. Untuk Mengetahui cara penularan IMS 4. Untuk Mengetahui apa yang harus kita lakukan kalau terkena IMS 5. Untuk Mengetahui cara mencegah IMS 6. Untuk mengetahui Peran bidan dalam mengatasi IMS

BAB II PEMBAHASAN

INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN KOTRASEPSI Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang mendapat perhatian penting pada kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Rata-rata terdapat lebih dari satu juta orang setiap hari yang terinfeksi IMS. Insiden tinggi ISR dan IMS di antara perempuan yang menjalani perawatan antenatal, kesehatan seksual dan reproduksi atau penyakit gimekologik lain mengindikasikan adanya masalah ISR/IMS yang meluas. Orang yang mengalami ISR/IMS mempunyai resiko lebih tinggi tertular HIV atau menularkan HIV pada pasangannya. Pada orang orang yang terinfeksi HIV , pengobatan ISR/IMS akan lebih sulit, yang berarti dalam keadaan terinfeksi serentak, akan meningkatkan kemungkinan penyebaran HIV. Berbagai jenis mikroorganisme (kurang lebih 20 jenis) dapat ditularkan melalui hubungan seks dan berdampak pada organ reproduksi seseorang. Bahkan ada pula penyakit seperti infeksi Hepatitis dan AIDS yang bisa ditularkan melalui hubungan seks tetapi pada organ reproduksinya tidak ada kelainan. Di Indonesia, data pasti tentang jumlah penderita ISR dan IMS tidak mudah di dapat, karena pencacatan laporan hanya didapat dari rumah sakit pemerintah, swasta atau praktik dokter pribadi tertentu, sedangkan kenyataannya banyak penderita yang mengobati dirinya sendiri atau mereka yang berobat ke dokter praktik tidak dilaporkan. Tipe Infeksi Istilah ISR/IMS mencakup 4 tipe infeksi yaitu: Infeksi yang merusak saluran reproduksi Infeksi pada saluran reproduksi perempuan yang tidak disebabkan karena penularan melalui hubungan seks, tetapi merupakan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang normal ada dalam vagina (bakteri vaginosis dan jamur). Infeksi melalui hubungan seks yang memberi dampak lebih luas selain alat reproduksi (sifilis dan HIV/AIDS).

Infeksi pada saluran reproduksi perempuan akibat komplikasi dari tindakan yang dilakukan untuk membantu kasus persalinan, keguguran dan pengangguran, insersi AKDR atau operasi obstetri ginekologi.

Pada bab ini yang akan dibahas adalah 3 tipe ISR/IMS yang teratas.

Beberapa jenis IMS yang banyak didapat di Indonesia Gonore Sifilis Klamidia Kandidiasis Trikomoniasis Bakterial vaginosis Herpes simpleks

Peran petugas kesehatan pada pelayanan kontrasepsi/kesehatan reproduksi Banyak orang, khususnya perempuan yang mengalami ISR/IMS tidak mendapat perawatan dan pengobatan dengan tepat, karena : Baik laki laki dan perempuan mungkin tidak ada gejalanya. Penelitian telah menunjukkan sekitar 70% perempuan dan 30% laki-laki yang terinfeksi tidak mempunyai gejala. Orang-orang yang menunjukkan ada gejala ISR/IMS tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya terinfeksi. Banyak perempuan yang tidak memdapat informasi tentang cairan vagina yang normal dan tidak normal, sehingga mereka akan menganggap cairan vagina yang keluar walaupun akibat ISR/IMS sebagai sesuatu yang wajar. Banyak orang yang menduga bahwa mereka mingkin terinfeksi, tetapi tidak segera berobat karena tidak menganggap penyakit ini penting, merasa malu, penyakit yang diderita merupakan stigma sosial, tidak mengetahui akses berobat dan tidak dapat menjangkau pengobatan.

Pelayanan kontrasepsi dapat sekaligus memberikan pelayanan terhadap ISR maupun IMS seperti: Pendidikan tentang pencegaham IMS dan pengenalan gejala dan tanda ISR/IMS serta komplikasi IMS. Konseling mengenai perilaku seksual yang beresiko, alternatif perilaku seksual yang aman, kepatuhan klien untuk berobat hingga tuntas dan perlunya pasangan klien juga ikut berobat. Skrinig atau penapisan ISR/IMS termasuk pemeriksaan vagina (selain dilakukan sebagai pemeriksaan rutin atau lebih ditekankan pada orang yang beresiko). Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap Pengobatan ISR/IMS Menyediakan kontrasepsi dengan perlindungan ganda (dual action) seperti kondom.

Tabel 5-1 : komplikasi IMS Pada perempuan Radang panggul Infertilitas kehamilan ektopik keguguran Pada bayi baru lahir Prematuritas Berat lahir rendah sifilis kongenital oftalmia neonatorum lahir mati pneumonia klamidia kanker serviks AIDS Hepatitis septikemia AIDS hepatitis hepatitis AIDS Pada laki - laki Epididimitis prostatitis striktur uretra infertilitas

Skrining atau Penapisan Klien skrining klien dapat dilakukan dengan anamnesis yang cermat atau melalui konseling. Apabila mungkin pemeriksaan organ reproduksi dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium sederhana untuk melihat mikroorganisme yang ada (pemeriksaan duh kelamin dengan mikroskop dan pewarnaan Gram, larutan NaCl dan KOH)

berikan pengobatan sesuai dengan hasil temuan mikroorganisme atau dari hasil pendekatan sindrome. Selalu tanyakan pada klien adakah Duh vagina atau uretra Lesi atau ulkus pada alat kelamin Pembengkakan pada kelenjar getah bening di daerah inguinal (selangkangan) Nyeri perut bagian bawah

Tanyakan juga apakah pasangannya mengalami hal seperti si atas Riwayat hubungan seks seminggu sampai sebulan terakhir Apakah klien atau pasangannya berganti pasangan dalam waktu sebulan ini? Apakah klien atau pasangannya mempunyai aktifitas atau profesi yang menyebabkan dia berganti pasangan atau sering berpindah tempat? Apakah klien menyadari ia terkena IMS dan adakah usaha yang dilakukan sebelum datang ke fasilitass ini?
Petugas kesehatan perlu membekali diri dengan keterampilan untuk melakukan investigasi atau skrining tanpa sikap yang menghakimi dan membuat klien malu,marah,tersinggung,atau tidak mau berterus terang.

Diagnosa dan pengobatan ISR/IMS Diagnosis ISR/IMS pada fasilitas kesehatan bisa dilakukan berdasarkan pendekatan sindrom dengan identifikasi segala yang spesifik sesuai dengan mikroorganisme penginfeksi dan penilaian tentang resiko penularan. Pemeriksaan duh tubuh dengan laboratorium dan pemeriksaan serologi akan sangat baik untik mendapatkan ketepatan diagnosis dan pengobatan.Paling tidak fasilitas pelayanan kontrasepsi atau pelayanan kesehatan reproduksi mempunyai perangkat pemeriksaan laboratorium sederhana. Apabila diagnosis klien meragukan dan pengobatan tidak memberikan hasil yang memuaskan,klien harus dirujuk ke fasilitas pelayanan lain yang lebih lengkap dan kemajuan penyembuhannya harus selalu dipantau.

Konseling,edukasi, pelayanan kontrasepsi dan pengobatan IMS secara terpadu merupakan bagian yang penting untuk pencegahan dan mengurangi insiden IMS.

Tabel 5-2 : Kontrasepsi dan pencegahan IMS

Jenis Kontrasepsi
Kondom lateks

Keterangan
Merupakan metode terbaik untuk pencegahan IMS dan HIV/AIDS.Bila digunakan terus menerus dan benar. Tapi kondom tidak melindungi infeksi yang berasal dari ulkus atau lesi yang bersala dari selangkangan yang tidak tertutup oleh kondom. Walaupun data klinis terbatas,kondom ini cukup efektif untuk pencegahan kontak dengan sperma maupun bakteri penyebab IMS dan HIV. Sebagai alternatif apabila kondom untuk laki-laki tidak ada atau tidak bisa digunakan.

Female condom (kondom perempuan)

Terbatasnya pemakaian kondom perempuan juga disebabkan oleh faktor harga dan kurang nyaman. Tidak melindungi penularan IMS/HIV,Oleh karena itu pamakaian spermisida saja tanpa pengaman (barrier) lain tidak dianjurkan. Digunakan bersama dengan spermisida,dapat mengurangi transmisi IMS.Perlindungan terhadap HIV belum pernah dibuktikan. Sebagai alternatif apabila penggunaan kondom lakilaki tidak bisa dilakukan. Seluruh metode kontresepsi yang lain tidak dapat melindungi klien dari IMS dan HIV. Perempuan yang berisiko terhadap IMS perlu menggunakan tambahan kondom di samping pemakaian metode kontrasepsi yang lain.

Spermisida

Diafragma

Metode Kontrasepsi lain

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS di antaranya Gonore (kencing nanah) dan Kondiloma Akuminata (KA). Prilaku seksual berupa bergonta-ganti pasangan seksual akan meningkatkan penularan penyakit, Kelompok berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual yaitu PSK (Pekerja Seks Komersial). Angka penyakit IMS di kalangan PSK (Pekerja Seks Komersial) tiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Saat ini diperkirakan 80%-90% PSK terinfeksi IMS seperti : Neisseria gonorrhoeae, Herpes simplex vinio tipe 2 dan clamidia. Pekerja seks memerlukan skrining secara rutin untuk IMS seperti penggunaan kondom tidak sepenuhnya protektif.

B.

SARAN
Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat mengerti tentang apa yang dimaksud dengan IMS ( Infeksi Menular Seksual ), dan dapat melakukan berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita semua untuk mengurangi tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut. Menghindari tindakan seks bebas, meberikan pengetahuan pada seluru remaja agar menghindari tidakan yang tidak bermoral tersebut karna dapat merusak masa depan mereka dan dapat menjadi penyesalah seumur hidup.

You might also like