Professional Documents
Culture Documents
Program Pendikan Matematika FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER Februari, 1999
ii
Daftar Isi
Daftar Tabel Daftar Gambar Kata Pengantar 1 Konsep Dasar
1.1 Klasi kasi Persamaan Difrensial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.2 Solusi PDB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.3 Metoda Penyelesaian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.4 Masalah Nilai Awal (MNA) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
v vi vii 1
1 3 4 7
13
2.1 PDB Linier Order Satu Homogen . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 2.1.1 PDB Eksak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 2.1.2 Solusi PDB Eksak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 2.1.3 Faktor Integrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 2.1.4 Teknik Variabel Terpisah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 2.2 PDB Linier Order Satu Nonhomogen . . . . . . . . . . . . . . . . 20 iii
24
3.1 Masalah Dalam Mekanik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24 3.2 Pertumbuhan dan Peluruhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 3.2.1 Pertumbuhan Populasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 3.2.2 Peluruhan Radioaktif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30 3.3 Hukun Pendinginan Newton . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 3.4 Campuran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
38
4.1 PDB Order n Homogen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38 4.2 PDB Order n Nonhomogen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 4.3 PDB Order Dua . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 4.3.1 PDB Order Dua Homogen . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 4.3.2 PDB Order Dua Nonhomogen . . . . . . . . . . . . . . . . 46
iv
Daftar Tabel
4.1 Panduan permisalan solusi khusus PDB non homogen. . . . . . . 47
Daftar Gambar
1.1 Diagram kekonvekan untuk D 2 R 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.2 Diagram kekonvekan untuk D 2 R 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 8
3.1 Solusi kualitatif persamaan pertumbuhan populasi. . . . . . . . . 28 3.2 Proses campuran dalam tangki. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33 3.3 Gerakan benda pada bidang miring. . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
vi
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena atas anugerah dan karuniahNya penulis dapat menyelesaikan buku pegangan kuliah dengan judul "Persamaan Difer-
ensial Biasa (PDB): Masalah Nilai Awal dan Batas". Buku pegangan
ini dibuat untuk membantu mahasiswa menemukan refrensi utama mata kuliah Persamaan Difrensial Biasa memandang cukup langkanya buku-buku persamaan difrensial dalam bahasa Indonesia. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana konsep Persamaaan difrensial secara umum, PDB order satu homogen dan nonhomogen, PDB order dua atau lebih serta aplikasi dari suatu PDB. Pokok bahasan ini disajikan dengan harapan mahasiswa memahami esensi dari persamaan difrensial dan sekaligus sebagai penunjang langsung materi perkuliahan. Dalam buku pegangan ini dilengkapi beberapa fungsi dalam MAPLE programming serta latihan soal-soal tutorial untuk memperdalam wawasan pemahaman mahasiswa tentang PDB. Semua materi dalam buku ini ditulis dalam
matematik dapat disajikan dengan benar. Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Jember. vii
2. Dekan FKIP Universitas Jember. 3. Pimpinan Proyek Peningkatan Universitas Jember yang telah mendanai pengembangan bahan ajar Mata Persamaan Diferensial I. 4. Ketua Program Pendidikan Matematika yang telah memberikan motivasi dan rekomendasi penggunaannya dalam perkuliahan. 5. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam penyusunan buku ajar ini. Semoga bantuan rielnya mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T. Akhirnya penulis berharap agar buku pegangan ini memberikan manfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran masih penulis harapkan untuk penyempurnaan dikemudian hari.
Penulis
viii
Daftar Isi
ix
Daftar Tabel
Daftar Gambar
xi
+ @y @t + xy = 5 1
; 3x = 0
+ @y @t ; y = 0 +
d2 y dx2
3
dy dx
; x = 2y
@u + @u @y + @z = 5
5
dy dx
d2 y dx2
dy dx
y = 7x
Dalam bahan ajar ini pembahasan persamaan difrensial akan difokuskan pada Persamaan Difrensial Biasa (PDB). Sehingga semua contoh soal dan aplikasinya akan dikaitkan dengan model fenomena persamaan difrensial yang hanya terikat pada satu variabel bebas.
De nisi 1.1.2 Order Order suatu PDB adalah order tertinggi dari turunan
dalam persamaan F (x y y : : : y(n) ) = 0.
0 00
a0 (x)y(n) + a1(x)y(n
Selanjutnya:
1)
+ an(x)y = F (x)
dimana a0 (x) 6= 0
1. Bila tidak dapat dinyatakan dengan bentuk diatas dikatakan tak linier 2. Bila koe sien a0 (x) a1 (x) : : : an (x) konstan dikatakan mempunyai koe sien konstan bila tidak, dikatakan mempunyai koe sien variabel. 3. Bila F (x) = 0 maka PDB tersebut dikatakan homogen bila tidak, disebut nonhomogen.
De nisi 1.2.1 Suatu PDB order n yang ditulis dalam persamaan berikut:
; F x y y y : : : y(n) ) = 0
0 00
(1.1)
dimana F adalah fungsi real dengan (n + 2) argumen akan mempunyai solusi eksplisit dan implisit dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bila f adalah suatu fungsi dimana f 2 C (I ) dan f 2 C n (I ) untuk 8x 2 I dan I adalah sebarang interval real, maka f dikatakan solusi eksplisit dari (1.1) jika F x f f f : : : f (n) ) 2 C (I ) dan F x f f f : : : f (n) ) = 0
0 00 0 00
untuk 8x 2 I . 2. Sedangkan g(x y) = 0 disebut solusi implisit dari (1.1) jika fungsi g dapat ditransformasikan dalam fungsi eksplisit f 2 C (I ) untuk 8x 2 I dan minimal satu merupakan solusi eksplisitnya.
Secara umum kedua solusi ini masih dikategorikan lagi kedalam tiga jenis solusi yaitu 1. Solusi umum, yaitu solusi PDB yang mengandung konstanta esensial, katakanlah C . Sebagai contoh, diketahui sutau PDB y = 3y + 1 maka solusi
0
umunnya adalah y = ;1=3 + Ce3 x. 2. Solusi khusus, yaitu solusi yang tidak mengandung konstanta esensial yang disebabkan oleh tambahan sarat awal pada suatu PDB. Misal PDB itu
3 x . y = 3y + 1 y(0) = 1 maka solusi khususnya adalah y = ;1=3 + 4 3e
0
3. Solusi singular, yaitu solusi yang tidak didapat dari hasil mensubstitusikan suatu nilai pada konstanta pada solusi umumnya. Contoh y = Cx + C 2 adalah solusi umum dari (y )2 + xy = y, namun demikian disisi lain PDB
0 0
eksibel untuk kasus yang komplek. Dengan MATLAB direction eld dapat digambar sebagai berikut: %Menggunakan fungsi eldplot atau DEplot %Misal akan diamati pola solusi dari PDB y = 1 ; 2ty with(plots): eldplot( t 1 ; 2 t y] t = ;1::4 y = ;1::2 arrows = LINE color = t) %Atau dengan menggunakan fungsi DEplot eq1:=di (y(t),t)=1-2*t*y(t) DEplot(eq1,y(t),t=-1..4,y=-1..2)
0
Hasil dari menjalankan fungsi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1.1: Diagram kekonvekan untuk D 2 R 2 Atau dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam matematika untuk menggambar suatu fungsi, (lihat KALKULUS). 3. Metoda Numerik. Pada saat sekarang metoda ini merupakan metoda
yang sangat eksibel. Metoda ini berkembangan sesuai dengan perkembangan komputer dan dapat menyelesaiakan suatu PDB dari level yang mudah sampai level yang komplek. Walaupun fungsi solusi tidak diketahui secara eksplisit maupun implisit namun data yang diberikan dapat divisualisir dalam gra k sehingga dapat dianalisis dengan baik. Namun metoda ini berdasarkan pada prinsip-prinsip aproksimasi sehingga solusi yang dihasilkan adalah solusi hampiran (pendekatan). Sebagai konsukwensi dari penggunaan metoda ini adalah adanya evaluasi berulang dengan menggunakan komputer untuk mendapatkan hasil yang akurat. Salah satu metoda ang telah anda kenal adalah metoda EULER dengan rumus yn+1 = yn + hf (t y), (lihat catatan Algoritma dan Pemerograman). Dibawah diberikan programming metoda EULER dengan menggunakan MATLAB programming. %Programming Untuk Menyelesaikan PDB %y = y ; t2 + 1 y(0) = 0:5 %Dengan menggunakan metoda Euler
0
n=input('Jumlah iterasi :') y(1)=0.5 t(1)=0 h=0.2 for i=2:n fprintf('nn y(i) = 1:2 y(i ; 1) ; 0:2 t(i ; 1)2 + 0:2 t(i) = t(1) + (i ; 1) h end plot(t,y) hold on f = t:2 + 2: t + 1 ; 0:5: exp(t) plot(t,f,'o')
dy = f (x y) y = dx
0
dimana f adalah kontinyu atas variabel x y pada domain D (dalam bidang xy). Misal (x0 y0) adalah titik pada D, maka masalah nilai awal yang berkenaan dengan dengan y = f (x y) adalah masalah untuk menentukan solusi y yang
0
memenuhi nilai awal y(x0) = y0. Dengan notasi umum sebabagai berikut:
y = f (x y) y(0) = y0
0
(1.2)
Permasalahannya sekarang apakah solusi y(x) yang memenuhi y(x0) = y0 selalu ada (principle of existence) , kalau benar apakah solusi itu tunggal (principle of uniqueness). Pertanyaan ini merupakan hal yang sangat penting untuk didahulukan mengingat betapa kompleknya suatu model fenomena riel yang banyak dimungkinkan tidak dapat diselesaikan dengan metoda analitik ataupun kualitatif. Untuk memudahkan pemeriksaan awal tentang dua hal ini dalam hal ini dikembangkan teorema Lipschitz dan teorema Picard.
jjf (t y1 ) ; f (t y2 )jj
Ljjy1 ; y2jj
(t , y )
1 1
(t , y ) (t , y )
2 2 1 1
(t 2 , y 2 )
Tidak Konvek
Konvek
Teorema 1.4.1 Teorema Lipschitz. Andaikata f (t y) terde nisi dalam himpunan konvek D 2 R 2 dan ada konstanta L > 0 dimana
df (t y) dy
untuk semua (t y) 2 D
(1.3)
y (t) = f (t y)
0
a t b y(a) = t b. t
2
f (t y2 ) ; f (t y1 ) = @ f (t ) = t2 cos(t ): y2 ; y1 @y
Kemudian
= 4jjy2 ; y1jj:
Degan demikian sarat Lipschitz terpenuhi yaitu jjf (t y1 ) ; f (t y2 )jj solusi tunggal.
Ljjy1 ; y2jj,
, dimana adalah
1. f 2 C (D) dimana D adalah daerah pada bidang xy, yaitu D = f(x y) a <
10
Latihan Tutorial 1
1. Kelompokkan persamaan diferensial dibawah ini kedalam PDB dan PDP. (a) (b) (c) (d) (e) (f) ini (a) (b) (c) (d) (f) (g) (h)
@y @x d4 y dx4 d2 y dx2 d6 u dt6 @y @x dy dx
+ @y @t + xy = 5 +
d2 y dx2
+
d2 y dx2
dy dx
3
; 3x = 0
dy dx
2
+ @y @t ; y = 0 +
5
; x = 2y
@u + @u @y + @z = 5
dy dx
d2 y dx2
dy dx
y = 7x
2. Tentukan orde dan sifat-sifat kelinieran dari persamaan diferensial berikut + xy = xex +3 +
5
d2 y dx2
+ 5y = 0
d5 u dt5
+ ysinx = 0
d2 u dt2
+ t = 2u
(e) x2dy + y2 dx = 0
d2 y dx2 d2 u dt2 d3 y dt3
+ xsiny = 0 =
d5 u dt5
+ t = 2u
2 2 + t dy dt + (cos t)y = t
11
d3 y dx3 d2 y dt2
+ xtan2 (xy) = 0
2 2 + dy dt + (cos (t + 2))y = t
2y dy y (m) (1 + t2 ) d dt2 + t dt + te = 0
d5 y ds5
+ cosec(2s2 ; 2) = siny
3. Ulangilah soal nomor 2, tentukan sifat kehomgenan dari masing-masing soal tersebut 4. Selidikilah apakah solusi yang diberikan merupakan solusi dari persamaan diferensial berikut ini (a) y + 2y ; 3y = 0
00 0
y1(t) = e
3t
y2(t) = et
t y2(t) = e t + 3
;
(b) ty ; y = t2
0
y(t) = 3t + t2
t y1(t) = 3
y2(t) = t
5. Cermati apakah fungsi solusi dibawah ini merupakan solusi terhadap masalah nilai awal yang bersesuaian (a) y = ;y
0 00
y(0) = 2 y(x) = 2e
0
(b) y + 4y = 0
00 0
(c) y + 3y + 2y = 0 chitz:
2x
6. Periksalaha mana diantara soal berikut ini yang memenuhi teorema Lips-
12 0 t 1 1 t 2
(b) f (t y) = 1 + t sin y
0 t 2
0 t 1
y(0) = 1
dan tentukan besar konstanta Lipschitz dari masing-masing soal ini. 7. Selidiki apakah persamaan diferensial berikut ini mempunyai solusi tunggal pada interval yang memuat kondisi awal berikut (a) y = ;1 ; 2y
0
(b) y = ;2 + t ; y
0
(c) y = e t + y
0 ;
y (d) y = ; x
0
y(0) = 1
8. Tentukan untuk titik-titik (x0 y0) yang mana PDB berikut ini memenuhi teori kewujudan dan ketunggalan dari Picard. (a) y = xx2 +yy
0 ;
1 (b) y = (2x ; y) 3
0
2 (c) y = (1 ; x2 ; 2xy2) 3
0
(d) 2xy = x2 + y2
0
dy = f (x y) dx
atau dalam bentuk derivatif
M (x y)dx + N (x y)dy = 0
(2.1)
(x y) dx + @F (x y) dy dF (x y) = @F@x @y
untuk semua (x y) 2 D.
13
14
De nisi 2.1.2 Persamaan 2.1 disebut difrensial eksak pada domain D jika ada
fungsi F dari dua variabel x y sedemikian hingga ekspresi tersebut sama dengan jumlah dF (x y) untuk 8(x y) 2 D. Sesuaikan de nisi 2.1.1 dengan persamaan 2.1 diperoleh
(x y) M (x y) = @F@x (x y) N (x y) = @F @y
@N (x y) @x
Bukti
Akan dibutkikan bagian pertama dari teorema ini. Jika 2.1 eksak di D maka
Mdx + Ndy adalah eksak difrensial di D. Dengan de nisi 2.1.1 dan 2.1.2, maka
terdapat suatu fungsi F sedemikian hingga
@F (x y) = M (x y) dan @F (x y) = N (x y) @x @y
untuk 8(x y) 2 D. Selanjutnya turunkan M terhadap y dan N terhadap x diperoleh
@ 2F (x y) = @M (x y) @x@y @y
Kita tahu bahwa
2 F (x y) = @N (x y) dan @ @y@x @x
@F (x y) = @F (x y) @x@y @y@x
15
@M (x y) = @N (x y) @y @x
8(x y) 2 D.
Contoh 2.1.1 Tentukan solusi PDB eksak (3x2 + 4xy)dx + (2x2 + 2y)dy = 0 Penyelesaian 2.1.1 Jelas persamaan ini adalah PDB eksak karena
@M (x y) = 4x = @N (x y) @y @x
8(x y) 2 D. Dengan menggunakan cara yang pertama maka kita mempunyai
F (x y ) =
@F (x y) = 2x2 + d (y) @y dy
padahal kita punya
@F (x y) = N (x y) = 2x2 + 2y @y
16
yang merupakan solusi persamaan PDB eksak yang dimaksud. Cara yang kedua adalah dengan menggunakan teknik pengelompokan, lihat catatan dalam perkuliahan.
17
merupakan PDB eksak. Sekarang bagaimana prosedur menentukan (x y), dapatlah digunakan teorema 2.1.1 diatas. Bila persamaan 2.2 eksak maka
@( M ) = @( N ) @y @x @ M + @M = @ N + @N @y @y @x @x @M ; @N = N @ ; M @ @y @x @x @y @ @ N @x ; M @y (x y) = @M @N
@y
@x
(2.3)
Penyelesaian 2.1.2 Soal nomor 1 bisa dilihat dalam catatan, selanjutnya kita
bahas soal nomor 2. Jika tergantung pada xy ini berarti = (x y) misal
z = xy maka @ = @ (z ) y atau @ = @ (z ) x @x @z @y @z
sedangkan
18
Sekarang gunakan faktor integrasi 2.3 dan substitusikan nilai-nilai diatas ini, maka didapat
(z ) (z ) y ; (x2y + 2xy2 + 2x + 3y) @ @z x (x3 + 2x2y + 3x) @ @z 2 2 (x + 4xy + 3) ; (3x + 4xy + 3) = @ @z @z = 1 @ Z Z 1 @z = @
z = ln
= ez = exy Dengan demikian faktor integrasinya adalah (x y) = exy . Sekarang soal nomor dua menjadi PDB eksak dengan mengalikan faktor integrasi terhadap sukusukunya dimasing-masing ruas.
latihan
f1(x)g1(y)dx + f2(x)g2(y)dy = 0
selanjutnya kalikan persamaan ini dengan g1(y)f2(x) maka akan diadapat
(2.4)
(2.5)
19
Persamaan 2.4 tidak eksak namun persamaan 2.5 adalah eksak sehingga teknik penyelesaiannya menyesuaikan. Bisa juga dengan mengintegralkan langsung bentuk itu menjadi
Contoh 2.1.3 Tentukan solusi PDB berikut ini dengan menggunakan teknik pemisahan variabel. 1. (x + y)2 dx ; xydy = 0 2. (2xy + 3y2 )dx ; (2xy + x2)dy = 0
Penyelesaian 2.1.3 Soal nomor 1 bisa dilihat dalam catatan, selanjutnya kita
bahas soal nomor 2. Ambil suatu permisalan y = vx dan tentunya dy = vdx+xdv, lalu substitusikan kedalam persamaan nomor 2. (2x2v + 3x2v2)dx ; (2x2v + x2)(vdx + xdv) = 0 2x2vdx + 3x2v2 dx ; 2x2v2dx ; 2x3vdv ; x2vdx ; x3dv = 0
x2(v + v2 )dx ; x3(2v ; 1)dv = 0 1 dx ; (2v ; 1) dv = 0 x (v + v2) Jelas persamaan terakhir ini merupakan PDB eksak sehingga gunakan cara
yang sama untuk menyelesaikannya. Atau bisa diintegralkan langsung menjadi Z (2v ; 1) Z 1 x dx ; (v + v2 ) dv = 0 ln x + c0 + ln v ; 3 ln(1 + v) + c1 = 0 ln x + c0 + ln(y=x) ; 3 ln(1 + (y=x)) + c1 = 0
) ln x + ln(y=x) ; 3 ln(1 + (y=x)) = c
20
(2.6) (2.7)
@M (x y) = P (x) dan @N (x y) = 0 @y @x dengan demikian persamaan ini bukan merupakan PDB eksak, sehingga perlu
ditentukan faktor integrasinya. Kita pilih faktor integrasi yang hanya tergantung pada x, yaitu (x). sedemikian ( (x)P (x)y ; (x)Q(x))dx + (x)dy = 0 merupakan PDB eksak, yang berakibat bahwa
@ (x)P (x)y ; (x)Q(x) @ (x) = @y @x Selesaikan bentuk ini didapat P (x)dx = (1x) @ (x) Z ln j j = P (x)dx
) =e
R
P (x)dx
>0
21
P (x)dx dy
dx + e
e
atau
)
P (x)dx y =
P (x)dx Q(x)dx + c
y=e
P (x)dx R
P (x)dx Q(x)dx + c
(2.8)
Persamaan ini disebut Persamaan Bernoulli Selanjutnya untuk persamaan 2.7 dapat kita tulis dalam
dy + P (x)y1 n = Q(x): y n dx
; ;
Misal v = y1 n maka
;
dy dx
dv + P (x)v = Q (x) q dx p
22
y(2) = 1
2.
dy dx
+ y = xy3
y(0) = 2
dy + 4x y = x dx (x2 + 1) (x2 + 1)
x dan Q(x) = x sehingga dengan menggunakan maka P (x) = (x24+1) (x2 +1)
P (x)dx
P (x)dx Q(x)dx + c
untuk y(2) = 1 maka substitusikan ke persamaan ini didapat c = 19, akhirnya solusi khususnya adalah
) y=
Ikuti langkah dalam prosedur yang telah diberikan untuk mengerjakan soal nomor 2. Anda kerjakan sebagai latihan
23
Latihan Tutorial 2
1. Mana diantara soal-soal berikut ini yang merupakan PDB order 1 eksak. (a) (y sec2 x + sec x tan x)dx + (tan x + 2y)dy = 0 (b) ( 2 + 1) cos rdr + 2 sin rd = 0 (c)
2s;1
ds +
s s2 t2
;
dt = 0
2. Selesaikanlah PD order 1 eksak berikut ini (a) (2y sin x cos x + y2 sin x)dx + (sin2 x ; 2y cos x)dy = 0 (b)
1+8xy 2=3
x y
2=3 1=3
dx +
2x4=3 y 2=3 ;
y4=3
! 1 = 3 x dy = 0 y(1) = 8
y(0) = 3
3. Tentukan faktor integrasi untuk masing-masing soal berikut ini (a) (x2y + 2xy2 + 2x + 3y)dx + (x3 + 2x2y + 3x)dy = 0, bila tergantung pada xy (b) (y3 ; 2x2y)dx + (2xy2 ; x3)dy = 0, bila tergantung pada x + y 4. Gunakan metoda variabel terpisah untuk menyelesaikan beberapa persoalan berikut ini
y + y )dx ; xdy = 0 (a) (x tan x p p p p (b) ( x + y + x ; y)dx + ( x ; y ; x + y)dy = 0
(b)
dr d
+ r tan = cos
r( pi 4)=1
x = xB ; xA : vr = 4 4t t ; t
B A
v = dv (m=dt2) dt
Hukum 3.1.1 (Hukum Newton I) Hukum ini juga disebut hukum Kelembaman Newton yang berbunyi ' setiap benda akan tetap berada pada keadaan diam
atau bergerak lurus beraturan kecuali jika benda itu dipaksa oleh gaya-gaya yang bekerja pada benda itu'. 24
25
Hukum 3.1.2 (Hukum Newton II) Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya
yang bekerja pada sebuah benda berbanding lurus (sebanding) dengan besar gaya itu, dan berbanding terbalik dengan massa kelembaman banda itu. Secara matematis dapat ditulis sebagai a = F=m atau F = ma dimana F adalah gaya dan m suatu massa. Analog dengan hukum Newton II ini, gerak jatuh bebas suatu benda dengan berat W tanpa mengikutsertakan gaya gesek udara adalah
W = mg: F dalam hal ini direpresentasikan dengan W dan a = g, sehingga bisa kita tulis mg = W ma m dv dt dv dx m dx dt dv mv dx
adalah model dari PDB order satu. = F = F = F = F
Contoh 3.1.1 Benda dengan berat 8 newton dijatuhkan dari suatu ketinggian
tertentu, yang bearawal dari keadaan diam. Jika kecepatan benda jatuh itu v, dan kecepatan gravitasi bumi adalah g = 10m=dt2, serta gaya gesek udara adalah
26
m dv dt = F1 + F2 8 dv = 8 ; 2v 10 dt 1 dv = 10 dt 8 ; 2v 8
Karena benda berawal dari keadaan diam maka v(0) = 0, sehingga model PDB sekarang adalah 1 dv = 10 dt 8 ; 2v 8 v(0) = 0 Integralkan kedua ruasnya didapat 1 10 t + c ; ln(8 ; 2v) + c0 = 1 2 8 ln(8 ; 2v) = ; 5 t + c2 2 2 t+c2 (8 ; 2v) = e 5
;
2t + 8 2v = ;Ce 5 5 v = 1 (8 ; Ce 2 t ) 2
; ;
Dengan memasukkan nilai awal v(0) = 0 maka c = 4 sehingga ekspresi kecepatan adalah
5t v(t) = 4 ; 2e 2 :
;
dx dt
27
dx = 4 ; 2e dt x(0) = 0
adalah
5 2
Dengan cara yang sama untuk solusi PDB ini maka ekspresi jarak terhadap waktu
5 4 2t + x(t) = 4t ; 4 e 5 5
dy = ky dt y(t0 ) = y0
28
Selanjutnya bila k berubah-ubah maka dapat kita ganti dengan h(y) yang dapat dipilih h(y) = r ; ay maka model pertumbuhan menjadi = (r ; ay)y
Asymptotic solution
1.5 3 2 1 0 0.5 1 x
2.5
-2
y(x)
-1
-0.5
-1
-3
29
Penyelesaian 3.2.1 Bila tahun 1980 jumlah populasi 100,000 maka dapat dikatakan
x(1980) = 100 000 sehingga model PDB sekarang adalah dx = 1 x ; 1 x2 dt 100 (10)8 x(t0) = x0
Rubah kedalam kedalam PD dengan variabel terpisah 1 dx = dt (10) x ; (10) 8x2
;
Integralkan kedua ruasnya 1 dx 2 (10) x(1 ; (10) 6x) Z 1 6 + (10) 6 dx 100 x 1 ; (10) x ; 100 ln x ; ln(1 ; (10) 6x) + c0 x ln 1 ; (10) 6x x 1 ; (10) 6x x 1 ; (10) 6x
; ; ; ; ; ; ; ;
= =
Z Z
dt dt
Terapkan nilai awal x(1980) = 100 000 didapat c = 9(10) e19:8 sehingga
6 x(t) = 1 + 9e10 19:8
;
t=100
(3.1)
Dengan demikian beberapa pertanyaan itu dapat diselesaikan sebagai berikut 1. jumlah populasi tahun 2000 artinya t = 2000. Substitusikan nilai t ini kedalam persamaan 3.1 didapat x = 119 495. Dengan demikian jumlah populasi tahun 2000 adalah 119,495 orang.
30
Dengan demikian jumlah maksimum populasi untuk waktu yang tidak terbatas adalah satu juta orang.
Penyelesaian 3.2.2 Gunakan rumus peluruhan. Misal Q jumlah isotop Thorium234 maka dalam waktu t model peristiwa peluruhan itu adalah
31
Q(t) = 100e
rt
Kemudian terapkan sarat kedua, yakni dalam satu minggu (7 hari) isotop menjadi 82.04 mg artinya Q(7) = 82:04 mg akan didapat nilai r, sedemikian hingga ekspresi jumlah terhadap waktu (hari) adalah
Q(t) = 100e
0:02828t
Dengan mengetahui ekspresi ini akan menjadi mudah untuk mengerjakan pertanyaanpertanyaan diatas. (Teruskan sebagai latihan.)
dx = k(x ; x ) k > 0 s dt
dimana k adalah konstanta tingkat pendinginan.
Contoh 3.3.1 Suatu benda dengan suhu 80oC diletakkan diruangan yang bersuhu
50oC pada saat t = 0. Dalam waktu 5 menit suhu benda tersebut menjadi 70oC ,
maka 1. tentukan fungsi suhu pada saat tertentu 2. tentukan besarnya suhu benda pada 10 menit terakhir
32
Penyelesaian 3.3.1 Dengan memahami persoalan ini maka model PDB proses
pendinginan dapat ditulis sebagai
x = 50 + cekt
Masukkan nilai awal maka nilai c = 30 sehingga persamaan menjadi
x = 50 + 30ekt
Dan masukkan kondisi kedua didapat
; ek = 2 3
sehingga ekspresi terakhir menjadi
1 5
; 2 5t x(t) = 50 + 30 3 Selanjutnya anda selesaikan pertanyaan diatas dengan memakai ekspresi ini.
3.4 Campuran
Suatu bahan dengan konsentrasi terterntu dicampur dengan bahan lain dalam suatu tempat sehingga bahan bercampur dengan sempurna dan menjadi campuran lain dengan konsentrasi berbeda. Bila Q menunjukkan jumlah bahan pada
33
saat tertentu, maka perubahan Q terhadap t ditunjukkan dengan dQ dt . Kemudian bila proses yang terjadi adalah terdapat campuran masuk dan campuran yang keluar, dimana laju jumlah bahan masuk dinyatakan dengan proses IN dan laju jumlah bahan keluar dinyatakan dengan proses OUT maka
dQ = IN ; OUT dt
v =r liter/min k =s gram/liter
v =r liter/min
Gambar 3.2: Proses campuran dalam tangki. Dimana bila laju masuk sama dengan laju keluar maka
Contoh 3.4.1
Suatu tangki mula-mula berisi 200 liter larutan yang mengandung 100 gram garam. Larutan (lain) yang mengandung garam dengan konsentrasi 1 gram/liter masuk kedalam tangki dengan laju 4 liter/menit dan bercampur dengan sempurna, kemudian campuran itu diperkenankan keluar dengan laju 4 liter/menit. 1. Formulasikan masalah nilai awal tersebut
34
t=50
35
Latihan Tutorial 3
1. Suatu benda yang massanya 50 kg dari keadaan diam di suatu puncak bergerak diatas bidang miring dengan panjang 20 m dari puncak ketanah, dan sudut kemiringan 45o (lihat Gambar 1). Bila koe sien gesek kinitis
k
berapa jarak yang ditempuh benda selama 5 detik, dan (iii) berapa waktu
45
45
fgesek =
N g.
2. Suatu benda dengan massa konstan m ditembakkan tegak lurus keatas menjauhi permukaan bumi dengan kecepatan awal V0 km=dt2. Bila diasumsikan tidak ada gesekan udara namun berat benda berubah dalam jarak-jarak tertentu terhadap bumi, maka tentukan (a) model matematik dari kecepatan V (t) selama benda itu meluncur (b) tentukan V0 untuk mencapai ketinggian maksimum 100 km
36
(c) tentukan maksimum V0 supaya benda yang ditembakkan tadi tidak kembali kebumi. (Petunjuk : gunakan g = 0:098 km=dt2, jari-jari bumi R = 6378:388 km dan fungsi berat dalam jarak x terhadap bumi yang umumnya dinyatakan
2 sebagai w(x) = (mgR R+x)2 )
1 untuk r dan T konstanta positip, maka (a) gambar gra k f (y) dan y. (b) tentukan model gra k y dan t untuk memberikan gambaran solusi kualitatif dari PD tersebut. 4. Jam 10.00 WIB seseorang mengambil secangkir kopi panas dari microwave oven dan meletakkan di ruang tamu dengan maksud untuk meminumnya setelah agak dingin. Awal mula suhu kopi adalah 95oC . Selanjutnya 10 menit kemudian besar suhu kopi menjadi 75oC . Asumsikan suhu ruang tamu itu adalah konstan 27oC . (a) Berapa besar suhu kopi pada jam 10.18 WIB (b) Orang ini suka meminum kopi yang suhunya antara 55oC sampai 60oC , maka antara jam berapa dia harus minum kopi itu. 5. Sebuah tangki besar awal mula berisi 300 liter larutan yang mengandung 5 kg garam. Larutan lain yang mengandung garam de-ngan konsentrasi
1 2
37
(a) Tentukan model matematik tentang banyaknya garam dalam tangki setiap saat. (b) Bila kapasitas maksimum tangki 750 liter tentukan domain waktu t sehingga model diatas tetap berlaku. (c) Pada poin (b) berapa besar konsentrasi larutan pada saat tangki penuh. (d) Bila tangki tidak mempunyai kapasitas maksimum, tentukan konsentrasi larutan untuk jangka waktu tak terbatas. 6. Suatu tangki berkapasitas 500 liter mula-mula berisi 200 liter larutan yang mengandung 100 gram garam. Larutan (lain) yang mengandung garam dengan konsentrasi 1 gram/liter masuk kedalam tangki dengan laju 3 liter/menit dan campuran dalam tangki diperkenankan keluar dengan laju 2 liter/menit. Tentukan model matematik yang menyatakan banyaknya garam dalam tangki setiap saat (sebelum dan sesudah tangki penuh).
+ cmfm
1)
+ an(x)y = 0 38
dimana a0 (x) 6= 0:
(4.1)
39
Misal f1 f2 : : : fm solusi sebanyak m maka solusi umum PDB ini merupakan kombinasi bebas linier dari fungsi-fungsi ini, yaitu y = c1 f1 + c2 f2 +
+ cmfm .
+ cmfm + cmfm
0 ;
y (n
1)
= c1f1(n
1)
+ c2f2(n
1)
(n + cmfm
1)
(n) + cmfm
;
1)
+ c2f2(n
1)
1)
1)
+ an(x)fm = 0. Analog
dari persamaan (4.3) maka ruas kiri persamaan terakhir akan sama dengan nol, sehingga terbukti y = c1f1 + c2f2 + + cmfm merupakan solusi umum.
De nisi 4.1.3 Misal f1 f2 : : : fm adalah fungsi riel yang kontinyu pada turunan ke (n ; 1) dalam interval a b] maka
f1 W (f1 f2 : : : fn ) = f1
0
f2 f2
0
::: :::
. . .
1)
fn fn
0
. . .
. . .
. . .
f1(n
1)
f2(n
(n : : : fn
1)
40
juga solusi PDB ini, dan buktikan solusi-solusi itu bebas linier. 2. Jika ex e linier.
;
c1ex + c2e x + c3e2x juga solusi PDB ini, dan buktikan solusi-solusi itu bebas
;
Cara sederhana untuk menyelesaikan PDB homogen order n ini adalah dengan cara mereduksi ordernya.
1)
+ an(x)y = 0
a0(x) 6= 0
Contoh 4.1.2 Salah satu solusi PDB (x2 + 1)y ; 2xy + 2y = 0 adalah f1 = x
00 0
y = 2v + xv :
00
41
Substitusikan kedalam PDB pada persoalan ini didapat x(x2 +1)v +2v = 0 dan misal w = v maka
0
dv = c(x2 + 1) dx x2 2 1) pilih c = 1 dv = (x x+ 2 1 dx dv = 1 + x 2 1: v = x; x
adalah
) y = c1 x + c2 (x2 ; 1):
42
a0(x)y(n) + a1 (x)y(n
1)
+ an(x)y = F (x)
a0(x) 6= 0
(4.2)
Teorema 4.2.1 Bila u adalah solusi umum PDB homogen dari persamaan (4.4)
dan v solusi khusus persamaan (4.4) maka u + v adalah solusi umum PDB nonhomogen.
(4.3)
bila p q r adalah fungsi konstan maka dapat ditulis dengan persamaan berikut
ay + by + cy = 0:
00 0
(4.4)
y = ert y = rert
0
y = r2ert
00
43
y = c1er1t + c2er2t :
0
Misal diberikan PDB y + 5y + 6y = 0 maka persamaan karakteristiknya adalah r2 + 5r + 6 = 0, dengan akar-akar r1 = ;2 dan r2 = ;3, sehingga solusi umumnya y = c1e
0 ;
2t
dan y (0) = 3 maka nilai c1 c2 dapat diperoleh dengan cara menurunkan solusi umum dua kali, yaitu y = ;2c1e
2t
; 3c2e
3t
dan y = 4c1e
00
2t
+ 9c2e
3t
dan
substitusikan kedua nilai awal itu kedalam persamaan ini, diperoleh sistem
c1 + c2 = 2
;2c1 ; 3c2 = 3
2t
; 7e 3t .
;
44
3. y + 5y + 3y = 0 y(0) = 1 y (0) = 0
00 0 0
Akar-Akar Komplek
Persamaan karakteristik persamaan PDB order dua homogen adalah ar2 +br +c = 0. Jika D < 0 maka akar-akarnya adalah bilangan komplek, yaitu r1 = + i dan r2 = ; i , dengan demikian solusi kompleknya adalah
y1 = c1e( +i )t y2 = c1e(
;
(4.5) (4.6)
i )t
Teorema 4.3.1 (Teorema Taylor) Jika f (t) mempunyai n + 1 turunan kontinyu pada interval a b] untuk beberapa n
pn(t) + Rn+1(t) t0) f (t ) + + (t ; t0)n f (n)(t ) pn(t) = f (t0) + (t ; 0 0 1! n ! Zt 1 Rn+1(t) = n! (t ; t)nf (n+1)(t)dt t0 n+1 = (t ; t0 ) f (n+1)( ) (n + 1)! f (t)
0
Dengan menerapkan teorema ini maka aproksimasi untuk fungsi-fungsi berikut pada t0 = 0 adalah: )2 + (at)3 + = X (at)n eat = 1 + at + (at 2! 3! n=0 n! 3 5 2n 1 1 X sin at = (at) ; (at) + (at) ; = (;1)n 1 (at) 1! 3! 5! (2n ; 1)! n=1 0 2 4 X n (at)2n ( at ) ( at ) ( at ) cos at = 0! ; 2! + 4! ; = (;1) (2n)! n=0
1 1 ; ; 1
45
Selanjutnya dalam ekspresi solusi komplek eit dapat ditulis sebagai berikut )2 + (it)3 + : : : eit = 1 + it + (it 2! 3! X n (at)2n X n 1 (at)2n 1 = (;1) + i (;1) (2n)! n=1 (2n ; 1)! n=0 = cos t + i sin t:
1 1 ; ;
Dengan menerapkan persamaan terakhir ini maka solusi komplek (4.5) dan (4.6) menjadi
Suatu contoh dapat ditunjukkan untuk menyelesaikan PDB y + y + y = 0. Persamaan karakteristik PDB ini adalah r2 + r + 1 = 0 sehingga akar-akar
q
;
1 2
t cos
3 4
. Jadi = ; 1 = 2 dan
3 4
t + c2e
1 2
t sin
3 4
sehingga solusi
3 4
t.
46
b 2a
t.
b 2a
b 2a
b 2a b 2a
b2 v(t)e 4a2
00 ;
b 2a
b 2a
= 0: Bila e
b 2a
6= 0
av (t) = 0 dimana solusi umumnya adalah v(t) = c1t + c2. Dengan demikian
00
b 2a
t + c2 te
b 2a
(4.7) (4.8)
L y] = y + p(t)y + q(t)y = 0
00 0
47
A yang dalam dalam hal ini diperoleh dari menurunkannnya dua kali yk = 2Ae2t
0
Permasalahan yang paling banyak dihadapi nantinya adalah bagaimana membuat permisalan untuk menentukan solusi khusus yk . Kadangkala pemisalahan itu harus diulang dua kali untuk menentukan koe sien yang tepat bagi solusi ini. Oleh karena itu untuk memudahkannya diberikan panduan berikut.
+ an
ts (A0tn + A1tn 1 +
;
(A0tn + A1tn 1 +
;
+ aN )eat sin t
2. y ; 2y ; 3y = ;8et cos 2t
00 0
48
Variasi Parameter
Diberikan PDB nonhomogen
(4.9)
y + p(t)y + q(t)y = 0:
00 0
(4.10)
Kemudian bila c1 diganti dengan u1(t) dan c2 dengan u2(t) maka diperoleh
(4.11)
Set
(4.12)
maka
u2(t)y2(t) = g(t). Suku pertama dan kedua adalah sama dengan nol, karena y1 y2
0 0
(4.13)
49
Dua persamaan (4.12) dan (4.13) akan membentuk sistem persamaan linier dimana u1(t) dan u2(t) dapat ditentukan sebagai berikut:
0 0
0
0
y2(t)
0
g(t) y2(t) )g(t) : u1(t) = W (y y )(t) = ; y2(t W 1 2 y1(t) 0 y1(t) g(t) )g(t) : u2(t) = W (y y )(t) = y1(t W 1 2
0 0
Sehingga
y1 (t)g(t) dt y (t) 2 W
Sebagai contoh dapat diselesaikan PDB y +4y = 3 csc t. Persamaan homogennya adalah y +4y = 0 dengan persamaan karakteristik r2 +4 = 0 dan mempunyai
00
akar komplek r12 = 0 2i. Dengan demikian solusinya yh = c1 cos 2t + c2 sin 2t. Dari keseluruhan soal ini dapat disimpulkan bahwa g(t) = 3 csc t y1 (t) = cos 2t dan y2 = sin 2t sehingga y1(t) = ;2 sin 2t dan y2(t) = ;2 sin 2t. Dengan mene0 0
y 2 (t )
0
50
51
Latihan Tutorial 4
1. Tentukan solusi umum dari masing-masing persamaan diferensial order dua berikut ini: (a) y ; 2y ; 8y = 4e2x ; 21e
00 0 00 0 ;
3x
(e) y + y ; 2y = 6e
00 0 00 0
2x
+ 3ex ; 4x2
(k) 4y ; 4y + y = ex=2 + e
00 0
x=2
2x
y(0) = 6 y (0) = 8
0
y(0) = 0 y (0) = 3
0
52
0
3x
(e) y + 8y + 16y = 8e
00 0
2x 6x 2x
y(0) = 2 y (0) = 0
0
(f) y + 6y + 9y = 27e
00 0 00 0
y(0) = ;2 y (0) = 0
0
y(0) = 0 y (0) = 4
0
y(0) = 0 y (0) = 8
0
y(0) = 1 y (0) = 2
0
y(0) = 1 y (0) = 2
0
y(0) = 1 y (0) = 0
0
Daftar Pustaka
Boyce, W. E. & Diprima, R. C. 1997. Elementary Di erential Equations and Boudary Value Problems. John Wiley & Sons, Inc. Singapore Burden, R. L. and Faires, J. D. 1997.Numerical Analysis. Brooks/Cole Publishing Company. U.S. Lambert, J.D. 1993. Numerical Methods for Ordinary Di erential Systems. John Wiley & Sons, Inc. Singapore Powell, M.J.D. 1981. Approximation Theory and Methods. Cambridge University Press. U.K. Ross, S. L. 1989. Introduction to Ordinary Di erential Equations. John Wiley & Sons, Inc. New York. U.S. Shampine, L. F. & Baca, L.S. 1989. Computer Solution of Ordinary Di erential Equations: The Initial Value Problem. Freeman. San Francisco.
53