You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 2

IC Timer 555

Nama NPM Fakultas Jurusan Kelompok Kode Praktikum Tanggal Praktikum

: Ignatius Henry : 1206258295 : FMIPA : Fisika : 18 : Modul 6 : Rabu, 16 April 2014

Laboratorium Elektronika Dasar Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia - Depok 2014

Modul 6 IC Timer 555


I. Tujuan 1. Mengukur frekuensi dan siklus kerja dari 555 astable 2. Mengukur lebar pulsa dari timer 555 monostable 3. Menguji signal keluaran dari pengatur tegangan osilator 4. Membuat sawtooth generator menggunakan timer 555

II.

Teori Dasar Timer 555 merupakan sebuah IC timer yang bekerja

berdasarkan rangkaian RC dan komparator yang dirangkai dengan komponen digital (R-Sflip-flop). Timer 555 dapat beroperasi baik sebagai monostabil maupun astabil. Keluaran gelombang kotak yang dihasilkan dapat memiliki variasi duty cycle mulai dari 50 99.9% dan frekuensi kurang dari 0,1Hz sampai dengan lebih dari 100KHz. Rangkaian 555 terdiri atas dua buah komparator tegangan (COMP1 dan COMP2), sebuah flip-flop kontrol R-S(reset/set) yang dapat direset dari luar melalui pin 4, sebuah penguat pembalik output (A1), dan sebuah transistor discharge (Q1). Level bias kedua kompartor ditentukan oleh resistor-resistor pembagi tegangan (Ra, Rb, dan Rc) yang terdapat antara Vcc dan ground. Input inverting komparator1 diberi masukan 2/3Vcc dan input noninverting dari komparator2 diberi masukan 1/3Vcc. Operasi monostabil membutuhkan masukan pulsa trigger pada pin2 dari IC 555. Masukan trigger berupa drop level tegangan lebih dari+2/3Vcc menuju tegangan kurang dari +Vcc/ 3. Fungsi dari IC555 bisa bermacam-macam, karena dapat

menghasilkan sinyal pendetak/sinyal kotak. Beberapa diantaranya adalah sebagai clock untuk jam digital, hiasan menggunakan lampu LED, menyalakan 7-segment dengan rangkaian astable, metronome dalam industri musik, timer counter, atau dengan lebih dalam mengutak-atik lagi dapat memberikan PWM (pulse width modulation) yang mengatur frekuensi sinyal logika high untuk mengatur duty cycle yang diinginkan.

Gambar 1. Skematik IC Timer 555

Rangkaian Monostable Rangkaian ini hanya memerlukan sedikit rangkaian tambahan untuk dapat mengoperasikannya, yaitu sebuah resistor (RA) dan sebuah kapasitor (C1) serta kapasitor (C2) untuk menyetabilkan tegangan referensi pada upper comparator (komparator-A). IC ini memanfaatkan rangkaian tambahan tersebut untuk mencharge dan men-discharge kapasitor C1 melalui resistor RA. fungsi rangkaian ini adalah untuk menghasilkan pulsa tunggal pada pin-3 dengan waktu tertentu jika pin-2 diberi trigger /dipicu. Pada keadaan awal, output ICnya berlogika 0. Dapat dilihat pada gambar-2 bahwa terdapat rangkaian pembagi tegangan untuk input referensi komparator-A dan komparator-B. Seperti yang kita ketahui prinsip kerja komparator yaitu jika Vd (beda potensial input inverting dan input non-invertingnya) bernilai positif, maka komparator akan mengeluarkan output berlogika 1. Jika diberi trigger dari logika 1 ke logika 0 pada pin-2, maka Vd pada komparator-B akan brnilai positif dan alhasil mengeluarkan output high. Output ini akan men-set RS flip-flop (memberi keluaran IC logika 1) untuk beberapa saat, seiring dengan itu, transistor Q1 akan off (open)dan kapasitor C1 akan melakukan charging sampai tegangannya mencapai 2/3 Vcc sebelum akhirnya RS flip-flop akan di reset oleh komparator-A dan kapasitor C1 melakukan discharge melalui resistor R1 secara transient. Lamanya pulsa tunggal yang dihasilkan sekitar t = 1.1 RA C1.

Gambar 2. Rangkaian Monostable

Rangkaian Astable Rangkaian astable agak berbeda dari rangkaian monostable. Rangkaian astable akan menghasilkan sinyal kotak yang terus berdetak dengan duty cycle tertentu selama catu tegangan tidak dilepaskan. Prinsip kerjanya, jika pada rangkaian monostable dipicu dengan tegangan berlogika high ke low (kurang dari 1/3 Vcc) pada pin-2, rangkaian astable ini dibuat untuk memicu dirinya sendiri. Rangkaian ini memanfaatkan osilasi tegangan pada kapasitor disekitar 1/3 Vcc sampai 2/3 Vcc. Komponen eksternal yang diperlukan adalah sebuah kapasitor (C1) dan dua buah resistor (RA dan RB). Adapun untuk kestabilan tegangan referensi komparator-A, digunakan sebuah kapasitor lagi (C2) pada pin-5 sebesar 10nF ke ground. Sedikit terkait dengan deskripsi pin yang telah dibahasi diatas, saat transistor Q1 ON maka resistansi menuju ground pada emitternya sangat kecil, sehingga ground seakan-akan tersambung diantara kedua resistor. Namun ketika transistor Q1 off, resistansi antara collector dan emitternya sangat besar dan sulit dilewati arus, seakan terjadi open circuit. Pada akhirnya output yang terjadi berupa sinyal kotak akan mendetak secara kontinu dengan frekuensi tertentu seiring dengan berosilasinya tegangan pada kapasitor di 1/3 Vcc sampai 2/3 Vcc. Osilasi yang dimaksud disini dapat dijelaskan yaitu, sesaat tegangan kapasitor melebihi 2/3 Vcc komparator-A mengeluarkan output high yang akan me-reset RS flip-flop dan tegangan pada kapasitor akan turun(discharging) secara transient. Sesaat tegangan pada kapasitor C1 berkurang dari 1/3 Vcc, output komparator-B akan berlogika high dan men-set RS flip-flop, selanjutnya tegangan kapasitor akan naik secara transient (charging) dan

begitu seterusnya berosilasi menghasilkan pulsa. Jadi, saat berosilasi tegangan kapasitor tidak akan kurang dari 1/3 Vcc dan melebihi 2/3 Vcc.

Gambar 3. Rangkaian Astable

Gambar 4. Output Gelombang Rangkaian Astable

III.

Alat 1. Power supply 2. Osiloskop 3. Resistor 4. Potensiometer 5. Kapasitor 6. Transistor 7. Op-Amp 8. Timer

IV.

Prosedur Percobaan A. Astable 555 Timer 1. Menghitung frekuensi dan siklus kerja pada gambar 5 untuk hambatan yang terdapat pada tabel dibawah dan catat pada fcalc dan Dcalc :

VCC 5V R1 10k
4 7 6 2 5 RST DIS THR TRI CON GND 1 8 VCC OUT 3

U1

R2 100k

LM555CM

C2 0.01F C1 0.01F

Gambar 5. Rangkaian Astable RA, k 10 100 10 RB, k 100 10 10 fcalc Dcalc fmeas Dcalc

2. Menghubungkan rangkaian dengan RA = 10 k dan RB = 100 k. 3. Mengukur W dan T. Menjalankan frekuensi dan faktor kerja. Kemudian mencatat fmeas dan Dcalc pada tabel. 4. Melihat tegangan pada seberang kapasitor (pin 6). 5. Mengulangi langkah 2 sampai 4 untuk nilai hambatan yang berbeda.

B. Tegangan control osilator 1. Menghubungkan VCO pada gambar 2.

VCC 5V R1 10k
4 7 6 2 5 RST DIS THR TRI CON GND 1

XFC1
8 VCC OUT 3

U1

123

R3 1k

R2 100k

LM555CM R4 1k Key=A

C1 0.01F

50 %

R5 1k

Gambar 2. Rangkaian Voltage Control Oscillator 2. Melihat output dengan menggunakan osiloskop. 3. Variasikan 1 k potensiometer dan perhatikan yang terjadi. Kemudian catat minimum dan maksimum frekuensi: fmin fmaks : :

C. Monostable 555 Timer 1. Gambar 3 menunjukkan monostable 555 timer. Menghitung lebar pulsa untuk setiap daftar nilai R pada tabel lalu catat hasil pada Wcalc . R, k 33 47 68 2. Menghubungkan rangkaian pada gambar 3 dengan R pada 33 k. 3. Melihat output pada pin 6. Mengatur frekuensi dari input gelombang sin ke 1 kHz. Menyesuaikan tingkat gelombang sin sampai mendapatkan output dengan siklus kerja mendekati 90%. Wcalc Wmeas

4. Melihat output pada timer 555. Mengukur lebar pulsanya dan mencatat nilai pada Wmeas. 5. Mengulangi langkah 2 sampai 4 untuk variasi nilai R.

D. Sawtooth Generator 1. Menghitung nilai arus pada gambar 4 untuk setiap nilai R yang ditunjukkan pada tabel lalu catat nilainya R, k 10 22 33 Icharge, mA Scalc, V/ms Smeas, V/ms

2. Menghitung penurunan dari nilai tegangan kapasitor dalam volt permilisekon. Catat Scalc 3. Menghubungkan rangkaian pada gambar 8 dengan R sebesar 10 k 4. Mengatur AC generator menjadi 1 kHz. Sesuaikan tingkat untuk mendapatkan siklus kerja mendekati 90% 5. Lihat tegangan output. Menghitung kenaikan tegangan dan waktu 6. Mengulangi langkah 3 sampai 5 dengan nilai R seperti pada tabel

V.

Tugas Pendahuluan 1. Karena tegangan input dalam 555 timer terbagi bagi sehingga nilai tegangan control nya bernilai 10 V. 2. Transistor mengalami saturasi,nilai output Q harus bernilai tinggi 3. Dalam mengatur RS flip-flop tegangan ambang harus sedikit lebih besar dari tegangan control. 4. Jika VCC = 15 V,maka tegangan pacu harus kurang dari 5 V untuk memasang kembali flip-flop RS 5. Saat nilai R = 68 k dan C = 0.047 F, maka lebar pulsa output adalah 3.52 ms 6. RA = 27 k, RB = 68 k dan C = 0.22 F. Maka frekuensi outputnya akan bernilai 40.2 Hz dan siklus kerjanya 58.3%

7. Agar mendapatkan output astable dengan siklus kerja mendekati 50% maka nilai RA harus lebih kecil dari RB 8. VCC = 15 V,R1 = 3.9 k dan R = 1k dan C = 0.15 F. Nilai konstan dari arus adalah 4.13 mA dan kenaikannya adalah 27.6 V/ms

VI.

Simulasi Astable 555 Timer


VCC 5V R1 10k
4 7 6 2 5 RST DIS THR TRI CON GND 1

XFC1
8 VCC OUT 3

U1

123

R2 100k

LM555CM

C2 0.01F C1 0.01F

1. Tegangan Control Oscilator


VCC 5V R1 10k
4 7 6 2 5 RST DIS THR TRI CON GND 1

XFC1
8 VCC OUT 3

U1

123

R3 1k

R2 100k

LM555CM R4 1k 50 % Key=A

C1 0.01F

R5 1k

VII.

Data Pengamatan Astable 555 Timer RA(K) 10 100 10 RB(K) 100 10 10 fcalc Dcalc 685.71 Hz 52.38% 1.2 KHz 91.67% 1.44 KHz 66.67% fmeas 1.2 KHz 1.06 KHz 8.43 KHz Dmeas 51.62% 22.76% 66.12%

RA (10K) ; RB (100K)

RA (100K) ; RB (10K)

RA (10K) ; RB (10K)

Voltage Control Osilator fmin : 767,8 Hz

fmaks : 13,70 KHz

Monostable 555 Timer R(K) 33 47 68 R : 33K Wcalc 3.63 x 10-4 s 5.17 x 10-4 s 7.48 x 10-4 s Wmeas 811.5 s 812.8 s 807.9 s

R : 47K

R : 68K

VIII.

Analisis Pada percobaan modul 6 yaitu rangkaian IC Timer 555 praktikan melakukan 4 jenis percobaan yang berbeda. Pada percobaan ini praktikan dituntut untuk mengukur frekuensi dan siklus kerja dari 555 astable, mengukur lebar pulsa dari timer 555 monostable, menguji signal keluaran dari pengatur tegangan osilator, dan membuat sawtooth generator menggunakan timer 555. Pada percobaan pertama praktikan merangkai rangkaian astable timer sesuai dengan contoh rangkaian. Didalam percobaan ini praktikan mendapatkan output berupa frekuensi, periode dan lebar bandwidth sehingga nilai D tidak dapat secara langsung dihitung. Nilai D dihitung dengan membagi lebar bandwidth dengan periode sehingga didapatkan nilai tersebut. Setelah praktikan membandingkan nilai fcalc dengan fmeas terdapat perbedaan untuk RA (10K) ; RB (100K) dan RA (10K) ; RB (10K). Begitu juga dengan Dcalc dengan Dmeas terdapat perbedaan yang cukup jauh untuk RA (100K) ; RB (10K). Hal ini mungkin terjadi karena kesalahan merangkai dalam rangkaian. Pada percobaan kedua yaitu voltage control oscillator praktikan membuktikan bahwa frekuensi dari rangkaian dapat berubah ketika potensiometer digeser. Setelah melakukan percobaan rangkaian yang praktikan buat ternyata berhasil menunjukkan perubahan ketika potensiometer digeser dan mendapatkan hasil fmin : 767,8 Hz ; fmaks : 13,70 KHz. Pada percobaan ketiga praktikan merangkai rangkaian monostable sesuai dengan contoh rangkaian didalam buku. Setelah praktikan membandingkan nilai

Wmeas dengan Wcalc terlihat terdapat perbedaan diantara ketiga W ini, dengan nilai rata-rata Wmeas 815.2 s. Untuk percobaan keempat yaitu sawtooth generator, praktikan tidak sempat mengerjakan percobaan ini karena waktu yang tak memungkinkan.

IX.

Kesimpulan 1. IC 555 dapat beroperasi sebagai rangkaian monostable ataupun astable dan nilai frekuensi, D serta W dapat terukur dengan baik. 2. IC 555 dapat beroperasi sebagai voltage control oscillator dan nilai frekuensi minimal serta maksimalnya dapat terukur. 3. IC 555 dapat beroperasi sebagai sawtootgh generator.

X.

Referensi Kleitz, William. 1996. Digital Electronics A Practical Approach. Fourth Edition. Los Angeles : Prentice-Hall International, Inc.

You might also like