You are on page 1of 22

Tahun Baru Hijriah 2013 / Tahun Baru Islam 1435 Hijriah

Tahun Baru Hijriah atau Tahun Baru Islam merupakan hari besar bagi umat Muslim untuk memperingati hari pertama di bulan pertama dalam sistem penanggalan Hijriah (kalender Islam). Tahun Baru Islam diperingati setiap tanggal 1 di bulan Muharam dalam kalender Islam. Karena adanya perbedaan sistem penanggalan antara kalender Islam dan kalender Masehi, maka tanggal perayaan Tahun Baru Islam pada kalender Masehi terus berubah dari tahun ke tahun.

Tanggal Perayaan Tahun Baru Hijriah


Tahun Baru Islam dirayakan setiap tanggal 1 Muharam dalam kalender Hijriyah. Sistem penanggalan Hijriyah didasarkan oleh peredaran bulan terhadap bumi sehingga tanggal perayaan Tahun Baru Islam ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap bulan. Oleh sebab itu, tanggal pasti dari Tahun Baru Islam biasanya baru diumumkan beberapa hari menjelang tanggal perayaan. Kapan Tahun Baru Hijriah 2013? Tahun Baru Islam 2013 atau Tahun Baru Hijriah 2013 jatuh pada hari Selasa, 5 November 2013. Kapan Tahun Baru Hijriah 2014? Tahun Baru Islam 2014 atau Tahun Baru Hijriah 2014 jatuh pada hari Sabtu, 25 Oktober 2014.

Latar Belakang Perayaan Tahun Baru Hijriah


Perayaan Tahun Baru Islam berawal dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah menuju Madinah untuk menghindari rencana pembunuhan yang ditujukan kepada beliau. Umat Islam percaya bahwa Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya hanya membutuhkan waktu satu malam untuk menempuh perjalanan jauh sepanjang 320 kilometer menuju Yathrib. Kini, kota tujuan hijrah Nabi Muhammad diberi nama Madinah, sedangkan kawasan di sekeliling Madinah tetap disebut sebagai Yathrib.

Perayaan Tahun Baru Hijriah 2013 di Indonesia


Berbeda dengan perayaan Tahun Baru Masehi yang ramai dengan letusan kembang api dan petasan dan bunyi terompet, Tahun Baru Hijriah dirayakan dengan lebih tenang dan khidmat. Umat Islam memperingati hari raya tersebut dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sama seperti hari-hari besar Islam lainnya, peringatan Tahun Baru Islam dimulai sejak sore hari setelah matahari terbenam. Pada saat itu, umat Islam biasanya membaca doa awal tahun, berdzikir, serta memohon ampun atas segala dosa yang diperbuat di masa lalu, juga berdoa agar diberi keselamatan dan rezeki di tahun ini. Shodaqoh atau sumbangan juga biasa diberikan kepada orang-orang yang kurang mampu dan anakanak yatim piatu di momen Tahun Baru Islam. Bagi masyarakat di pulau Jawa, perayaan Tahun Baru Islam bertepatan dengan Satu Suro (hari pertama bulan pertama di sistem penanggalan Jawa). Menurut sebagian masyarakat di pulau Jawa, malam Satu Suro merupakan malam keramat, terutama jika tanggal tersebut jatuh bertepatan dengan jumat legi. Masyarakat Jawa percaya bahwa malam Satu Suro merupakan malam yang pantang untuk bepergian. Beberapa tradisi yang dilakukan sebagian penduduk pulau Jawa selama malam Satu Suro adalah Tapa Bisu (berdiam diri dan tidak berkata-kata), Kungkum (berendam di sungai besar), Tuguran (perenungan diri sambil berdoa), mencuci keris, menggelar Pagelaran Wayang Kulit, dan lain sebagainya.

Contoh teks Dakwah


Contoh teks Dakwah Mencari Pemimpin yang Amanah di Masa Kini

Assalamu alaikum wr.wb. Alhamdulilah hirabil alamin wasalatu wasalamu alla asrafil anbiya iwal mursalin waala alii wasahbihi azmain ama badu Wallahu'alam.Bismillhirrahmnirrahm Segala puji bagi Allah Rabbul Alamin. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala yang telah mengumpulkan kita di tempat yang baik ini dengan izin Allah laksana satu hati dalam tubuh satu orang, sehingga kita menjadi saudara-saudara yang saling mencintai. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala yang telah memberikan taufik, serta menganugerahkan kemudahan kepada kita untuk menuntut ilmu syari, yang telah menjadikan kita termasuk orang-orang yang berilmu, dan orang-orang yang berjalan mengikuti jalan ilmu. Sebelum segala sesuatu dimulai, saya mengingatkan kepada diri saya sendiri dan kepada hadirin semua untuk bertakwa kepada Allah SWT. Sebab, takwa kepada Allah Subhanahu wa Taala merupakan himpunan segala kebaikan. Takwa merupakan pangkal kebenaran hakiki bagi setiap Muslim. Takwa merupakan bekal yang sejati bagi setiap Muslim. Seperti yang tersiratkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah/2:197 yang artinya: Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal. Dan Rasulullah Muhammad SAW pun pernah bersabda :

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah membuatkan baginya jalan keluar dari segala kesulitan, kelapangan, dari segala kesedihan, dan Allah akan menganugerahkan rezeki kepadanya dari arah yang tidak ia duga. Namun saudara - saudara sekalian, pokok pembahasan dalam ceramah kali ini bukanlah mengenai takwa, melainkan Mencari Pemimpin yang Amanah di Masa Kini Pada zaman dahulu kala, Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan seorang pemimpin yang terkenal dengan sifat amanah dan adil. Banyak peristiwa yang memaparkan sifat amanah dan keadilannya. Di antaranya ialah cerita ini: Pada suatu hari, semasa Khalifah Umar bin Abdul Aziz sedang membagikan buah epal

kepada kaum muslimin, anaknya yang masih kecil sedang bermain-main berhampiran dengannya, tiba-tiba mengambil sebiji buah epal dari bakul, kemudian dia menggigit buah epal yang rangup itu. Khalifah Umar bin Abdul Aziz melihat perbuatan anaknya itu. Dengan segera dia menghampiri anaknya dan mengeluarkan buah epal itu dari mulutnya anaknya. Sebab buah epal itu adalah hak kaum muslimin. Ketegasan Khalifah Umar bin Abdul Aziz itu menyebabkan anaknya menangis. Dia berlari pulang mengadu kepada ibunya. Ibunya, Fatimah memahami tindakan suaminya yang ingin menjaga amanah kaum muslimin. Tetapi, sebagai seorang ibu, beliau juga memahami perasaan dan keinginan anaknya. Fatimah membujuk anaknya dengan membeli sebuah epal di pasar. Ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz pulang ke rumah, beliau melihat lagi anaknya sedang memakan buah epal. Beliau lalu bertanya kepada Fatimah, Wahai Fatimah, dari manakah adinda peroleh buah epal itu? Adakah ia milik kaum muslimin? Tidak kakanda. Buah epal itu adinda beli di pasar untuk mendiamkan anak kita yang menangis tadi. Mendengar jawapan itu, legalah hati Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau mendukung anaknya sambil berkata kepada isterinya, Ketika kanda menarik buah epal itu dari mulut anak kita, kanda merasakan seolah-olah kanda menarik jantung kanda sendiri. Sungguh sakit kanda rasa, tetapi kanda tidak sanggup mendapat dosa karena sebiji buah epal yang bukan hak kita. Begitulah kisah singkat Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sungguh kuat sifat amanah beliau. Semoga Allah mengurniakan kita dengan sifat yang mulia ini. Amin Bila kita bandingkan, dahulu para sahabat Radhiyallahu Anhu sangat takut untuk dipilih menjadi seorang pemimpin, maka sekarang, ada banyak orang berlomba-lomba menjadi pemimpin. Semua mengaku terbaik! Dewasa ini banyak sekali orang yang mengacungkan dirinya menjadi pemimpin, entah dalam cakupan wilayah yang sempit atau lebih luas. Misalnya saja menjadi pemimpin dan wakil rakyat dalam dunia DPR. Telah terungkapkan fakta bahwa kelayakan mereka tidak bisa dijamin 100 %. Baik dilihat dari sisi kualitas pendidikan, hasil kerjanya, ataupun masalah yang ditimbulkannya. Di Indonesia banyak sekali anggota DPR yang notabene adalah para artis, pejabat, pemikir hebat, lulusan sarjana dan bahkan pekerja biasa. Okelah, tidak masalah, kalau mereka benar- benar setulus hati bekerja untuk rakyat, bukan juga sebuah perkara besar jika mereka memiliki kompetensi yang handal dan kecakapan yang baik dalam bidang tersebut. Namun, mari kita teengok keberadaan mereka, apa yang sebenarnya bisa diungkap dari mereka. Ya,,, kerakusan dan ketamakan yang memakan diri mereka semakin hari semakin menggemparkan berita nusantara ini. Memang benar tidak semuanya seperti itu. Tetapi kebanyakan dari mereka telah meninggalkan amanat kepemimpinan yang mereka emban, menjadi para koruptor hebat. Hal ini menjadi pemandangan yang sangat memilukan untuk rakyat. Di mana keberadaan pemimpin kita yang amanah?

Benar sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika beliau menyampaikan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan. (HR. Al-Bukhari). Memilih pemimpin bukanlah perkara sepele, sebab kandidat yang terpilih itulah yang akan membawa label pemimpin rakyat untuk membuat dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang menentukan nasib jutaan jiwa umat. Suka tidak suka, kandidat yang terpilih itulah yang kemudian akan menorehkan tinta sejarah di negeri ini. Meskipun torehan itu masih tanda tanya besar, apakah akan menjadi tinta emas yang senantiasa dikenang atau tinta hitam yang senantiasa diratapi. Mampukah ia menjadi pemimpin sejati, atau justru menjadi pemimpin yang menghianati amanat rakyat. Pemimpin merupakan lambang kekuatan, keutuhan, kedisiplinan dan persatuan. Namun harus kita sadari juga bahwa pemimpin bukanlah hanya sekadar lambang. Karena itu, ia memerlukan kompetensi, kelayakan dan aktivitas yang prima untuk memimpin bawahannya. Melihat esensi kepemimpinan, sebagai seorang Muslim, tentu tidak bisa sembarangan dalam memilih pemimpin. Jangan sampai perilaku memilih kucing dalam karung menghantui kita.

Kenakalan Remaja

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulilah hirabil alamin wasalatu wasalamu alla asrafil anbiya iwal mursalin waala alii wasahbihi azmain ama badu Pertama-tama masrilah kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah subhana watala. salawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,kepada keluargaNya, sahabat serta kepada kita selaku penganut sunahNya. Teman-teman dan para guru semua yang saya hormati. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan pidato yang bertemakan tentang kenakalan dikalangan remaja dewasa ini. Teman-teman yang saya cintai dan ibu guru yang saya hormati. Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi ambang batas yang kewajar. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkuri lagi, kita dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang melalui media elektronik atau kita melihatnyalangsung di lingkungan sekitar kita.

Teman-teman yang saya cintai dan ibu guru yang saya hormati. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya faktor-faktor menunjang akan perubahan prilaku dikalangan remaja, sebagai contoh : Kurangnya kasih sayang orang tua. Kurangnya pengawasan dari orang tua. Pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. Peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif. Tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah. Dasar-dasar agama yang kurang Tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya Kebebasan yang berlebihan Masalah yang dipendam Teman-teman yang saya cintai dan ibu guru yang saya hormati. Ada bbeberapa cara yang mungkin bisa jadikan usaha untuk mengatasi dan mencegah kenakalan dikalangan remaja, Khususnya buat diri kita sendiri agar tidak ikut terjerumus kedalamnya, diantaranya: Perlunya pendidikan agama sejak dini yang rutin yang berguna untuk mempertebal keimanan diri kita sendiri. Mentaati nasehat - nasehat yang telah kita terima khususnya dari orang tua kita atau dari orang lain (guru, orang yang lebih berpengalaman atau teman-teman kita). Jangan terpancing untuk mencoba hal-hal yang menurut agama dan dan hukum dianggap salah. Mempunyai konsep hidup yang benar. Menyusun rencana masa depan dengan untuk kehidupan dan masa depan yang baik.

Teman-teman yang saya cintai dan ibu guru yang saya hormati. Tidak ada hal yang terindah dalam hidup ini selain kita mengisi dan menjalani hidup ini dengan ha-hal yang baik. Teman-teman yang saya cintai dan ibu guru yang saya hormati. Akhir kata dari saya, terima kasih atas semua perhatiannya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

sunah setelah bangun tidur

Sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang akan dibahas ini, kita awali melakukan sunah setelah bangun tidur. Mungkin kedengarannya sepele, tapi yang namanya kita menjalankan segala sesuatu dengan sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam itu tidak akan rugi, bukan! Bahkan sangat menguntungkan buat kita selaku umatnya. Hampir semua orang pasti hafal dengan doa sebelum tidur maupun sesudah tidur, betul! Tapi tidak banyak orang yang mengerti akan sunah-sunah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam setelah bangun tidur.

Oleh karena itu, saya selaku admin blog kumpulan tausiyah singkat, ingin saling mengingatkan kepada sobat semua, mungkin saja dikalangan sobat muslim semua belum ada yang tahu melakukan hal yang sunah setelah bangun tidur yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Yang pertama, membasuh wajah dengan tangan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda , Rasulullah kemudian bangun tidur, lalu duduk sambil mengusap (bekas) tidur di wajah beliau dengan tangan beliau. (HR. Muslim) Yang kedua, membaca doa bangun tidur. Alhamdulillaah illadtii ahyanaa bada maa a maa tanaa wa i layhi nnusyuw ru. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan aku setelah mematikan aku dan kepada-Nyalah aku kembali. (HR. Bukhari) Yang ketiga, memakai siwak. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ketika bangun tidur menggosok mulutnya dengan siwak. (Muttafaqalaih) Yang keempat, menghisap air ke dalam hidung. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, Tatkala salah seorang di antara kalian bangun tidur, hendaklanya dia menghisap air ke hidung sebanyak tiga kali, sesungguhnya setan menginap di lubang hidungnya. (Muttafaq alaih) Yang kelima, membasuh kedua belah tangan tiga kali.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, Ketika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya hendaknya dia tidak mencelupkan tangannya ke dalam tempat (air) sampai dia membasuh tangannya itu sebanyak tiga kali. (Muttafaq alaih) Inilah sunah-sunah setelah bangun tidur yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, semoga dengan kita menjalankan sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kita bisa mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti. Amin! Untuk itu, bagi sobat muslim yang ingin mengetahui sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang lainnya, Update terus yah di blog kumpulan tausiyah singkat ini.
Sabar

Segala puji bagi allah atas segala yang telah di anugerahkan kepada kita, baik material maupun nikmat yang immaterial. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, sebagai penuntun ummat menuju jalan yang selamat. Marilah kita tingkatkan kualitas dan kwantitas ketaqwaan kita kepada Allah swt, dengan sungguh-sungguh karena taqwa inilah yang akan mengantarkan kita kepada kenikmatan dunia dan akhirat alamin ya rabbal alamin Hadirin yang di muliakan Allah Kehidupan di dunia ini terasa sangat sigkat, jika dibandingkan dengan kehidupan sebelum atau sesudah hidup dimuka bumi ini. Tetapi dari kehidupan yang singkat ini, ada banyak sekali halhal yang kita temui, suka, duka, ceria dan nestapa terus selalu mengikuti dan akrab bersahabat dengan kehidupan kita. Manusia selalu digelayuti oleh nasib yang berbeda dari hari ke hari tanpa kita ketahui secara pasti, apa sebenarnya kehendak Allah taala. Karena itulah setiap manusia harus tunduk dibawah keputusan dan kehendak rabb-Nya. Allah tidak akan merubah sunnanya yang berlaku untuk hamba-hambanya. Namun tidak kemudian kita men-salah artikan dan berbuat semaunya berdalih bahwa ini kehendak Allah taala, karena kita sendiri tidak tahu dengan kehendak Allah taala. Dasar logis ini menjadi pertimbangan setiap manusia untuk memilih perbuatan baik agar mendapatkan nasib yang baik. Tetapi jika yang kita lakukan sudah maksimal maka dalam tahap inilah kita semua menyerahkan kepada Allah taala. Imam Ghazali berpendapat bahwa sabar adalah menguatkan dorongan agama untuk mengalahkan dorongan nafsu-nya. Jadi kesabaran pada dasarnya adalah konsep agresif untuk maju dengan cara melepaskan jeratan masalah dan kesediahan. Sesungguhnya Allah sudah memberikan semua dunia ini dengan segala sunnahnya. Jika kita berbuat yang salah maka secara sunnatullah kita akan mendapatkan kejelekan. Kausalitas seperti itu telah termaktub di dalam al Qur'an : Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu

sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Ada baiknya kalau kita menyimak apa yang ditulis oleh Imam Al Islambuly, bahwa ada seorang ahlii hadits yang suka mengumpulkan kepompong-kepompong untuk disaksikan bagaimana perubahan kepompong tersebut keluar dan menjadi kupu-kupu yang indah, tetapi pada suatu hari, ada kepompong yang menurutnya lambat dalam proses keluarnya, akhirnya kepompong tersebut di bantu dalam proses pengeluarannya, yang terjadi ternyata justru kepompong tersebut mati, ayah ahli hadits tersebut akhirnya meberikan fatwa:wahai anakku, pada saat kepompong keluar menjadi kupu-kupu, sebenarnya mengeluarkan racun-racun yang ada dalam dirinya, jika tidak ia keluarkan maka ia akan mati, begitu juga dengan kehidupan di dunia, dunia akan memberikan sesuatu tetapi di sisi lain dunia juga akan meminta sesuatu juga, mustahil dunia akan memberikan begitu saja. Filosofi kisah tersebut memberikan pelajaran kepada kita, bahwa dengan melintasi batas kebenaran yang digariskan, demi untuk mendapatkan sesuatu maka akan menjadikan ketahanan agamanya menjadi luntur. Hadirin yang dimulyakan Allah Tidak dibenarkan dalam kehidupan ini bersifat ambisius, mengejar dunia yang berlebihan, dalam al-Qur'an kita diperintahkan untuk selalu meminta kepada Allah untuk berbuat sabar dalam menjalankan perintahnya dan sabar menjalankan shalat dengan penuh ketekunan. (QS al Baqarah:45)

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (QS al Baqarah:45) Sabar tidak hanya ketika menerima keadaan yang tidak kita inginkan, tetapi sabar juga harus kita aplikasikan kepada semua aspek kehidupan termasuk bersabar pada saat mendapatkan nikmat yakni dengan cara membelanjakan dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan Allah taala. Setiap ibadah membutuhkan kesabaran di dalamnya, oleh karena itu sabar adalah bagian dari tubuh amal itu sendiri. Imam Ali ra berkata:

Sifat sabar itu menempati kedudukan sebagai kepala dari bagian jasad, tidak jasad yang tanpa kelapa, dan tidak ada keimanan bagi orang yang tidak bersabar. Hadirin yang berbahagia

Bersabarlah atas segala yang digariskan oleh Allah dan janganlah kita mencari jalan pintas, untuk kaya kita tidak perlu memelihara tuyul, atau korupsi, untuk menjadi populer jangan menjual harga diri, untuk hidup terhormat jangan menjelekkan orang al Qur'an :al-Insan:24

Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. Dari Ibnul Mubarak, pada suatu hari ada orang majusi yang melayat kepada jenazah putranya, dia berkata:hari ini akan ada orang pandai yang dilakukan oleh orang yang bodoh lima hari yang akan datang. Orang bodoh yang tidak tahu betapa besarnya pahala sabar, akan melakukan sedih berkepanjangan, berbeda dengan orang yang cerdik dan bijak yang di dalamnya ada unsur kesabaran, ia akan ditimpa kesedihan pada saat musibah itu menimpa, dan tidak berlarut larut jatuh dalam duka. Sabda Nabi saw : Sabar itu terdapat pada pukulan pertama Hadirin yang dimuliakan Allah, mudah mudahan kita semua diberikan kesabaran, sabar dalam menjalankan perintah, sabar menghadapi musibah dan sabar menjauhi maksiat. Dan dalam kehidupan sosial kita selalu bisa bersabar dan memberikan kontribusi untuk berbuat sabar. Rasulullah saw bersabda :sabar itu ada tiga, sabar menghadapi musibah, sabar menjalankan perintah dan sabar menjauhi maksiat, barang siapa yang sabar menghadapi musibah, sehingga ditolaknya dengan perbuatan yang baik maka baginya 300 derajat dan barang siapa sabar menjalankan perintah maka baginya 600 derajat baginya, dan barang siapa sabar dalam meninggalkan maksiat maka baginya 900 derajat. amin ya rabbal alamin.

Kesombongan Manusia

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Qs. Luqman ayat 18). Dari ayat tersebut diatas Allah melarang manusia berbuat sombong dan angkuh serta membangga-banggakan diri. Ketiga perbuatan tercela itu akan terjadi disaat manusia berinteraksi atas sesamanya yang didasari sesuatu keberhasilan atau melebihi pada dirinya

baik berupa kecantikan, ketampanan, keilmuan (title kesarjanaan), popularitas, jabatan, harta, dan banyaknya pengikut. Tentunya mau tidak mau manusia tidak akan terlepas dari hidup bermasyarakat maka dengan adanya ilmu agamalah manusia akan menjadi makhluk sempurna yang tidak didasari oleh akal dan hawaa nafsunya belaka. Artinya jika manusia tidak memakai kerangka kehidupannya dengan agama sebagai pedoman maka sudah dipastikan pegangannnya adalah akal dan hawa nafsunya sedangkan kita ketahui bahwa kemampuan akal terbatas dan hawa nafsu pasti menjurus kepada keburukan. Perlulah diketahui apa kriteria Sombong menurut agama Dari Abdullah bin Masud menerangkan bahwa Rosulullah bersabda Ada seorang berkata, sesungguhnya orang itu suka berpakaian yang bagus-bagus dan sandal yang bagus pula, Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya Allah itu indah, suka keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia. (HR Muslim). Dari hadis diatas dapatlah disimpulkan bahwa banyaknya masyarakat sangat awam tentang kriteria kesombongan bahkan karena terbatasnya ilmu agama pelanggaran demi pelanggaran diinfestasikan selama ini menjadi sebuah dosa. Bagaimana sebuah kebenaran yang selalu kalah jika berhadapan dengan kekuasaan karena mungkin jabatannya, hartanya, popularitasnya maupun banyaknya pengikut serta asas kepentingan pribadi dan golongan. Sehingga boleh jadi kebenaran sudah miliknya kekuasaan yang akan menghasilkan produk kesombongan dan diperparah dengan membenarkan kebenaran yang salah sehingga sudah sangat miskin arti dari sebuah kebenaran yang pasti akan menjurus kepada kesombongan. Kesombongan pulahlah yang dilakukan Iblis lanatullah (Ana hoirumminhu kholaqtaniiminnar wakholaqtahu mintiin) Iblis berkata:

" Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."..(Qs. Shaad [38] : 76) Hal ini pulalah sering dilakukan makhluk yang namanya manusia sering berkata dalam hati maupun lisan dengan mengatakan saya lebih baik dari dia tentunya tidak lain samalah dengan Iblis. Larangan perbuatan sombong bukan dilahirkan oleh manusia akan tetapi memang aturan yang agama tetapkan, tentunya manusia sekarang bertanya Mengapa manusia tidak boleh berbuat sombong? Coba kita jawab melalui kacamata agama yaitu : Pertama, Kemuliaan dan kebesaran adalah hal yang sangatlah esensial didambakan semua orang, kemuliaan dan kebesaran ini pulalah yang sangat diupayakan dan diusahakan dengan mengorbankan waktu dan jiwa sehingga diperolehlah assesoris dunia (jabatan, harta, popularitas, pengikut). Sangatlah agama tidak melarang memperoleh assesoris dunia selama itu tidak melanggar aturan agama dalam meraihnya dan sebagai upaya untuk modal

mendekatkan diri kepada Allah inilah indikator seorang muslim. Agar kita tidak melahirkan kesombongan dalam mengupayakan assesoris dunia maka perlulah kita ketahui akibat dari kesombongan itu yaitu dari Abu Hurrairah ra berkata Rosulullah SAW bersabda, Allah Azza wa Jalla berfirman.Kemulian adalah pakaianKu dan kebesaran adalah adalah selendangKu, maka barangsiapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya maka Aku pasti menyiksanya (HR Muslim). Kedua, Kita hidup didunia hanya mengupayakan bagaimana caranya dengan apa yang kita upayakan dan menghasilkan assesoris dunia yang maksimal (orang kaya) maupun minimalis (pas-pasan) atau minus (menjadi orang miskin) hanyalah untuk memperoleh surganya Allah, jika kita melakukan kesombongan tentunya konsukwensinya adalah tidak akan masuk surganya Allah dengan hadisnya dari Abdullah bin Masud ra menerangkan bahwa rosulullah SAW bersabda tidak akan masuk surga yang didalam hatinya terdapat sifat sombong (HR. Muslim). Demikianlah kesombongan yang sudah dilahirkan oleh kita selama ini hanya dapat dikoreksi dengan ilmu agama (Bab Kesombongan) yang hanya diperoleh dengan belajar (Talim) dan bertaubat dengan mengakui dan menyakini kesombongan selama ini dan tidak berbuat kesombongan lagi yang diiringi dengan banyak melakukan kebaikan-kebaikan, karena kebaikan dapat menutup keburukan. Tentunya kebaikan yang didasari atas dalil-dalil agama bukan kebaikan atas dasar akal dan hawa nafsunya disinilah perlunya belajar (Talim).

Kematian pasti menjemputmu

Kematian Orang Beriman Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk menghindari kematian. Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi shollallahu alaih wa sallam yang bersabda: Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian. (HR Tirmidzi 2229) Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu pernah berkata: Bila manusia meninggal dunia, maka pada saat itulah ia bangun dari tidurnya. Subhanallah...! Berarti beliau ingin mengatakan bahwa manusia yang menemui ajalnya adalah manusia yang justru baru mulai menjalani kehidupan sebenarnya, sedangkan kita yang masih hidup di dunia ini justru masih belum bangun. Sungguh, ucapan ini sangat sejalan dengan firman Allah taaala:

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui (QS Al-Ankabut 64) Pantas bilamana Ali radhiyallahu anhu pula yang berkata: Dunia pergi menjauh dan akhirat datang mendekat. Karena itu, jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi budak-budak dunia. Sekarang waktunya beramal, dan tidak ada penghisaban. Sedangkan besok waktunya penghisaban, tidak ada amal. Bagaimanakah kematian orang beriman? Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu alaih wa sallam bersabda: Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat. (HR Ahmad 21886) Penulis produktif Aidh Al-Qarni menulis: Saya menyeru setiap orang tua agar mengingat kematian. Sadar bahwa dirinya sudah mendekat maut serta tidak mungkin bisa lari darinya. Jadi, siapkan diri untuk menemui Allah. Karena itu, sudah sepantasnya ia menjauhi akhir kehidupan yang jelek dan memperbanyak amal kebaikan sehingga dapat berjumpa dengan Allah taaala dalam keadaan diridhai. Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Ia ditikam oleh Abu Luluah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh tersungkur bersimbah darah. Dalam keadaan seperti itu ia tidak ingat isteri, anak, harta, keluarga, sanak saudara atau kekuasaannya. Yang ia ingat hanyalah Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah, hasbiyallah wa nimal wakil. Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya: Siapakah yang telah menikamku? Kau ditikam oleh Abu Luluah Al-Majusi. Umar radhiyallahu anhu lalu berkata: Segala puji bagi Allah taaala yang membuatku terbunuh di tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali. Umarpun mati syahid. Ketika Rasulullah shollallahu alaih wa sallam menghadapi sakaratul maut beliau mengambil secarik kain dan menaruhnya di wajah beliau karena parahnya kondisi yang beliau hadapi. Lalu beliau berdoa: Laa ilaha illallah Laa ilaha illallah Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu sangat pedih. Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut. Ya Allah, ringankanlah sakratul maut itu buatku. (HR Bukhary-Muslim) Aisyah radhiyallahu anha menuturkan: Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu meletakkannya di atas wajah beliau seraya berdoa: Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.

Saudaraku, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja. Kematian yang sungguh mengandung kepedihan bagi setiap manusia yang mengalaminya. Hingga kekasih Allah taaala saja, yakni Rasulullah shollallahu alaih wa sallam berdoa agar Allah taaala ringankan bagi dirinya sakaratul maut. Tidak ada seorangpun yang tidak bakal merasakan kepedihan sakratul maut. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS Ali Imran 185) Marilah saudaraku, kita mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan segera bertaubat memohon ampunan dan rahmat Allah taaala sebelum terlambat. Sebab begitulah kematian orang kafir. Suatu bentuk kematian yang diwarnai penyesalan yang sungguh terlambat. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan. (QS Al-Muminun 99-100) Seandainya kamu semua berada di rumahmu, pastilah orang-orang yang telah ditetapkan untuk mati keluar ke tempat mereka terbunuh (QS Ali Imran 3; 154) Kematian itu milik semua makhluk Allah, manusia, hewan, tumbuhan termasuk bangsa malaikat dan setan semuanya akan merasakan apa yang namanya kematian. Kematian adalah sebuah tahapan dari kehidupan yang kejadiannya bersifat pasti. Ia akan datang menjemput tanpa dapat dihindari. Kehadirannya sering menimbulkan ketakutan pada awalnya dan senantiasa melahirkan kesedihan pada akhirnya. Bahkan, kesedihan yang berkepanjangan dan berlarut-larut. Kematianlah yang membuat seluruh kenikmatan dan kebahagiaan terputuskan yang kemudian diganti oleh penderitaan dalam kehidupan dunia. Kematian pula yang membuat hubungan antara orang-orang yang dicintai dan yang mencintai terpisahkan. Karena kematian, seseorang harus meninggalkan harta benda yang begitu dicintai, begitu dibanggakan dan begitu diagungkan dan sejumlah harta benda yang diklaim adalah miliknya sendiri. Alhaakumut takaatsuru hattaa zurtumul maqabir; bermegah-megahan telah melalaikan kalian hingga kalian sampai di alam kubur ( Q.S. At-Takatsur, 102:1-2)

Ikhlas beramal
Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum wr. wb. Hadirin rahomakumullah, Ikhlas adalah perasaan di dalam hati yang tulus dan tidak mengharapkan imbalan apapun dari orang lain. Dalam melakukan segala amal dan perbuatan, hal paling utama yang harus ada adalah perasaan ikhlas di dalam hati. Rasulullah saw. Bersabda ikhlas itu adalah ruhnya segala amal perbuatan. Jadi, apabila kita melakukan perbuatan dengan di dasari rasa ikhlas , maka insya allah kita akan memetik hasilnya di alam akhirat nanti, namun apabila sebaliknya kita melakukan amal perbuatan atau suatu pekerjaan tanpa didasari dengan rasa ikhlas, maka tiada lain nilainya hasil pekerjaan itu adalah nol atau tidak mendapat balasan sedikitpun dari allah swt. Pasha, seorang vocalis band ungu telah bernyanyi dalam albumnya sesungguhnya, manusia tak kan bisa meniknati surga Tanpa ikhlas di hatinya sesungguhnya, manusia tak kan bias menyentuh nikmatnya tanpa tulus di hatinya Udah lah nyanyi nya , hadirin takut ketagihan. Hehe Dari untaian syair tersebut, sudah jelas bahwa kita, manusia, tidak akan bias menikmati indahnya surge tanpa ada rasa ikhlas di dalam hatinya ketika mengerjakan suatu pekerjaan. Bila kita melakukan amal atau pekerjaan tanpa di dasari dengan rasa ikhlas di dalam hati kita maka kita tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari allah swt. Dan apabila kita tidak mendapatkan pahala dari allah, maka otomatis kita tidak akan bisa menyentuh dan merasakan nikmatnya surge. sesungguhnya manusia tak kan bisa menyentuh nikmatnya tanpa tulus dihatinya Jelaslah, apabila kita melakukan pekerjaan tanpa didasari dengan rasa tulus di dalam hati, maka kita tidak akan menyantuh nikmat allah swt. Yaitu nikmatnya surge. Jadi inti dari perkataan-perkataan saya tadi yaitu kita harus ikhlas dalam mengerjakan amal apapun, karena ikhlas merupakan kunci diterimanya segala amal dan perbuatan yang kita lakukan. Hadirin yang terhormat, Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan pada saat ini, semoga ada manfaatnya bagi saya khususnya, umumnya bagi semuanya yang mendengarkan. Dan saya mohon maaf yang sebesar besarnya apabila ada kesalahan dan kekurangan di dalam ucapan. Billahi taufik wal hidayah,wassalamualaikum wr.wb. SYUKUR

Assalamualaikum wr. wb Syukur artinya berterima kasih kepada allah atas segala nikmat-NYA yang telah diberikan kepada kita. Ada beberapa cara bersyukur, diantaranya yang paling utama adalah dengan bertaqwa kepada allah, menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang deilarang oleh-Nya. Segala anggota tubuh kita gunakan pada hal kebaikan di jalan yang diridhai oleh allah swt., itulah yang dinamakan dengan bersyukur atas nikmat allah.

Bibir atau di dalam hati kita mengucapkan Alhamdulillah , itu juga merupakan salah satu cara kita mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh allah swt. Dikala ada orang yang memuji kita, maka ucapkanlah Alhamdulillah, dikala ada orang yang bilang bahwa wajah kita ganteng, maka ucapkanlah Alhamdulillah,dikala ada orang yang bilang bahwa wajah kita cantik untuk kaum hawa, maka ucapkanlah Alhamdulillah, dikala ada orang yang bilang bahwa diri kita ini pintar, maka ucapkanlah Alhamdulillah, dikala kita mendapatkan nikmat dari allah swt., maka ucapkanlah Alhamdulillah, saat diri kita ada yang memuji, maka ucapkanlah Alhamdulillah, kembalikanlah pujian itu kepada allah swt, karena segala puji hanyalah milik allah swt., kita tidak pantas untuk di puji, hanyalah allah yang berhak dan pantas untuk dipuji. Hadirin yang terhormat, Wajah kita yang ganteng ini hanyalah milik allah swt. Dan akan kembali lagi kepada pemiliknya yaitu allah swt. Wajah cantik yang kita miliki hanyalah milik allah swt. Dan suatu waktu nanti akan kembali lagi kepada pemiliknya yaitu allah swt. Mobil mewah, motor kita yang sangat keren, dan rumah yang sangat megah , harta kekayaan kita ini hanyalah milik allah., suatu waktu allah akan mengambil mencabut kembali harta dan kekayaan yang kita miliki. Kita mati tidak akan membawa harta, tetapi kita mati akan membawa amal kebaikan, harta yang kita miliki hanyalah titipan dari allah semata, allah akan mengambil kembali apapun hal yang kita miliki. Allah berfirman dalam al-quran surat Ibrahim ayat 7, yang artinya

Dan apabila kamu bersyukur atas nikmatku, maka aku akan menambah nikmat kepadanu, namun apabila kamu mengingkari nikmatku, maka adzabku sangat pedih (Q.S. Ibrahim:7) Maka dari itu, kita harus banyak bersyukur kepada allah swt. Apabila kita banyak bersyukur kepada allah, niscaya allah akan menambah nikmat kepada kita, namun apabila sebaliknya kita mengingkari nikmat allah, tidak mensyukuri nikmat allah alias kuffur, maka tunggulah adzab dari allah swt. Aka menghampiri kita. Naudzubillahimin dzalik. Mungkin, cukup sekian yang bias saya sampaikan pada kesempatan kali ini, mohon maaf atas kesalahan dan kekurangannya. Billahi taufiq wal hidayah.Wassalamualaikum wr. wb.

Rasanya, ketika kita berbicara tentang hijrah, tentang Muharram, atau tentang tahun baru Islam, tidak ada sesuatu yang baru atau menarik bagi kita. Sekilas pandang, kita seakan merasa sudah terlalu pandai dalam mengenali bulan Islam yang satu ini. Benarkah demikian? Sudahkah khasanah keilmuan kita, sesuai dan memadai sebagai seorang muslim yang sejatinya mengenal dengan baik tentang bulan-bulan Islam. Sejarah bulan Hijriah Sejarah mencatat, manusia pertama yang berhasil mengkristalisir hijrah nabi sebagai event terpenting dalam penaggalan Islam adalah Sayidina Umar bin Al Khattab, ketika beliau menjabat sebagai Khalifah. Hal ini terjadi pada tahun ke-17 sejak Hijrahnya Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah. Namun demikian, Sayidina Umar sendiri tidak ingin memaksakan pendapatnya kepada para sahabat nabi. Sebagaimana biasanya, beliau selalu memusyawarahkan setiap problematika umat kepada para sahabatnya. Masalah yang satu ini pun tak pelak dari diktum diatas. Karenanya, beberapa opsi pun bermunculan. Ada yang menginginkan, tapak tilas sistem penanggalan Islam berpijak pada tahun kelahiran Rasulullah. Ada juga yang mengusulkan, awal diresmikannya (dibangkitkannya) Muhammad Saw sebagai utusannyalah yang merupakan timing waktu paling tepat dalam standar kalenderisasi. Bahkan, ada pula yang melontarkan ide akan tahun wafatnya Rasulullah Saw, sebagai batas awal perhitungan tarikh dalam Islam. Walaupun demikian, nampaknya Sayidina Umar r.a. lebih condong kepada pendapat sayidina Ali karamallhu wajhah-- yang meng-afdoliah-kan peristiwa hijrah sebagai tonggak terpenting ketimbang event-event lainnya dalam sejarah Islam, pada masalah yang satu ini. Relevan dengan klaim beliau: Kita membuat penaggalan berdasar pada Hijrah Rasulullah Saw, adalah lebih karena hijrah tersebut merupakan pembeda antara yang hak dengan yang batil. Dalam penulisan tahun Hijriah sendiri, biasa ditulis dengan karakter hurup ( ) dalam bahasa Arab, atau (A.H.) singkatan dari Anno Hegirea (sesudah hijrah) untuk bahasa-bahasa Eropa. sedangkan untuk bahasa Indonesia biasa ditulis dengan (H.). Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 1 Muharam, bertepatan dengan 16 Juli 622 M, hari Jumat. Yang Unik Dalam Hijriah Nampaknya, ada sesuatu yang unik dalam kalenderisasi Islam ini. Ketika sejarah mengatakan, bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabiul Awal bukan pada bulan Muharram--, tapi mengapa pada dataran realita, pilihan jatuh pada bulan Muharram, bukan pada bulan Rabiul Awal, sebagai pinangan pertama bagi awal penanggalan Islam. Memang, dalam peristiwa hijrah ini Nabi bertolak dari Mekah menuju Madinah pada hari Kamis terakhir dari bulan Safar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, tepatnya pada hari Senin tanggal 13 September 622. Hanya saja, Sayidina Umar beserta sahabat-sahabatnya menginginkan bulan Muharram sebagai awal tahun hijriah. Ini lebih karena, beliau memandang di bulan Muharramlah Nabi berazam untuk berhijrah, padanya Rasulullah Saw selesai mengerjakan ibadah haji, juga dikarenakan dia termasuk salah satu dari empat bulan haram dalam Islam yang dilarang Allah untuk berperang di dalamnya. Sehingga Rasulullah pernah menamakannya dengan Bulan Allah. sebagaimana sabdanya: Sebaik-baik puasa selain dari puasa Ramadhan adalah puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharram. ( Hadist ini diriwayatkan oleh Imam

Muslim dalam kitab Shahihya). Ternyata keunikan awal Hijriah tidak hanya sampai di situ. Biasanya, pada hari kesepuluh dari bulan tersebut, sebagian orang dari kampung kita membuat makanan sejenis bubur yang dinamakan bubur Asyura, atau mungkin dalam bentuk lain semacam nasi tumpeng, maupun makanan lain sejenisnya, tergantung budaya masing-masing tempat dalam mengekspresikan rasa bahagianya terhadap hari Islam tersebut. Sepertinya, yang menjadi unik bagi kita sebagai kaum terpelajar adalah tradisi bubur Asyura tersebut. Adakah hubungannya dengan Islam? Asyura itu sendiri terambil dari ucapan `Asyarah, yang berarti sepuluh. Hari Asyura, hari yang ke sepuluh dari bulan Muharram. Islam memerintahkan umatnya untuk berpuasa sunah dan meluaskan perbelanjaan kepada keluarganya pada hari tersebut. Kalau kita berupaya untuk menelusuri keterangan dari junjungan kita, Rasulullah Saw, dari hadits sahihnya kita dapati, bahwa ia adalah hari yang bersejarah bagi umat Yahudi, karena pada hari itulah Allah menyelamatkan Nabi Musa a.s. serta para pengikutnya, disaat menenggelamkan Firaun. Adapun tradisi bubur Asyura --berdasarkan riwayat dhaif--, karena pada hari itu Allah mengaruniakan nikmat yang besar kepada para nabi terdahulu, sejak zaman Nabi Adam As. hingga Nabi kita Muhammad Saw. Konon, di hari Asyura ini, ketika Nabi Nuh As. dan para pengikutnya turun dari bahtera, mereka semuanya merasa lapar dan dahaga, sedangkan perbekalan masing-masing telah habis. Maka Nabi Nuh As. meminta masing-masing membawa satu genggam biji-bijian dari jenis apa saja yang ada pada mereka. Terkumpullah tujuh jenis biji-bijian, semuanya dicampurkan menjadi satu, lalu dimasak oleh beliau untuk dijadikan bubur. Berkat ide Nabi Nuh As., kenyanglah para pengikutnya pada hari itu. Dari cerita inilah, dikatakan sunat membuat bubur Asyura dari tujuh jenis biji-bijian untuk dihidangkan kepada fakir miskin pada hari itu. Menurut hemat penulis, semua pada asalnya boleh-boleh saja, selagi tidak bertentangan dengan kaidah agama yang lain. Terlebih, di saat tradisi semacam ini mengandung nilai positif dan seiring (implisit) dengan ajaran Islam. Hanya saja, yang selalu ditekankan oleh junjungan kita, hendaknya manusia selalu mengenang dan mengingat hari ketika Allah menurunkan nikmat atau azab kepada manusia, agar kita semua dapat bersyukur, sadar dan insaf kepada-Nya. Mungkin sekedar inilah yang ditekankan Rasululullah Saw. berkenaan dengan hari Asyura tersebut. Sebagaimana gejala lain terkadang kita dapati juga dari masyarakat kita masyarakat Bekasi atau Betawi--, berkenaan dengan Muharram ini. Semacam tradisi atau bahkan keyakinan tentang tidak mau melangsungkan akad pernikahan di bulan ini. Fenomena semacam ini, apakah memang ada landasannya dalam Islam, atau hanya sekedar khurafat, bahkan mungkin karena kontaminasi dan pengaruh kultur Islam-Kejawen yang terkadang masih melekat dalam budaya Indonesia. Muharram dalam perspektif Islam, merupakan salah satu dari empat bulan haram yang ada dalam Islam (Rajab, Zulkadah, Zulhijjah dan Muharram). Dalam empat bulan ini, kita

dilarang melancarkan peperangan kecuali dalam kondisi darurat yang tidak dapat kita elakan. Firman Allah Swt dalam surah At Taubah ayat 36: Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ada dua belas bulan (yang telah ditetapkan) di dalam kitab Allah ketika menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dihormati. Ketetapan yang demikian itu adalah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar larangan-Nya). Berdasarkan ayat ini, segala aktifitas kebaikan tidak ada larangannya untuk dilakukan di bulan Muharram. Demikian juga dengan bulan Rajab, Zulkadah dan Zulhijjah. Hanya maksiat dan kezaliman saja yang dilarang lebih keras oleh Allah Swt pada bulan-bulan tersebut. Adapun aktifitas positif --semacam pernikahan--, dalam perspektif Islam adalah satu aktifitas atau amalan kebajikan, bukan maksiat dan kezaliman. oleh karenanya, tidak ada larangan dalam Islam untuk melangsungkan acara perkawinan di bulan Muharram. Namun saya lebih melihat, bahwa ketabuan semacam ini, --barangkali-- adalah sebagai pengaruh dari doktrin Syiah. Secara kebetulan, Sayidina Hussain terbunuh di Karbala pada bulan Muharram. Karenanya masyarakat Syiah memandang bulan Muharram sebagai bulan dukacita dan bulan berkabung. Maka mereka menghukumi haram untuk melangsungkan akad dan resepsi pernikahan, atau acara suka-ria lainnya di bulan itu. Pemahaman semacam ini tersebar luas ke negara-negara Islam dan akhirnya sampai ke negara kita (wallahu alam). Mengingat bahwa kalender hijriah dihitung berdasarkan rotasi bulan yang berlawanan dengan rotasi matahari, maka mengakibatkan semua hari-hari besar Islam dapat terjadi pada musim-musim yang berbeda. Sebagai contoh, musim haji dan bulan puasa, bisa terjadi pada musim dingin atau pada musim panas. Dan yang perlu diingat, hari-hari besar Islam tidak akan terjadi persis dengan musim kejadiannya, kecuali sekali dalam 33 tahun. Kita pun sering menemukan perbedaan di antara beberapa kalender hijriah yang dicetak, perbedaan tersebut terjadi dikarenakan: Pertama, tidak ada standardisasi internasional tentang cara melihat anak bulan. Kedua, penggunaan cara penghitungan dan proses melihat bulan yang berbeda. Ketiga, keadaan cuaca dan peralatan yang dipakai dalam melihat anak bulan. Dari sini, maka tidak akan ditemukan adanya program penanggalan hijriah yang 100 persen benar, sehingga proses melihat anak bulan (ruyah) masih tetap relevan meskipun sebenarnya dilematis-- dalam penentuan hari besar, seperti bulan puasa, Idul Fitri dan Idul Adha. Eksistensi Hijrah Menginterpretasikan hijrah sebagai the founding of Islamic Community seperti dideskripsikan oleh Fazlur Rahman (guru besar kajian Islam di Universitas Chicago), sepenuhnya benar dan dapat dielaborasi dalam perspektif sejarah. Hijrah menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, penghargaan atas prestasi kerja, dan optimisme dalam meraih cita-cita. Itulah sebabnya, Fazlur Rahman menyebut peristiwa hijrah sebagai marks of the beginning of Islamic calender and the founding of Islamic Community. Sebagaimana klaim seorang profesor di bidang kultur Indo-Muslim

Universitas Harvard, Annemarie Schimmael, menyebut hijrah sebagai tahun (periode) menandai dimulainya era muslim dan era baru menata komunitas muslim. Kelahiran Piagam Madinah, yang oleh Montgomery Watt disebut sebagai Konstitusi Madinah dan konstitusi modern yang pertama di dunia, adalah proklamasi tentang terbentuknya suatu ummah. Karena hijrah bukanlah pelarian akibat takut terhadap kematian, karena tidak mung-kin Rasulullah takut terhadap kematian. Sebab jika Rasulullah Saw mempertahankan eksistensi kaum muslimin di Makkah kala itu, ini akan menyulitkan kaum muslimin itu sendiri, yang waktu itu baru berjumlah 100-an orang. Rasulullah berhijrah setelah mempersiapkan kondisi psikologis dan sosiologis di kota Madinah dengan mengadakan perjanjian Aqabah I dan Aqabah II di musim haji. Adapun dalam mengembangkan makna hijrah untuk menarik relevansi kekiniannya, jelas tidak harus menggunakan parameter sosiologis sejarah jaman Rasulullah. Karena menarik sosiologi sejarah menjadi kemestian yang harus dilalui itu merupakan kemuskilan. Karena Rasulullah telah tiada. Jadi memaknai makna hijrah saat ini adalah dengan menarik peristiwa itu sebagai ibrah (pelajaran). Cita-cita dari hijrah Nabi Saw adalah untuk mewujudkan peradaban Islam yang kosmopolit dalam wujud masyarakat yang adil, humanis, egaliter, dan demokratis tercermin dalam keputusan Nabi mengganti nama Yastrib menjadi Madinah, atau Madinatul Munawarah (kota yang bercahaya), yaitu kota par exellence, tempat madaniyah atau tamadun, berperadaban. Transformasi Kebijaksanaan Sejarah Peristiwa hijrah ke Madinah atau yang saat ini kita peringati sebagai tahun baru Hijrah (1 Muharram 1419), adalah peristiwa yang di dalamnya tersimpan suatu kebijaksanaan sejarah (sunnatullah) agar kita senantiasa mengambil hikmah, meneladani, dan mentransformasikan nilai-nilai dan ajaran Rasulullah saw (sunnatur-rasul). Setidaknya ada tiga hal utama dari serangkaian peristiwa hijrah Rasulullah, yang agaknya amat penting untuk kita transformasikan bagi konteks kekinian. Pertama, adalah transformasi keummatan. Bahwa nilai penting atau missi utama hijrah Rasulullah beserta kaum muslimin adalah untuk penyelamatan nasib kemanusiaan. Betapa serangkaian peristiwa hijrah itu, selalu didahului oleh fenomena penindasan dan kekejaman oleh orang-orang kaya atau penguasa terhadap rakyat kecil. Pada spektrum ini, orientasi keummatan mengadakan suatu transformasi ekonomi dan politik. Kebijaksanaan hijrah, sebagai sunnatullah dan sunnatur-rasul, di mana masyarakat mengalami ketertindasan, adalah merupakan suatu kewajiban. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an, orang yang mampu hijrah tetapi tidak melaksanakannya disebut sebagai orang yang menganiaya dirinya sendiri (zhalim). sebab luasnya bumi dan melimpahnya rezeki di atasnya, pada dasarnya memang disediakan oleh Allah untuk keperluan manusia. Karena itulah, jika manusia atau masyarakat mengalami ketertindasan, Allah mewajibkan mereka untuk hijrah (QS 4: 97-100). Tujuan dari hijrah, dalam visi al-Qur'an itu, agar manusia dapat mengenyam 'kebebasan'. Jadi tidak semata-mata perpindahan fisik dari satu daerah ke satu daerah lain, apalagi hanya sekadar untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan politik belaka, melainkan lebih

dari itu melibatkan hijrah mental-spiritual, sehingga mereka memperoleh 'kesadaran baru' bagi keutuhan martabatnya. Hijrah Nabi ke Madinah, telah terbukti mampu mewujudkan suatu kepemimpinan yang di dalamnya berlangsung tatanan masyarakat berdasarkan moral utama (makarimal akhlaq), suasana tentram penuh persaudaraan dalam pluralitas (ukhuwah) dan pengedepanan misi penyejahteraaan rakyat (al-maslahatu al-ra'iyah). Kedua, adalah transformasi kebudayaan. Hijrah dalam konteks ini telah mengentaskan masyarakat dari kebudayaan jahili menuju kebudayaan Islami. Jika sebelum hijrah, kebebasan masyarakat dipasung oleh struktur budaya feodal, otoritarian dan destruktifpermissifistik, maka setelah hijrah hak-hak asasi mereka dijamin secara perundangundangan (syari'ah). Pelanggaran terhadap syari'ah bagi seorang muslim, pada dasarnya tidak lain adalah penyangkalan terhadap keimanan atau keislamannya sendiri. Bahkan lebih dari itu, pelanggaran terhadap hak-hak aasasi yang telah dilindungi dan diatur dalam Islam, akan dikenai hukum yang tujuannya untuk mengembalikan keutuhan moral mereka dan martabat manusia secara universal. Nilai transformatif kebudayaan berasal dari ajaran hijrah Rasulullah, dengan demikian pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan keutuhan moral dan martabat kemanusiaan secara universal (rahmatan lil-'alamiin). Mengenai apa saja martabat kemanusiaan atau hak-hak asasi --yang merupakan pundamen utama suatu kebudayaan-- yang dilindungi Islam, al-Qur'an telah menggariskan pokok-pokoknya seperti perlindungan fisik individu dan masyarakat dari tindakan badani di luar hukum, perlindungan keyakinan agama masingmasing tanpa ada paksaan untuk berpindah agama, perlindungan keluarga dan keturunan, perlindungan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum, perlindungan untuk menyatakan pendapat dan berserikat dan perlindungan untuk mendapatkan persamaan derajat dan kemerdekaan. Ketiga, adalah transformasi keagamaan. Transformasi inilah, yang dalam konteks hijrah, dapat dikatakan sebagai pilar utama keberhasilan dakwah Rasulullah. Persahabatan beliau dan persaudaraan kaum Muslimin dengan kaum Yahudi dan Nasrani, sesungguhnya adalah basis utama dari misi (kerisalahan) yang diemban Rasulullah. Dari sejarah kita mengetahui, bahwasanya yang pertama menunjukkan 'tanda-tanda kerasulan' pada diri Nabi, adalah seorang pendeta Nasrani yang bertemu tatkala Nabi dan pamannya Abu Thalib berdagang ke Syria. Kemudian pada hijrah pertama dan kedua (ke Abesinia), kaum muslimin ditolong oleh raja Najasy. Dan pada saat membangun kepemimpinan Madinah, kaum muslimin bersama kaum Yahudi dan Nasrani, bahu-membahu dalam ikatan persaudaraan dan perjanjian. Karena itulah, pada masa kepemimpinan Nabi dan sahabat, Islam secara tertulis mengeluarkan undang-undang yang melindungi kaum Nasrani dan Yahudi. Wallahu l hdi il sablirrasyd! Menyongsong Tahun Baru Hijriyah "Dan katakanlah! Beramallah maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui hal yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS: At-Taubah:105) Tidak terasa umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada rumah masa depan, kuburan. Pelajaran yang terbaik dari perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita isi dengan amal baik. Hari pertama, yaitu

masa lalu yang telah kita lewati apakah sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat memperoleh ridho Allah? Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita alami sekarang ini, harus kita gunakan untuk yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Hari ketiga, hari yang akan datang, kita tidak tahu apakah itu milik kita atau bukan. Hari keempat, yaitu hari kita ditarik oleh malaikat pencabut nyawa menyudahi kehidupan yang fana ini, apakah kita sudah siap dengan amal kita? Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang tiada arti lagi nilai kerja atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik, dimana tempatnya adalah surga, atau mendapat rapor dengan tangan kiri kita, yang menunjukan nilai buruk tempatnya di neraka. Pada saat itu tidak ada lagi arti penyesalan. Benar sekali kata seorang ulama besar Tabi'in, bernama Hasan Al-Basri, "Wahai manusia sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari, setiap hari berkurang, berarti berkurang pula bagaianmu." Umar bin Khatab berkata, "Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab." Wallahu a'lam bishshowab... Saya akhiri, Billahi taufik wal hidayah.... Hadanallahu wa'iyyakum ajma'in... akhiran... aqulu lakum... Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

You might also like