You are on page 1of 3

Anastesi umum Pendahuluan Dalam blok kegawatdaruratan, bagian farmakologi ikut menyumbang obat-obat yang digunakan pada ICU,

anastesi umum dan anastesi lokal. Untuk melengkapi dan lebih memahami efek obat anastesi umum yang akan dilakukan pada anjing, karena tentunya praktikum ini tidak mungkin dilakukan pada orang percobaan. Diharapkan para mahasiswa memperhatikan dengan seksama demonstrasi efek obat anastesi umum yang dilakukan pada anjing ini, terutama terjadinya stadia anastesi umum I, II, dan III. Tentunya stadium IV tidak boleh dilakukan karena anjing akan masuk dalam stadium paralisis pernafasan dan menimbulkan kematian. Disamping itu mahasiswa juga harus mengetahui gunanya pemberian medikasi preanastesi dan pemberian obat yang dapat membantu induksi stadia anastesi. Perhatikanlah dengan baik-baik karena apa yang terjadi pada praktikum ini akan tampak pada orang yang diberi anastesi umum untuk tujuan pembedahan. Dalam praktikum ini juga mahasiswa melakukan sendiri penentuan perbandingan kekuatan obat anastesi umum, serta cara menghitung secara statistic yang akan membuktikan apakah perbedaan efek dari hasil observasi diatas akan berbeda ssecara signifikan atau tidak. I. Praktikum Pemberian Anastesi Umum

Sasaran belajar 1. Memperlihatkan salah satu cara pemberian anastesi umum, yaitu secara semi open. 2. Memperlihatkan stadia anastesi umum, I, II, dan III plana 1, 2, dan 3. 3. Memperlihatkan perbedaan emberian anastesi umum dengan atau tanpa medikasi preanastesi sebelumnya. 4. Memperlihatkan pemberian anastesi umum dengan atau tanpa induksi dengan tiopental. Persiapan Hewan coba: 2 ekor anjing Alat: sungkup, eter, serbet (kain lap), kapas, penggaris Obat-obatan: Larutan eter tehnis Atropin 0,5 mg/ml Morfin 10 mg/ml Tiopental

Dosis obat:

Eter secukupnya Atropin 1 mg/anjing IM Morfin 1 mg/kg BB IM Tiopental 20 mg/kg BB IV

Tatalaksana 1. Percobaan anastesi umum tanpa medikasi preanastesi Sebelum percobaan dimulai, anjing yang akan diberi anastesi umum, diperiksa dulu, refleksnya dengan menarik kakinya, rasa nyeri dengan menarik telinganya, juga ukur lebar pupil matanya, frekuensi denyut jantung dan frekuensi nafas serta jenis pernafasannya. Baringkan anjing tadi diatas meja laboratorium, lalu pasanglah sungkup eter yang telah dibalut dengan kain lap dan diberi lapisan kapas di dalam dan dasar sungkup. Berikanlah eter tetes demi tetes, yang pada permulaan agak cepat, agar anjing dapat menghirup uap eter dan segera masuk dalam stadium anastesi. Perhatikanlah anjing yang tidak diberi medikasi preanastesi dan induksi ini, akan lama masuk dalam stadia berikutnya, jadi anjing akan meronta-ronta, melolong, dan banyak sekresi liurnya karena iritasi eter yang diberikan. Selanjutnya perhatikan baik-baik stadia yang terjadi, I, II, dan III, dengan mengamati diameter pupil, frekuensi nafas, jenis pernafasan, frekuensi denyut jantung, gerak bola mata dan tonus otot. Observasi dilanjutkan selama masa pemulihan (recovery). 2. Percobaan anastesi umum dengan medikasi preanastesi dan induksi Seperempat jam sebelum praktikum dimulai, anjing disuntik dengan atropin dan morfin sesuai dosis yang disepakati secara IM, sebagai medikasi preanastesi. Jelaskan guna kedua obat medikasi preanastesi yang diberikan ini. Lakukan observasi yang sama pada anjing tadi, kemudian baringkanlah anjing tadi diatas meja laboratorium. Saat sebelum penetesan eter pada sungkup, suntikkan larutan tiopental IV pada vena di tungkai anjing, ini akan menginduksi stadium II (delirium), sehingga anjing akan segera masuk stadium III, lalu teteskan eter seperti diatas.

Lakukan observasi yang sama dengan diatas dan perhatikan perbedaan yang tampak pada anjing yang diberi dan tanpa medikasi preanastesi atau induksi.

You might also like