You are on page 1of 11

16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 1/11
Think different, and we all shine on like the stars the moon and the sun
Wor(l)d of Me
ew~s s >2CF2_ w{2DBCE
Laporan Praktikum Genetika
POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
Via Apriyani*, A.N. Suci, A.N. Jannah, D.P. Kusumawati, I.N.
Azizah, R. Febriani, S. Leo, V. Priansari, Y.Vebliza, D.M. Priyono,
R. Ardiansyah, R. Maylasari
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Mei 2013
Abstrak
Perkembangan biologi molekuler telah sampai pada metode
untuk memperbanyak DNA atau disebut dengan teknik
Polymerase Chain Reaction (PCR) yang ditemukan oleh
seorang ilmuwan bernama Kary B. Mullis pada tahun 1983.
Teknik PCR dapat digunakan untuk mengamplifikasi DNA target
sehingga jumlahnya menjadi banyak. Teknik tersebut dapat
dilakukan secara in vitro dan berlangsung dalam waktu yang
relatif cepat. Proses perbanyakan DNA dilakukan dengan
menggunakan reaction mixture dan berlangsung dalam mesin
thermal cycler. Reaction mixture merupakan campuran yang
terdiri atas beberapa komponen, diantaranya berisi DNA
cetakan yang akan diamplifikasi. Telah dilakukan praktikum
pembuatan reaction mixture serta amplifikasi sampel DNA
Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE
CHAIN REACTION (PCR)
Via Apriyani
Ikuti
6
Lihat profil lengkapku
_ wyws {2es s
Unforgotten
] s v 2}2T ~yyw
Bagikan
0

Lainnya

Blog Berikut Buat Blog

Masuk
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 2/11
dengan mesin thermal cycler Perkin Elmer 9600. Hasil yang
didapatkan ialah berupa segmen DNA amplifikasi yang
jumlahnya sangat banyak.
Kata kunci : Polymerase Chain Reaction (PCR); reaction
mixture; DNA; amplifikasi; thermal cycler
1. Pendahuluan
Polymerase chain reaction (PCR) merupakan salah satu teknik
yang paling penting dalam biologi molekuler. Teknik tersebut
bertujuan untuk memperbanyak DNA secara in vitro dalam
suatu reaksi termal. Metode PCR telah banyak berperan dalam
pengembangan bidang biologi molekuler khususnya genetika.
Beberapa aplikasi metode PCR diantaranya human genome
project, diagnosis penyakit genetik,
analisis filogenetik dan lain-lain. Oleh karena itu, dilakukanlah
praktikum teknik PCR sebagai modal awal sebelum
mengaplikasikannya dalam bidang genetika yang lainnya.
Teknik PCR merupakan suatu metode enzimatik untuk
memperbanyak (amplifikasi) DNA secara in vitro (ekstraselular)
(MSU 2008:1). Prinsip kerja PCR yaitu menggunakan reaction
mixture serta memanfaatkan DNA polymerase yang bersifat
termostabil dan fragmen DNA yang pendek disebut primer.
Primer berfungsi untuk mensintesis secara langsung sekuens
DNA target spesifik dari DNA template. Reaksi sintesis tersebut
terus berulang sehingga membentuk suatu siklus. Produk dari
siklus sintesis sebelumnya dapat berfungsi sebagai template
atau cetakan bagi siklus selanjutnya. Hasilnya ialah amplifikasi
eksponensial dari sekuens DNA target. Siklus yang berulang
tersebut dapat berlangsung karena penggunaan Taq
polymerase. Taq polymerase ialah sebuah enzim polymerase
bersifat termostabil yang diisolasi dari bakteri termofilik yaitu
Thermus aquaticus ( MSU 2008:1).
Komponen komponen dalam reaction mixture PCR yaitu
H2O steril, fungsinya sebagai pelarut campuran. Bufer
berfungsi untuk mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum
dan menstabilkan enzim DNA polymerase. Bufer biasanya
terdiri atas bahan-bahan kimia. Komponen lainnya yaitu dNTP
(deoxynucleoside triphosphate) sebagai pembentuk basa
komplementer dan penyusun DNA, terdiri atas 4 macam sesuai
Aku sih weekend available, tapi
takut PHP ada acara dadakan ka
:" RT @mindaisnaini: Viaapr ayo
meet up, free kapan?
Via Apriyani
@Viaapr
Via Apriyani
@Viaapr
15 Apr
13 Apr
Tweets
Follow
Tweet to @Viaapr
Ss {~s t ~w2a
Arsip Blog
S{2T ~y
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 3/11
dengan basa penyusun DNA, yaitu dATP, dCTP, dGTP dan
dTTP (MSU 2008: 2). Primer berfungsi untuk menginisiasi
sintesis DNA pada sekuens target yang spesifik dan membatasi
reaksi polimerisasi DNA. Primer terdiri dari dua macam, yaitu
primer forward dan primer reverse. Primer forward untuk
menginisiasi sintesis untai DNA dari ujung 5 ke ujung 3,
sedangkan primer reverse menginisiasi sintesis DNA dari ujung
3 ke ujung 5. Kation divalen terdiri dari ion logam bivalen
(umumnya Mg2+) dan ion logam monovalen (K+), berfungsi
sebagai kofaktor bagi enzim DNA polymerase. Tanpa ion-ion
tersebut enzim DNA polymerase tidak dapat bekerja (Science
biotech.net 2011: 1). DNA template adalah DNA yang memiliki
sekuens target untuk penempelan primer, berfungsi sebagai
cetakan DNA yang akan diamplifikasi (Agustian 2008: 11).
Komponen yang terakhir yaitu enzim DNA polymerase
berfungsi untuk membaca kode DNA serta menghubungkan
pasangan nukleotida dalam menghasilkan salinan DNA (The
university of Utah 2008: 1).
Primer atau disebut juga dengan oglinukleotida (sepasang DNA
utas tunggal pendek) merupakan suatu fragmen yang terdiri
atas 20-30 basa dan basa-basa tersebut akan berkomplemen
secara spesifik dengan DNA cetakan. Primer dirancang dengan
memiliki sekuens yang komplemen dengan DNA template
sehingga dapat mengapit daerah tertentu yang diinginkan.
Syarat primer yang baik antara lain memiliki panjang basa
oglinukleotida antara 18-24 basa, mempunyai urutan basa-
basa spesifik untuk melekat pada DNA cetakan, tidak terdapat
basa-basa yang berkomplemen pada ujung 3 yang
menyebabkan terjadinya dimer, komposisi basa guanin (G) dan
sitosin (C) adalah 50% dari seluruh basa, dan dua primer yang
dipasangkan memiliki suhu melting yang tidak berbeda jauh
(Agustian 2008: 10). Setiap siklus reaksi PCR terdiri atas tiga
tahap yaitu denaturasi, annealing, dan polimerisasi. Denaturasi
berlangsung pada suhu 94oC selama 30 detik. Pada tahap
denaturasi, reaksi enzimatik
berhenti dan ikatan hidrogen terputus sehingga DNA untai
ganda berpisah menjadi DNA untai tunggal. Annealing
berlangsung pada suhu 55 oC selama 3 detik. Pada tahap
tersebut primer akan menempel pada DNA template di tempat
yang berkomplemen dengan sekuens primer. Tahap terakhir
yaitu polimerisasi berlangsung selama 30 detik pada suhu 72
oC merupakan proses pemanjangan primer menggunakan untai
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 4/11
tunggal DNA sebagai cetakannya. DNA polymerase akan
memasangkan dNTP yang sesuai dengan pasangannya
(Agustian 2008: 11).
Cara mendesain suhu dan waktu pada setiap tahap siklus PCR
ialah dengan mengatur CYCL program pada mesin thermal
cycler. Pada menu utama, ditekan tombol option dan dipilih
create lalu enter. Kemudian ditekan tombol option dan dipilih
CYCL lalu tekan enter. Tentukan angka setpoints satu sampai
tiga. Dimasukkan suhu dan waktu sesuai dengan yang
diinginkan. Ditekan enter untuk mengkonfirmasi nilai yang
telah dimasukkan. Selanjutnya, ditentukan jumlah siklus
dengan menekan enter a new value. Mesin thermal cycler
akan running sesuai dengan kondisi yang telah diatur. Jumlah
siklus PCR ditentukan oleh rumus 2n dengan n adalah
banyaknya jumlah siklus (Labequip 2006: 1).
Suhu penempelan atau annealing ditentukan berdasarkan
primer yang digunakan serta dipengaruhi oleh komposisi dan
panjang primer. Suhu penempelan yang baik berkisar 5oC
dibawah suhu leleh atau melting temperature (Tm). Suhu leleh
(Tm) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Tm = 4(G+C) + 2(A+T) oC
Keterangan :
Tm = melting temperature
(G+C) = jumlah guanin dan sitosin pada oglinukleotida
(A+T) = jumlah adenin dan timin pada oglinukleotida
(Abinawanto dkk. 2011: 47).
Mesin thermal cycler merupakan mesin yang dapat diprogram
untuk menaikkan dan menurunkan suhu sesuai dengan
urutan waktu dan suhu yang diinginkan, dalam hal ini
mengatur siklus annealing, elongasi, dan denaturasi pada saat
amplifikasi DNA berlangsung (UNAIR 2011: 1). Kontrol positif
diperlukan untuk memudahkan pemecahan masalah apabila
terjadi hal yang tidak diinginkan. Selain itu, kontrol positif juga
diperlukan untuk memverifikasi hasil amplifikasi negatif dan
reaksi kontrol positif harus mengandung komponen yang sama
dengan sampel. Kontrol negatif dibutuhkan untuk menghindari
kesalahan positif semu seperti terjadinya kontaminasi atau
reaksi amplifikasi non spesifik (Handoyo & Ari 2001: 28).
Amplifikasi DNA dengan metode PCR memiliki kelebihan dan
kekurangan jika dibandingkan dengan teknik lain. Adapun
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 5/11
kelebihan metode PCR adalah dapat digunakan untuk
mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah jutaan kali hanya
dalam beberapa jam. Selain itu reaksi amplifikasi sangat
spesifik dan akurat serta mudah dilakukan secara otomatis.
Kekurangan metode PCR adalah dibutuhkan banyak biaya
untuk memperbanyak DNA, campuran yang digunakan rentan
terhadap kontaminasi, dan metode PCR tidak bisa
mengekspresikan mutasi genetik (Handoyo & Ari 2001: 20).
Metode PCR dapat diaplikasikan dalam banyak hal, diantaranya
untuk deteksi mutasi penyakit genetik, kloning hasil PCR,
sekuensing hasil PCR, kajian evolusi molekuler, dan kajian
forensik (tersangka kriminal dan tersangka ayah pada kasus
paternal). Kajian forensik untuk identifikasi seseorang yang
terlibat kejahatan (baik korban dan pelaku), atau korban
kecelakaan. Jika identifikasi secara fisik sulit atau tidak
mungkin lagi dilakukan, maka pengujian DNA adalah pilihan
yang tepat. DNA dapat diambil dari bagian tubuh manapun,
kemudian dilakukan analisa PCR untuk mengamplifikasi
bagian-bagian tertentu DNA yang disebut fingerprint (DNA
sidik jari). Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari
keluarganya yang memiliki pertalian darah. Jika memiliki
kecocokan yang sangat tinggi maka identitasnya dapat
dipastikan. Aplikasi lainnya yaitu dalam proyek pemetaan
genom manusia (human genome project) untuk memetakan
dan mempelajari fungsi dari gen manusia. Dengan demikian,
penemuan dan manfaat metode PCR ini berdampak sangat luas
terhadap kemajuan sains dan teknologi secara umum
(Handoyo & Ari 2001: 28).
2. Metodologi
Alat yang digunakan dalam praktikum Polymerase Chain
Reaction (PCR) adalah mesin thermal cycler, tabung PCR 0,2
ml, sarung tangan, pipet mikro, dan tips. Bahan yang
dibutuhkan dalam praktikum ini ialah campuran PCR mix dan
sampel DNA. Komposisi PCR mix terdiri dari 14 l dd H2O
steril, 4 l 5x Kapa 2G Robust Buffer A with Mg, 0,4 l 10
mM dNTPs, 0,3 l primer FvCRF (forward), 0,3 l primer
FVCRR (reverse), dan 1 l 2G Kapa Robust. Sampel DNA
sebanyak 5 l, yaitu sampel DNA tumbuhan atau DNA darah.
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 6/11
3. Hasil dan Pembahasan
Optimasi PCR perlu dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil PCR yang optimal. Secara umum optimasi
proses PCR dapat dilakukan dengan cara memvariasikan
kondisi yang digunakan pada proses PCR tersebut. Optimasi
kondisi berkaitan erat dengan faktor-faktor seperti jenis
polimerase DNA, suhu, konsentrasi, PCR bufer, dan waktu.
Pemilihan suhu pada proses PCR sangat penting karena suhu
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
suatu PCR. Dalam hal ini suhu berkaitan dengan proses
denaturasi DNA templat, annealing dan elongasi primer. Suhu
tergantung pada panjang DNA templat yang digunakan dan juga
pada panjang fragmen DNA target. Suhu denaturasi yang
terlalu tinggi akan menurunkan aktivitas polimerase DNA yang
akan berdampak pada efisiensi PCR. Selain itu juga dapat
merusak DNA templat, sedangkan suhu yang terlalu rendah
dapat menyebabkan proses denaturasi DNA templat tidak
sempurna. Pemilihan waktu yang digunakan berkaitan dengan
proses denaturasi DNA templat, annealing dan elongasi primer.
Denaturasi DNA templat umumnya dilakukan selama 30 90
detik, ini semua tergantung pada DNA templat yang digunakan.
Waktu denaturasi yang terlalu lama akan merusak templat
DNA dan sekaligus dapat menurunkan aktivitas polimerase
DNA. Sedangkan waktu denaturasi yang terlalu pendek dapat
menyebabkan proses denaturasi tidak sempurna. Penentuan
waktu untuk proses annealing berkaitan dengan panjang
primer. Untuk panjang primer lebih besar dari 22 basa
diperlukan waktu annealing 60 detik, sedangkan untuk
panjang primer 18 22 basa cukup dengan 30 detik. Pemilihan
waktu elongasi primer tergantung pada panjang fragmen DNA
yang akan diamplifikasi. Secara umum untuk mengamplifikasi
setiap satu kilo basa DNA diperlukan waktu 30 60 detik
(Handoyo & Ari 2001: 26-28).
Enzim DNA polymerase yang digunakan pada saat proses
perbanyakan DNA berasal dari Thermus aquaticus. Hal
tersebut disebabkan karena bakteri tersebut bersifat
termostabil sehingga enzim tidak mudah terdenaturasi pada
proses PCR yang berlangsung pada suhu tinggi (Agustian
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 7/11
2008: 10). Cara membuat reaction mixture yang pertama
harus dilakukan ialah mengetahui komposisi atau komponen
yang diperlukan dalam membuat campuran serta menyiapkan
alat dan bahan yang digunakan. Selanjutnya, dengan
menggunakan mikropipet dan tips, dimasukkan 14 l ddH2O
steril kedalam tabung PCR. Lalu, dimasukkan larutan bufer
sebanyak 4 l. Setelah itu ditambahkan dengan dNTP
sebanyak 0,4 l. Kemudian dicampurkan dengan primer
forward dan primer reverse masing masing sebanyak 0,3 l.
Dimasukkan larutan enzim DNA polymerase sebanyak 1 l.
Total reaction mixture yaitu 20 l, karena belum dimasukkan
dengan sampel DNA template. Setelah dimasukkan dengan DNA
template sebanyak 5 l, total larutan reaction mixture menjadi
25 l (Abinawanto dkk. 2011: 49).
Metode PCR menggunakan mesin Thermal cycler Perkin Elmer
9600 untuk memperbanyak DNA. Pada dasarnya mesin
tersebut bekerja sesuai dengan prinsip mesin thermal cycler
yaitu dapat menaikkan suhu pada saat denaturasi dan
polimerisasi serta menurunkan suhu pada tahap annealing
sesuai dengan urutan waktu yang ditentukan. Pengaturan
waktu dan suhu siklus PCR dilakukan melaui pemograman
tertentu. Tombol-tombol yang terdapat dalam mesin
mengindikasikan perintah tertentu. Tombol program tersebut
meliputi HOLD, CYCL, AUTO, dan METH. CYCL mengandung
thermal ramps dan hold segments untuk siklus PCR, biasanya
berisi dua atau tiga setpoints. HOLD untuk memprogram siklus
akhir. METH dapat menggabungkan antar siklus. Program
AUTO memungkinkan untuk menaikkan atau menurunkan
jumlah setpoints waktu dan suhu setiap siklus. Amplifikasi
DNA menggunakan mesin Thermal cycler Perkin Elmer 9600
yang pertama ialah dengan memprogram CYCL lalu
menentukan tiga setpoints yang terdiri dari tahap denaturasi,
annealing, dan polimerisasi lalu tentukan jumlah siklus.
Kemudian diatur program HOLD satu sampai tiga. Setelah itu,
gabungkan siklus dengan menekan tombol METH. Terakhir
tekan tombol run untuk menjalankan siklus secara
keseluruhan (Labequip 2006: 1).
Kondisi siklus reaksi yang digunakan dalam praktikum
bergantung pada setiap tahap yang meliputi denaturasi,
annealing, dan polimerisasi. Pada tahap denaturasi diatur
dengan suhu sebesar 94oC selama 30 detik. Denaturasi
berfungsi untuk menguraikan untai ganda DNA menjadi untai
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 8/11
tunggal. Tahap annealing (penempelan primer) berlangsung
selama 30 detik pada suhu 55oC. Tahap elongasi atau
polimerisasi DNA berlangsung pada suhu 72oC karena suhu
tersebut merupakan suhu optimum polimerase DNA yang
biasa digunakan untuk proses PCR. Polimerisasi terjadi selama
30 detik.
Hasil dari tugas membuat diagram atau gambar perbanyakan
DNA hingga siklus ke-5 didapatkan total jumlah untai DNA
sebanyak 32 buah. Hal tersebut sesuai dengan rumus 2n, (25
= 32). Diagram siklus PCR dimulai dari satu rantai DNA yang
akan diperbanyak, kemudian DNA tersebut mengalami
denaturasi pada suhu 95oC sehingga menjadi untai tunggal.
Selanjutnya DNA untai tunggal tersebut mulai dipasangkan
dengan basa komplementernya pada tahap annealing. Pada
tahap tersebut terdapat dua jenis primer yang bekerja, yaitu
primer reverse yang melakukan penempelan dari ujung 3 ke
5 serta primer forward yang melakukan penempelan dari
ujung 5 ke 3. Tahap terakhir ialah polimerisasi atau elongasi,
yaitu pemanjangan untai DNA sehingga membentuk untai
ganda DNA yang baru. Pada siklus ke-1 dihasilkan dua untai
ganda DNA yang baru. Tahapan siklus PCR untuk siklus ke-2
hingga siklus ke-5 pada prinsipnya sama dengan siklus ke-1.
Perbedaannya hanya pada jumlah untai DNA yang dihasilkan.
Tahap siklus ke-2 menghasilkan empat untai DNA, siklus ke-3
menghasilkan delapan untai DNA, siklus ke-4 menghasilkan 16
untai DNA, dan yang terakhir siklus ke-5 menghasilkan 32
untai DNA.
4. Kesimpulan

Reaction mixture merupakan komponen penting dalam metode
PCR yang dibuat melalui serangkaian prosedur dan
didalamnya terdiri dari komposisi berupa DNA template, bufer,
dNTP, enzim DNA polymerase, air, dan primer. Siklus PCR
terdiri dari tiga tahapan yaitu denaturasi (pemisahan untai
ganda DNA), annealing (pelekatan primer), dan polimerisasi
(pemanjangan DNA). Thermal cycler merupakan mesin yang
digunakan untuk memperbanyak DNA, prinsip kerjanya yaitu
menaikkan dan menurunkan suhu sesuai dengan urutan
waktu yang telah ditentukan.
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 9/11
Daftar pustaka
Abinawanto, R. Lestari, A. Bowolaksono, M. Dian, D.
P. Astuti & H. Yasmin. 2011. Pedoman praktikum genetika dasar.
PT. Pandu Aksara, Jakarta Timur: iii + 77 hlm.
Agustian, A. 2008. Karakterisasi variasi tanaman jarak
pagar. 13 hlm. http://lontar.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/124084-
BIO.002-08-Karakterisasi%2520variasi-Literatur, diakses 09
Mei 2013, pk. 10.55 WIB.
Handoyo, D. & R. Ari. 2001. Prinsip umum dan pelaksanaan
Polymerase Chain Reaction (PCR). PCR 9: 17-28.
Labequip. 2006. Perkin elmer gene amp 9600 thermal cycler.
1 hlm. http://www.labequip.com/perkinelmer-geneamp-9600-
thermal-cycler.html, diakses 09 Mei 2013, pk. 15.57 WIB.
Michigan State University (=MSU). 2008. PCR
fundamental. 6 hlm.
https://www.msu.edu/course/lbs/159h/PCR04.pdf, diakses 05
Mei 2013, pk 21.24 WIB.
Science biotech.net. 2011. Mengenal PCR (Polymerase
Chain Reaction). 1 hlm. http://sciencebiotech.net/mengenal-pcr-
polymerase-chain-reaction/, diakses 09 Mei 2013, pk 10.36.
WIB.
The University of Utah. 2008. Genetic science learning center,
PCR virtual lab. 1 hlm. http://learn.genetics.utah.
edu/content/labs/pcr/, diakses 09 Mei 2013, pk. 11.18 WIB.
Universitas Airlangga (=UNAIR). 2011. Polymerase Chain
Reaction. 1 hlm. http://unair.ac.id/artikel_detail-50379-Umum-
Polymerase Chain Reaction, diakses 09 Mei 2013, pk. 13.40
WIB.

16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 10/11
Diposkan oleh Via Apriyani di 06.07
Rekomendasikan ini di Google
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
16/4/2014 Wor(l)d of Me: Laporan Praktikum Genetika POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
http://viaaprworldofme.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-genetika-polymerase.html 11/11
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai:
Google Account
Publikasikan

Pratinjau
Template Ethereal. Gambar template oleh Juxtagirl. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like