You are on page 1of 4

Aldora Oktaviana/1102011019

MENCRET
LI. 1 Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Asam Basa
1.1 Definisi Keseimbangan Asam Basa
1.2 Mekanisme tubuh dalam menjaga keseimbangan asam basa
1.3 Gangguan keseimbangan asam basa

Asidosis Respiratorik
1. Peran sistem paru :
Peningkatan PCO
2
: meningkatkan kadar H
+
darah. Peningkatan kadar H
+
darah merangsang kemoreseptor,
maka terjadi hiperventilasi dan kadar CO
2
turun
Sebaliknya penurunan PCO
2
darah menyebabkan hipoventilasi, kadar CO
2
meningkat
2. Kelainan fungsi paru :
Perubahan PCO
2

Etiologi : penyakit paru
depresi pusat pernapasan oleh obat
Jika PCO
2
dan pH menurun, maka terjadi asidosis respiratorik
Kompensasi : buffer kimia langsung meningkat H
+

paru tidak dapat membantu
ginjal penting pada respiratori asidosis.
reabsorpsi HCO
3
yang difiltrasi dan menambah melalui buffer fosfat dan maka pH naik

Alkalosis Respiratorik
Etiologi : panas badan
keracunan aspirin.
Kompensasi : buffer kimia melepaskan H
+
untuk mengurangi alkalosis
membuang HCO
3
, maka pH turun

Asidosis Metabolik
Etiologi : diare
diabetes mellitus
olah raga berat.
Kompensasi : buffer kimia mengikat kelebihan H
+

paru membuang H
+
tambahan
ginjal membuang lebih banyak H
+
menambah HCO
3


Alkalosis Metabolik
Etiologi : muntah
minum obat alkalis.
Kompensasi : buffer kimia melepaskan H
+

pernapasan H
+
menurun
membuang kelebihan HCO
3


LI. 2 Memahami dan Menjelaskan Mencret
2.1 Definisi
Diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Kriteria frekuensi yang dapat digunakan
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer atau air ini dapat/tanpa disertai lender
dan darah.


2.2 Penyebab
a. peningkatan osmotik isi lumen usus, disebut diare osmotik
b. peningkatan sekresi cairan usus, disebut diare sekretorik
c. malabsorpsi asam empedu, malabsorpsi lemak : terjadi gangguan pembentukan micelle empedu
d. defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit : terjadi penghentian mekanisme transport
ion aktif (pada Na, K, ATP-ase) di enterosit, gangguan absorpsi Na dan air
e. motilitas dan waktu transit usus abnormal : terjadi motilitas yang lebih cepat, tak teratur sehingga isi usus tidak
sempat diabsorpsi
f. gangguan permeabilitas usus : terjadi kelainan morfologi usus pada membrane epitel spesifik sehingga
permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan garam/elektrolit terganggu
g. eksudasi cairan, elektrolit, mukos berlebihan : terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus
h. inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik
i. infeksi dinding usus, disebut diare infeksi

2.3 Jenis
1. berdasarkan lama waktu diare :
- akut : kurang dari 15 hari
- kronik : ;rbih dari 15 hari
2. berdasarkan mekanisme patofisiologis :
- osmotik : disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-
obat/zat kimia yang hiperosmotik, malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus
- sekretorik : disebabkan meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi
3. berdasarjan penyebab infeksi atau tidak :
- infektif : penyebabnya infeksi
- non infektif : bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyuebab pada kasus tersebut
4. berdasarkan penyebab organic atau tidak :
- organik : bila penyebabnya karena anatomic, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik
- fungsional : tidak ditemukan penyebab organic

2.4 Gejala
Tinja yang berbentuk encer.
BAB lebih dari 3 kali sehari, atau bisa kurang dari 3 kali sehari tapi yang keluar kebanyakan air.
Merasa lemas setelah BAB.
Tidak mempunyai nafsu makan.
Terasa nyeri pada perut.
Kadang disertai demam, mual, dan muntah.
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan,
tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada
respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

2.5 Penatalaksanaan
- Rehidrasi. Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan
minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi,
penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung
elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Cairan oral antara lain : pedialit, oralit. Cairan infus antara lain : ringer
laktat.
- Diet. Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru minum
minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna. Susu sapi, minuman berkafein, alcohol
harus dihindarkan.
- Obat anti diare. Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. Contohnya : loperamide karena tidak adiktif dan
memiliki efek sampingh paling kecil.
- Obat anti-mikroba.

2.6 Mekanisme terjadinya mencret
LI. 3 Memahami dan Menjelaskan Analisa Gas Darah
3.1 Definisi
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar
karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah
arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-
data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H
+
dan
dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
a. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
b. Sistem dapar fosfat
c. Sistem dapar protein
d. Sistem dapar hemoglobin
2. Mekanisme pernafasan
3. Mekanisme ginjal

3.2 Komponen dalam analisa gas darah
ARTERI VENA

ph 7.36 - 7.44 7.31 7.41
Total CO
2
19 - 25 mmol/L 23 30 mmol/L
PCO
2
38 42 mmHg 35 40 mmHg
PO
2
85 100 mmHg 35 40 mmHg
Saturasi oksigen >95% dari PO
2
70 75% PO
2

Base excess -3 - + 3 mmol/L
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
a. Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung
menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya
akan meningkat.
b. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan
menurunkan tekanan CO
2
, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO
2
terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.
c. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan
menghasilkan CO
2
. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika
sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
d. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO
2
dan PCO
2
. Nilai pH akan
mengikuti perubahan PCO
2
. Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai
PCO
2
yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi
oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah

3.3 Tata cara pemeriksaan gas darah
1. Arteri radialis umumnya dipakai meskipun brakhialis juga dapat digunakan
2. Bila menggunakan pendekatan arteri radialis lakukan tes Allens. Secara terus menerus bendung arteri
radialis dan ulnaris. Tangan akan putih kemudian pucat. Lepaskan aliran arteri ulnaris. Tes allens positif
bila tangan kembali menjadi berwarna merah muda. Ini meyakinkan aliran arteri bila aliran arteri radialis
tidal paten
3. Pergelangan tangan dihiperekstensikan dan tangan dirotasi keluar
a. Penting sekali untuk melakukan hiperekstensi pergelangan tangan
biasanya menggunakan gulungan handuk untuk melakukan ini
b. Untuk pungsi arteri brakialis, siku dihiperekstensikan setelah
Meletakkan handuk di bawah siku
1. 1 ml heparin diaspirasi kedalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin, dan kemudian
kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan
heparin dan tak ada gelembung udara
2. Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi dengan palpasi dengan jari tengah dan jari telunjuk, dan titik
maksimum denyut ditemukan. Bersihkan tempat tersebut dengan kapas alcohol
3. Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang mempunyai pulsasi penuh. Ini akan paling mudah
dengan memasukkan jarum dan spuit kurang lebih 45-90 derajat terhadap kulit
4. Seringkali jarum masuk menembus pembuluh arteri dan hanya dengan jarum ditarik perlahan darah akan
masuk ke spuit
5. Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah kedalam spuit
dengan kekuatannya sendiri
Bila kita harus mengaspirasi darah dengan menarik plunger spuit ini kadang-kadang diperlukan pada spuit plastik
yang terlalu keras sehingga tak mungkin darah tersebut positif dari arteri.Hasil gas darah tidak memungkinkan kita
untuk menentukan apakah darah dari arteri atau dari vena
1. Setelah darah 5 ml diambil, jarum dilepaskan dan petugas yang lain menekan area yang di pungsi selama
sedikitnya 5 menit (10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)
2. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit.
Putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
3. Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian dibawa kelaboratorium

3.4 Perhitungan anion gap
AG = Na (HCO3 + Cl)
Normalnya adalah 12 3

You might also like