DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI TAK BERAT DAN KEJANG DEMAM
Diajukan guna memenuhi syarat menempuh ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh : Aji Adhi Nugraha 22010110200021
Pembimbing: dr. Harancang
Penguji : dr. Dewi Ratih Sp.A
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : AJI ADHI NUGRAHA NIM : 22010110200021 Fakultas : Kedokteran Umum Judul : Laporan Kasus Besar Seorang Anak 2 Tahun 5 Bulan dengan Kejang Deamam Diare Akut Dehidrasi Tak Berat Bagian/SMF : Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Penguji : dr. Dewi Ratih Sp.A Pembimbing : dr. Harancang
Semarang, November 2011
Penguji
dr. Dewi Ratih, Sp.A Pembimbing
dr. Harancang
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan laporan kasus besar yang berjudul Seorang Anak 2 Tahun 5 Bulan dengan Diare Akut Dehidrasi Tak Berat dan Kejang Demam. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi syarat menempuh ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Dewi Ratih, Sp.A sebagai penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis. 2. dr. Harancang, sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan, petunjuk, serta kritik yang membangun dalam penyusunan kasus ini. 3. Anak L, serta keluarga, atas bantuannya sebagai pasien di dalam penyusunan kasus besar ini. 4. Teman-teman yang satu stase di bagian anak yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan kasus ini, maka penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun serta saran dari semua pihak. Semoga laporan kasus besar ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama untuk kasus Diare Akut Dehidrasi Tak Berat dan kejang demam.
Semarang, Februari 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1 BAB II. PENYAJIAN KASUS ................................................................. 3 A. Identitas Penderita .................................................................. 3 B. Data Dasar .............................................................................. 4 C. Data Khusus ............................................................................ 6 D. Pemeriksaan Fisik ................................................................... 10 E. Kebutuhan Cairan, Kalori, Protein ......................................... 14 F. Daftar Masalah ....................................................................... 16 G. Initial Plan .............................................................................. 16 H. Perjalanan Penyakit ................................................................ 19 I. Hasil kunjungan rumah ........................................................... 27 BAB III. PEMBAHASAN. 31
DIARE AKUT DEHIDRASI TAK BERAT............................................................................................. 31
A. Diagnosis ................................................................................... 31
B. Pengelolaan ................................................................................ 36
C. Pencegahan ................................................................................ 41
v
KEJANG DEMAM 41
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK...... 42
A. Kuratif........................................................................................... 43
B. Preventif ....................................................................................... 43
C. Promotif ....................................................................................... 44
D. Rehabilitatif.................................................................................. 45
E. Lingkungan .................................................................................. 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA . 57
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara berkembang dengan perkiraan 1,3 milyar episod dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita, sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah kekurangan gizi dan ineksi yang serius. Di Indonesia sendiri hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare. Menurut laporan Departemen Kesehatan di Indonesia, setiap anak mengalami diare 1,6-2 kali pertahun. Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain kesehatan lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. 1,2 Definisi diare menurut Hipokrates adalah keadaaan yang abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja. Berdasarkan Pendidikan Medik Pemberantasan Diare (PMPD) tahun 1999 dan seminar Rehidrasi Nasional III (1982), diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sebanyak 3 5 kali atau lebih per hari, Diare akut menurut JW Smith adalah perubahan konsistensi dan frekuensi berak. Lebenthal (1981), Gryboski dan Smith (1983) mendefinisikan diare secara klinik sebagai pasase yang frekuen tinja dengan konsistensi lembek sampai cair dengan volume melebihi 10 ml/KgBB/hari. Dua bahaya utama diare adalah dehidrasi dan gizi kurang. Dehidrasi terjadi bila pengeluaran air dan elektrolit lebih banyak dibandingkan pemasukannya. Semakin banyak tinja yang dikeluarkan berarti semakin banyak anak tersebut kehilangan cairan.
Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi tak berat, dan dehidrasi berat 1,2,3 . Pada umumnya pada kasus diare akut dengan pengelolaan yang tepat akan sembuh namun sebagian kecil akan melanjut menjadi diare kronik atau komplikasi lain. Komplikasi yang dapat terjadi adalah kehilangan air dan elektrolit, gangguan gizi, perubahan ekologi dalam lumen usus dan perubahan mekanisme ketahanan isi usus. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemi, intoleransi laktosa sekunder, kejang maupun malnutrisi energi protein. Keadaan dehidrasi sering disertai penurunan jumlah cairan ekstraseluler (hipovolemik) yang kemudian diikuti pula dengan gangguan perfusi 2
jaringan akibat hipoksia. Keadaan ini akan menambah berat asidosis metabolik dan dapat memberikan gangguan kesadaran. Salah satu komplikasi dari diare adalah demam yang dapat menyebabkan kejang, kejang merupakan perubahan aktivitas motorik dan / atau tingkah laku sesaat yang disebabkan oleh abnormalitas aktivitas elektrik otak. 1 Kelainan ini dapat ditemukan pada sekitar 10% anak. 1 Jenis kejang pada anak yang paling sering terjadi adalah kejang demam, yang ditemukan pada 2 5 % anak di Eropa dan Amerika Serikat. 1-8 Di Asia, insidensinya meningkat dua kali lipat. 3 Di Jepang, kelainan ini ditemukan pada 6 9 % anak. 3 Sedangkan di Indonesia belum terdapat data yang pasti.Sebanyak 65 - 80 % kasus kejang demam merupakan kejang demam simpleks. 3 Tiga puluh hingga 50% anak yang pernah mengalami kejang demam dapat mengalami kejang berulang, terutama bagi anak yang memiliki faktor risikotertentu. 3
Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak dengan diare cair akut dehidrasi tak berat dengan kejang demam dengan tujuan untuk mengetahui cara menegakkan diagnosa dan mengelola penderita sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
B. TUJUAN Pada laporan kasus ini disajikan suatu kasus seorang anak dengan diare akut dehidrasi tak berat dengan kejang demam yang dirawat di bangsal C 1 L 2 IRNA C RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang cara mendiagnosis, mengelola dan mengetahui prognosis penderita dengan penyakit tersebut di atas.
C. MANFAAT Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan, dan mengetahui prognosis penderita kejang demam dan diare akut dehidrasi tak berat. 3
BAB II PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA Nama : An. L Umur : 2 Tahun 5 bulan Jenis kelamin : Laki - laki Alamat : Dempel Muktiharjo Semarang Agama : Islam
No. CM : C243989 Bangsal : C 1 L 2 Kelas III Masuk Rumah Sakit : Rabu, 1 Februari 2012 pukul 22.00 Keluar Rumah Sakit : Sabtu, 4 Februari 2012
IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah : Tn.WI Umur : 24 tahun Pekerjaan : Karyawan Swasta Pendidikan : SMA Alamat : Dempel Muktiharjo Semarang
Nama Ibu : Ny. R Umur : 22 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMA Alamat : Dempel Muktiharjo Semarang
4
DATA DASAR
Anamnesis ( Alloanamnesis) Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 2 Februari 2012 pukul 11.00 WIB di bangsal anak C 1 L 2 RSDK dan catatan medik penderita.
1. Keluhan Utama : Kejang 2. Riwayat Penyakit Sekarang : 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit Anak mencret 4 kali dalam 1 hari, 1 kali mencret sekitar setengah gelas belimbing, konsistensi cair, berbau asam, nyemprot, tidak ada lendir maupun darah. Daerah sekitar anus tidak kemerahan. Buang air kecil tidak ada keluhan. Diare juga disertai demam, awalnya demam tidak tinggi tetapi semakin lama demam semakin tinggi. Tidak ada batuk, tidak ada pilek, tidak ada sesak nafas, tidak ada keluar cairan dari telinga. Anak muntah 1 kali tidak nyemprot, berwarna kuning, banyaknya 2 sendok makan. Anak tampak kehausan, lalu anak dibawa ke Puskesmas, diberi obat namun ibu tidak mengetahui nama obatnya dan anak tetap diare dan panas. 30 menit sebelum masuk Rumah Sakit demam anak semakin tinggi, tetapi ibu tidak mengetahui berapa derajat karena tidak mempunyai thermometer di rumah, oleh orang tua anak diberi jaket, kaos kaki dan tutup kepala, kemudian anak mengalami kejang, tangan dan kaki pasien bergerak-gerak kaku, mata anak mendelik ke atas. Saat kejang anak tidak sadar. Sebelum dan setelah kejang anak sadar, tidak ada muntah, kejang berlangsung 5 menit, berhenti sendiri tanpa diberi obat, lalu anak dibawa ke Klinik 24 jam lalu disarankan untuk segera ke RSDK. Di UGD RSDK suhu badan pasien 39.5 C, didapatkan mata cowong, turgor kulit kembali lambat, anak tampak lemas. Telah diberi obat penurun panas. Obat diberikan lewat suntikan dan juga ada obat yang diberikan lewat dubur. Pasien telah diberikan rehidrasi di UGD dengan D10 480/15 tpm selama 4 jam, lalu anak mengalami perbaikan dan pasien dirawat di C 1 L 2 Kelas III.
5
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Umur Umur Morbili Tidak pernah Diare Pernah Pertusis Tidak pernah Disentri Amuba Tidak pernah Varisela Tidak pernah Difteri Tidak pernah Tifus Abdominalis Tidak pernah Malaria Tidak pernah Cacingan Tidak pernah Tetanus Tidak pernah Reaksi Obat Tidak pernah Angina Tidak pernah Demam berdarah Dengue Tidak pernah Pneumonia Tidak pernah Batuk pilek Pernah
Penyakit yang pernah diderita adalah diare dan batuk-pilek, dibawa ke Puskesmas dan sembuh setelah beberapa hari. Anak tidak pernah sakit hingga dirawat di rumah sakit sebelumnya. Anak juga tidak ada riwayat kejang dan juga riwayat kejang demam sebelumnya. Riwayat berganti susu ataupun makanan yang basi/rusak disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita diare maupun kejang. Tidak ada tetangga yang menderita diare
6
5. Riwayat Sosial Ekonomi : Penderita adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayah penderita bekerja sebagai buruh dengan penghasilan rata-rata Rp 800.000,00/bulan. Ibu penderita tidak bekerja (ibu rumah tangga). Keluarga tinggal di rumah sendiri. Keluarga menanggung 2 orang anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan atas tanggungan Jamsostek
14KRITERIA MASYARAKAT MISKIN MENURUT STANDAR BPS 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. ( terpenuhi) 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu / kayu murahan (terpenuhi) 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah / tembok tanpa diplester (terpenuhi) 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga lain (Tidak terpenuhi) 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik (Tidak terpenuhi) 6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai /air hujan (terpenuhi) 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah ( terpenuhi) 8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu (Tidak terpenuhi) 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun (terpenuhi) 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari (Tidak terpenuhi) 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik( terpenuhi) 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan ( terpenuhi) 7
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD/ hanya SD (Tidak terpenuhi) 14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.(terpenuhi) Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. Kesan: kategori miskin sesuai BPS
B. DATA KHUSUS
1. Riwayat pemeliharaan prenatal : Lahir dari ibu G 2 P 1 A 0 , ANC di bidan, teratur, dilakukan 4 kali selama masa kehamilan, mendapat imunisasi TT 2 kali. Riwayat penyakit selama kehamilan seperti sakit panas selama hamil, darah tinggi, kejang, sakit gula selama hamil disangkal. Riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal Selama hamil ibu mendapat vitamin dan tablet penambah darah.
2. Riwayat kelahiran : No Kehamilan dan Persalinan Tgl lahir/umur 1. Laki-laki, aterm, spontan, bidan, BBL : 3300 gr 2 tahun 5 bulan 2. Laki-laki, aterm, spontan, bidan, BBL: 2600 gr 11 bulan
Penderita lahir ditolong oleh bidan, umur kehamilan 9 bulan, lahir spontan, langsung menangis, riwayat biru-biru disangkal, riwayat trauma kelahiran disangkal, riwayat adanya kesulitan selama persalinan disangkal. Berat badan lahir 3300 gram, panjang badan 40 cm dan lingkar kepala lahir ibu lupa.
3. Riwayat Pemeliharaan Postnatal : Bayi menyusu kuat, tidak kuning, tidak kejang. Pemeliharaan postnatal di Puskesmas dan dinyatakan sehat. Rutin ke posyandu 1 bulan sekali. 8
4. Riwayat Imunisasi : BCG : 1 x ( 1 bulan, scar + ) DPT : 3 x (2, 4, 6 bulan) Polio : 4 x ( 0, 2, 4, 6 bulan) Campak : - Hepatitis B : 4 x (0, 2, 4, 6 bulan) Booster : - Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap sesuai usia.
5. Riwayat Makan dan Minum Anak ASI sejak lahir dihentikan 1 bulan dengan alasan ASI tidak keluar. Susu formula diberikan sejak usia 1 bulan : - 1-6 bulan SGM 1, diberikan 2-3x/hari @1-2 sendok takar dalam 30-60cc air, habis - 6-12 bulan SGM 2, diberikan 3-4x/hari @2-3 sendok takar dalam 60-90cc air, habis - 1 tahun-sekarang Bendera Kental manis, diberikan 3-4x/hari dalam 90-120cc air, habis Makanan padat diberikan sejak usia 3 bulan: - 5 6 bulan diberikan pisang ulek 1-2x/hari 1-2 sdm, habis - 6 9 bulan diberikan bubur susu 1-2x/hari mangkuk kecil, sering habis - 9 12 bulan diberikan nasi tim 2-3x/hari mangkuk kecil, sering habis - 1 tahun- sekarang diberikan makanan keluarga : centong nasi + lauk + sayur, anak tidak terlalu suka buah.
Kesan : ASI tidak eksklusif, penyapihan dini, kualitas kuantitas cukup.
6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak Pertumbuhan : Berat badan lahir 3300 gr, panjang badan lahir 49 cm, lingkar kepala lahir ibu lupa. Berat badan sekarang 13 kg, tinggi badan sekarang 84 cm. BB bulan lalu tidak tahu.
9
Kesan : N2 ( normal growth )
Status Antopometri Anak laki-laki, umur 2 tahun 5 bulan. BB : 13 kg, PB : 85 cm Berat badan menurut umur. WAZ : -0,39
Tinggi badan menurut umur. HAZ : -1,70
10
Berat badan menurut panjang badan. WHZ : 1,23
Kesan : Gizi baik, perawakan normal.
11
Perkembangan : Senyum : 2 bulan Miring : 3 bulan Tengkurap : 4 bulan Duduk : 6 bulan Gigi keluar : 6 bulan Merangkak : 8 bulan Berdiri : 9 bulan Berjalan : 10 bulan Saat ini anak sudah dapat berdiri dan berjalan tanpa berpegangan, dapat duduk dan bangkit sendiri tanpa dibantu. Anak sudah dapat merangkai kalimat dari 3 kata moh maem ma.
KPSP : No Pertanyaan Ya Tidak 1 Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa bantuan/petunjuk?
2 Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 5 cm.
3 Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti minta minum; mau tidur? Terimakasih dan Dadag tidak ikut dinilai.
4 Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa bantuan?
5 Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:
12
Letakkan kertas ini di lantai. Letakkan kertas ini di kursi. Berikan kertas ini kepada ibu. Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi? 7 Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak menggambar garis lain di samping garis tsb.
8 Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?
9 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? 10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?
Total jawaban Ya = 10
Kesan : Perkembangan anak sesuai tahapan perkembangannya. 7. Riwayat Keluarga Berencana Orang Tua Ibu penderita menggunakan KB suntik 3 bulan, Sikap yakin dan percaya.
13
14
C. PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 2 Februari 2012 pukul 12.00 WIB di bangsal C 1 L 2 RSUP Dr. Kariadi Seorang anak laki- laki, umur 2 tahun 5 bulan, Berat Badan (BB) : 13 kg, Panjang Badan (PB) : 84 cm Keadaan umum : Sadar, nafas spontan (+) adekuat, mata cekung (+) perbaikan, anak cukup tampak lemas. Tanda vital : Frekuensi jantung : 170 x / menit Nadi : reguler, isi dan tegangan cukup Frekuensi nafas : 55x / menit, reguler Suhu : 38C (axiler) Status Internus : Rambut : warna hitam dan tidak mudah dicabut. Ubun-ubun besar : sudah menutup Mata : cowong (+/+) perbaikan, conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 2 mm / 2 mm Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan retroaurikuler (-/-), discharge (-/-), serumen (-/-) Hidung : nafas cuping (-), discharge (-/-), mukosa hiperemis Mukosa : sedikit kering (-) Mulut : sianosis (-), bibir kering (-) Lidah : kotor (-), hiperemis (-), tremor (-) Gigi-geligi : karies (+) Tenggorok : Tonsil : T 1-1 , hiperemis (-), kripte tidak melebar, detritus (-) faring hiperemis (-) Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Toraks : Pulmo 15
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-). Palpasi : stem fremitus kanan = kiri Perkusi : sonor seluruh lapangan paru Auskultasi : suara dasar : vesikuler (+/+) suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-), hantaran (-/-). Cor Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga IV 2 cm medial linea medioclavikularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar. Thrill (-) Perkusi : sulit dinilai Auskultasi : suara jantung I dan II normal, irama reguler, gallop (-), bising (-). M1>M2, A1<A2, P1<P2 Abdomen : Inspeksi : datar Auskultasi : bising usus (+) Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-) Palpasi : supel, lemas, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat Hepar dan Lien tidak teraba.
MCHC : 74 g/dL (29 36 %) Kesan : leukopeni Pemeriksaan Kimia & Elektrolit Darah : Natrium : 130 mmol/l (136 145 mmol/l) Kalium : 3,1 mmol/l (3,5 5,1 mmol/l) Chlorida : 100 mmol/l (98 107 mmol/l) Calcium : 2,18 mmol/L (2,12 2,521 mmol/L) Kesan : hipokalemi, hionatremi. GDS : 82 DIAGNOSIS DAN ASSESMENT Diagnosis DiagnosisUtama: Diare akut dehidrasi tak berat DiagnosisKomorbid: Diagnosis Komplikasi : kejang demam, imbalance elektrolit Diagnosis Pertumbuhan:, perawakan normal, gizi baik, mesosefal Diagnosis Gizi: Gizi baik DiagnosisPerkembangan: perkembangan sesuai umur DiagnosisImunisasi: imunisasi lengkap sesuai dengan umur Diagnosis Sosial-Ekonomi: kategori miskin sesuai BPS
18
E. INITIAL PLANS ASSESSMENT 1. Kejang demam DD/ : - Kejang demam simpleks - Kejang demam kompleks
IP Dx S : O : Preparat darah hapus, diff count, kultur darah , konsul THT, urinn rutin.
IP Rx : Infus 2AN 480/20/5 tpm Inj. Diazepam 5 mg i.v pelan (bila kejang) p.o : Paracetamol syr 4-6 x 125 mg (t 38 o C) Diazepam 3 x 2 mg/hari
IP Mx : Evaluasi keadaan umum, tanda vital, tanda kejang, elektrolit ulang, darah rutin ulang, GDS ulang.
IP Ex : - Memberitahu kepada orangtua mengenai kondisi anak dan pemeriksaan yang akan dilakukan untuk menegakan diagnosis dari penyakit yang diderita. - Memberitahukan agar dirumah mempunyai thermometer dan apabila panas lebih dari 38derajat makan berikan obat penurun panas. - Apabila demam anak bisa dikompres untuk menurunkan suhu tubuhnya (surface cooling ).
19
2. Diare akut dehidrasi tak berat DD/ : Sekretorik Osmotik Ip Dx : S : - O : feses rutin, elektrolit, darah rutin ulang, IpRx : Inf 2A N 480/20/15 tpm Oralit 100-200 cc/ mencret Zinc sulfat 1x20 mg Ip Mx : - Evaluasi KU, TV - Tanda dehidrasi - Pantau akseptabilitas diet - Balans cairan - Konsistensi feses - Elektrolit ulang - Darah rutin ulang Ip Ex : - Memberitahu kepada orangtua mengenai kondisi anak dan pemeriksaan yang akan dilakukan. - Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman kepada anak selama diare dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindarkan efek buruk pada gizi - Edukasi cara pemberian oralit pada anak 100 200 cc tiap kali muntah/mencret, diberikan satu sendok teh tiap 1-2 menit sampai habis, jika anak muntah maka dihentikan, tunggu + 10 menit lalu dilanjutkan lagi tetapi lebih lambat misalnya sesendok tiap 2-3 menit. - Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat makan/minum dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan menggunakan alat-alat makan/minum yang sudah dicuci bersih atau direbus dahulu. - Selama dirawat di bangsal ataupun di rumah, bila anak buang air besar harus segera dibersihkan dengan air dan ganti dengan celana yang bersih, 20
bila tinja mengotori perlak segera bersihkan dan ganti dengan perlak yang bersih. - Selalu menggunakan air bersih untuk minum. - Memasak atau mendidihkan makanan dengan benar dan menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan dimakan. - Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel, kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila bayi diare disertai muntah berulang, bayi tampak kehausan sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit atau poliklinik terdekat (penting bila setelah pulang dari RSDK bayi sakit lagi ) Menjelaskan dan memotivasi ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga 10-14 hari sekalipun nantinya diare sudah sembuh.
Waktu Keadaan Klinis Program terapi/tindakan 1-2-2012 Jam 20.00
Keluhan: demam (+), kejang (-), batuk (-), batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), keluar cairan dari telinga (-) BAB mencret (+) >4x per hari, cair, bau asam, lender dan darah (-), pantat kemerahan, BAK normal. KU : anak tidur, napas spontan adekuat TV : HR : 170x/menit RR : 60x/menit t : 38,3 C axiler N : reguler, isi dan tegangan cukup Mata : mata cekung (+), air mata tidak bisa dinilai, anemis (-/-), ikterik (-/-), pupil isokor 3 mm / 3 mm, refleks cahaya (+/+), refleks kornea (+/+) Telinga : discharge (-) Rehidrasi ( UGD) 240cc/jam Po: 100cc/jam oralit Iv: 140cc RL/jam 39 tpm
Hidung : napas cuping (-), discharge (-) Bibir : sianotik (-), lipatan nasolabial simetris Faring: hiperemis (-), granulasi (-) Tonsil: T 1- T 1 , hiperemis (-),kripte tidak melebar, permukaan rata, detritus (-) Leher: pembesaran nnll (-), kaku kuduk (-) Thorax : cor / pulmo d.b.n Abd : supel, datar, bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba turgor kembali lamabat. Genital : laki-laki, d.b.n, fimosis (-) Extremitas: superior / inferior d.b.n Px. Rangsang meningeal: (-) Px. Nn. Craniales: d.b.n Tanda perdarahan: (-)
Assessment Observasi kejang demam DD/KDS KDK Diare akut dehidrasi tak berat febris HR : 140x/menit RR : 30x/menit t : 37,5 C axiler N : reguler, isi dan tegangan cukup
Epitel tubulus : 3,0 / L Bakteri : 23,8 / L Kepekatan : 4,9 mS/cm Sperma & yeast cell : negatif Kesan: Darah Rutin tanggal 2/2/2012
Gambaran darah tepi: Eritrosit: Anisositosis ringan (mikrosit), Poikilositosis ringan (tear drop cell, ovalosit) Trombosit: Jumlah dan bentuk normal Leukosit: Jumlah tampak normal, limfosit teraktifasi (+),vakuolisasi (+), monositosis (+)
Sed Epitel : 3,0 / L Lekosit : 27,3 / L Eritrosit : 4,2 / L Kristal : 0,0 / L Sil.Hyalin : 0,00 / L Sil.Patologi & mucus : negatif
24
Hb: 10,8 gr% Ht: 33,9 Eritrosit: 4,45 jt/mmk MCH: 24,20 MCV:76,10 MCHC:31,8 Leukosit:6,53 Trombosit :221,0 Feses rutin : Warna : coklat Askaris, Ankilostoma, trikurus, oxyusris, entamoeba coli, histolitika NEG Sisa: Karbohidrat dan protein (+),sudan 3 (+), eritrosi dan benzidin (-) Konsul Mata: Kesimpulan : dari pemeriksaan opthalmologi saat ini tidak didapatkan gamabaran papil edema sebagai salah satu tanda peningkatan tekanan intracranial. Konsul THT : Kesimpulan : THT tenang tidak ada kelainan.
3-2-2012 Jam 07.00 Keadaan Klinis Program Terapi / Tindakan Keluhan: BAB ampas, demam (-), orang tua minta pulang KU : sadar, kurang aktif, napas spontan - Infus 2AN 480/20/5 tpm - Inj. Diazepam 4,5 mg i.v pelan (bila kejang)
25
adekuat, defisit neurologis (-) TV : HR : 120x/menit RR : 24x/menit t : 36,7 C N : reguler, isi dan tegangan cukup PF lain : tetap, mata cowong (-) Assessment: 1. Kejang demam simpleks 2. Diare akut dehidrasi tak berat perbaikan p.o : - Paracetamol 4 x 200 mg (t 38 o C) - Diazepam 3 x 2 mg/hari - Oralit 100-200cc / mencret - Zinc sulfat 1x20 mg sampai 14 hari
Diet : - 3x nasi - 3 x 200 cc susu
Program : - Evaluasi KU, TV, kejang berulang, 4-2-2012 07.00
Keadaan Klinis Program terapi/tindakan Keluhan: demam (-), kejang (-),anak minta pulang KU : sadar, aktif, napas spontan adekuat, defisit neurologis (-) TV : HR : 120x/menit RR : 23x/menit t : 37,0 C N : reguler, isi dan tegangan cukup UUB : membonjol (-) Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-), pupil isokor 3 mm / 3 mm, refleks cahaya (+/+), refleks kornea (+/+), mata cowong (-) Telinga : discharge (-) Hidung : napas cuping (-), discharge (-) Anak pulang Zinc sulfat 1x20 mg sampai 14 hari Oralit 50-100cc/ mencret 26
Bibir : sianotik (-), lipatan nasolabial simetris Faring: hiperemis (-), granulasi (-) Tonsil: T 1- T 1 , hiperemis (-), kripte tidak melebar, permukaan rata, detritus (-) Leher: pembesaran nnll (-), kaku kuduk (-) Thorax : cor / pulmo d.b.n Abd : supel, datar, bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba, turgor kemabli cepat. Genital : laki-laki, d.b.n, fimosis (-) Extremitas: superior / inferior d.b.n Px. Rangsang meningeal: (-) Px. Nn. Craniales: d.b.n Tanda perdarahan: (-)
Assessment : 1. Kejang demam simpleks 2. Diare akut dehidrasi tak berat
1.1. HASIL KUNJUNGAN RUMAH Kunjungan rumah pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 16.30 WIB. Alamat: Dempel Muktiharjo Semarang 1.1.1. Keadaan Rumah Status rumah : rumah milik pribadi Ukuran : 9 m x 7 m Penghuni : 4 orang penghuni Teras rumah : ada 1 sofa, lantai dari keramik, atap dari genting tertutup plafon, dinding semen dicat, kebersihan cukup Halaman depan : ditutupi paving block, kebersihan cukup 27
Ruang tamu : sofa dan meja, lantai keramik, dinding semen dicat, terdapat 2 jendela Kamar 1 : 3 m x 3 m, ditempati ayah, ibu pasien, danpasien dan adik pasien tempat tidur dari kapuk, lantai keramik, dinding semen tidak dicat, terdapat 2 jendela Kamar 2 : 3 m x 3 m, tidak ditempati, diapakai buat menyimpan barang-barang, lantai keramik, dinding semen tidak dicat, terdapat 2 jendela Ruang keluarga : 3 m x 3 m, terdapat televisi, mesin jahit, mainan-mainan anak, lantai keramik, dinding semen tidak dicat, tidak terdapat jendela Kamar mandi : terdapat 1 kamar mandi, 2 m x 2 m, air ditampung dalam bak, sumber air dari PAM, air bersih dan jernih, air dialirkan ke selokan depan rumah, kloset jongkok, lantai keramik dan dinding dari semen, tidak terdapat jendela Dapur : 3 m x 3 m, lantai keramik, dinding semen, terdapat banyak peralatan masak & makan yang ditata kurang rapi, terdapat tirai yang membuka ke ruang keluarga, terdapat 2 tempat sampah, sumber air masak dan minum dari PAM Atap rumah : dari genting, tanpa eternit Pencahayaan : cukup Sumber air : PAM Tempat sampah : kurang memadai, jumlah 1, kecil, letak di dapur, dan dibiarkan terbuka. Selokan : Bersih, mengalir lancar Kesan : Rumah layak dihuni, ventilasi dan pencahayaan cukup, kebersihan dan kerapian kurang terutama di kamar mandi, dan dapur
1.1.2. Kebiasaan sehari-hari Asuh Penderita tinggal bersama ayah, ibu, dan seorang adik yang masih berumur 11 bulan. Ayah dan ibu merupakan lulusan SMA. Ayah bekerja sebagai buruh pabrik dan Ibu tidak bekerja. Kedua anak diasuh oleh ibu setiap harinya. Pasien sejak kecil diberi susu formula, ASI diberikan hanya sampai umur satu bulan .Pasien makan 3 x sehari, kualitas dan kuantitas cukup. Makanan dan minuman direbus dahulu sebelum dikonsumsi, memakai tudung saji dalam penyimpanan makanan. Alat 28
makan dicuci dengan air sumur dengan sabun. Keluarga jarang mencuci tangan sebelum makan kecuali bila kotor. Pasien memiliki 2 botol susu yang selalu diganti dan dibersihkan bila kotor. Penyajian susu formula dengan botol bersih dan direbus sampai mendidih.. Keluarga mandi 2 x sehari dengan air sumur dan sabun, pakaian kotor dicuci tiap hari. Rumah disapu dan dipel 2 hari sekali. Tempat sampah 2 buah di dapur, tidak ada tutupnya. Sampah kadang dibuang di halaman. Peralatan makan dan pakaian dicuci di kamar mandi, dan tidak ditata. Jika sakit keluarga pasien berobat ke praktek dokter umum dekat rumah. Imunisasi rutin, dilakukan di Posyandu. Asih Kasih sayang terutama diberikan oleh ibu pasien. Ayah jarang mengajak bermain anak dan hanya berinteraksi saat malam hari atau hari libur karena sibuk bekerja dari pagi hingga sore. Pasien sering bersikap malu-malu terhadap orang asing. Asah Pasien sering bermain dengan 3-4 orang anak-anak tetangga yang seusia dengan pasien. Mainan yang biasa dimainkan berupa mobil-mobilan, sepeda-sepedaan, dan menyusun balok.
1.1.3. Lingkungan Lokasi Rumah pasiien berdekatan antara rumah satu dengan lainnya. Jalan di depan rumah dilapis aspal dan dapat dilalui 2 mobil. Hubungan dengan tetangga baik dan lingkungan di sekitar rumah cukup bersih.
29
30
BAB III PEMBAHASAN
DIARE AKUT DEHIDRASI TAK BERAT A. DIAGNOSIS Diare didefinisikan sebagai buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali perhari atau lebih dari biasanya, disertai perubahan konsistensi feses menjadi lembek atau cair dengan atau tanpa lendir dan darah. Pada bayi yang masih minum ASI secara eksklusif untuk definisi diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya dan dapat menyebabkan penurunan berat badan pada bayi. Menurut etiologinya diare dibagi menjadi diare cair dan diare berdarah. Jika berdasarkan pada lamanya diare maka dapat dibedakan menjadi diare akut dan diare persisten. 1,2 Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair dan tanpa darah dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. 1,2,3 Disentri merupakan diare akut yang pada tinjanya terlihat darah secara kasat mata. Darah pada tinja yang hanya terlihat secara mikroskopis bukan merupakan diare berdarah. Diare berdarah sering disebut sebagai sindroma disentri yaitu diare dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus. Komplikasi dari disentri yang penting antara lain anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa usus. Penyebab utama disentri akut adalah Shigella. Penyebab lain pada disentri akut adalah Campylobacter jejuni, E coli enteroinvasife, Salmonella, Entamoeba hystolytica. 1,2,3 Diare persisten merupakan diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung lebih dari 14 hari, dapat berupa diare cair ataupun disentri. Diare persisten tidak boleh disamakan dengan diare kronik, yakni diare intermiten (hilang timbul) atau diare yang berlangsung lama dengan penyebab non infeksi seperti sensitif gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. 1,2,3 Adanya keterbatasan sarana penunjang dalam menegakkan diagnosis, maka gejala klinis merupakan petunjuk yang sangat diperlukan. Pada dasarnya gejala klinis diare dapat dibagi menjadi 4 aspek yaitu :
31
1. Muntah dan berak 2. Aspek etiologi 3. Aspek dehidrasi 4. Aspek komplikasi
1. Muntah dan berak Muntah dan berak merupakan gejala utama yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Muntah akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan tubuh dan bahkan mengurangi pemasukan cairan per oral. Hal ini akan mempercepat terjadinya dehidrasi dan timbulnya asidosis. 4
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat diketahui tentang kualitas dan kuantitas tinja seperti konsistensi, warna, disertai darah dan atau lendir, bau tinja, berbuih, jumlahnya dan frekuensinya. Hal ini penting untuk menenukan jenis diare, kemungkinan penyebab dan derajat dehidrasi 4
2. Aspek etiologik Etiologi diare yang selama ini dapat disebabkan karena faktor makanan, faktor konstitusi, faktor infeksi dan faktor psikis. Faktor makanan merupakan penyebab diare non infeksi yang paling sering dikarenakan makanan busuk atau mengandung racun, perubahan susunan makanan yang mendadak atau susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi. 5,6
Faktor infeksi merupakan penyebab diare yang paling sering. Infeksi ini dapat berupa infeksi parenteral maupun enteral. Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar usus seperti infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing, campak dll. Dimana infeksi ini dapat mempengaruhi jalur susunan saraf vegetatif sehingga bermanifestasi sebagai diare pada saluran cerna. Infeksi enteral merupakan infeksi yang berasal dari dalam usus, dapat berupa infeksi virus (sebagian besar oleh rotavirus), infeksi bakteri (E.coli, shigella, salmonella, vibrio cholerae,dll), dan infeksi parasit (protozoa, cacing) serta infeksi jamur (candida). Virus menyebabkan 50% dari kasus diare pada anak berumur 6-24 bulan yang datang berobat ke sarana pengobatan. 2,4
32
Rotavirus bekerja dengan cara merusak ujung villi-villi usus pada usus halus, sehingga menyebabkan fungsi usus, yaitu fungsi digestif dan absorbsi terganggu. Ujung villi usus halus memiliki fungsi digestif dengan menghasilkan enzim disakaridase, dan fungsi absorbsi berupa transport air, elektrolit melalui transport asam amino dan glukosa co- transport. Kerusakan pada villi ini menyebabkan absorbsi garam dan air berkurang, ketidakseimbangan dalam rasio absorbsi-sekresi cairan intestinal, dan berkurangnya aktivitas enzim disakaridase menyebabkan malabsorbsi karbohidrat kompleks, khususnya laktosa. 3,4,5 Masa inkubasi infeksi rotavirus kurang dari 48 jam, rata-rata berlangsung 1-7 hari, dan disertai demam subfebris, muntah, dan diikuti dengan diare cair yang sering. Gejala ini muncul pada 50-60 % kasus. Sedangkan untuk infeksi bakteri menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme, yaitu penempelan mukosa usus, pengeluaran toksin, dan invasi mukosa usus. 3,4
Faktor konstitusi merupakan kondisi saluran cerna yang akan dijumpai adanya intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi protein. Malabsorbsi ini merupakan gangguan transportasi mukosa yang abnormal yang disebabkan oleh satu atau lebih substansi spesifik yang akan menyebabkan ekskresi feses dari nutrisi yang dicerna. Malabsorbsi dapat terjadi pada penyakit gangguan pancreas, empedu dan gangguan usus (seperti kerusakan mukosa usus, gangguan motilitas usus, perubahan ekologi bakteri usus, tindakan post operatif usus). Di samping itu malabsorbsi dapat terjadi karena gangguan metabolisme kongenital, malnutrisi, defisiensi imunitas dan faktor emosi. 4,5
Faktor psikis terutama pada saat depresi dan stres emosional melalui susunan saraf vegetatif dapat mengganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Diare karena faktor psikis jarang pada bayi dan anak kecil, sehingga kemungkinan diare karena faktor psikis pada penderita ini dapat disingkirkan. 4,5,6
3. Aspek dehidrasi dan asidosis Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh terjadi bila cairan yang dikeluarkan melebihi cairan yang masuk. Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan, muntah, dan penguapan karena demam. Pengeluaran cairan sangat dipengaruhi oleh jumlah, frekuensi, dan komposisi elektrolit tinja penderita. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya, karena dapat 33
menyebabkan penurunan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diterapi dengan tepat. Berdasarkan jumlah cairan yang hilang, dehidrasi dibagi menjadi dehidrasi berat, tak berat atau tanpa tanda dehidrasi bila ditemukan dua tanda atau lebih pada kriteria. Derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan melakukan anamnesis yang teliti tentang asupan peroral, frekuensi miksi/urin, frekuensi serta volume tinja dan muntah yang keluar. Amati keadaan umum dan aktivitas anak. 1
Kategori Tanda dan Gejala Dehidrasi Berat Dua atau lebih tanda berikut : Letargi atau penurunan kesadaran Mata cowong Tidak bisa minum atau malas minum Cubitan kulit kembali dengan sangat lambat (2 detik) Dehidrasi tak berat Dua atau lebih tanda berikut : Gelisah Mata cowong Kehausan atau sangat haus Cubitan kulit perut kembali dengan lambat Tanpa gejala dehidrasi Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk mengelompokkan dalam dehidrasi berat atau tak berat
Pada saat diare, sejumlah besar bicarbonate dapat hilang melalui tinja. Bila ginjal berfungsi normal, kehilangan bicarbonate dapat dikompensasi. Namun begitu, mekanisme kompensasi ini dapat gagal bila fungsi ginjal menurun. Kekurangan bicarbonate menyebabkan terjadinya asidosis akibat produksi asam laktat yang berlebihan ketika penderita mengalami syok hipovolemik. Salah satu tanda dari asidosis metabolik adalah adanya nafas yang cepat dan dalam (nafas Kuszmaul) yang membantu meningkatkan pH arteri dan mengakibatkan kompensasi alkatoris respiratorik. 2,3,4
34
4. Aspek komplikasi Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi komplikasi karena dehidrasi dan asidosisnya antara lain adanya hipokalemia, kejang, syok, gagal ginjal, dan malnutrisi. 5
Hipokalemia ditandai dengan adanya kelemahan otot secara umum, aritmia jantung dan ileus paralitik. 5 Pada penderita ini, kadar kalium dalam plasma dalam batas normal dan perut tidak kembung sebagai salah satu manifestasi dari ileus paralitik. Sehingga pada penderita ini tidak didapatkan keadaan hipokalemia. Kejang karena gangguan elektrolit ditandai dengan kadar natrium plasma yang tinggi atau kadar natrium plasma yang rendah. Pada penderita ini, kadar natrium plasma dalam batas normal, sehingga kejang karena gangguan elektrolit dapat disingkirkan. Dalam perjalanannya, syok ditandai dengan takikardi, isi dan tegangan nadi kecil, oliguria, akral dingin dan ekstremitas yang pucat. Pada penderita ini, tidak didapatkan takikardi, isi dan tegangan nadi cukup, akral dingin (-) dan tidak ada ekstremitas yang pucat. Sehingga komplikasi terjadinya syok pada penderita ini dapat disingkirkan.
Gejala Khas Diare Akut Oleh Berbagai Penyebab 3 Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Cholera Inkubasi Panas Mualmuntah Nyeri perut
Nyeri kepala Lama sakit Sifat tinja Volume 17-72jam + Sering -
- 5-7hari
Sedang 24-48jam ++ Jarang Tenesmus Kram + >7hari
Sedikit 6-72jam ++ Sering Tenesmus Kolik + 3-7hari
Sedikit 6-72jam - + -
- 2-3 hari
Banyak 6-72jam ++ - Tenesmus Kram - Variasi
Sedikit 48-72jam - Sering Kram
- 3 hari
Banyak 35
Frekuensi Konsistensi Darah Bau Warna
Leukosit Lain2 5-10/hari Cair - Langu Kuning
- anoreksia >10x/hari Lembek Sering
Merah- hijau + Kejang Sering Lembek Kadang Busuk Kehijauan
+ Sepsis Sering Cair - + Tak bewarna - Kembung Sering Lembek + - Merah hijau
Dasar pengelolaan diare yang dipakai adalah rumusan lima pilar penatalaksanaan diare, yaitu : 1,2,3
Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. Dukungan nutrisi. Antibiotik selektif. Edukasi kepada orang tua.
1. Rehidrasi dengan menggunakan cairan oralit baru Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti. Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun parenteral. Rehidrasi dengan oralit baru dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan segera bila anak diare/muntah, untu mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa yang disebabkan oleh kolera yang menyebabkan lebih banyak elektrolit tubuh terutama Natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik disebabkan oleh virus. Diare karena virus tidak mnyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada kolera. Karena itu,para ahli diare 36
mengembangkan formula baru supaya lebih mendekati osmolaritas plasme, sehingga kurang menyebabkan resiko hipernatremi. 1,2,3
Oralit baru dengan osmolaritas yang rendah ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. 1,3
Komposisi oralit baru Oralit Baru Osmolaritas Rendah mmol/liter Natrium 75 Klorida 65 Glukosa, anhydrous 75 Kalium 20 Sitrat 10 Total osmolaritas 245
Ketentuan pemberian oralit formula baru : 3
a) Berikan ibu 2 bungkus oralit formula baru. b) Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam. c) Berikan oralit pada anak setap kali buang air besar dengan ketentuan : - Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50 100 ml tiap kali BAB/muntah. - Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100 200 ml tiap BAB/muntah. d) Bila dalam 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.
Pada diare akut dehidrasi tak berat, dilakukan rencana terapi B. Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 4 jam pertama. 1,7
Jumlah oralit yang diberikan dalam 4 jam pertama Umur* < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun Berat Badan < 6 kg 6-<10 kg 10-< 12 kg 12-19 kg Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400 * digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui 37
Jika anak minta minum lagi, berikan. Tunjukkan pada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral. Berikan minum sedikit demi sedikit. Jika anak muntah, tunggi 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral pelan-pelan. Lanjutkan ASI kapanpun anak minta. Setelah 4 jam : Nilai ulang derajat dehidrasi anak. Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi. Mulai beri makan pada anak di klinik. Bila ibu harus pulang sebelum selesai rehidrasi oral : Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah. Berikan rehidrasi oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dalam rencana terapi A. Jelaskan 4 cara untuk mengobati anak di rumah : berikan anak lebih banyak minum, berikan tablet zinc, berikan makanan, kapan harus kembali.
Bila sudah tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A, untuk kasus diare akut tanpa tanda dehidrasi, (dapat dilakukan di rumah), 1,7 yaitu : - Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Pada bayi muda, beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian. Jika anak masih mendapat ASI eksklusif maka beri oralit atau air matang sebagai tambahan. Jika anak tidak mendapat ASI eksklusif maka berikan cairan oralit, cairan makanan (sup, air tajin, kuah sayur) atau air matang. Cairan tetap diberikan sampai diare berhenti. - Beri tablet Zinc. - Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi. - Bawa anak kepada petugas kesehatan bila : buang air besar lebih sering dan cair, muntah terus menerus, rasa haus yang nyata, makan dan minum sedikit, demam, tinja berdarah. - Anak harus mendapat oralit di rumah bila anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C daam kunjungan ini atau anak tidak dapat kembali ke klinik saat diarenya bertambah parah.
Rumus Darrow Berat Badan (kg) Kebutuhan cairan ml/hari < 10 kg 100 ml/kg 11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kg untuk tiap kg sisanya 38
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kg tuntuk tiap kg sisanya
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Zinc merupakan mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meskipun dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologi zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, ketebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan seta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. 1,3,7
Pemberian zinc dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus halus. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. 1,3,7
Dosis zinc untuk anak-anak, di bawah umur 6 bulan diberikan 10 mg ( tablet) perhari, sedangkan anak di atas usia 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet) perhari. Zinc diberikan selama 10-24 hari meskipun anak telah sembuh dari diare. Pada pasien ini berumur 7 bulan 3 minggu, sehingga diberikan 20 mg zinc / 1 tablet Zinc. 1,3
3. Dukungan Nutrisi ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. 1,2,3
4. Antibiotik selektif Antibiotik tida diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi yaitu pada diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. 1,2,3
5. Edukasi kepada orang tua 39
Nasihat kepada ibu atau pengasuh yaitu kembali segera jika anak demam, tinja berdarah, nafsu makan atau minum sedikit sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari. 1,2,3
Juga diberikan edukasi lainnya, seperti : a. Membiasakan mencuci tangan, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum memberi makan anak b. Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman yang biasanya diberikan kepada anak, jangan menguranginya, walaupun saat mencret, sehingga anak tidak kekurangan kalori. Berikan dengan porsi yang kecil tapi sering. c. Memberikan oralit apabila anak diare, bila tidak ada oralit ibu bisa menggunakan air gula garam atau cairan rumah tangga yang lain seperti sup, air tajin. Minumkan oralit dengan gelas, bila anak bisa atau disendokkan 1 sendok teh tiap menit, sampai habis 100 cc. Berikan larutan sebanyak anak mau. Bila anak muntah, dihentikan 10 menit kemudian dilanjutkan kembali. d. Meminta ibu untuk tetap memberikan ASI semau anak e. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi perkembangbiakan bakteri) f. Selalu menggunakan air bersih untuk minum, memasak atau mendidihkan makanan dengan benar dan menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan dimakan g. Memberikan makanan kepada anak dengan sendok yang bersih dari cangkir atau dengan dot yang direbus terlebih dahulu. h. Mencuci makanan yang tidak dimasak dengan air bersih sebelum diberikan kepada bayi, kecuali adalah buah yang dikupas sebelum dimakan seperti pisang. Anak dapat diberikan sari buah segar, air kelapa atau pisang untuk menambah kalium, jika anak mau. i. Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan, mata cekung, bibir kering, kencing berkurang/tidak kencing), sehingga bila tampak tanda-tanda tersebut agar segera melapor ke petugas kesehatan (dokter).
40
C. PENCEGAHAN Pencegahan merupakan fase yang tidak kalah penting dalam penanganan diare. Usaha- usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian diare mendatang antara lain dengan: 1. Mencegah penyebaran patogen penyebab diare Kuman-kuman penyebab diare pada umumnya disebarkan melalui fecal-oral Pemutusan rantai penularan diare difokuskan pada cara penyebarannya. Upaya yang dapat dilakukan : Pemberian ASI yang benar Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan untuk anak dan keluarga Penggunaan air bersih yang cukup Membudayakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah buang air besar dan sebelum makan Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga 2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host) Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi risiko diare antara lain : Tetap memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
Observasi Kejang Kejang merupakan perubahan aktivitas motorik dan / atau tingkah laku sesaat yang disebabkan oleh abnormalitas aktivitas elektrik otak. 1 Sumber lain menyebutkan bahwa kelainan di neuromuscular junctionseperti tetanus juga digolongkan sebagaikejang. 3
Kejang yang berasal dari proses serebral dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti demam tinggi, infeksi susunan saraf pusat, gangguan metabolik, trauma kepala, atau abnormalitas struktural. 10-20 Kurang dari sepertiga kejang pada anak disebabkan oleh epilepsi, kelainan akut yang menimbulkan kejang berulang dengan pencetus dari dalam otak. 10,12 Jika diringkas, diagnosis banding dari observasi kejang adalah sebagai berikut: 41
Gambar 11. Bagan diagnosis banding observasi kejang
Diagnosis kejang demam pada dasarnya dapat ditegakkan atas dasar gejala klinis. 4
Oleh karena itu, pada kasus ini, penyingkiran diagnosis banding kejang karena penyebab yang lain didasarkan pada data anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Data anamnesis pasien tidak sadar saat kejang memberi petunjuk bahwa proses kejang yang terjadi adalah proses serebral. 14 Tidak adanya penurunan kesadaran, nyeri kepala, kelainan saraf otak, maupun perubahan tingkah laku sebelum kejang dapat menyingkirkan kecurigaan adanya infeksi susunan saraf pusat. 3 Hal ini dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik tidak didapatkannya tanda-tanda rangsang meningeal. 3,4 Diagnosis pasti infeksi susunan saraf pusat, khususnya meningitis, dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinalis yang diambil dari pungsi lumbal. 3 Akan tetapi, dalam kasus ini tidak dilakukan pungsi lumbal karena pemeriksaan tersebut tidak perlu dilakukan pada anak berusia > 18 bulan yang secara klinis tidak menunjukkan gejala meningitis. 4
Gangguan metabolik yang dapat menyebabkan maupun memicu terjadinya kejang antara lain adalah hipoglikemia, intoksikasi obat atau toksin tertentu, serta gangguan elektrolit seperti hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia. 11,12,20
Hipoglikemia dapat disingkirkan karena pemeriksaan gula darah sewaktu pada pasien menunjukkan nilai dalam batas normal. Sedangkan intoksikasi obat atau toksin tertentu disingkirkan dengan tidak ditemukannya riwayat minum obat-obatanjangka panjang dan Kejang Cerebral Akut sesaat Infeksi Ekstrakranial Kejang demam simpleks Kejang demam kompleks Intrakranial Gangguan metabolik Trauma kepala Abnormalitas struktural Akut berulang Epilepsi Noncerebral 42
riwayat keracunan bahan kimia. 21 Hasil pemeriksaan elektrolit darah pada pasien tidak menunjukkan adanya hipernatremia, hiponatremia maupun hipokalsemia, sehingga diagnosis keduanya dapat disingkirkan. 12
Trauma kepala dapat disingkirkan dengan tidak adanya riwayat trauma kepala pada penderita. Hal ini ditunjang dengan tidak ditemukannya tanda-tanda penurunan kesadaran, rangsang meningeal, maupun peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala, muntah, kepala membesar, ubun-ubun besar membonjol, pupil anisokor, perubahan tanda vital). 2
Abnormalitas struktural yang dapat menyebabkan kejang antara lain adalah malformasi serebral kongenital, stroke, atau adanya massa intrakranial. Kelainan-kelainan ini merupakan etiologi kejang yang jarang ditemukan. Beberapa gejala dan tanda yang sesuai dengan kelainan-kelainan tersebut antara lain adalah wajah dismorfik, lingkar kepala kecil, gangguan perkembangan, penurunan kesadaran, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, kelumpuhan atau kelemahan bagian tubuh tertentu, serta refleks abnormal. 2,3
Tidak ditemukannya gejala dan tanda tersebut di atas merupakan petunjuk tidak adanya abnormalitas struktural pada pasien. Kejang pada epilepsi ditandai dengan berulanganya kejang 2 kali tanpa adanya pencetus dalam interval lebih dari 24 jam. 11 Tanda, gejala, dan tipe kejang pada epilepsi dapat bervariasi, tergantung lokasi abnormalitas aktivitas elektrik yang terjadi pada otak. 11,12 Gejala-gejala yang dapat ditemui pada berbagai jenis epilepsi antara lain adalah kejang pada pagi hari atau sesaat sebelum tidur, adanya aura, suatu gejala khas seperti perubahan mood, perubahan tingkah laku, atau nyeri kepala, yang muncul sebelum kejang, adanya gangguan perkembangan, perubahan kepribadian, atau gangguan intelektual yang berkepanjangan, serta ada riwayat keluarga menderita epilepsi. 1,2 Pasien pada kasus ini tidak dapat dikatakan menderita epilepsi karena diperkirakan kejang yang terjadi adalah akibat demam dan diperoleh data anamnesis yang tidak mendukung ke arah epilepsi. Akan tetapi, diagnosis banding epilepsi belum bisa disingkirkan karena diagnosis epilepsi biasanya ditetapkan dengan memperhatikan hasil pemeriksaan EEG dan pencitraan otak. 1 Dari uraian di atas, tampak bahwa diagnosis banding observasi kejang dapat bermacam-macam. Pada kasus ini, penegakkan diagnosis kejang demam simpleks dinilai secara klinis. Oleh karena dari data anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan 43
penunjang yang dilakukan tidak mengarah ke diagnosis banding yang lain, maka diagnosis-diagnosis banding observasi kejang tersebut disingkirkan.
Kejang demam simpleks Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 2,3,4 Berdasarkan definisi tersebut, diagnosis kejang demam sulit ditegakkan karena suhu tubuh anak saat kejang tidak diukur. Akan tetapi, dari data anamnesis diperoleh keterangan bahwa anak mengalami demam sebelum kejang. Sedangkan untuk menegakkan proses ekstrakranium sebagai penyebab kenaikan suhu tubuh, diperoleh adanya gejala dan tanda yang mengarah ke infeksi gastrointestinal yaitu diare akut dehidrasi tak berat. Demam dapat menimbulkan kejang akibat terjadi perubahan potensial membran dan menurunkan fungsi inhibisi sehingga menurunkan nilai ambang kejang. 3
Gambaran klinis pada kejang demam yang biasanya sering ditemui antara lain adalah kejang muncul pada awal serangan demam, kejang biasanya diawali dengan kenaikan suhu tubuh yang mendadak, dan tipe kejang seluruh tubuh, tonik klonik, berlangsung beberapa detik sampai 15 menit, diikuti dengan kondisi post-ictal tampak lemas. 7 Kejang tonik ditandai dengan adanya peningkatan tonus atau keakuan otot, sedangkan klonik ditandai dengan kontraksi dan relaksasi otot secara ritmik (Gambar 4). 1 Gejala-gejala tersebut sesuai dengan gejala pada pasien yang ditemukan dari anamnesis. 44
Gambar 8. Gambaran kejang tonik klonik
Kejang demam digolongkan sebagai kejang demam kompleks bila memenuhi salah satu kriteria, yaitu: kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahuli kejang parsial, dan kejang berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam. 4,5
Dengan demikian, kejang demam dalam kasus ini tidak digolongkan sebagai kejang demam kompleks karena tidak memenuhi salah satu kriteria di atas sehingga kejang demam dalam kasus ini dapat digolongkan sebagai kejang demam simpleks. Beberapa faktor risiko terjadinya kejang demam antara lain adalah: usia 6 bulan 5 tahun, riwayat keluarga pernah mengalami kejang demam, riwayat adanya penyulit kehamilan dan persalinan, gangguan perkembangan otak, sering menderita infeksi, serta kadar elektrolit darah (Na + , Ca 2+ , Cl - ) rendah. 3,6,7 Pasien pada kasus ini memiliki 1 faktor risiko tersebut, yaitu usia 2 tahun 5 bulan dan sedang menderita infeksi saluran cerna yaitu diare. Sedangkan mengenai kejang demam kompleks, beberapa faktor risiko yang terkait antara lain adalah usia di bawah 15 bulan, berat badan lahir di bawah 2 kg, dan suhu saat kejang di bawah 38 o C. 7 Ketiga faktor risiko tersebut tidak ditemukan pada pasien ini. Oleh karena memenuhi kriteria diagnosis kejang demam simpleks, ditemukan adanya gejala dan tanda klinis sesuai dari data anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun 45
pemeriksaan penunjang, maka ditetapkan diagnosis kerja pada pasien ini adalah kejang demam simpleks.
46
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK
Sesuai dengan prinsip pengelolaan pasien secara komprehensif dan holistik, maka pada pasien tidak hanya diperhatikan dari segi kuratifnya saja, tetapi juga meliputi upaya promotif, preventif, rehabilitatif dan psikososial. Upaya promotif dan preventif dilakukan agar anak tidak, sedang upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan agar anak sembuh dan tidak cacat atau kembali pada lingkungannya semula dengan memperhatikan faktor psikososial anak.
1. Kuratif Adalah upaya untuk mendiagnosis seawal mungkin dan mengobati secara tepat dan rasional terhadap individu yang terserang penyakit. Upaya kuratif yang dilakukan pada penderita ini meliputi: a. Terapi Suportif: - Kecukupan kebutuhan cairan dan elektrolit Infus RL 75cc/kgbb/4jam untuk mengatasi dehidrasi, setelah dehidrasi teratasi dilanjutkan dengan pemberian cairan rumatan infus 2A N 480/20/5 tetes per menit Oralit sachet 50 - 100 cc tiap kali muntah atau mencret - Atasi demam Parasetamol syrup 3-4 x 60 mg (bila t 38 0 C) b. Medikamentosa Dalam penanggulangan diare akut dehidrasi tak berat, perlu diperhatikan 5 faktor, yaitu rehidrasi, nutrisi, pemberian Zinc sulfat, antibiotik selektif dan edukasi pada orang tua. Untuk mempercepat masa sakit diare, mencegah diare berulang : Selama di RSDK diberikan Zinc Sulfat 1 x 10 mg c. Dietetik Kebutuhan cairan pada penderita diare akut dehidrasi tak berat memerlukan koreksi cairan untuk mengembalikan kondisi sampai sebelum terjadi dehidrasi. Pada kasus ini, kebutuhan cairan 24 jam
47
Cairan (cc) Kalori (kkal) Protein (gr) Kebutuhan 24 jam 1150 1300 15,99 Infus 2A NS 3 x diet biasa 3 x diet susu 480 600 600 81,6
1336,92 -
48,5 Jumlah Total 1680 1448,52 48,5 AKG (%) 146% 111% 303%
2. Preventif Adalah usaha-usaha untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan mencegah terjangkitnya penyakit tersebut. Ada tiga tingkat upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pencegahan primer merupakan tingkat pencegahan awal untuk menghindari atau mengatasi faktor resiko. Pencegahan sekunder untuk deteksi dini penyakit sebelum penyakit menimbulkan gejala yang khas. Pencegahan tertier dengan melakukan tindakan klinis untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut diketahui. Terdapat beberapa upaya preventif yang perlu diedukasikan kepada orangtua mengenai diare akut dehidrasi tak berat, yaitu: 1. Membiasakan mencuci tangan, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum memberi makan anak 2. Memberikan makanan kepada anak dengan sendok yang bersih dari cangkir atau dengan dot yang direbus terlebih dahulu. 3. Bila anak diare : - Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman yang biasanya diberikan kepada anak, jangan menguranginya, walaupun saat mencret, sehingga anak tidak kekurangan kalori. Berikan dengan porsi yang kecil tapi sering. - Memberikan oralit apabila anak diare, bila tidak ada oralit ibu bisa menggunakan air gula garam atau cairan rumah tangga yang lain seperti sup, air tajin. Minumkan oralit dengan gelas, bila anak bisa atau disendokkan 1 48
sendok teh tiap menit, sampai habis 100 cc. Berikan larutan sebanyak anak mau. Bila anak muntah, dihentikan 10 menit kemudian dilanjutkan kembali. - Meminta ibu untuk tetap memberikan ASI semau anak - Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan, mata cekung, bibir kering, kencing berkurang/tidak kencing), sehingga bila tampak tanda-tanda tersebut agar segera melapor ke petugas kesehatan (dokter).
3. Promotif Adalah upaya penyuluhan yang bertujuan untuk merubah kebiasaan yang kurang baik dalam masyarakat agar berperilaku sehat dan ikut serta berperan aktif dalam bidang kesehatan. Dalam kasus ini, upaya promotif yang dapat dilakukan yaitu: 1. Pengetahuan tentang diare akut Diare merupakan peristiwa yang mengkhawatirkan bagi orangtua. Pada saat diare, orang tua khawatir karena pola defekasi dan konsistensi faeses anak yang berubah. Hal ini dapat diubah dengan pengetahuan penyebab diare, penanganan diare di rumah, dan hal hal yang dilakukan untuk mencegah terjadinya diare. Hal ini dapat dilakukan dengan edukasi kepada keluarga, penyuluhan atau media massa, seperti poster, atau brosur. 2. Pengetahuan mengenai Imunisasi Masyarakat memerlukan pentingnya imunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga mencegah infeksi penyakit tertentu, tidak bermanifestasi menjadi berat (tidak cacat dan meninggal). Imunisasi yang tidak sesuai umur dapat dilanjutkan sesuai jadwal. 3. Mencukupi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang meliputi: o Asuh: memenuhi kebutuhan dasar (pangan, papan, perawatan kesehatan dasar, pengobatan yang layak) dan memenuhi kebutuhan tambahan (bermain). 49
o Asih: memberi rasa aman dan nyaman, dilindungi dan diperhatikan (minat, keinginan dan pendapat anak), diberi contoh (bukan dipaksa), dibantu, diberi dorongan, dihargai, penuh kegembiraan serta koreksi (bukan ancaman/ hukuman) o Asah: memberikan stimulasi emosional-sosial, kognitif, kreativitas, kemandirian, kepemimpinan moral dan mental.
4. Rehabilitatif Adalah upaya untuk menolong atau membantu anak terhadap ketidakmampuannya dengan berbagai usaha, agar anak sedapat mungkin kembali pada lingkungannya baik lingkungan sosial maupun keluarga. Untuk menjaga anak tetap sehat, maka orang tua diberitahu untuk: - Menjaga kualitas dan kuantitas gizi anak sehari-hari di rumah, yaitu memberikan makanan dengan gizi seimbang agar kebutuhan gizi anak tetap terpenuhi dengan baik dan anak memiliki daya tahan tubuh yang baik pula sehingga tidak mudah terserang penyakit infeksi yang mengakibatkan diare akut.
5. Psikososial Aspek psikososial adalah aspek yang berkaitan dengan emosi, sikap, pengetahuan, perilaku, keterampilan, nilai-nilai sosial budaya, kepercayaan, dan adat istiadat dilingkungan sekitar anak. Meliputi mikrosistem, mesosistem, eksosistem dan makrosistem. Mikrosistem meliputi interaksi anak dengan ibunya atau pengasuhnya. Ibu / pengasuh berperan dalam pendidikan, gizi, imunisasi, dan pengobatan sederhana pada anak. Ibu adalah orang pertama di rumah yang memegang peranan penting terhadap proses tumbuh kembang anak dan perawatan anak ketika anak sakit. Rendahnya pengetahuan ibu tentang kesehatan juga mempengaruhi sikap yang diambil ketika anak sakit, seperti usaha mengobati sendiri. Pengetahuan ibu mengenai kesehatan yang kurang juga menyebabkan kurangnya perhatian terhadap makanan dan tumbuh kembang anak. Mesosistem meliputi interaksi anak dengan anggota keluarga lain, lingkungan, tetangga, keadaan rumah dan suasana rumah dimana anak tinggal. - Interaksi sesama anggota keluarga 50
Keluarga yang tinggal serumah dengan pasien adalah ayah, ibu, pakde, bude, dan tantenya. Anggota keluarga yang biasanya menemani bermain bersama pasien adalah ibu. Anak dilatih sejak dini, untuk menghormati saudara dan ayah ibunya, seperti panggilan dan perilaku yang sopan, sehingga tercipta suasana yang kondusif di lingkungan rumah, untuk tumbuh kembang anak yang optimal. - Mengedukasikan orangtua untuk mulai memperkenalkan anak dengan teman teman sebayanya di lingkungan tempat tinggal. Eksosistem merupakan lingkungan yang meliputi wilayah yang lebih luas. Meliputi kebijaksanaan pemerintah daerah maupun informasi yang bisa diperoleh seperti dari surat kabar maupun televisi. Pada kasus ini kurangnya akses tentang pengetahuan pentingnya mencegah infeksi, penanganan diare akut, dan keterlambatan dalam penanganan. Makrosistem yaitu berkaitan dengan kebijakan pemerintah, sosial budaya masyarakat, dan lembaga non pemerintahan yang ikut andil dalam usaha tumbuh kembang anak yang optimal. - Ibu secara rutin dan teratur memeriksakan kesehatan dan memantau perkembangan anaknya di Puskesmas yang diadakan tiap bulan. Serta terus mengikuti program imunisasi yang dianjurkan pemerintah. - Keluarga mampu mengenalkan dan mengajarkan anak mengenai sosial budaya dan norma yang berlaku di masyarakat. - Pentingnya pemerintah memperhatikan tata kota dan daerah pemukiman penduduk, guna meningkatkan kesehatan warga dan mencegah penyakit menular. Rumah pasien berada di daerah rumah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. PROGNOSIS Prognosis penderita diare akut dehidrasi tak berat pada umumnya baik, bila rehidrasi berhasil serta ditunjang dengan refeeding dan penanganan faktor penyebab, sehingga diare akut tidak menjadi diare yang berkelanjutan. Prognosis dari kasus ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam), prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam) dengan syarat menjaga higienitas mulai dari cara menyiapkan makanan sampai higienitas dalam kebiasaan berperilaku sehari-harinya, dan prognosis untuk fungsionalnya (quo ad fungsionam) adalah baik (ad bonam). 51
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffrie M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare UKK Gastro-Hepatologi IDAI;2009 2. Sudigbia I. Pengantar Diare Akut Anak. Semarang: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 1991: 1- 63. 3. Subagyo B, Santoso NB. Diare Akut. In: Juffrie M, Soenarto Sri SY, Oswari Y, Arief S, Rosalina I, Mulyani N, editors. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2010; p. 87-115. 4. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) Akut. In: Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, editors. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003; p. 51-76. 5. Buku Ajar Diare. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP. Jakarta : Depkes RI, 1999 ; 3, 2572; 8, 121 136. 6. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1991: 445 8. 7. Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2008. P. 131-155. 8. Sudigbia I, Santoso B, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan medik anak RSDK/FK UNDIP. Semarang: Laboratorium ilmu kesehatan anak FK UNDIP, 1989:179-202 9. Kleinman RE. Pediatrics Nutrition Handbook. 4 th ed. Committee on Nutrition. American Academy of Pediatrics. Illnois. 1998 : 125 -37, 351 61 10. Waterlow JC. Effects of PEM on structure and function of organ. In : Protein energy malnutrition. London : Edward Arnold, 1992 : 54 74 ; 290 310.
11. Kliegman MR, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders; 2007. p. 2457-75. 12. Soetomenggolo TS, Ismael S. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: IDAI; 1999. 13. Bahtera T. Kejang demam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang; 2009. 52
14. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S, editors. Konsensus penanganan kejang demam. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005. 15. Lumbantobing SM. Kejang demam (febrile convulsions). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. 16. Wolf P, Shinnar S. Febrile seizures. In: Maria BL, editor. Current management in child neurology. 3 rd ed. Ontario: BC Decker Inc; 2005. 17. Sadleir LG, Scheffer IE. Febrile seizures. BMJ. 2007;334(7588):307-11. 18. Farrell K, Goldman RD. The management of febrile seizures. BC Medical Journal. 2011;53(6). 19. Wong V, et al. Clinical guideline on management of febrile convulsion. HK J Paediatr. 2002;7:143-151. 20. Chungath M, Shorvon S. The mortality and morbidity of febrile seizures. Nature clinical practice neurology. 2008;4(11):610-21.