You are on page 1of 3

EPISIOTOMI DAN LASERASI JALAN LAHIR

Laserasi (robekan) pada vagina dan perineum, dan episiotomi diklasifikasikan


menjadi empat derajat. Laserasi derajat satu apabila robekan mengenai bagian
fourchette, kulit perineum, dan mukosa vagina. Laserasi derajat dua apabila robekan
mengenai fasia dan otot perineum. Laserasi derajat tiga apabila robekan selain
mengenai sampai sfingter ani eksternus. Laserasi derajat empat apabila robekan
mengenai sampai mukosa rektum. Robekan pada uretra yang dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak juga dimasukkan dalam laserasi derajat empat.
Episiotomi
Episitomi sinonim dengan perineotomi. Insisi dapat dibuat di garis tengah (episiotomi
medial), atau aalnya medial kemudian ke arah lateral menjauhi rektum (episiotomi
mediolateral).
Episiotomi merupakan prosedur dalam tindakan obstetrik yang cukup sering
dilakukan, namun penggunaannya saat ini telah menurun drastis. !ada tahun
"#$%an, episiotomi secara rutin dilakukan pada saat melahirkan anak pertama.
&ecara nalar, dipikirkan baha kelebihan dari tindakan episiotomi adalah robekan
yang terjadi lurus dan teratur dibandingkan bila terjadi robekan spontan di mana
bentuk robekan tak beraturan. 'elah lama dipercaya alaupun belum dibuktikan,
baha dengan garis robekan yang lurus maka nyeri pasca repair dan penyembuhan
luka akan lebih baik dibandingkan dengan robekan spontan. (elebihan lain yang
dipikirkan adalah dengan melakukan episiotomi rutin akan mencegah terjadinya
relaksasi pada pelvik, yang berarti akan mencegah terjadinya sistokel, rektokel, dan
inkontinensia urin.
)erdasarkan pemikiran di atas, maka dilakukan berbagai studi observasional
dan uji klinis untuk membuktikan hal tersebut. (esimpulannya adalah tindakan
episiotomi tidak perlu dilakukan secara rutin, tetapi dilakukan selektif berdasarkan
indikasi yang sesuai. Indikasi melakukan episiotomi mencakup indikasi janin yaitu
distosia bahu, letak sungsang, persalinan dengan forseps atau ekstraksi vakum,
oksiput posterior, serta dalam keadaan tertentu di mana tanpa tindakan episiotomi
akan menyebabkan terjadinya robekan perineum.
*al+hal yang harus diperhatikan dalam melakukan episiotomi adalah, kapan
saat melakukannya, jenis episiotomi, serta teknik penjahitannya.
Saat pelaksanaan episiotomi
)ila episiotomi dilakukan terlalu dini maka perdarahan yang terjadi di antara
aktu episiotomi sampai persalinan akan cukup banyak. &edangkan bila episiotomi
terlambat dilakukan, maka perlukaan tak dapat dicegah. !ada umumnya episiotomi
dilakukan pada saat kepala janin sudah nampak sekitar -+. cm seaktu kontraksi.
)ila episiotomi dilakukan untuk persalinan forseps, sebagian besar dokter
melakukannya saat bilah forseps sudah terpasang.
Episiotomi medial versus mediolateral
(euntungan ataupun kerugian dari kedua metoda episiotomi dapat dilihat
pada tabel. 'eknik medial lebih unggul dibanding mediolateral kecuali untuk resiko
terjadinya robekan derajat - sampai .. )erbagai laporan menunjukkan baha teknik
mediolateral berhasil dengan baik bagi anita dengan resiko terjadinya robekan
derajat -+.. /aktor resiko tersebut mencakup multipara, distosia !( II (second+stage
arrest of labor), oksiput posterior menetap, penggunaan forseps rendah dan tengah,
dan penggunaan anestesi lokal.
Karakteristik Midline Mediolateral
!enjahitan kembali 0udah Lebih sulit
&ulit penyembuhan 1arang Lebih sering
2yeri pasca tindakan 0inimal &ering
*asil anatomis )agus (urang bagus
(ehilangan darah &edikit Lebih banyak
3ispareunia 1arang (adang+kadang
Robekan berat &ering 1arang
Saat pena!itan episiotomi
!rinsip umum adalah menunda penjahitan episiotomi sampai setelah plasenta
dilahirkan. (ebijakan ini memberikan kesempatan bagi dokter untuk memfokuskan
perhatian pada proses persalinan dan pengeluaran plasenta. !engeluaran plasenta
secara cepat akan mampu meminimalkan darah yang keluar karena hal tersebut
dapat mencegah perdarahan retroplasental yang berlebihan. (euntungan lainnya
adalah tindakan penjahitan episiotomi tidak akan terganggu oleh kemungkinan harus
dilakukannya tindakan khusus untuk mengeluarkan plasenta, terutama bila harus
melakukan pengeluaran secara manual.
Teknik pena!itan
4da beberapa cara penjahitan episiotomi, namun prinsip yang paling penting
adalah penghentian perdarahan dan pengembalian bentuk anatomis tanpa harus
melakukan jahitan yang banyak, merupakan kunci keberhasilan untuk setiap teknik.
)enang jahit yang sering digunakan adalah catgut khromik ukuran -,%, namun ada
juga yang menggunakan benang derifat asam poliglikolat. (euntungan dari benang
jenis baru ini adalah berkurangnya rasa nyeri pasca operatif meskipun kadang+
kadang harus melakukan pencabutan sisa benang yang tidak diserap oleh jaringan
tubuh.
Laserasi derajat empat
)erbagai teknik telah dianjurkan, namun yang paling penting mendekatkan
tepi robekan mukosa rektum dengan melakukan jahitan otot sehingga jarak tepi
robekan menjadi sekitar %,5 cm. 1ahitan otot ini kemudian ditutup dengan jahitan
fascia, serta akhirnya ujung robekan dari spingter ani dapat diisolasi, didekatkan,
dan dijahit dengan - sampai . jahitan interrupted. 6ara penjahitan selanjutnya
adalah sama seperti pada episiotomi yang biasa. 7bat pencahar harus diberikan
untuk jangka satu minggu dan tidak boleh melakukan tindakan enema. !emberian
antibiotika profilaksis perlu dipertimbangkan.
2amun sayangnya kembalinya fungsi normal tidak selalu dapat dijamin
dengan perbaikan robekan secara benar dan lengkap. )eberapa anita akan tetap
mengalami inkontinensia alvi akibat kerusakan persyarafan otot dasar pelvis.
N"eri pas#a episiotomi
!enggunaan kompres es dapat mengurangi pembengkakan serta rasa sakit.
!enggunaan semprotan anestesi lokal juga dapat membantu. )erbagai obat
analgetik seperti kodein mampu secara bermakna mengurangi rasa sakit. )ila rasa
sakit sangat kuat dan menetap, perlu dilakukan pemeriksaan secara teliti mengingat
rasa sakit ini merupakan indikasi adanya hematom yang besar di daerah vulva,
paravaginal, ischiorektal ataupun adanya selulitis perineal.

You might also like