You are on page 1of 15

UTILITAS

AIR UMPAN BOILER (BOILER FEED WATER)






Disusun oleh:
Dwi Priyo Utomo (125061100111003)
Rendhy Mahendra Simanjuntak (125061105111001)


TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

A. Definisi Air Umpan Boiler
Air bagi suatu industri adalah bahan penunjang baik untuk kegiatan langsung atau tak
langsung. Penggunaan air di industri biasanya untuk mendukung beberapa sistem antara lain
sistem pembangkit uap (boiler), sistem pendingin, sistem pemroses, dll. Salah satu aplikasi
penggunaan air dalam industri adalah pada sistem pembangkit uap (boiler). Boiler adalah
bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk uap panas atau
steam.
Kebutuhan energi dan sistem pemanasan dalam industri umumnya dipenuhi dengan cara
memanfaatkan steam yang dibangkitkan dalam suatu boiler. Air umpan boiler adalah air yang
disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam. Dua sumber air umpan adalah:
(1) Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses
(2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang
boiler dan plant proses.
Air yang berasal dari sungai, danau, dan sumur, tidak dapat langsung digunakan untuk
air umpan boiler. Air yang digunakan harus diolah terlebih dahulu, karena jika tidak, maka
masa pakai boiler akan berkurang.
B. Syarat Air untuk Boiler Feed Water
Kebutuhan energi dan sistem pemanasan dalam industri umumnya dipenuhi dengan cara
memanfaatkan steam yang dibangkitkan dalam suatu ketel (boiler). Air yang berasal dari
sungai, danau, dan sumur, tidak dapat langsung digunakan untuk air umpan ketel. Air yang
digunakan harus diolah terlebih dahulu, karena jika tidak, maka masa pakai ketel akan
berkurang.
Kebutuhan energi dan sistem pemanasan dalam industri umumnya dipenuhi dengan cara
memanfaatkan steam yang dibangkitkan dalam suatu ketel (boiler). Air yang berasal dari
sungai, danau, dan sumur, tidak dapat langsung digunakan untuk air umpan ketel. Air yang
digunakan harus diolah terlebih dahulu, karena jika tidak, maka masa pakai ketel akan
berkurang.
Air yang akan digunakan untuk air umpan boiler adalah air yang tidak mengandung
bahan yang tidak mengakibatkan endapan yang dapatmenjadi kerak pada boiler, tidak
mengandung unsur yang dapat mengakibat buih dan juga tidak korosif.
Poin penting mengenai air umpan boiler yang harus ada :
Kotoran harus di bawah nilai pembatas dalam boiler agar tidak terjadi endapan
Batas semprotan silika air <0,02 ppm ketika boiler umpan turbin .
O
2
terlarut dihilangkan dengan dearasi.
Ph harus rengtang sekitar 8,5-9,2 dengan fwh tembaga dan 9,2-9,5 dengan fwh baja.
Hal-hal yang mempengaruhi effisiensi boiler adalah bahan bakar dan kualitas air umpan
boiler. Parameter-parameter yang mempengaruhi kualitas air umpan boiler antara lain :
Oksigen terlarut; Dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan korosi pada
peralatan boiler.
Kekeruhan; Dapat mengendap pada perpipaan dan peralatan proses serta mengganggu
proses.
pH; Bila tidak sesuai dengan standart kualitas air umpan boiler dapat menyebabkan
korosi pada peralatan.
Kesadahan; Merupakan kandungan ion Ca dan Mg yang dapat menyebabkan kerak
pada peralatan dan perpipaan boiler sehingga menimbulkan local overheating.
Fe; Fe dapat menyebabkan air berwarna dan mengendap di saluran air dan boiler bila
teroksidasi oleh oksigen.
Asiditas; Kadar asiditas yang tinggi dapat menyebabkan korosi.
Beberapa kotoran utama yang sering ditemukan pada boiler di berikan pada tabel 2.1.
Tabel B.1 pedoman asme untuk kualitas air modern industri air umpan boiler untuk
operasi kontinyu.
Tekanan
(psig)
Total
Solids
(ppm)
Total
Alkalinitas
(ppm)
Suspended
Solid
(ppm)
Silica
(ppm)
Konduktivitas
Micro.ohm/cm

0 300 3.5 700 300 150 7
301 450 3 600 250 90 6
451 600 2.5 500 150 40 5
601 750 2 400 100 30 4
751 900 1.5 300 60 20 3
901 1.000 1.25 250 40 8 2
1.0011.500 1 200 21 2 150

kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan yang diolah, proses
pengolahan yang digunakan dan prosedur pengoperasian boiler. Sebagai aturan umum,
semakin tinggi tekanan operasi boiler akan semakin besar sensitifitas terhadap kotoran.



















C. Proses Pengolahan Air Umpan Boiler
C.1. Pengolahan air umpan boiler secara umum
Sebelum digunakan sebagai umpan air yang berasal dari berbagai jenis sumber, terlebih
dahulu diolah menggunakan pengolahan air secara eksternal. Pengolahan eksternal dilakukan
di luar titik penggunaan air yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan impurities.
Jenis-jenis proses pengolahan eksternal ini antara lain :
- Sedimentasi
- Filtrasi
- Pelunakan (softening)
- Deionisasi (Demineralisasi)
- Deaerasi
Setelah mengalami pengolahan pendahuluan (eksternal), air umpan boiler harus mengalami
pengolahan khusus.
Pengolahan ini menggunakan berbagai macam zat kimia, yang diinjeksikan/ditambahkan
ke air umpan boiler. Penambahan bahan kimia ini diharapkan dapat digunakan untuk
mencegah berbagai akibat yang dapat merugikan performansi kerja dari boiler.
Penambahan bahan-bahan kimia pada air umpan boiler merupakan proses yang esensial,
terlepas dari kenyataan apakah air itu diolah atau tidak sebelumnya. Oleh karena itu,
pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak diperlukan, sehingga air dapat langsung
digunakan setelah penambahan beberapa bahan-bahan kimia saja. Contoh penambahan
bahan-bahan kimia pada air umpan boiler tanpa harus mengalami pengolahan terlebih dahulu
adalah :
- Apabila boiler beroperasi pada tekanan rendah atau sedang
- Apabila sejumlah besar kondensat digunakan kembali sebagai air umpan
- Bila air baku digunakan untuk air umpan boiler telah memiliki kualitas yang baik
Proses pengolahan air dengan bahan-bahan kimia ini memiliki beberapa kesulitan.
Kesulitan yang utama adalah kesadahan air umpan yang samgat tinggi sehingga banyak
lumpur yang terbentuk. Pengolahan air umpan boiler dengan penambahan bahan-bahan kimia
yang dilakukan tanpa pengolahan eksternal juga memperbesar kemungkinan pembentukan
kerak pada sistem sebelum boiler dan pada saluran-saluran air umpan.
Agar boiler dapat bekerja dengan baik dan mencegah terjadinya masalah-masalah yang
timbul pada boiler,maka air yang akan digunakan sebelum masuk ke boiler, harus dproses
terlebih dahulu, pengolahan air ini meliputi :
C.1.2 Pengolahan Eksternal
Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi, padatan terlarut
(terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab utama pembentukan kerak)
dan gas-gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida).
Proses perlakuan eksternal yaitu:
Demineralisasi
Deaerasi (mekanis dan kimia)
Osmosis balik
C.1.2.1 Demineralisasi
Sebelum digunakan, perlu membuang zat padatan(mineral-mineral) dan warna dari bahan
baku air, sebab bahan tersebut dapat mengotori resin yang digunakan pada bagian pengolahan
berikutnya.
Metode pengolahan awal adalah
Sedimentasi sederhana
Clarifier dengan bantuan koagulan dan flokulan.
Filtrasi, dengan aerasi untuk menghilangkan karbon dioksida dan besi, dapat
digunakan untuk menghilangkan garam-garam logam dari air sungai.
Tahap awal pengolahan adalah menghilangkan garam sadah. Penghilangan yang hanya
garam sadah disebut pelunakan, sedangkan penghilangan total garam dari larutan disebut
penghilangan mineral atau demineralisasi. Proses pengolahan eksternal dijelaskan dibawah
ini.
C.1.2.2 Deaerasi
Dalam deaerasi, gas terlarut seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang dengan
pemanasan air umpan sbelum masuk ke boiler. Seluruh air alam mengandung gas terlarut
dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon dioksida dan oksigen, sangat meningkatkan
korosi. Bila dipanaskan dalam sistem boiler, karbon dioksida dan oksigen dilepaskan sebagai
gas dan bergabung dengan air membentuk asam karbonat.
Penghilangan oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat terembunkan dari
air umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan juga keamanan operasi. Asam
karbonat mengkorosi logam menurunkan umur pemipaan dan peralatan.
Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan mengalami
pengendapan dan menyebabkan terjadinya pembentukan kerak pada boiler dan pipa. Kerak
ini tidak hanya berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan jumlah
energi yang diperlukan untuk mencapai perpindahan panas.
Deaerasi dapat dilakukan dengan de-aerasi mekanis, de-aerasi kimiawi, atau dua-
duanya. Deaerasi mekanis untuk penghilangan gas terlarut digunakan sebelum penambahan
bahan kimia untuk oksigen. Deaerasi mekanis didasarkan pada hukum fisika Charles dan
Henry. Secara ringkas hukum tersebut menyatakan bahwa penghilangan oksigen dan karbon
dioksida dapat disempurnakan dengan pemanasan air umpan boiler, yang akan menurunkan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di sekitar atmosfer air umpan. Deaerasi mekanis
dapat menjadi yang paling ekonomis, beropasi pada titik didih air pada tekanan dalam de-
aerator. De-aerasi mekanis dapat berjenis vakum atau bertekanan. Deaerator berjenis vakum
beroperasi dibawah tekanan atmosfer, dan dapat menurunkan kandungan oksigen dalam air
hingga kurang dari 0,02 mg/liter. Pompa vakum atau steam ejector diperlukan untuk
mencapai kondisi vakum. De-aerator jenis bertekanan beroperasi dengan membiarkan steam
menuju air umpan melalui klep pengendali tekanan untuk mencapai tekanan operasi yang
dikehendaki. Jenis ini dapat mengurangi kadar oksigen hingga 0,005 mg/liter.
Terdapat kelebihan steam tekanan rendah, tekanan operasi dapat dipilih untuk
menggunakan steam ini sehingga akan meningkatkan ekonomi bahan bakar. Dalam sistem
boiler, steam lebih disukai untuk de-aerasi sebab:
Steam tersedian dengan mudah
Steam menambah panas yang diperlukan untuk melengkapi reaksi
Sementara de-aerator mekanis yang paling efisien menurunkan oksigen hingga ke
tingkat yang sangat rendah (0,005 mg/liter), namun jumlah oksigen yang sangat kecil
sekalipun dapat menyebabkan bahaya korosi terhadap sistem. Sebagai akibatnya, praktek
pengoperasian yang baik memerlukan penghilangan oksigen yang sangat sedikit tersebut
dengan bahan kimia pereaksi oksigen seperti sodium sulfat yang akan meningkatkan TDS
dalam air boiler dan meningkatkan blowdown dan kualitas air make-up. Hydrasin bereaksi
dengan oksigen membentuk nitrogen dan air. Senyawa tersebut selalu digunakan dalam boiler
tekanan tinggi bila diperlukan air boiler dengan padatan yang rendah, karena senyawa
tersebut tidak meningkatkan TDS air boiler.
C.1.2.3 Osmosis Balik
Osmosis balik menggunakan kenyataan bahwa jika larutan dengan konsentrasi yang
berbeda-beda dipisahkan dengan sebuah membran semi-permeable, air dari larutan yang
berkonsentrasi lebih kecil akan melewati membran untuk.
k mengencerkan cairan yang berkonsentrasi tinggi. Jika cairan yang berkonsentrasi
tinggi tersebut diberi tekanan, prosesnya akan dibalik dan air dari larutan yang berkonsentrasi
tinggi mengalir kelarutan yang lebih lemah. Hal ini dikenal dengan osmosis balik.
C.1.3. Pengolahan Internal
Pengolahan Internal (Internal Treatment) adalah pengkondisian Air boiler dengan
bahan kimia dan pengaturan lainnya agar korosi dan kerak dapat dihindari dan
kemurnian uap terjaga baik. Pengolahan ini dengan cara pemberian bahan kimia
langsung kedalam boiler bersama-sama dengan air pengisi boiler. Reaksi yang terjadi
menyebabkan naiknya kandungan padatan yang dapat menyebabkan pembusaan dan carry
over. Jumlah zat padat dapat ditekan dengan pengaturan blowdown.
Tujuan pengolahan ini untuk mengontrol zat-zat padat, alkalinitas, kelebihan fosfat,
gas-gas korosif, menghindarkan timbulnya kerak yang dapat melekat dan mengeras pada
dinding atau pipa-pipa boiler dan membuat lapisan boiler lebih tahan terhadap korosi.
Beberapa mekanisme yang terjadi dalam Internal Treatment, antara lain:
1. Mereaksikan kesadahan dengan bahan kimia, agar kerak calcium carbonate yang
keras berubah menjadi endapan yang lunak berlumpur sehingga bisa dibuang
melalui blow-down.
2. Mengkondisikan pH/Alkalinity air boiler untuk menghindarkan pengerakan silica.
3. Penggunaan anti-busa (anti foam) untuk mencegah potensi pembusaan yang
akan mengakibatkan terjadinya carry-over dan menurunkan kemurnian uap.

Beberapa jenis bahan kimia yang umum dipergunakan dalam Internal treatment
adalah:
Fosfat (jenis ortho ataupun polyfosfat) : bereaksi kesadahan calcium untuk
menetralisir kesadahan air dengan membentuk hydrat tricalcium fosfat yang berbentuk
lumpur dan dapat dibuang melalui blow down secara terus-menerus atau secara berkala
melalui bawah ketel.
Natural and synthetic dispersants (Dispersant): meningkatkan sifat dispersif Air Boiler.
Beberapa contoh Polymeric Dispersant adalah:
- polimer Alam : lignosulphonates, tannin
- polimer sintetik : polyacrylates, maleat acrylate copolymer, maleat styrene
copolymer,dsb.
Sequestering agents (anti scale) seperti phoshate organic (phosphonates), Polymaleic
acid (PMA), Sulfonated co-polymer, dsb.
Oxygen scavengers (Pemakan Oksigen): seperti natrium sulfit, tannis, hidrazin,
hidroquinon/progallol berbasis derivatif, hydroxylamine derivatif, asam askorbat derivatif,
dll. Oxygen Scavengers ini, dikatalisasi ataupun tidak, akan mengurangi kadar oksigen
terlarut dalam feed-water. Beberapa jenis dari oxygen scavenger ini juga berfungsi
sebagai passivator untuk mempassivasi permukaan logam seperti Hydrazine,
Hydroxylamine derivate,dll. Pilihan produk dan dosis yang diperlukan akan tergantung
pada jenis alat mekanis yang digunakan (Deaeator atau Heating Tank)
Anti foaming or anti priming agents : campuran bahan aktif permukaan yang
mengubah tegangan permukaan cairan, menghilangkan busa dan mencegah terbawa air
halus partikel.
C.2. Pengolahan air umpan boiler dengan penambahan bahan kimia
Tujuan penambahan bahan-bahan dalam proses pengolahan air umpan boiler adalah
sebagai berikut :
(1) Bereaksi dengan kesadahan dan kandungan silika air umpan dan mencegah
pengendapannya pada permukaan logam boiler. Ion-ion kalsium dapat diendapkan
dalam bentuk kalsium hidoksi apatit (3Ca
3
(PO
4
)
2
.Ca(OH)
2
) dan kalsium karbonat
(CaCO
3
), dan ion-ion magnesium dan silika diendapkan dalam bentuk sarpentin
(2MgSiO
3
.Mg(OH)
2
.H
2
O), magnesium silikat (MgSiO
2
) dan magnesium hidroksida
(Mg(OH)
2
). Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
3 Ca
2+
+ 2 PO
4
3-
Ca
3
(PO
4
)
2

Ca
2+
+ HCO
3
-
+ OH CaCO
3
+ H
2
O
Mg
2+
+ 2 OH Mg(OH)
2

3Mg
2+
+ 2OH
-
+ 2SiO
3
2-
+ H
2
O 2MgSiO
3
.Mg(OH)
2
.H
2
O
4Mg
2+
+ 2OH
-
+ 2PO
4
3-
2Mg
3
(PO
4
)
2
.Mg(OH)
2

pH yang cukup baik untukproses ini adalah di atas 9,5. Kondisi ini memungkinkan
pembentukan endapan yang adapa mengalir dengan mudah pada saat dilakukan blow
down. Blow down adalah merupakan proses yang terjadi pada tanki boiler dimana
kontaminan berupa slurry akan dikeluarkan. Penggunaa bahan-bahan kimia khusus
untuk mengendalikan pembentukan kerak (chelating agents) merupakan alternative
lain yang dapat dilakukan. Bahan-bahan kimia ini bersama ion-ion seperti kalsium
dan magnesium dapat membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air.
Penggunaan chelating agent ini hanay sesuai untuk boiler bertekanan rendah dan air
umpan boiler dengan kesadahan yang rendah (1-2ppm). Contoh dari chelating agent
adalah NTA (Nitrilo triacetic acid) dan EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid).
(2) Menjadikan zat-zat tersuspensi seperti lumpur, esadahan dan besi oksida menjadi
suatu massa yang tidak melekat pada logam boiler. Pengaturan sifat lumpur agar tidak
melekat pada logam boiler dilakukan dengan penggunaan bermacam-macam bahan
organic yang masuk golongan tannin, lignin atau alginate. Bahan-bahan organic ini
perlu dipilih dan diproses sedemikian rupa sehingga efektif dan stabil pada tekanan
operasi boiler. Pengeluaran lumpur dari boiler dilakukan dengan cara blow down.
(3) Menyediakan perlindungan anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan
terlarut dan tersuspensi dalam air boiler sampai taraf tertentu tanpa terjadi carry over.
Pembentukan carry over dapat terjadi akibat disain boiler yang kurang baik, alat
pemisah steam dan air yang tidak efektif atau akibat level air yang tinggi. Busa dapat
terbentuk akibat adanya padatan yang terlarut atau tersuspensi dalam air, alkalinitas
atau akibat masuknya material yang dapat merangsang pembentukan busa seperti
kondensat steam yang terkontaminasi oleh minyak. Penggunaan senyawa-senyawa
pencegahan pembentukan busa (anti foam agent), dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini, akan tetapi cara yang lebih ekonomis adalah dengan melakukan
pengolahan air yang baik, penigkatan blow down dari boiler dan menghilangkan
senyawa yang dapat membantu pembentukan busa dari kondensat steam yang didaur
ulang (recycle).
(4) Menghilangkan oksigen dari air dan menyediakan alkalinitas yang cukup untuk
mencegah korosi boiler. Sejumlah oksigen dapat terbawa dalam air umpan boiler
meskipun sudah melewati tahap deaerasi. Kandungan oksigen ini harus dihilangkan
untuk mencegah terjadinya korosi. Bahan kimia untuk menghilangkan oksigen
(chemical oxygen scavenger) yang biasa digunakan adalah ntarium sulfit dan
hydrazine. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut :
2 Na
2
SO
3
+ O
2
2 Na
2
SO
4

N
2
H
4
+ O
2
H
2
O + N
2
Natrium sulfit digunakan pada proses ini karena alas an-alasan seperti: mempunyai
kecepatan reaksi yang cepat pada temperature rendah, mudah untk diumpankan dan
sisa yang tidak bereaksi dapat dianalisis dengan mudah. Hydrazine dapat digunakan
untuk menghilangkan oksigen tanpa menambah jumlah kandungan padatan terlarut
atau padatan tersuspensi. Hydrazine hanya dapat bereaksi dengan oksigen bebas pada
suhu tinggi, dan boiler dengan tekanan di bawah 400 psig tidak dapat menggunakan
senyawa ini. Hydrazine yang tidak bereaksi akan menambah kandungan ammonia dan
nitrogen bebas di air boiler. Hydrazine baik digunakan jika pemakaian natrium sulfit
menghasilkan impurities pada kukus yang dapat merusak katalis dan pada tekanan
tinggi natirum sulfit akan menambah padatan terlarut di air boiler. Oleh sebab itu
hydrazine lebih banyak dipakai pada plant yang menggunakan boiler tekanan tinggi.
Jumlah hydrazine yang ditambahkan sama dengan jumlah oksigen terlarut dan
berlebih 100% untuk menjaga agar kandungan minimum di air umpan tetap sebesar
0,05 0,1 ppm. Hydrazine adlaah larutan beracun dan harus ditangani secara berhati-
hati.
D. Permasalahan Air Umpan Boiler
Penggunaan air umpan boiler (BFW) akan menimbulkan beberapa masalah jika tidak
dicermati dengan baik karena sunber air yang digunakan tidak dapat langsung digunakan
untuk air umpan boiler. Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan masalah
dalam unit air umpan boiler antara lain :
a. Pembentukan kerak boiler
b. Terjadinya korosi
c. Pembentukan busa
D.1. Pembentukan Kerak Boiler
Kerak pada ketel dapat terjadi karena pengendapan (precipitation) langsung dari zat
pengotor pada permukaan perpindahan panas atau karena pengendapan zat tersuspensi dalam
air yang kemudian, melekat pada logam dan menjadi keras. Kerak dapat mengakibatkan
terjadinya pemanasan tidak merata atau bisa dikatakn pemanasan hanya terjadi di satu titik
saja (local overheating) yang mengakibatkan logam boiler gagal berfungsi (failure). Macam-
macam kerak yang dapat terbentuk akibat senyawa-senyawa impurities pada air umpan boiler
ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel Macam-macam kerak pada boiler
Senyawa Nama menurut mineralogi Rumus Senyawa
Kalsium karbonat Calcite/argonit CaCO
3

Kalsium sulfat Anhydrite CaSO
4

Magnesium hidroksida Brucite Mg(OH)
2

Basiccalcium phospat Hydroxypatite 3Ca
3
(PO
4
)
2
.Mg(OH)
2

Magnesium
hydroxyphospat
----
Mg
3
(PO
4
)
2
.Mg(OH)
2

Besi oksida Haematit, geothit Fe
2
O
3
.FeOOH
Kalsium dan magnesium serpentin 3MgO.2SiO
2
.2H
2
O
Silikat Analcite Na
2
O.Al
2
O
3
.4SiO
2
.2H
2
O
Acmite Na
2
O.Fe
2
O
3
.4SiO
2

Xonottlite CaO.5SiO
2
.H
2
O
Pectolite Na
2
O.4CaO.6SiO
2
.H
2
O

D.2. Korosi pada boiler
Pengertian korosi secara sederhana adalah perubahan kembali logam menjadi bentuk
bijihnya. Proses Korosi sebenarnya merupakan proses elektrokimia yang rumit dan kompleks.
Korosi dapat menimbulkan kerusakan yang luas pada permukaan logam. Penyebab utama
timbulnya korosi, antara lain :
a. pH air yang rendah
b. Gas-gas yang terlarut dalam air seperti : O
2
, CO
2
, dll
c. Garam-garam yang terlarut dan padatan tersuspensi
Kontak antara permukaan logam dan air menyebabkan terjadinya reaksi korosi sebagai
berikut :
Fe + 2 H
2
O Fe(OH)
2
+ H
2

Reaksi di atas pada suatu saat akan mencapai keadaan kesetimbangan dan korosi tidak akan
berlanjut; akan tetapi adanya oksigen terlarut dan pH air yang rendah akan mengakibatkan
terganggunya kesetimbangan dan reaksi bergeser ke sebelah kanan. Reaksi yang terjadi
akibat adanya oksigen dan pH yang rendah adalah sebagai berikut :
4 Fe(OH)
2
+ O
2
+ 2 H
2
O Fe(OH)
3

2 H
2
+ O
2
2 H
2
O
Fe(OH)
2
+ 2 H
+
Fe
2+
+ 2 H
2
O
Pergeseran ara reaksi korosi ke sebelah kanan menyebabkan berlanjutnya peristiwa korosi
pada logam-boiler. Alkalinitas yang rendah dan adanya garam-garam dan padatan terlarut
dalam air dapat membantu terjadinya korosi.
D.3. Pebentukan busa
Pembentukan busa (foaming) adalah peristiwa pembentukan gelembung-gelembung di
atas permukaan air dalam drum boiler. Penyebab timbulnya busa adalah adanya kontaminasi
oleh zat-zat organic atau zat-zat kimia yang ada dalam air umpan boiler yang tidak terkontrol
dengan baik. Busa dapat mempersempit ruang pelepasan uap-panas (steam-release space)
dan dapat menyebabkan terbawanya air serta kotoran-kotoran bersama-sama uap air.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hal ini adalah terjadinya endapan dan korosi pada
logam-logam dalam sistem boiler.
E. Cara Menangani Masalah Pada Unit Boiler Feed Water
E.1 Pengendalian Kerak
Pembentukan kerak dipengaruhi oleh jumlah padatan terlarut yang ada di air. CaCO3
merupakan kerak yang sering ditemui pada sistem air boiler dan terbentuk jika kadar Ca dan
alkalinitas air terlalu tinggi.
Pengendalian gangguan ini dimaksudkan untuk mencegah pembentukan kerak CaCO3
dengan menjaga agar kadar Ca dan alkalinitas dalam air sirkulasi cukup rendah, dan
mencegah pengendapan kerak pada permukaan logam. Untuk maksud pertama dapat
ditempuh dua cara, yaitu :
(1) menurunkan konsentrasi air yang bersirkulasi
(2) menambah asam, misalnya H2SO4, agar pH air di bawah 7
Untuk kedua cara tersebut dapat digunakan inhibitor kerak berupa chemicals seperti
polifosfat, fosfonat, ester fosfonat dan poliacrylat.
Kecenderungan pembentukan kerak dapat diperkirakan menggunakan Langelier
Saturation Index (LSI) dan Ryznar Stability Index (RSI). Fokus utama penggunaan kedua
index ini adalah untuk mengatur kondisi air pemanas agar tidak membentuk kerak dan tidak
bersifat korosif. Index LSI berharga positif (+) berarti air cenderung untuk membentuk kerak
CaCO3, dan jika berharga negatif (-) air tidak jenuh dengan CaCO3, cenderung untuk
melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif. Identik dengan LSI, harga RSI lebih kecil dari 6,0
menunjukkan kecenderungan pembentukan kerak dan jika lebih besar dari 6,0 berarti
cenderung untuk melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif.
E.2 Pengendalian Korosi
Pengendalian korosi dilakukan dengan cara menambahkan chemicals yang berfungsi
sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai adalah polifosfat, kromat,
dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis inhibitor yang digunakan harus
tepat, karena suatu inhibitor hanya dapat bekerja efektif setelah kadarnya mencapai harga
tertentu. Kadar minimum yang dibutuhkan oleh suatu inhibitor agar dapat bekerja secara
efektif disebut batas kritis. Pengendalian Pembentukan Fouling dan Penghilangan Padatan
Tersuspensi Pembentukan fouling yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dicegah atau
dikendalikan menggunakan klorin, klorofenol, garam organometal, ammonium kuartener, dan
berbagai jenis mikrobiosida (biosida). Klorin merupakan chemicals yang paling banyak
dipakai. Dosis pemakaian klorin yang efektif adalah sebesar 0,3 sampai 1,0 ppm. Pengolahan
yang tepat diperoleh secara percobaan, karena penggunaan beberapa biosida secara bersama-
sama kadang-kadang memberikan hasil yang lebih baik dan senyawa-senyawa tersebut acap
kali digunakan bersama klorin. Padatan tersuspensi dalam air merupakan masalah yang cukup
serius. Padatan tersuspensi tersebut dapat menempel pada permukaan perpindahan panas
sehingga mengakibatkan berkurangnya efisiensi perpindahan panas. Salah satu metoda yang
digunakan untuk mengendalikan padatan tersuspensi adalah dengan melakukan filtrasi secara
kontinu terhadap sebagian air yang disirkulasi Sistem Air Pemanas dengan Resirkulasi
Tertutup dan Sistem Air Pemanas Sekali-Lewat
Sistem air pemanas dengan resirkulasi tertutup membutuhkan sejumlah kecil air make-up
untuk mengurangi gangguan. Air demin atau kondensat uap, biasanya digunakan sebagai
sebagai air make-up.Pada sistem air pemanas sekali-lewat, tidak ada proses pemekatan. Jika
proses pemekatan tidak terjadi, maka kadar padatan terlarut relatif sama dengan air
umpan.Kekurangan pada sistem ini adalah terjadi kenaikan temperatur, sehingga perlu usaha
untuk menurunkan temperatur tersebut.
Pengolahan seringkali dimaksudkan untuk mencegah atau meminimumkan kerak atau
korosi dan juga berfungsi untuk mengurangi fouling yang disebabkan oleh padatan
tersuspensi dan organisme laut. Chemicals yang digunakan untuk maksud tersebut identik
dengan yang dipakai untuk resirkulasi terbuka, kecuali pada pengendalian korosi. Pemakaian
inhibitor korosi pada sistem ini sama sekali tidak praktis, sehingga masalah korosi ditangani
dengan cara melapisi permukaan peralatan dengan serat yang diperkuat dengan plastik,
semen, atau menggunakan peralatan yang tahan terhadap korosi.
E.3. Mengatasi Foaming
Foaming terjadi karena tingginya caustic soda, garam-garam sodium lainnya. Selain itu
foaming juga disebabkan karena adanya minyak-minyak atau kontaminasi zat-zat organik.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. Pemberian asam organik dan castrol oil (minyak jarak).
2. Garam barium
3. Polyamida, poly alkilene glicol.
4. Kontrol adanya lumpur dan kerak.
5. Kontrol alkalinitas dari air tersebut.
Bila sudah terjadi foaming maka langkah pertama dapat yang kita lakukan untuk
mengatasinya adalah dengan mengeluarkan air di dalam boiler ( blow down ) sampai
foaming yang terjadi di dalam gelas penduga di rasa telah hilang. Kemudian memasukan air
kembali dan mengeluarkanya lagi ( membilas ), baru kemudian di masukan air baru yang
kondisinya masih bagus. Namun bila penyebabnya adalah air dari pemurni ( R.O ) maka
dapat di pastikan bahwa air hasil cucian dari R.O tidak memenuhi standar yang telah di
tetapkan untuk air pengisi boiler. Dan untuk mengatasinya kita harus mengevaluasi cara
pencucian air pada resin / softener dan mengecek kondisi membrane pada R.O.

You might also like