Professional Documents
Culture Documents
maks
1
239 nm
maks
2
272 nm
1 Larutan Parasetamol tunggal 0,535 0,181
2 Larutan Theofilin tunggal 0,443 1,539
3 Larutan Campuran 0,912 1,773
4 Larutan Sampel 1,097 1,180
6.1.3 Kurva Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan diatas, dibuat kurva hubungan antara absorbansi
dan panjang gelombang untuk setiap pengukuran, dan diperoleh hasil sebagai
berikut;
Kurva 1. Spektra Analisis Baku Parasetamol dan Baku Theofilin
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
0 10 20 30 40
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
Panjang Gelombang
Spektra Analisis Larutan Baku
Parasetamol
Theofilin
19
Kurva 2. Spektra Hasil Analisis Campuran Parasetamol dan Theofilin
6.2 Perhitungan Hasil Percobaan
6.2.1 Perhitungan Absorbtivitas Molar Parasetamol dan Theofilin
Diketahui : parasetamol = 239 nm
Absorbansi Parasetamol = 0,535
Absorbansi Theofilin = 0,443
Absorbansi Larutan Campuran = 0,912
Absorbansi Larutan Sampel = 1,097
Theofilin = 272 nm
Absorbansi Parasetamol = 0,181
Absorbansi Theofilin = 1,539
Absorbansi Larutan Campuran = 0,773
Abasorbansi Larutan Sampel = 1,180
Konsentrasi Parasetamol = 6,5 g/mL
Konsentrasi Teofilin = 30 g/mL
Tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Absorptivitas molar parasetamol dan teofilin pada kedua
panjang gelombang maksimum = . . . . ?
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
0 10 20 30 40
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
Panjang Gelombang
Spektra Analisis Simultan
Parasetamol
Theofilin
Campuran
20
Penyelesaian :
parasetamol pada 239 nm
A = . b . c
=
.
=
0,535
1 . 6,5g/mL
= 0,08230 mL g
-1
cm
-1
theofilin pada 239 nm
A = . b . c
=
.
=
0,443
1 . 30 g/mL
= 0,01477 mL g
-1
cm
-1
parasetamol pada 272 nm
A = . b . c
=
.
=
0,181
1 . 6,5g/mL
= 0,02785 mL g
-1
cm
-1
theofilin pada 272 nm
A = . b . c
=
.
=
1,539
1 . 30 g/mL
= 0,0513 mL g
-1
cm
-1
21
6.2.2 Penentuan Kadar Masing-masing Komponen dalam Sampel
Diketahui : maksimum 1 = 239 nm
Absorbansi Parasetamol = 0,535
Parasetamol = 0,08230 ml/g . cm
Absorbansi Theofilin = 0,443
Theofilin = 0,01477 ml/g . cm
Absorbansi Larutan Sampel = 1,097
maksimum 2 = 272 nm
Absorbansi Parasetamol = 0,181
Parasetamol = 0,02785 ml/g . cm
Absorbansi Theofilin = 1,539
Theofilin = 0,0513 ml/g . cm
Abasorbansi Larutan Sampel = 1,180
Konsentrasi Parasetamol = 6,5 g/mL
Konsentrasi Teofilin = 30 g/mL
Tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Konsentrasi Parasetamol dan Theofilin dalam sampel..... ?
Penyelesaian :
Absorbansi sampel pada panjang gelombang pengukuran adalah jumlah
absorbansi masing-masing zat tunggalnya, sehingga diperoleh:
A sampel
239
= A Parasetamol
239
+ A Theofilin
239
1,097 =
Parasetamol 239
. b . c
Parasetamol
+
Theofilin 239
. b . c
Theofilin
1,097 = 0,08230 mL/g cm . 1 cm . c
P
+ 0,01477 mL/g
cm . 1cm . c
T
1,097 = 0,08230 mL/g
c
P
+ 0,01477 mL/g c
T
1,097 = 0,08230c
P
mL/g + 0,01477c
T
mL/g........................................(I)
A sampel
272
= A Parasetamol
272
+ A Theofilin
272
1,108 =
Parasetamol 272
. b . c
Parasetamol
+
Theofilin 272
. b . c
Theofilin
1,180 = 0,02785 mL/g cm . 1 cm . c
P
+ 0,0513 mL/g
cm . 1cm . c
T
1,180 = 0,02785 mL/g
c
P
+ 0,0513 mL/g c
T
1,180 = 0,02785c
P
mL/g + 0,0513c
T
mL/g........................................(II)
22
Setelah diperoleh kedua persamaan pada dua panjang gelombang diatas,
dilakukan perhitungan matematis berupa eliminasi dan subtitusi untuk mengetahui
kadar masing-masing zat dalam larutan sampel. Sehingga perhitungannya sebagai
berikut:
1,097 = 0,08230c
P
mL/g + 0,01477c
T
mL/g...........................(I) | x 3,47
1,180 = 0,02785c
P
mL/g + 0,0513c
T
mL/g............................(II) | x 1,00
3,807 = 0,28568 c
P
mL/g + 0,0531 c
T
mL/g
1,180 = 0,02785c
P
mL/g + 0,0513c
T
mL/g -
2,627 = 0,25783c
P
mL/g
c
Parasetamol
=
2,627
0,25783
g/mL
c
Parasetamol
= 10,2 g/mL
Jadi, konsentrasi parasetamol dalam larutan sampel adalah sebesar 10,2
g/mL. Konsentrasi parasetamol tersebut disubtitusikan kedalam persamaan II
untuk mencari konsentrasi theofilin dalam larutan sampel. Dilakukan perhitungan
sebagai berikut;
1,180 = 0,02785c
P
mL/g + 0,0513c
T
mL/g
1,180 = 0,02785(10,2 g/mL) + 0,0513c
T
mL/g
1,180 = 0,28407 + 0,0513c
T
mL/g
0,0513c
T
mL/g = 1,180 0,28407
0,0513c
T
mL/g = 1,1287
c
Theofilin
=
1,1287
0,0513
g/mL
c
Theofilin
= 22 g/mL
Jadi konsentrasi theofilin dalam larutan sampel adalah sebesar 22 g/mL.
23
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar campuran dua zat yaitu
parasetamol dan theofilin dengan menggunakan metode analisis instrumental
spektrofotometri secara simultan. Metode spektrofotometri simultan didasarkan
atas prinsip dasar spektrofotometri, dimana interkasi anatara radiasi
elektromagnetik dengan materi atau sampel yang akan mengakibatkan peristiwa
absorbansi disaat energi yang diberikan oleh radiasi elektromagnetik sebanding
dengan energi yang dibutuhkan oleh materi untuk tereksitasi. Untuk pengukuran
secara simultan, absorbansi larutan campuran yang dihasilkan pada panjang
gelombang pengukuran merupakan jumlah dari nilai absorbansi masing-masing
zat tunggalnya. Bila diinginkan pengukuran dua senyawa secara bersamaan
dengan spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada dua panjang gelombang.
Dimana, masing-masing komponen pada tiap panjang gelombang tidak saling
mengganggu. Setiap zat dalam campuran yang akan diukur secara simultan harus
memiliki gugus kromofor yang berbeda-beda. Dua buah kromofor yang berbeda
mempunyai kekuatan absorbansi yang berbeda pula pada suatu daerah panjang
gelombang. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang masing-masing
larutan, sehingga akan diperoleh dua persamaan, hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang berbeda, sehingga konsentrasi
masing-masing komponen dapat dihitung (Gandjar dan Rohman, 2007).
Terlebih dahulu dibuat larutan baku parasetamol dan larutan baku theofilin
dari larutan stok baku parasetamol 1 mg/mL dan theofilin 1 mg/mL. Larutan baku
parasetamol dibuat dengan konsetrasi 6,5 g/mL dan larutan baku theofilin dibuat
dengan konsentrasi 8,1 g/mL. Akan tetapi, karena konsentrasi theofilin 8,1
g/mL terlalu rendah dan pada praktikum sebelumnya tidak diperoleh absorbansi
yang sesuai, maka konsentrasi theofilin dipekatkan menjadi 30 g/mL.
Selanjutnya dibuat larutan sampel dari campuran larutan paracetamol dan larutan
teofilin dengan masing-masing konsentrasi 6,5 g/mL untuk paracetamol dan 30
g/mL untuk Teofilin.
Sebelum melakukan kegiatan analisa dan penetapan kadar dari larutan
sampel, dilakukan pengukuran absorbansi terhadap larutan baku tunggal
24
parasetamol, larutan baku tunggal theofilin dan larutan campuran dari theofilin-
parasetamol yang konsentrasinya telah diketahui. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan instrumen spektrofotometer GENESYS
TM
10 pada rentang panjang
gelombang 200 nm sampai 300 nm. Sebelum dilakukan pengukuran larutan baku
dan sampel, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan
blanko pada instrument spektrofotometer. Tujuan penggunaan larutan blanko
adalah untuk mengurangi kesalahan analisa akibat serapan oleh pelarut dimana
ditujukan untuk menghilangkan nilai absorbansi dari komponen lain selain analit
yang diamati. Larutan yang digunakan untuk blanko adalah pelarut dari analit
yang akan diukur absorbansinya yang dalam percobaan kali ini adalah aquadest
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Setelah persiapan analisa selesai, dilakukan pengukuran absorbansi larutan
baku parasetamol, baku theofilin dan larutan campuran parasetamol-theofilin yang
telah diketahui kadarnya pada rentang panjang gelombang. Dimana hasil yang
diperoleh berupa nilai absorbansi dan panjang gelombang yang terlampir pada
bagian hasil diatas. Dari hasil pengukuran pada rentang panjang gelombang,
diperoleh panjang gelombang masksimum untuk parasetamol dan theofilin adalah
sebesar 239 nm untuk parasetamol dan 272 nm untuk theofilin. Alasan
digunakannya panjang gelombang maksimum pada pengukuran absorbansi
sampel adalah karena pada panjang gelombang maksimum tingkat kepekaan dari
pengukurannya maksimal; pada panjang gelombang maksimum perubahan
absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar; disekitar
panjang gelombang maksimum, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi
tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi; apabila dilakukan pengukuran
ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang
gelombang akan sangat kecil (Gandjar dan Rohman, 2007).
Dari hasil analisa diperoleh absorbansi pada panjang gelombang 239 nm
untuk parasetamol adalah sebesar 0,535; untuk theofilin 0,443 dan untuk larutan
campuran sebesar 0,912. Sedangkan absorbansi pada panjang gelombang 272 nm
untuk parasetamol adalah sebesar 0,181; untuk theofilin 1,539 dan larutan
campuran sebesar 1,773. Menurut pustaka, panjang gelombang maksimum dari
25
parasetamol dalam suasana asam terdapat pada 245 nm dan pada suasana basa
pada 257 nm, untuk theofilin dalam suasana asam pada 270 nm dan dalam
suasana basa pada 275 nm (Moffat et al., 2005). Ketidak sesuaian ini dapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan percobaan yang tidak sama dengan kondisi
lingkungan percobaan dalam pustaka. Ketidak sesuaiannya dapat berupa suhu,
kelembapan dan . Diperoleh spektra hasil pengukuran baku parasetamol dan
theofilin pada rentang panjang gelombang adalah sebagai berikut;
Gambar 6. Spektra Baku Parasetamol dan Theofilin.
Pada kurva di atas dapat terlihat bahwa larutan baku parasetamol memiliki
absorbansi paling tinggi pada panjang gelombang 200 nm, yaitu 1,310 dan
theofilin pada panjang gelombang 209 dengan absorbansi 2,108. Namun nilai
serapan ini tidak dipakai sebagai nilai absorbansi maksimum karena pada panjang
gelombang 200 nm dan 209 nm, dikatakan sebagai dareah UV-Cut off dan terjadi
pencilan yang disebabkan karena adanya senyawa lain, sehingga dapat
mempengaruhi nilai absorbansi dari larutan baku paracetamol maupun teofilin.
Dipilih panjang gelombang maksimum pada parasetamol adalah 239 nm dan
panjang gelombang maksimum pada teofilin adalah 272 nm, karena menunjukkan
absorbansi yang paling besar. Panjang gelombang maksimum tersebut, untuk
theofilin kurang lebih mendekati panjang gelombang maskimum pada pustaka.
Kemudian pengukuran dilanjutkan dengan mengukur nilai absorbansi larutan
campuran parasetamol dan theofilin yang telah diketahui konsentrasinya.
Dilakukan pengukuran pada rentang panjang gelombang 200 nm sampai 300 nm.
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
0 10 20 30 40
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
Panjang Gelombang
Spektra Analisis Larutan Baku
Parasetamol
Theofilin
26
Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva absorbansi dari campuran
paracetamol dan teofilin sebagai berikut;
Gambar 7. Spektra Baku Parasetamol, Baku Theofilin dan Campurannya.
Dapat dilihat pada gambar diatas, spektrum yang dihasilkan dari pengukuran
larutan campuran parasetamol dan theofilin memiliki nilai basorbansi yang
sebanding dengan jumlah dari nilai absorbansi parasetamol dan theofilin. Dimana
absorbansi campuran pada panjang gelombang 239 nm adalah sebesar 0,912 yang
kurang-lebih sebanding dengan jumlah dari absorbansi parasetamol 0,535 dan
theofilin 0,443 pada panjang gelombang 239 nm. Sama halnya dengan nila
absorbansi pada panjang gelombang 272 nm, absorbansi larutan campuran adalah
sebesar 1,773 dimana sebanding dengan jumlah dari absorbansi parasetamol 0,181
dan absorbansi theofilin 1,539.
Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar parasetamol dan theofilin dalam
larutan sampel yang belum diketahui konsentrasinya dan sebelumnya telah
disiapkan oleh asisten praktikum. Diukur nilai absorbansi dari larutan sampel pada
panjang gelombang maksimum yang diperoleh dari penetapan konsentrasi larutan
baku. Absorbansi larutan sampel yang diperoleh pada panjang gelombang
maksimum parasetamol 239 nm adalah 1,097 dan absorbansi larutan sampel yang
diperoleh pada panjang gelombang maksimum theofilin 272 nm adalah 1,180.
Untuk menghitung kadar parasetamol dan teofilin dalam larutan sampel, terlebih
dahulu dihitung nilai absorbtivitas molar () larutan parasetamol dan larutan
teofilin. Absorbtivitas molar () tersebut dihitung menggunakan persamaan dari
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
0 20 40
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
Panjang Gelombang
Spektra Analisis Simultan
Parasetamol
Theofilin
Campuran
27
hukum Lambert-Beer, dihitung pada panjang gelombang maksimum masing-
masing zat. Absorbtivitas molar () larutan parasetamol yang diperoleh pada
panjang gelombang 239 nm adalah 0,08230 g/mL (823a)
dan absorbtivitas molar
() parasetamol pada panjang gelombang 272 nm adalah 0,02785 g/mL (278,5a).
Absorbtivitas molar () larutan teofilin pada panjang gelombang 239 nm adalah
0,01477 g/mL (144,7a)
dan absorbtivitas molar () theofilin pada panjang
gelombang 272 nm adalah 0,0513 g/mL (513a).
Setelah diperoleh absorbtivitas molar () pada kedua larutan dengan panjang
gelombang maksimum masing-masing, maka kadar larutan parasetamol dan
teofilin dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari
humum Labert-Beer dan dihitung dengan persamaan matematis dengan eliminasi
dan subtitusi persamaan. Dari hasil perhitungan, diperoleh kadar parasetamol pada
sampel adalah 10,2 g/mL dan kadar theofilin pada sampel adalah 22 g/mL.
VIII. KESIMPULAN
8.1 Diperoleh kurva campuran dua zat yaitu parasetamol dan theofilin hasil
pengukuran pada rentang panjang gelombang 200 nm sampai 300 nm.
8.2 Diperoleh panjang gelombang maksimum yang digunakan untuk
pengukuran adalah; Parasetamol 236 nm dan Theofilin 272 nm.
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
0 10 20 30 40
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
Panjang Gelombang
Spektra Analisis Simultan
Parasetamol
Theofilin
Campuran
28
8.3 Absorbtivitas molar () larutan parasetamol yang diperoleh pada panjang
gelombang 239 nm adalah 0,08230 g/mL (823a)
dan absorbtivitas molar
() parasetamol pada panjang gelombang 272 nm adalah 0,02785 g/mL
(278,5a). Absorbtivitas molar () larutan teofilin pada panjang gelombang
239 nm adalah 0,01477 g/mL (144,7a)
dan absorbtivitas molar () theofilin
pada panjang gelombang 272 nm adalah 0,0513 g/mL (513a).
8.4 Diperoleh kadar parasetamol pada sampel adalah 10,2 g/mL dan kadar
theofilin pada sampel adalah 22 g/mL.
29
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope IndonesiaEdisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gandjar, Ibnu Gholib, dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moffat, Anthony C., M. D. Osselton, Drian W., Laurent Y. Galichet. 2004.
Clarkes Analysis of Drug and Poisons. Pharmaceutical Press. London.
Sastrohamidjodjo, H. 1985. Spektroskopi. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Skoog, D. A. 1985. Principles of Instrumental Analysis. 3
rd
ed. New York:
Saunders Golden Sumburst Series.
30
LAMPIRAN
Gambar 1. Spektrum Parasetamol pada rentang Panjang Gelombang (Kiri);
Spektrum Campuran Parasetamol dan Theofilin pada rentang Panjang Gelombang
(Kanan).
Gambar 2. Tampilan Data Panjang Gelombang dan Absorbnasi pada Instrumen
Spektrofotometer GENESYS
TM
10
UV
31
32