You are on page 1of 11

ANASTESI LOKAL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh. (Wikipedia, 2007)
Penggunaan anastesi lokal untuk pencegahan rasa sakit selama operasi, dimulai lebih dari
100 tahun yang lalu sewaktu Kaller (1884) seorang opthalmologist di Wina, mencatat
kegunaan dari kokain suatu ester dari asam para amino benzoat (PABA), dalam
menghasilkan anstesi korneal. (Rusda, 2004)
Anastesi injeksi yang pertama adalah ester lain dari PABA yaitu Procaine yang disintesa
oleh Einhorn pada tahun 1905. Obat ini terbukti tidak bersifat addiksi dan jauh kurang toksik
dibanding kokain. Ester-ester lain telah dibuat termasuk Benzocaine, Dibucaine, Tetracaine
dan Chloroprocaine, dan semuanya terbukti sedikit toksisitasnya, tetapi kadang-kadang
menunjukkan sensitisasi dan reaksi alergi. (Rusda, 2004)
Penelitian untuk anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak obat-obat
dengan berbagai keuntungan dapat digunakan pada saat ini. Oleh sebab itu,
sebagai mahasiswa kedokteran harus mempelajari bagaimana memilih jenis obat
anastesi lokal yang akan digunakan dan cara penggunaannya. Obat obat anastsi
lokal dikembangkan dari kokain yang digunakan untuk pertama kalinya dalam
kedokteran gigi dan oftalmologi pada abad ke 19. Kini kokain sudah diganti
dengan lignokain ( lidokain ), buvikain ( marccain ), prilokain dan ropivakain.
Prilokain terutama digunakan dalam preparat topical.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian Anastesi Lokal
2. Untuk mengetahui Struktur Anastesi Lokal
3. Untuk mengetahui Mekanisme Kerja
4. Untuk mengetahui Efek samping obat anastesi lokal
5. Untuk mengetahui Nama Nama Obat Dalam Anastesi Lokal
























BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anastesi Lokal
Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara local pada
jaringan saraf dengan kadar cukup. Anastetik local sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak
merusak jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan anastetik local memenuhi syarat ini.
Batas keamanan harus lebar, sebaba anastetik lokal akan diserap dari tempat suntikan. Mula
kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup
waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang
masa pemulihan. Zat anastetik local juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat
disterilkan tanpa mkengalami perubahan.
B. Struktur Anastesi Lokal
Struktur dasar dari anastesi lokal terdiri dari tiga bagian, yakni suatu gugus amino hidrofil (
sekunder atau tersiaer ) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester ( alcohol ) atau amaida
dengan gugus aromatis lipofil. Semakin panjang gugus alkoholnya maka semakin besar daya
anatesiknya, tetapi toksinitasnya juga meningkat.
Anastesi lokal dapat digolongkan secara kelompok sebagai berikut :
a. Senyawa ester : kokain dan ester PABA (tetrakain, benzokain, kokain, prokain)
b. Senyawa amida : dibukain, lidokain, prilokain, mepivakain
c. Lainnya : fenol, benzialkohol, etilklorida
d. Semua obat tersebut diatas adalah sintetris kecuali kokain yang alami.
Anestesi lokal ideal
Tidak merusak jaringan secara permanen
Batas keamanan lebar
Onset cepat
Durasi lambat
Larut air
Stabil dalam bentuk larutan
Tidak rusak karena proses penyaringan
C. Mekanisme Kerja
Anastesi lokal menghilangkan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan
cara menghindarkan untuk sementara pembentukan dan trasmisi implus melalui sel
saraf ujungnya. Seperti juga alcohol dan barbital, anastesi lokal menghambat
penerusan implus dengan cara menurunkan permebilitas membrane sel saraf untuk
ion natrium yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya
persaingan dengan ion kalsium yang berada berdekatan dengan membran neuron.
Pada waktu yang bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan
terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi
kehilangan rasa setempat secara resevibel.
D. Efek samping obat anastesi lokal
Pemberian obat anestesi lokal memiliki efek samping yang potensial sama tanpa
bergantung pada cara pemberian. Bidan harus memehami efek samping samping
obat anestesi lokal ketika obat in diberikan lewat jalur epidural atau spinal.
Efek samping obat anestesi lokal berhubungan dengan kerjanya, khususnya
kemampuannya untuk menghambat hantaran implus dalam jaringan yang dapat
tereksitasi. Obat obatan anestesi lokal akan menyekat saluran cepat ion natrium
padasemua jaringan penghantar implus, yaitu :
System saraf pusat
System pernafasan
Jantung dan system kardiovaskuler
imuologi
Depresi Otot polos
Otot sketlet.
a. System saraf pusat
System saraf pusat sangat sangat rentan terhadap toksisitas anastesi lokal dan
merupakan tempat tanda tanda pertanda dari overdosis ada pasien terjaga. Gejala
awal adalah mati rasa circumoral, paresthesia lidah, dan pusing. Keluhan sensory
mungkin termasuk tinnitus dan penglihatan kabur. Tanda tanda rangsang (
kegelisahan, agitasi, paranoia) sering mendahului depresi system saraf pusat (
bebicara cadel, mengantuk, pingsan) berkedut otot pembawa timbulnya kejang tonik
klonik. Dengan penurunan aliran darah otak dan paparan obat, benzodiazepines
dan hiperventilasi meningkatkan ambang kejang yang disebabkan anastesi lokal.
b. System pernafasan
Lidokain menekan drive hipoksia ( respon ventilasi untuk PaO2 rendah ). Apne dapat
hasil dari kelumpuhan saraf frenik dan interkostal atau depresi pusat pernafasan
medural berikut kontak lansung dengan agen anestesi lokal ( sindrom apne
postretrobulbar). Anastesi lokal rilrks otot polos bronchial, lidokain intravena ( 1.5
mg/kg ) dapat memblokir refleks bronkokonstriksi kadang kadang dikaitkan dengan
intubasi. Lidokain diberikan sebagai aerosol suatu dapat menyebabkan
bronkospasme pada beberapa pasien dengan penyakit saluran napas reaktif.
c. Jantung dan System kardiovaskuler
Secara umum, semua bius lokal menekan otomatisitas miokard ( fase depolarisasi
IV spontan ) dan mengurangi durasi periode refraktori. Kontraktilitas miokard dan
kecepatan konduksi juga tertekan pada kontrasi yang lebih tinggi. Hasil ini efek dari
peubahan langsung membrane otot jantung ( natrium blockade saluran jantung ) dan
penghambat system saraf otonom. Semua anatesi lokal kecuali kokain
menghasilkan relaksasi otot polos, yang menyebabkan beberapa derajat
vasodilatasi arteriol. Kombinasi berikutnya dari bradikardi, blok jantung, dan
hipotensi dapat berujung pada serangan jantung. Mayor toksisitas kardiovaskuler
biasanya membutuhkan sekitar tiga kali konsentrasi darah yang menghasilkan
kejang.
d. Imunoligi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derifat
para amnino benzoic acids ( PABA ) yang dikenal sebaga allergen. PABA ini dapat
menediakan efek anti bakteri dari sulfonamide yang berdasarkan antagonism
persaingan dengan PABA, oleh karena itu terapi dengan sulfa tidak boleh
dikombinasikan dengan penggunaan ester ester tersebut. Toksisitas sangat
bergantung pada :
Jumlah larutan yang disuntukan
Kosentrasi obat
Ada tidaknya adrenalin
Vaskularisasi tempat suntikan
Absorpsi obat
Laju destruksi obat
Hipersensitivitas
Usia
Keadaan umum
Berat badan
e. Depresi Otot polos
Kontrasi uterus, usus dan kandung kemih akan tertekan oleh kerja obata obat
anastesi lokal. Inhibisi kandung kemih biasanya menimbulkan restensi urin, tetapi
sebaliknya inkontinensia urine da fases mungkin saja terjadi. Analgesia epidural
akan disertai dengan peningkatan resiko retensi urin postpartum. Masalah yang
potensial dlam jangka pendek dan jangka panjang yang timbul akibat kateterisasi
urine yang berkali kali tidak boleh.
Sejumlah peniliti telah menunjukan bila obat anestesi lokal diberikan secara epidural
maka :
Kala satu dan dua ersalinan cenderung berlangsung lebih lama ( perbedaan rerata
anatara anastesi epidural dan pemberian opoid adalah 42 dan 14 menit )
Dilatasi serviks berjalan lenih lambat
Pemberian oksitosin memerlukan disis dua kali lipat
Malposisi janin lebih sering terjadi
Kemungkinan secsio cecarea karena distosia menjadi lebih besar
Perlahiran bayi dengan alat menjadi dua hingga empat kali
Obat obat anastesi lokal memperpajang masa persalinan dengan :
Menimbulkan relaksasi otot otot dasar panggul
Mengurangi refleks mengejan
Mengurangi upaya bayi untuk mendorong bayinya lahir
Bekerja langsung pada otot rahim dengan menurunkan tonus otot
Mengurangi pelepasan oksitosin secara pulsatile dari kelenjar hipofisi posterior.
Efek anastesi lokal pada neonates. Dalam pemberian obat anastesi lokal secara
epidural dapt memberikan efek neurobehavioural yang tidak jelas pada neonates
yang tidak terdeteksi pada usia 18 bulan. System auditorius pada neonates dapat
mengalami ganggguan sepintas, namun setiap efek samping neurobehavioural tidak
merintangi pmberian ASI.
Penggunaan analgesia epidural akan meningkatkan resiko hipoglikemia neonatal,
takipnea dan gangguan pada metabolism lipid. Tindakan analgesia epidural pada
neonates memberikan kemungkinan yang lebih kecil bagi neonates untk memiliki
nilai APGAR yang rendah pada waktu lima menit atau memerlukan nalokson jika
dibandingkan dengan kemungkinan yang terjadi setelah pepmberian opoid.
Kewaspadaan dan kontraindkasi
Kewaspadaan dan kontraindikasi pada penggunaan oba anastesi lokal
Obat anestesi lokal tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat alergi
terhadap setiap obat anastesi yang secara kimia yang ada hubungannya terhadap
konstituen yang membentuk obat tersebut.
Pemberian anastesi lokal tidak dianjurkan ibu hamil atau pasien baru saja
mengalami perdarahan karena respon kardiovaskuler terhadap kehilangan darah
tersebut akan terganggu.
Obat anastesi lokal harus diberikan dengan hati hati sekali jika terpaksa
digunakan didaerah yang mengalami inflamasi.
Obat anastesi lokal harus digunakan dengan hati hati pada : blok jantung atau
gangguan hantaran jantung, epilepsy, penyakit hati atau ginjal, riwayat hipertermia,
gangguan respirasi dan laktasi.
E. Nama Nama Obat Dalam Anastesi Lokal
1. Prokain
a. Farmakodinamik
Dosisi 100 800 mg : analgesic ringan efek maksimal 10 20 hilang setelah 60
Dhirolisis menjadi PABA ( para amino binzoic acid ) dapat menghambat kerja
sulfonamid.
b. Farmakokinetik
Absorpsi PABA ( para amino binzoic acid ) dan dietilaminoetanol
Hidrolisisnya cepat oleh enzim plasma ( prokain esterase )
PABA Di eksresikan dalam urin ( dalam bentuk utuh dan tergonjugasi )
c. Indikasi
Anastesi infitrasi, blok saraf, epidural, kaudal dan spinal
Geriatric : perbaikan aktivitas seksual dan fungsi kelenjar endokrin
d. Kontra indikasi
Pemberian intravena untuk penderita miastenia gravis karena prokain menghasilkan
derajat blok neuromuskuler.
e. Dosis : 15 mg/kg BB
Untuk infitrasi : larutan 0.25 0.5 % dosis maksimumnya 1000 mg.
Onset : 2- 5 menit, durasi 30 60 menit.
Bisa ditambah adrenalin ( 1 : 100.000 atau 1 : 200.000)
Dosis untuk epidural ( maksimum ) 25 ml larutan 1.5% . Untuk kaudal 25 ml larutan
1.5%. spinal analgesia 50 200 mg. tergantung efek yang diinginkan lamanya 1
jam.
2. Lidokain ( lignocain, xylocain, lidonest )
a. Farmakodinamik
Anestesi lokal kuat. Terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif
dari pada prokain.
Larutan lidokain o.5 % adalah anastesi infiltrasi, 1 2 % ; nastesi blok dan topical.
Efektif tanpa vasokontraktor, kcepatan absorpsi dan toksitas, masa keja lebih
pendek.
b. Farmakokinetik
Absorpsinya mudah diserap dari tempat ijeksi
Dapat tembus sawar darah otak
Metabolism : di hati , eksresinya di urin
c. Indikasi
Injeksi : anastesi infitrasi, blok saraf anestesi epidural, kaudal dan mukosa
Anest infitrat : larutan .025 % 0.50% dengan atau tanpa adrenalain
Kedok gigi : larutan 1 2 % lidokain dengan adrenalin
Anest permukaan, anest kornea mata ( lidokain 2 % + adrenalin )
d. Kontra indikasi
Iritabilitas jantung
e. Efek samping
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efek terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma, dan seizures. Lidokain
dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh
henti jantung.
f. Dosis
Kosentrasi efektif minimal 0.25 %.
Infitrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
Kerja sekitar 1 1.5 juam tergantung konsetrasi larutan.
Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer.
0.25 % - 0.5 % + adrenalin 200.000 untu infitrasi.
0.5 % untuk blok sensorik tanpa blok motorik.
1 % untuk blok motorik dan sensorik
2 % untuk blok motorik pasien yang berotot (muscular)
4% atau 10 % untuk topical semprot faring laring
5 % bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakea
5 % lidokain dicampur prilokain untuk topical kulit.
5 % hiperbarik untuk analgesia intratekal
3. Bupivakain (marcain)
Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan tetrakain.
Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0.25 0.75%. Dosisi maksimal
200mg. Duration 3 8 jam, kosentrasi efekti minimal 0.125 %. Mulai kerja lebih
lambat disbanding lidokain. Setelah suntik kaudal, epidural, atau infiltrasi, kadar
plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan lahan dalam
3 8 jam. Untuk anastesi spinal 0.5% volume antara 2 4 ml iso atau hiperbarik.
Untuk blok sensorik epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.
4. Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4 % untuk mukosa jalan napas atas.
Lama kerja 2 30 menit.

















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes, yang
artinya tidak ada rasa sakit. Istilah ini menggambarkan keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan
nyeri pembedahan.
Analgesia adalah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran pasien.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
Anestesia lokal hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
Anestesia umum hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran
Anestetik lokal atau penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan
lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau
dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya
tidak reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai
anestetikum lokal, antara lain;
Tidak merangsang jaringan
Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
Toksisitas sistemik rendah.
Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut
dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan
(sterilisasi).

B. Saran
Sebagai mahasiswa, semoga dengan makalah ini dapat membantu kita sebagai
mahasiswa dapat mengatahui Preklamsia dan Eklamsia
Sebagai petugas kesehatan, memberikan asuhan yang baik untuk ibu saat masa
nifas.





















DAFTAR PUSTAKA

Latief A said, dkk. 2007. Anstesi lokal. Peteunjuk praktis anastesiologi,
edisi 2, Penerbit Falkultas Kedokteran Unifersitas Indonesia. Jakarta

Jordan sue, 2004, farmakologi kebidanan , penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta
Anastesik lokal, available at : :http://fhatanti.wordpress.com/2010/08/27/anastesi-lokal/

Adilah noer. 2007. Anstesi lokal. : :http://www.medicastore.com/apotik-online/obat-bius-
lokalhtm.

You might also like