You are on page 1of 9

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : AJENG WIDYANINGRUM
NIM : 111510501111
GOL/KELOMPOK : B/1
ANGGOTA : 1. NUR ARIFIN (101510501010)
2. ENNIS H. (111510501067)
3. DWITA A. (111510501103)
4. TIRTO WAHYU (111510501071)
5. RUDHE (111510501078)
6. DWI (101510501102)
7. FITRIA (111510501044)
8. ANDRIE G. (111510501056)
9. WAHYU FAJAR (101510501130)
JUDUL ACARA : INTERKONVERSI GULA-PATI
TANGGAL PRAKTIKUM : 11 APRIL 2014
TANGGAL PENYERAHAN:
ASISTEN : 1. FAJAR FIRMANSYAH
2. FAKHRUSY ZAKARIYYAH
3. KHUSNUL KHOTIMAH
4. NORMA LAILATUN NIKMAH


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari dalam bentuk foton
ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi kimia ini
akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida.
Klorofil merupakan pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman.
Fungsi krolofil pada tanaman ini adalah menyerap energi dari sinar matahari
untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana
tanaman mensintesis karbohidrat dari gula menjadi pati, dari gas karbon dioksida
dan air dengan bantuan sinar matahari. Fotosintesis menghasilkan zat gula atau
karbohidrat yang disebut pati atau yang sering didengar sebagai amilum. Zat gula
hasil fotosintesis akan digunakan untuk berbagai kepentingan tubuh tumbuhan.
Sebagian zat gula akan dirombak untuk menghasilkan energi. Energi sangat
dibutuhkan untuk berbagai aktivitas tubuh. Sebagian akan digunakan untuk
membangun atau membentuk tubuh tumbuhan. Tumbuhan butuh tumbuh,
berkembang, membentuk anakan atau bertunas, membentuk bunga, buah, biji,
dsb. Sebagian akan dijadikan bahan baku untuk menyusun zat-zat penting lain
yang dibutuhkan seperti protein, lemak dan vitamin dan sebagian yang lain akan
ditimbun dalam bentuk ubi, umbi, buah dan biji.
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Didalam pati tersusun atas dua macam
karbohidrat, amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda. Dua
fraksi ini dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan
fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Secara struktur amilosa mempunyai
struktur lurus, sedang amilopektin bercabang.
Hidrolisis diartikan sebagai proses dekomposisi kimia dengan
menggunakan air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis
pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian
penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan
glukosa. Sedangkan interkonversi gula-pati adalah perubahan timbal balik dari
pati kebentuk gula yang sederhana dan sebaliknya perubahan dari bentuk gula ke
pati yang memiliki rantai C yang lebih panjang. Dalam daun dapat ditemukan
senyawa-senyawa gula,seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa, selain itu juga
ditemukan pati. Glukosa dianggap sebagai model karbonhidrat dan hasil
fotosintesis dan dari senyawa ini dapat dibentuk fruktosa, sukrosa, dan pati
melalui reaksi-rekasi enzimatik. Dikarenakan peranannya sangat penting dalam
tanaman, maka dengan praktikum kali ini akan dijelaskan proses interkonvensi
gula-pati dan membuktikannya apakah benar terjadi didalam daun. Untuk
mengetahui adanya interkonversi tersebut maka harus dilakukan pengujian
tanaman, khususnya adalah pengujian dari segi fisiologi tumbuhan itu sendiri
karena pengujian ini sebagian besar terjadi di dalam sel tanaman.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Fisiologi Tumbuhan yang berjudul interkonversi
gula-pati ini adalah untuk membuktikan bahwa di dalam daun dapat terjadi
interkonversi gula pati.












BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan polisakarida aldehid dan keton atau zat yang
dihidrolisis menghasilkan keton dan suatu polihidroksi aldehid, proses hidrolisis
ini sangat berperan penting terhadap waktu dan konversi pati yang terkandung
dalam ubi kayu. Selain itu pula karbohidrat mempunyai peranan penting dalam
menentukan karakteristik suatu bahan makanan misalnya: rasa, warna, tekstur dan
lain-lain. Sedangkan glukosa adalah bahan kimia yang sangat penting dalam era
industrialisasi di Indonesia pada saat ini. Glukosa dapat dibuat dari bermacam-
macam bahan baku yang mengandung karbohidrat antara lain beras, ketela,
jagung, dan umbi-umbian (Iryani, 2013). Karbohidrat utama yang disimpan pada
sebagian besar tumbuhan adalah dalam bentuk pati dan selulosa. Amilum atau pati
banyak terdapat pada kloroplas daun yang merupakan tempat proses fotosintesis
berlangsung. Pati secara kimia adalah merupakan suatu polisakarida (C
6
H
10
O
5
)n.
Pati sukar larut dalam air dingin tetapi dalam air panas butir-butir pati akan
menyerap air dan akhirnya membentuk pasta. Pati pada umumnya terdiri dari dua
fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Perbandingan antara amilosa dan
amilopektin di dalam pati sangat bervariasi bergantung pada jenis tumbuh
tumbuhan penghasilnya (Fairus,2010).
Pati atau amilum merupakan karbohidrat kompleks yang dihasilkan oleh
tumbuhan, dimana di dalamnya terkandung kelebihan glukosa (produk
fotosintesis). Ubi kayu atau singkong, mengandung karbohidrat yang cukup tinggi
yaitu sekitar 35,3% per 100 g. Oleh karenanya singkong dapat digunakan sebagai
bahan dasar dalam pembuatan glukosa melalui proses hidrolisa pati. Hidrolisa pati
merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian
penyusunnya, seperti glukosa (Istadi dan Rahmayanti, 2010). Pati banyak
digunakan sebagai bahan baku farmasi dan industri, slah satunya adalah bahan
perekat. Pati sukun tersusun dari polimer rantai lurus dan tidak lurus. Kedua
polimer ini sangat potensial sebagai bahan perekat (starch gum) pada industri
kertas, keramik, kosmetik, cat, percetakan, dan plywood. Pembuatan perekat dari
bahan baku buah sukun sangat prospektif untuk dikembangkan, selain dari sisi
harga yang murah juga sangat mudah diperoleh di berbagai tempat di Aceh tanpa
mengenal musim (Lubis, 2012).
Adapun Faktorfaktor yang mempengaruhi pembentukan amilum menurut
Dwidjoseputro (1990) adalah:
1. Temperatur, Pada umumnya temperatur yang rendah memiliki pengaruh yang
baik bagi pengubahan amilum menjadi gula. Sumber karbohidrat yang
terdapat di dalam daun akan terkumpul di dalamnya pada saat tumbuhan
berada pada kondisi dengan temperatur rendah.
2. Pengaruh air, Persediaan air yang agak berlebihan menambah kegiatan
penyusunan amilum.
3. Konsentrasi ion-ion H+, Perubahan pH membawa perubahan kegiatan enzim.
Ada beberapa enzim yang bekerja berlawanan, jika lingkunganya mengalami
perubahan pH.
4. Konsentrasi gula, Di dalam sel terdapat suatu keseimbangan antar gula dan
persediaan amilum. Pada malam hari, sebagian dari amilum ada yang diubah
menjadi gula sekedar untuk menjaga ketetapan konsentrasinya.
Proses pembentukan amilum pertama-tama melalui reaksi antara sukrosa dengan
air sehingga terbentuk fruktosa ADP UDP Sukrosa + H
2
O Glukosa-ADP atau
Glukosa-UDP + Fruktosa (Gaily,et al, 2013).
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua
bagian utama, yaitu reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap
(tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida. Fotosintesis
umumnya terjadi pada semua tumbuhan hijau yang memiliki kloroplast atau pada
semua tumbuhan yang memiliki zat warna (Salisbury & Ross,1995). Lingkungan
sangatlah berpengaruh terhadap kelangsungan proses fotosintesis. Cahaya
merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis dan jika tidak ada cahaya maka
fotosintesis tidak dapat berlangsung. Terjadinya penimbunan bentuk pati di
kloroplas dan di amiloplas sebagai organ cadangan sel non-fotosintesis
(Moud,2008).
Menurut penelitian sebelumnya, produksi bioetanol dari tanaman yang
menghasilkan pati atau karbohidrat dapat dilakukan melalui konversi karbohidrat
menjadi glukosa dengan beberapa proses, antara lain kimia, fisika, serta
menggunakan pemanasan biasa. Beberapa penelitian tentang hal ini antara lain,
penelian tentang penggabungan perlakuan gelombang mikro dan hidrolisis enzim
pada Bambu didapatkan bahwa pemaparan gelombang mikro dapat mengubah
struktur lignoselulosa subtrat bambu, serta jumlah gula produksi yang terbentuk
oleh substrat bambu akibat pemaparan gelombang mikro naik hingga 2,3%
dibanding yang tidak mendapatkan paparan gelombang mikro (Barokah dan
Abtokhi, 2013). Enzim berfungsi sebagai katalis untuk reaksi kimia, yang
digunakan tetapi tidak dikonsumsi dalam proses. Mereka membawa bersama-
sama molekul lain sedemikian rupa bahwa reaksi kimia dapat berlangsung.
Kalium mengaktifkan setidaknya 60 enzim berbeda yang terlibat dalam
pertumbuhan tanaman (Prajapati dan Modi, 2012). Pada tumbuhan proses
biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk
membentuk ribulosa dan kemudian menjadi gula seperti glukosa. Hasil dari reaksi
gelap yang berupa glukosa (C
6
H
12
O
6
) sangat diperlukan bagi reaksi katabolisme
dalam tubuh tanaman (Ayoola dkk, 2013).







BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Tumbuhan acara 4 dengan judul yakni Interkonversi
Gula-Pati dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 April 2014 pukul 15.00 WIB
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan,Jurusan Budidaya Tanaman Agronomi,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cawan petri
2. Beaker glass
3. Alat pemanas
4. Gelas ukur
5. Cutter (alat pemotong)

3.2.2 Bahan
1. Daun jagung yang beretiolasi
2. Alkohol
3. Larutan glukosa, fruktosa dan sukrosa
4. Aquades
5. I
2
KI

3.3 Cara Kerja
1. Memasukkan ke dalam 4 beaker glass masing-masing 10 ml larutan sukrosa
0,5 M: Fructosa 0,5 M; glukosa 0,5 M dan aquades
2. Memasukkan ke dalam beaker glass masing-masing 2 helai daun jagung yang
beretiolasi
3. Memotong dalam larutan bagian pangkal daun kemudian menyimpan selama
48 jam
4. Merebus daun jagung tersebut sampai berwarna pucat
5. Meniriskan daun-daun tersebut kemudian menguji dengan I
2
KI
6. Mengamati dan membandingkan kualitas warna dari daun yang direndam
larutan sukrosa, fruktosa, glukosa dan aquades.
DAFTAR PUSTAKA
Ayoola, et al. 2012. A Comparative Study On Glucose Production from Sorghum
Bicolor and Manihot Esculenta Spesies in Nigeria. Science and
Technology 2(6): 353-357.

Barokah dan Abtokhi. 2013. Analisis Kadar Glukosa Pada Biomassa Bonggol
Pisang Melalui Paparan Radiasi Matahari, Gelombang Mikro, Dan
Hidrolisis Asam. Neutrino 5 (2) : 123-129.

Dwidjoseputra, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

Fairus, dkk. 2010. Pengaruh Konsentrasi HCl dan Waktu Hidrolisis Terhadap
Perolehan Glukosa Yang Dihasilkan dari Pati Biji Nangka. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia,Bandung.

Gaily,et al. 2013. Kinetics of a Three-Step Isomerization of Glucose to Fructose
Using Immobilized Enzyme. Chemical Engineering and Aplications,
4(1): 31-34.

Iryani. 2013. Pengaruh Jenis Katalis Asam Terhadap Studi Kinetika Proses
Hidrolisis Pati Dalam Ubi Kayu. Iltek 8 (15) : 1078-1083.

Istadi dan Rahmayanti. 2010. Permodelan Dan Optimasi Hidrolisa Pati Menjadi
Glukosa Dengan Metode Artificial Neural Network - Genetic Algorithm.
Teknik 31 (2) : 102-108.

Lubis. 2012. Hidrolisis Pati Sukun dengan Katalisator H
2
SO
4
untuk Pembuatan
Perekat. Rekayasa Kimia dan Lingkungan 9 (2) : 62 67.

Moud, A. M., dan K. Maghsoudi. 2008. Salt Stress Effects on Respiration and
Growth of Germinated Seeds of Different Wheat (Triticum aestivum L.)
Cultivars. Agricultural Sciences,4 (3): 351-358.

Prajapati dan Modi. 2012. The Importance Of Potassium In Plant Growth. Indian
Journal of Plant Sciences 1(2) : 77-86.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Plant Physiology. Terjemahan R. Lukman
dan Sumaryono. Bandung: ITB Press.

You might also like