You are on page 1of 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

Dari semua sendi dalam tubuh manusia, sendi siku adalah salah satu yang
paling sering digunakan untuk melakukan sehari-hari kegiatan. Dari semua sendi
dalam tubuh manusia, sendi siku adalah salah satu yang paling sering digunakan
untuk melakukan sehari-hari kegiatan. Pada prinsipnya gerakan pada sendi siku
terjadi pada dua arah yaitu : flexi dan extensi dimana gerakan ini merupakan
gerakan antara tulang humerus terhadap tulang lengan bawah (radius dan ulna),
pronasi dan supinasi gerakan ini merupakan gerakan rotasi yang mana tulang
radius akan berputar terhadap tulang ulnae.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur Elbow atau Siku
adalah fraktur atau patahnya tulang pada daerah siku yang sering terjadi karena
terjatuh atau cidera lainnya karena siku kerap menjadi tumpuan ketika terjatuh.
Daerah suprakondiler humeri merupakan daerah yang relatif lemah pada
ekstremitas atas. Didaerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang humerus
menjadi pipih disebabkan adanya fossa olekranon di bagian posterior dan fossa
koronoid di bagian anterior. Maka daerah ini merupakan titik lemah bila ada
trauma di daerah siku. Terlebih pada anak-anak sering dijumpai fraktur pada
daerah ini.









2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Elbow
1. Tulang Pembentuk Sendi Siku
Elbow atau siku dibentuk oleh tiga tulang yaitu distal humeri, proximal
ulna dan proximal radius.
a. Os Humerus
Merupakan tulang terpanjang pada anggota gerak atas. Ujung atas os humerus
terdiri dari sebuah caput humeri yang membuat persendian dengan rongga
glenoidalis scapula dan merupakan bagian dari persendian bahu. Di bagian bawah
caput terdapat bagian yang ramping di sebut collum anatomicum dan di sebelah
luar terdapat tuberositas mayor serta bagian dalam terdapat tuberositas minor. Di
antara kedua tuberositas terdapat celah, yaitu sulcus intertubercularis.
Pada Batang os humerus terdapat tuberositas deltoid, yaitu tempat melekatnya
insersio otot deltoideus. Disebelah dorsal dari tuberositas deltoid terdapat
sulcus yang membelit disebut sulcus nerve radialis.
Ujung bawah os humerus terdapat permukaan sendi yang berhubungan
dengan tulang lengan bawah. Trochlear yang terletak di sebelah sisi dalam tempat
persendian os ulna dan sisi luar terdapat caspitulum yang bersendian dengan os
radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah os humerus terdapat dua
epicondylus, yaitu epicondilus lateral dan medial.

b. Os Radius
Tulang radius terletak di sisi lateral pada lengan bawah. Merupakan tulang
yang lebih pendek di bandingkan dengan os ulna. Mempunyai sebuah batang dan
dua ujung atas, yaitu caput yang berbentuk kancing. Dibawah terdapat sebuah
tuberositas radii.


3

c. Os Ulna
Tulang ulna terletak di sisi medial pada lengan bawah yang terdiri atas
sebuah batang dan dua ujung. Ujung os ulna masuk dalam persendian siku yang
disebut processus olecranon. Processus ini menonjol keatas di sebelah posterior
dan masuk ke dalam fosa olecrani os humerus. Processus coronoideus os ulna
menonjol di depannya dan tempat masuk di dalam fosa coronoid os humerus, bila
siku di bengkokkan. Batang os ulna semakin ke bawah semakin mengecil dan
memberi kaitan pada otot yang mengendalikan gerak sendi pergelangan tangan
dan jari-jari. Ujung bawah os ulna terdiri dari caput ulna yang bersendian dengan
os radius dan processus styloideus yang menonjol ke bawah.

2. Ligamentum Sendi Siku
Untuk menghubungkan tulang humerus dengan tulang ulna dan radius, maka
diperkuat oleh ligamentum-ligamentum yang terletak pada sendi siku. Ligamen-
ligamen itu terdiri dari :
1) Ligamen collateral ulnare yaitu ligamen yang bersal dari epicondylus medial
humerus dan memperkuat sendi humeroulnaris di sisi medial.
2) Ligamen collateral radial yaitu ligamen yang terbentang dari epicondylus
lateral humeri ke ligamen anular radii menuju os ulna. Memperkuat sendi
humeroradial di sisi lateral.
3) Ligamen anular radii yaitu ligamen yang bersama dengan ligamen collateral
radial menahan capitulum humeri pada tempatnya.

4





5


2.2 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur Elbow atau Siku
adalah fraktur atau patahnya tulang pada daerah siku yang sering terjadi karena
terjatuh atau cidera lainnya karena siku kerap menjadi tumpuan ketika terjatuh.
Adapun Fraktur yang bisa terjadi disekitar sendi siku, yaitu :
1. Humerus
a. Fraktur Suprakondiler humeri
b. Fraktur epikondilus medialis ( fraktur epifisis medialis )
c. Fraktur kondilus lateralis humeri ( fraktur lempeng epifisis )
2. Radius
a. Fraktur kaput radius ( fraktur epifisis ) dan fraktur leher radius
b. Pulled elbow
3. Ulna
a. Fraktur 1/3 proksimal ulna ( Fraktur Monteggia )
b. Fraktur olekranon dan fraktur epifisis ulna
c. Fraktur prosesus koronoid
Dari fraktur-fraktur tersebut, fraktur suprakondiler humeri (transkondilar)
merupakan fraktur yang sangat sering ditemukan pada anak-anak. Fraktur
Suprakondiler humerus: fraktur sepertiga distal humerus tepat proksimal troklea
dan capitulum humeri. Garis fraktur berjalan melalui apeks coronoid dan fossa
6

olecranon, biasanya fraktur transversal. Merupakan fraktur yang sering terjadi
pada anak-anak. Pada orang dewasa, garis fraktur terletak sedikit lebih proksimal
daripada fraktur suprakondiler pada anak dengan garis fraktur kominutif, spiral
disertai angulasi.
Ada 2 tipe fraktur suprakondiler humeri berdasarkan pergeseran fragmen distal,
yaitu :
a. Tipe Posterior ( tipe ekstensi )
Tipe ekstensi merupakan 99% dari seluruh jenis fraktur suprakondiler humeri.
Pada tipe ini fragmen distal bergeser ke arah posterior.

b. Tipe anterior ( tipe fleksi )
Tipe anterior ( tipe fleksi) hanya merupakan 1-2% dari seluruh fraktur
suprakondiler humeri. Disini fragmen distal bergeser ke arah anterior.

Tipe ekstensi terjadi pada saat sendi siku dalam posisi hiperekstensi atau
sedikit fleksi serta pergelangan tangan dalam posisi dorso fleksi. Sedangkan tipe
fleksi terjadi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung sendi siku pada
distal humeri.



Adapun Klasifikasinya :
Tipe I
Terdapat fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya berupa retak yang
berupa garis
Tipe II
Tidak ada pergeseran fragmen, hanya terjadi perubahan sudut antara humerus
dan kondilus lateralis ( normal 40
0
)
7

Tipe III
Terdapat pergeseran fragmen tetapi korteks posterior masih utuh serta masih
ada kontak antara kedua fragmen
Tipe IV
Pergeseran kedua fragmen dan tidak ada kontak sama sekali.
Tipe Ekstensi
Pergeseran fragmen distal dapat bergerak ke arah :
1. Posterior
2. Lateral atau medial
3. Rotasi

2.3 Epidemiologi
Fraktur ini sering terjadi pada anak anak, yaitu sekitar 65 % dari seluruh
kasus patah tulang lengan atas. Mayoritas fraktur suprakondiler pada anak anak
terjadi pada usia 3 10 tahun, dengan puncak kejadiannya pada usia 5 dan
7 tahun. Dan biasanya paling sering ditemukan pada anak laki laki dari pada
anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1.
2.4 Etiologi
1.Adanya riwayat trauma atau cedera
2.Kecelakaan kendaraan bermotor
3.Jatuh dari ketinggian
4.Luka tembak

2.5 Patofisiologi
Daerah suprakondiler humeri merupakan daerah yang relatif lemah
padaekstremitas atas. Di daerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang
humerusmenjadi pipih disebabkan adanya fossa olecranon di bagian posterior
danfossa coronoid di bagian anterior.
Akibatnya baik pada cedera hiperekstensi maupun fleksi lengan bawah,tenaga
trauma ini akan diteruskan lewat sendi siku.
Fraktur terjadi akibat bertumpu pada tangan terbuka dengan siku agak fleksi
dan lengan bawah dalam keadaan pronasi.
8

Sebagian besar garis fraktur berbentuk oblique dari anterior ke kranial dan
keposterior dgn pergeseran fragmen distal ke arah posterior kranial.
Fraktur suprakondiler humeri jenis ekstensi slalu disertai dengan
rotasi fragmendistal ke medial dan hinging kortek lateral.
Pergeseran :
Angulasi ke anterior dan medial dengan pemisahan fragmen fraktur
Tidak adanya kontak antara fragmen, kadang-kadang pergeserannya cukup
besar ujung fragmen distal yang tajam bisa menusuk
merusakm.brachialis, n.radialis, n medianus.
Fraktur suprakondiler humeri tipe fleksi jarang jatuh mengenai siku dalam
keadaan fleksi. Garis fraktur mulai cranial mengarah ke postero kaudal
danfragmen distal mengalami pergeseran ke arah anterior.

2.6 Gejala Klinis
Nyeri (pain)
Denyut nadi arteri Radialis yang berkurang (pulsellessness)
Pucat (pallor)
Rasa kesemutan (paresthesia, baal)
Kelumpuhan (paralisis)

2.7 Diagnosa
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
1.Tipe ekstensi
Sendi siku dalam posisi ekstensi daerah siku tampak bengkak
Tonjolan fragmen di bawah subkutis.
2.Tipe fleksi
Posisi siku fleksi (semifleksi), dengan siku yang bengkak dengan
sudut jinjing yang berubah.
9

3.Gangguan sirkulasi perifer dan lesi pada saraf tepi warna kulit,palpasi
pulsasi, temperatur, waktu dari capilarry refill memerlukan tindakan
reduksi fraktur segera.
4. N. Medianus (28-60%) tidak bs oposisi ibu jari dengan jari lain
5. Cabang n.medianus n. Interosseus anterior ketidakmampuan jari
I dan II untuk melakukan fleksi (pointing sign).
6. N. Radialis (26-61%) tidak mampu melakukan ekstensi ibu jari dan
ekstensi jari lainnya pada sendi metakarpofalangeal.
7. N. Ulnaris (11-15%) Tidak bisa abduksi dan aduksi jari jari.
3. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi proyeksi AP/LAT, jelas dapat dilihat tipe ekstensi atau fleksi.

2.8 Penatalaksanaan
Tipe I
Cukup dengan pemasangan mitela dan sembuh dalam 10 hari sampai 2
minggu.
Tipe II
Perlu dilakukan reposisi tertutup untuk mengembalikan posisi humerus distal
karena akan terdapat gangguan dalam pergerakan ekstensi dan fleksi sendi siku
dikemudian hari.
Tipe III dan IV
Reposisi tertutup sebaiknya dengan menggunakan image intensifier dan dapat
difiksasi dengan K-wire perkutaneus atau tanpa fiksasi dan dipasang gips.
Apabila tidak berhasil, maka dianjurkan tindakan operasi terbuka dengan
pemasangan K-wire, juga pada penderita yang datang setelah beberapa hari
terjadinya fraktur. Pemasangan gips untuk imobilisasi selama 3- 4 minggu dan
kemudian dipertahankan dengan mempergunakan mitela. Gerakan aktif dapat
dimulai dengan fleksi. Pada fraktur suprakondiler humerus yang disertai
pembengkakan hebat dapat dilakukan traksi Dunlop atau traksi skeletal untuk
10

beberapa hari dan setelah pembengkakan mereda dapat dicoba kembali dengan
reposisi tertutup.
Tipe fleksi
Pada tipe fleksi dimana fragmen distal berada disebelah depan dilakukan
reposisi dan setelah itu dimobilisasi dalam keadaan ekstensi maksimal.
Operasi
Bila reposisi gagal, atau bila terdapat gejala Volkmann Ischemia ataulesi saraf
tepi, dapat dilakukan tindakan reposisi terbuka secara operatif.
Indikasi Operasi :
1.Displaced fracture
2.Fraktur disertai cedera vaskular
3.Fraktur terbuka
4.Pada penderita dewasa kebanyakan patah di daerah suprakondiler sering kali
menghasilkan fragmen distal yang komunitif dengan garispatahnya berbentuk T
atau Y. Untuk menanggulangi hal ini lebih baikdilakukan tindakan operasi yaitu
reposisi terbuka dan fiksasi fragmenfraktur dengan fiksasi yang rigid.

2.9 Komplikasi
1. Pembentukan lepuh kulit
Pembengkakan sendi siku terjadi karena gangguan drainase ataumungkin juga
karena verban yang terlalu kuat.
2.Maserasi kulit di daerah antekubiti
Komplikasi ini terjadi karena setelah reposisi, dilakukan fleksi akut padasendi
siku yang menyebabkan tekanan pada kulit.
3. Iskemik Volkman
Terutama terjadi pada fraktur suprakondiler humeri tipe ekstensi,
fraktur antebrakhi ( fraktur ulna dan radius ) dan dislokasi sendi siku.
Iskemikyang terjadi karena adanya obstruksi sirkulasi vena karena verban
yangterlalu ketat, penekanan gips atau fleksi akut sendi siku. Disamping
terjadipula obstruksi pembuluh darah arteri yang menyebabkan iskemik otot
dansaraf lengan bawah.
11

4 . Gunstock deformity
Bentuk Varus cubitus akibat patah tulang pada siku condylar di manasumbu
lengan diperpanjang tidak kontinyu dengan lengan tetapidipindahkan ke garis
tengah.

2.10 Prognosis
Dubia ad Bonam
Dubia ad Malam























12

BAB III
KESIMPULAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur Elbow atau
Siku adalah fraktur atau patahnya tulang pada daerah siku yang sering terjadi
karena terjatuh atau cidera lainnya karena siku kerap menjadi tumpuan ketika
terjatuh.Fraktur Suprakondiler humerus adalah fraktur sepertiga distal humerus
tepat proksimal troklea dan capitulum humeri. Garis fraktur berjalan melalui
apeks coronoid dan fossa olecranon, biasanya fraktur transversal. Merupakan
fraktur yang sering terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa, garis fraktur
terletak sedikit lebih proksimal daripada fraktur suprakondiler pada anak dengan
garis fraktur kominutif, spiral disertai angulasi. Penyebeb Fraktur ini karena
adanya riwayat trauma atau cedera, kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
ketiggian dan juga bisa karena luka tembak. Gejala yang ditimbulkan berupa
Nyeri (pain), denyut nadi arteri Radialis yang berkurang (pulsellessness), pucat
(pallor), rasa kesemutan (paresthesia, baal), kelumpuhan (paralisis).
Penatalaksanaan Fraktur suprakondiler humerus ini dapat dilakukan dengan
konservatif atau operatif.











13

DAFTAR PUSTAKA

1. Raharjo, Budi. 2012. Kajian Teori Anatomi, Fisiologi dan Biomekanik Sendi
Siku. Jakarta, Indonesia.
2. Behrman, et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vo. 3. Dalam :
Samik Wahab et al. EGC, Jakarta, Indonesia. Hal. 2370.
3. Rasjad, Chairuddin. 2007. Fraktur dan Dislokasi Sekitar Sendi Siku, Dalam :
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT Yarsif Watampoe, Jakarta, Indonesia.
4. Apley, Graham. Solomon, Louis. Fraktur Pada Anak. Dalam: Buku Ajar
Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi ke-7. Widya Medika, Jakarta,
Indonesia.
5. Nochimson, Geofrey (2009). Fraktur Suprakondiler humerus. (emedicine).
Diakses pada tanggal 13 Maret 2013 dari:http://emedicine.medscape.com
6. Rasjad, Chairuddin.2007. Kelainan Epifisis dan Lempeng Epifisis, Dalam :
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.. Edisi ke-3. Yarsif Watampone. Jakarta
7. Negara Cahya, Ridla. 2012. Karakteristik Fraktur Elbow Pada Pediatrik di RS
Hasan Sadikin Periode Januari 2009 Desember 2011. Thesis, Jurusan
Kedokteran Unpad ( tidak dipublikasikan).
8. Mansjoer,arief.2000. Kapita Selekta Kedokteran,Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius.
9. Price,Sylvia .1995. Patofisiologis ,Konsep Klinis dan Proses Proses
Penyakit, Edisi 6.Jakarta : EGC
10. Schwartz, William.2004. Pedoman Klinis Pediatri. EGC, Jakarta, Indonesia.
11. Capernito,L.J.1999. Buku Saku Diagnoasa Keperawatan. Jakarta : EGC
12. Doenges,Marilyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi Ketiga. Jakarta :
EGC

You might also like