You are on page 1of 4

Ada banyaknya sisa makanan pasien di rumah sakit menunjukkan belum optimalnyakualitas

penyelenggaraan makanan di rumah sakit. Hal ini disebabkan sisa makanan pasiendapat menjadi suatu
indikator dari keberhasilan penyelenggaraan makanan di rumah sakit(Depkes RI, 1991).
Sisa makanan merupakan suatu dampak dari sistem pelayanan gizi di rumah sakit.Hal ini merupakan
suatu implementasi dari pelayanan gizi dan aspek perilaku pasien.Banyaknya sisa makanan dalam piring pasien
mengakibatkan masukan gizi kurang selamapasien dirawat. Kebutuhan gizi merupakan salah satu
faktor yang harus diperhatikan ataudipertimbangkan dalam menyusun menu pasien. Penyelenggaraan
makanan yang baikketika pemberian makanan sehat yang terdiri dari makanan pokok, lauk, sayur-
sayuran danbuah dalam jumlah yang cukup, dan dapat dihabiskan oleh pasien (Moehyi, 1992).
Sisa makanan dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Waste yaitu makanan yang hilang karena tidak dapat diperoleh atau diolah
ataumakanan hilang karena tercecer.
2. Plate waste yaitu makanan yang terbuang karena setelah dihidangkan tidak habisdikonsumsi.

Menurut Almatsier (1992), sisa makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jeniskelamin, tingkat
pendidikan, kelompok umur, cita rasa makanan, kelas perawatan, lamaperawatan dan penyakit
mempengaruhi sisa makanan pasien. Jika faktor-faktor ini baik,maka persepsi pasien terhadap
makanan yang disajikan akan baik sehingga makanan yangdisajikan dikonsumsi habis. Jika persepsi
pasien terhadap makanan yang disajikan kurang,maka makanan yang disajikan tidak dikonsumsi habis
dan akan meninggalkan sisa.
Djamaluddin (2005) menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhisisa makanan
pasien adalah jenis kelamin, kelas perawatan, dan penyakit pasien. Sisamakanan
menyebabkan kebutuhan gizi pasien tidak terpenuhi, juga akan menyebabkanadanya biaya
yang terbuang pada sisa makanan. Sehingga, sisa makanan umumnyadigunakan untuk
mengevaluasi efektifitas dari penyelenggaraan makanan serta kecukupangizi perorangan maupun
kelompok.Pengamatan konsumsi makanan atau sisa makanan merupakan cara yangsederhana dan sangat
penting untuk dievaluasi. Menimbang langsung sisa makanan yangtertinggal di piring adalah metode yang
paling akurat, tetapi metode ini mempunyaikelemahan-kelemahan yaitu memerlukan waktu yang banyak,
peralatan khusus dan stafyang terlatih, sehingga metode ini tidak mungkin dilakukan untuk
penelitian besar. Salahsatu cara yang dikembangkan untuk menilai konsumsi makanan pasien
adalah metodetaksiran visual skala Comstock. Metode ini lebih menguntungkan karena mudah
dilakukan,tidak mahal dan tidak membutuhkan banyak waktu (Kirks, 1985).

Menurut Nida (2011), prinsip dari metode taksiran visual adalah para
penaksir(enumenator) menaksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk
setiapgolongan makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut bisa dalam bentuk
beratmakanan yang dinyatakan dalam bentuk gram atau dalam bentuk skor bila menggunakanskala
pengukuran. Walaupun mempunyai kekurangan, metode visual dapat menghasilkanhasil yang
cukup detail dan tidak mengganggu pelayanan makanan secara signifikan(Cannors, 2004).
Metode taksiran visual dengan menggunakan skala pengukuran dikembangkanoleh Comstock dengan
menggunakan skor skala 6 poin dengan kriteria sebagai berikut :
0 : Jika tidak ada porsi makanan yang tersisa (100% dikonsumsi)
1 : Jika tersisa porsi ( hanya 75% yang dikonsumsi)
2 : Jika tersisa porsi ( hanya 50% yang dikonsumsi)
3 : Jika tersisa porsi (hanya 25% yang dikonsumsi)
4 : Jika tersisa hampir mendekati utuh ( hanya dikonsumsi sedikit atau 5%)
5 : Jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali (utuh)

Skala comstock tersebut pada mulanya digunakan para ahli biotetik untukmengukur sisa
makanan. Untuk memperkirakan berat sisa makanan yang sesungguhnya,hasil pengukuran
dengann skala comstock tersebut kemudian dikonversi kedalam persendan dikalikan dengan berat awal.
Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan adanyakorelasi yang kuat antara taksiran visual
dengan persentasi sisa makanan(Comstock,1981).
Metode taksiran visual mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan darimetode taksiran visual
antara lain: waktu yang diperlukan relatif cepat dan singkat, tidakmemerlukan alat yang banyak
dan rumit, menghemat biaya dan dapat mengetahui sisamakanan menurut jenisnya. Sedangkan
kekurangan dari metode taksiran visual antara laindiperlukan penaksir (estimator) yang terlatih, teliti,
terampil, memerlukan kemampuanmenaksir dan pengamatan yang tinggi dan sering terjadi
kelebihan dalam menaksir (overestimate) atau kekurangan dalam menaksir (under estimate)
(Comstock, 1981).
Menurut Tarua (2011), banyaknya sisa makanan yang dilihat harus benar-benar
sisamakanan yang terbuang dan bukan bagian makanan yang tidak bisa dimanfaatkan
sepertiduri atau tulang. Petugas yang bertugas menentukan konsumsi makanan pasien denganmenaksir sisa
makanan menggunakan metode taksiran visual skala Comstock 6 poinhendaknya dilatih terlebih
dahulu secara berkesinambungan dalam menaksir tiap jenishidangan terutama untuk makanan yang
bentuknya amorphous food agar hasil taksiranvisual ini lebih akurat dan data konsumsi pasien
lebih mendekati kebenarannya (Susyani,2005).



Keterangan :
sisa makanan 0% = makanan habis
Sisa makanan 25% = sisa makanan porsi
Sisa makanan 50% = sisa makanan porsi
Sisa makanan 75% = sisa makanan porsi
Sisa makanan 95% = sisa maknaan hampir utuh (1sdm dikonsumsi)
Sisa makanan 100% = makanan utuh (tidak ada yang dikonsumsi)


Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 1992. Persepsi Pasien Terhadap Makanan di Rumah Sakit.Jurnal
Gizi Indonesia.Vol 17 hal 8796 Jakarta.

Cannors, P.L. dan Rozell S. B.. 2004. Using a Visual Plate Waste Study to Monitor
MenuPerformance.J. Am. Dietetic Assoc . Volume 104, pp=94-96

Comstock, E. M., Pierre R.G., dan Mackierman Y.D.. 1981. Measuring Individual PlateWaste in
School Lunches. Visual Estimation and Childrens Rating vs Actual Weighing of Plate Waste.J. Am.
Dietetic Assoc . Volume 94, pp 290-297.

Departemen Kesehatan RI. 1991.Buku Pedoman Pengelolaan Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta: Ditjen Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit dan Khusus Swasta.

Djamaluddin, M., Endy Prajanto P., dan Paramastri, I.. 2005. Analisis Zat Gizi dan Biaya
SisaMakanan pada Pasien dengan Makanan Biasa di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia . Volume 1(3), pp 108-112.Kirks BA, Wolff HK. 1985.

A Comparison of Methods for Plate Waste Determinations. J Am Diet Assoc . Volume 85, pp 328-
30 (1985).Moehyi, S., (1992). Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga
, Jakarta: Bharata.

Nida, Khairun. 2011.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.. Banjarbaru: STIKES Husada Borneo.

Susyani, Endy Parjanto, dan Toto Sudargo. Akurasi Petugas dalam Penentuan SisaMakanan
Pasien Rawat Inap Menggunakan Metode Taksiran Visual Skala Comstock 6Poin.Jurnal Gizi Klinik
Indonesia . Volume 2, No. 1, Juli 2005.

Tarua, Rianti H. 2011.Hubungan Ketepatan Jam Pelayanan Makanan dengan Sisa Makanan Pasien Diet
Nasi di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

You might also like