You are on page 1of 8

1

1. PERKEMBANGAN PSIKIS DAN FISIK PADA MASA KANAK - KANAK


A. Perkembangan Fisik
Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan
tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai
munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira dua tahun menjelang anak matang secara seksual dan
pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa kanak-kanak pertumbuhan fisik
mengalami perlambatan, namun ketrampilan-ketrampilan motorik kasar dan motorik halus justru
berkembang pesat.
1. Tinggi dan berat badan
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat badan bertambah
antara 2,5 kg.. ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, presentase pertumbuhan dalam tinggi
dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin
langsing, sementara batang tubuh mereka makin panjang.
2. Perkembangan otak
Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan
otak dan sistem syaraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertambah pada masa awal. Namun
tidak sepesat pada masa bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang
dewasa, dan pada usia 5 tahun ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa. Beberpa
pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-
sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel pada lemak. Proses ini berdampak
terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psiklogi
perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan
anak.[4]
3. Postur tubuh
Perbedaan dalam postur tubuh untuk pertama kali tampak jelas dalam masa anak-anak awal. Ada
yang postur tubuh gemuk lembek atau endomorfik, ada yang kuat berotot (mesomorfik) dan ada lagi
yang relatif kurus (ektomorfik)
4. Tulang dan otot
Tingkat pengerasan otot bervariaasi pada bagian-bagian tubuh mengikuti hukum perkembangan arah
otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih berat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun
beratnya tambah.[5]
5. Perkembangan motorik
Perkembangan fisik masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya ketrampilan motorik, baik
kasar maupun halus, sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun
anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan
kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju mundur, jalan cepat, dan pelan-pelan,
melompat dan berjingkrak dan sebagainyayang semuanya dilakukan dengan lebih baik halus dan
2

bervariasi selam itu anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan tertentu secara akurat, seperti
menangkap bola dengan baik, melukis, menggunting, melipat kertas dll.
Secara singkat ada 5 tanda-tanda esensial yang dapat disebut dalam perkembangan seorang anak
antara akhir tahun pertama dan permulaan usia 4 tahun. Diperiode ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Kemungkinan-kemungkinan ini dapat dilihat pada periode tersebut dalam suatu kenyataan
yang ada ekmajuan-kemajuan-kemajuan itu adalah :
1. Pada periode ini anak bisa duduk, berdiri, dan berjalan dengan bantuan. Bila anak berusia 4 tahun
ia dapat meloncat-loncat, memanjat, merangkak dibawah meja dan kursi, dapat melakukan gerakan-
gerakan yang kasar dan halus dengan tanan, kaki dan jari-jarinya.
2. Pada usia 4 tahun anak sudah dapat berbahasa, ia dapat mengambil bagian secara aktif dalam
percakapan dirumah dengan teman-temanya.
3. Pada periode ini anak memperoleh pengertian banyak mengenai benda-benda dan bentuknya,
membedakan antara suara yang keras dan lembut, ia dapat mengerti nama benda dan dapat menanyakan
nama benda yang belum diketahui.
4. Kelebihan untuk aktif, artinya perbuatan tingkah lakunya tidak lagi ditentukan secara kebetulan
sesuai dengan apa yang ada, anak sudah membuat rencana, memikirkan apa yang akan dilakukan.
5. Pengertian akan norma-norma pada anak usia 4 tahun juga sudah ada kata-kata baik, buruk, tidak
boleh disebut untuk mengatur tingkah laku.[6]

C. Perkembangan Kognitif/psikis
Menurut pieget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu
tahapan dimana anak belum mampu mengusai operasi mental secara logis. Yang dimaksud adalah
kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan
berkembangnya respresentasional atau synbolic function yaiotu kemampuan menggunakan suatu
untuk mempresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol (kata-kata,
gesture/bahasa gerak, dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai simiotic function, yaitu kemampuan
untuk menggunakansimbol-simbol (bahasa, gambar, tanda, syarat, benda, gesture atau peristiwa) untuk
melambangkan sesuatu kegiatan, benda yang nyata atau peristiwa-peristiwa.[7]

2. ADAPTASI
adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam merespons terhadap perubahan
yang ada di lingkungan dan dapat memengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun
psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.
Tujuan Adaptasi
a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
c. Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif.
d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.
3

Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak terhadap respon adaptasi
diantaranya, sbb:
a.Fungsi Fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi
neurologis dan endokrin.
b.Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain.
c.Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan
orang lain.
d.Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,
cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu
maupun kelompok.
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.
c. Kompromi (kesepakatan).
Contoh:
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin is akan bekerja keras (terang-
terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau mengulang lagi dengan
berusaha semampunya (kompromi).
Jenis Adaptasi
a. Adaptasi fisiologikBisa terjadi secara lokal atau umum.
Contoh:
- Seseorang yang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya
tidak pucat.
- Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan merasa mengalami gangguan
apa-apa pada organ tubuh.
b. Adaptasi psikologisBisa terjadi secara:
Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah
Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).
Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/ psikosomatik.
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan,
maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres. Stres bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri
tidak terpenuhi.
Terdapat dua respon adaptasi
yang dinyatakan Roy yaitu:
a.Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai tujuan
4

atau keseimbangan sistem tubuh manusia.
b.Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari terminologi
keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat mencapai tujuan yang akan
diraih.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri.
Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri.
Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian
diri. Penentu penyesuaian diri identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya
pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Kondisi-kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan
system otot, kesehatan, penyakit, dsb.
2. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, social, moral, dan emosional.
3. Penentuan psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penetuan diri,
frustasi, dan konflik.
4. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
5. Penentuan cultural termasuk agama.
Pemahaman tentang faktor-faktor ini dapat dan bagaimana fungsinya dalam penyesuaian merupakan syarat
untuk memahami proses penyesuaian, karena penyesuaian tumbuh antara faktor-faktor ini dan tuntutan
individu.

Masalah yang sering dihadapi dalam proses adaptasi
Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri
Di antara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang
menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan anak/remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.
Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orangtua dan suasana
psikologi dan social dalam keluarga.
Sikap orangtua yang otoriter, yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk menentang kekuasaan orang
tua dan pada gilirannya ia kan cenderung otoriter terhadap teman-temannya dan cenderung menentang
otoritas yang ada baik di sekolah maupun dimasyarakat.
Permasalahn-permasalahan penyesusaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis
keluaraga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup dalam rumah tangga yang retak,
mengalami masalah emosi, tampak padanya ada kecendrungan yang besar untuk marah, suka menyendiri,
disamping kuran kepekaanterhjadsap penerimaan social dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisa
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Terbukti pula bahwa
kebanyakan anak-anak yang dikeluarkan dari sekolah karena tidak dapat menyesuaikan diri adalah mereka
yang datang dari rumah tangga yang pecah/ retak.
5

Adapula masaalah yang yimbul dari teman remaja; perpindahan ketempat/ masyarakat baru, berarti
kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman baru. Banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam
mencari/ membentuk persahabatan dengan hubungan social yang baru. Mungkin remaja berhasil baik
dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah keskolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan
tidak ada yang memperhatikan. Di sini remaja dituntut untuk dapat lebih mamapu menyesuaikan diri
dengan masyarakat yang baru, sehingga dia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu.
Penyesusaian diri remaja dengan kehidupan disekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin
akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama
maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru-
guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara laim adalah prestasi belajar menjadi menurun
dibanding dengan prestasi disekolah sebelumnya.
Persoalan-persoalan umum yang seringkali dihadapi remaja antaralain memilih sekolah. Jika kita
mengharapkan remaja mempunyai penyesuaian diri yang baik, seyogyianya kita tidak mendikte mereka
agar memilih jenis sekolah tertentu sesuai keinginan kita. Orangtua/ peendidik hendaknya mengarahkan
pilihan sekolah sesuai dengan kemampuan, bakat, dan sifat-sifat pribadinya. Tidak jarang terjadi anak tidak
mau sekolah, tidak mau belajar, suka membolos, dan sebagainya karena ia dipaksa oleh orangtuanya untuk
masulk sekolah yang tidak ia sukai.
Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan kebiasaan belajar
yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami mkesulitan dalam membagi
waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan
sosial, kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya.

TAHAP-TAHAP PROSES ADAPTASI
A. Adaptif
Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa
beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-
perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk
dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila
terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak
seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah,
cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan
dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan
konflik.

a. Frustasi
Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena: (1) Tertundanya
pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang tidak menentu. (2) Sesuatu yang
6

menghambat apa yang sedang dilakukan. Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen
dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat
berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor
eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif.
Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Konflik
Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu
contoh: Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya.
Seseorang yang mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku.
Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.
1. Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.
2. Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.
3. Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak me-
nyenangkan.
4. Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya
Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk
menganalisis setiap stimulus. Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya.
Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks
(berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan
dengan penuh kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and
error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk kebiasaan dan mekanisme.
Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.
1. Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.
2. Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.
3. Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.
4. Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.
5. Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari
perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.
6. Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan
7. Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi.
Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-
sekolah.
8. Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.
9. Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis. Seseorang yang tidak
bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.


7

B.Maladaptif

Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang menyimpangaik secara
statistik maupun norma sosiaI. Kriteria terpenting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada
pribadi seseorang dan/atau kelompok. Oleh karena itu prilaku abnormal kemudian disebut perilaku mal
adaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan), yang memiliki dampak yang merugikan dan
membahayakan orang lain atau masyarakat.
Maladaptif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Mal
adaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan narkisisme. sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi
antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif. Berbagai
faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (1998), belum ada suatu
kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.Faktor
yang mungkin mempengaruhi antara lain :
Faktor pencetus
1. Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai
peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.
2. Faktor Biologis
Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial
maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
kebenaran keterlibatan neurotransmiter.
3. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat
terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini.
Karekteristik dari perilaku maladaptif adalah:
8

a. Manipulasi
Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian, berorientasi pada
diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
b. Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk,
tidak dapat diandalkan.
c. Narkisisme
Harga diri yang rapuh secara terusmenerus berusaha mendapatkanpenghargaan dan pujian, sikap
egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:
a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat
mengkritisi diri sendiri.
b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan.

You might also like