You are on page 1of 2

Lupus eritematosus kelainan autoimun, yang terdapat dalam dua bentuk utama, lupus eritematosus

sistemik (systemic lupus erythematosus, SLE) yang dapat menyerang kulit dan organ-organ dalam, dan
lupus eritematosus discoid (discoid lupus erythematosus, DLE) yang hanya bisa menyerang kulit.
Sebagian kecil DLE bisa berkembang menjadi SLE. Varian ketiga, yaitu lupus eritematosus kutan
subakut (subacute cutaneous lupus erythematosus, SCLE) mempunyai ciri lesi kulit berbeda yang
mungkin berkaitan dengan gejala-gejala sistemik.

Lupus eritematosus sitemik
Kelainan multisystem, yang dapat menyerang kulit, persendian, jantung, pericardium, paru-paru, ginjal,
otak, dan system hemopoietik. Penyakit ini secara khas menyerang perempuan, terutama pada usia
subur, serta berlanjut dalam suatu seri terjadinya eksaserbasi dan remisi. Etiologinya belum diketahui.
Lesi-lesi mukokutan mencakup ulserasi orofaring, alopesia difus, fenomena Raynaud, dan
fotosensitivitas. Sering didapatkan adanya eritema pada wajah dalam bentuk seperti kupu-kupu.
Gambaran seperti kupu-kupu ditunjukkan oleh adanya eritema pada kedua belah pipi yang dihubungkan
dengan sebuah pita eritema yang melintang diatas hidung. Akan tetapi, penyebab yang jauh lebih
sering dari terjadinya eritema pada wajah seperti itu adalah rosasea.
Manifestasi sistemik adalah sebagai mana di bawah ini:
Poliserositis
- Artralgia dan arthritis (biasanya non-erosif)
- Perikarditis
- Pleuritis eksudativa (pleurisy with effusion)
Nefritis
Menyerang system saraf pusat
- Psikosis dan konvulsi
Kelainan hemopoietik
- Anemia normokromik dan normositik
- Anemia hemolitik Coombs positif
- Leukopenia
- Trombositopenia
Pireksia, kehilangan berat badan, dan rasa lemas menyeluruh
Pemeriksaan penunjang
Antinuclear antibody (ANA) yang juga disebut antinuclear factor (ANF) dan antibody DNA ditemukan
pada sebagian besar pasien SLE. Antibodi-antibodi terhadap DNA untai-ganda ini merupakan hal yang
karakteristik. Sejumlah autoantibody yang lain bisa juga ditemukan, seperti anti-Ro dan anti-La, antibody
limfosititoksik, antibody antiplatelet, dan anti koagulan lupus. Dapat juga ditemukan adanya factor
rheumatoid positif dan tes serologis terhadap sifilis secara biologis bisa positif palsu.
Pemeriksaan histologist dari biopsy yang dilakukan pada kulit yang secara klinis terkena, memberikan
gambaran khusus, sedangkan pemeriksaan dengan imunofluoresensi langsung menunjukkan adanya
deposisi linier dari immunoglobulin G (IgG) atau immunoglobulin M (IgM) dan C3 pada pertemuan
dermis-epidermis.

Pengobatan
Pemberian steroid sistemik dan imunosupresif merupakan hal yang utama. Tempat-tempat di kulit yang
terpapar sinar matahari hendaknya dilindungi dengan tabir surya yang mempunyai sun protection factor
(SPF) tinggi.

Sindrom antifosfolipid
Sindrom ini mungkin bersifat primer, atau didapatkan bersama dengan SLE. Gejala yang utama adalah
terjadinya keguguran berulang, thrombosis vena, infark serebral, trombositopenia, dan livedo retikularis.
Kelainan klinis ini biasanya dikaitkan dengan keberadaan antikoagulan lupus dan antibody
antikardiolipin.

Lupus eritematosus sistemik akibat obat
SLE akibat obat jarang terjadi. Obat-obat yang paling sering menyebabkan terjadinya kelainan ini adalah
hidralazin, prokainamid, antikonvulsan (fenitoin, primidon), isoniazid, dan klorpromazin.

Sumber : Dermatologi Ed.8

You might also like