Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Depresi
Pengertian depresi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keadaan tertekan dan perasaan semangat menurun dengan ditandai muram,
sedih, loyo; karena tekanan jiwa; keadaan merosotnya hal-hal yang berkenaan
dengan semangat hidup (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud), 1997).
Sedangkan menurut seorang ilmuwan yang bernama Rice, P. L. (1992)
dalam Sabilla (2010), menurutnya depresi adalah gangguan mood, kondisi
emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,
berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara
dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan
minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada
meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit
saja, dan berkurangnya aktivitas.
Menurut Kaplan dan Sadock (1998) dalam Sabilla (2010), depresi
merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
13
Depresi umum terjadi, tetapi merupakan penyakit yang serius, dan mayoritas
orang yang pernah mengalami depresi membutuhkan perawatan untuk
menjadi lebih baik (National Institute of Mental Health (NIMH), 2008).
1. Macam-macam depresi
Ada beberapa macam dari gangguan depresi, yaitu (NIMH, 2008):
a Major depressive disorder (gangguan depresi berat), karakteristik dari
gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang mengganggu
seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati kegiatan
yang seharusnya menyenangkan. Depresi berat merupakan
ketikdakmampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Depresi
berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup seseorang, tetapi
adakalanya hal itu terjadi berulang kali dalam hidup seseorang yang
lain.
b Dysthymic disorder (dysthymia), ditandai dengan waktu yang lama
(dua tahun atau lebih) tidak terdapat gejala-gejala yang dapat
mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat mengganggu
fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang dengan
dysthymia mungkin juga mengalami sekali atau lebih peristiwa
depresi berat selama hidupnya (NIMH, 2008).
Beberapa bentuk gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan
karakteristik dari yang digambarkan di atas, atau mungkin saja beberapa
gangguan depresi berkembang dalam keadaan yang unik. Tidak semua
15
b Afterpain
Setelah melahirkan tonus uterus meningkat sehingga fundus
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami
multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal
puerperium yang disebut afterpains. Proses menyusui dan pemberian
oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena
keduanya dapat merangsang kontraksi uterus.
c Lokia
Pengeluaran lokia setelah melahirkan, jumlahnya berkurang
secara perlahan dan disertai perubahan warna. Lokia ini mengalami
perubahan, pada awalnya disebut lokia rubra berwarna merah
terutama mengandung darah dan debris desidua serta debris
trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat
setelah 3-4 hari yang disebut lokia serosa. Lokia serosa terdiri dari
darah lama, serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari
setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih
disebut lokia alba. Lokia alba biasanya bertahan selama 2-6 minggu
setelah bayi lahir dan berangsur berhenti.
d Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan
payudara selama hamil (estrogen, progesteron, human chorionic
gonadotoprin, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk
20
e Feeling beat up, merupakan masa kerja keras fisik dalam hidup dan
akhirya merasa kelelahan.
C. Depresi Postpartum
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988.
Pitt dalam Ryan (2009), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi
dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan
nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan
intim dengan suami).
Masih menurut Pitt (1988) dalam Ryan (2009), tingkat keparahan
depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat
ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada
masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues.
Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau
melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif
mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau
depresi postpartum.
Menurut Pillitteri dan Regina (2001) dalam Soep (2009), depresi
postpartum adalah depresi pasca persalinan yang mulai terjadi pada hari
ketiga setelah melahirkan dan berlangsung sampai berminggu-minggu atau
bulan yang dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental ringan dengan
menunjukan kelelahan, perasaan sedih, mudah marah, gangguan tidur,
24
f Kepuasan perkawinan
Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan ditandai
dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada hal-hal
tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan,
kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu, menghargai
terhadap suatu keputusan, dan hal-hal yang baik secara global lainnya
(Beck, 2001).
Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan pula bahwa faktor lain
yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa
lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang
tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi
terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan.
Terdapat beberapa penelitian yang mendukung, antara lain
adalah penelitian Affonso dan Arizmedi (1986), yang menyatakan
bahwa buruknya hubungan antara bayi dengan ayahnya, penelitian
Dimitrovsky (1987), Kumar dan Robson (1984), Longsdon , McBride,
dan Birkimer (1994), OHara (1983), menyimpulkan bahwa masalah
di dalam perkawinan merupakan salah satu penyebab terjadinya
depresi postpartum (Hagen, 1999).
g Riwayat depresi sebelumnya
OHara dan Swains menyatakan bahwa beberapa prediktor dari
depresi postpartum adalah riwayat psikopatologi yang lalu, gangguan
psikiatri selama kehamilan, dan dinamika hubungan perkawinan,
29
j Harga diri
Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara
umum dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah
kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri. Rendahnya harga
diri menggambarkan negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan
perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck,
2001).
k Status sosioekonomi
Segre, Lisa, Losch, OHara dalam Wikipedia (2010),
mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan
kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga,
semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.
Penelitian Howell, Elizabeth, Mora, Leventhal (2006) dalam
Wikipedia (2010), juga mendukung pernyataan Segre et al., bahwa
wanita dengan kulit hitam dan social ekonomi yang rendah berpotensi
lebih tinggi mengalami depresi postpartum.
l Status perkawinan
Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita
dalam hal pernikahan. Tingkatannya adalah tidak menikah,
menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan
(Beck, 2001).
31
sehingga ibu dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak;
4) bicarakan dengan suami, keluarga, teman, mengenai perasaan yang
dimiliki; 5) jangan sendirian dalam jangka waktu lama, pergilah keluar
rumah untuk merubah suasana hati; 6) bicaralah dengan ibunda agar dapat
saling bertukar pengalaman; 7) ikuti grup support untuk perempuan
dengan depresi melalui edukasi; 8) jangan membuat perubahan hidup yang
sangat drastis selama kehamilan seperti pindah pekerjaan, pindah rumah,
memulai usaha baru, merenovasi atau membangun rumah. Bila perubahan
drastis tidak dapat dielakkan, buatlah perencanaan yang matang dan
bantuan ataupun support untuk persiapan kelahiran bayi (Schmitt, 2009).
Depression and Bipolar Support Alliance (DBSA) (2010), J ika
mengalami depresi postpartum hal-hal yang dapat dilakukan adalah 1)
bicaralah dengan ahli kesehatan tentang semua gejala-gejalanya, riwayat
kesehatan yang lalu; 2) bergabunglah dengan sebuah kelompok, dimana
bisa berbagi perasaan dan pikiran di dalamnya; 3) makan secara seimbang
dan teratur; 4) lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki; 5) beri
kesempatan kepada keluarga dan teman untuk menolong, seperti
mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh anak.
4. Alat untuk Mengukur Depresi Postpartum
1) Edinburgh Postnatal Depresi Scale (EPDS)
Menurut Cox (2000), untuk mendeteksi adanya depresi postpartum
atau resiko mengalami depresi postpartum, dapat digunakan alat ukur
Edinburgh Postnatal Depresi Scale (EPDS) pada awal postpartum
34
1. Self-concept mode
Adalah salah satu dari mode psikososial dan memusat secara rinci
pada aspek rohani dan psiologis yang ada pada diri. Kebutuhan dasar
mendasari self-concept mode telah dikenali seperti integritas mempunyai
kekuatan batin adalah kebutuhan untuk mengetahui siapa yang menjadi
satu bahwa seseorang dapat ada dengan suatu kesatuan perasaan.
Integritas mempunyai kekuatan batin adalah dasar permasalahan adaptasi
dan kesehatan dalam area ini boleh bertentangan dengan kemampuan
orang untuk menyembuhkan atau yang dikerjakan apa yang penting
untuk memelihara aspek lain kesehatan.
Pada ibu pasca persalinan, ibu akan mengalami perubahan
fisiologis dan psikologis yang akan sangat mempengaruhi kehidupannya,
dan akan berdampak negatif jika tidak ada dukungan sosial dari orang-
orang terdekat, tidak ada kepuasan dalam perkawinan, dan juga harga diri
yang tinggi.
2. Model peran fungsi
Adalah salah satu dari dua mode sosial dan fokus pada peran
seseorang dalam masyarakat. Suatu peran sebagai unit masyarakat yang
berfungsi adalah sebagai satuan harapan tentang bagaimana seseorang
menduduki satu posisi bertindak ke arah seseorang menduduki posisi
yang lain. Model fungsi peran telah dikenali seperti integritas sosial yang
harus mengetahui seseorang dalam hubungan dengan orang yang lain
sedemikian sehingga seseorang dapat bertindak.
39
E. Kerangka Teori
Kerangka teori adaptasi ibu pasca persalinan mengacu pada teori
adaptasi Roy adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Modifikasi teori Beck dalam Varney, et.al, (2008), Roy, C., &
Andrews, H.A. (Eds.). (1991) dalam George J ulia B. (1995).
Prediktor depresi postpartum :
1. depresi prenatal 8. temperamen bayi
2. stress merawat anak 9. maternity blues
3. stres kehidupan 10. harga diri
4. dukungan social 11. status sosioekonomi
5. ansietas prenatal 12. status perkawinan
6. kepuasan perkawinan 13. kehamilan tidak diinginkan atau
7. riwayat depresi sebelumnya tidak direncanakan.
Kebutuhan
yang berlebih
pada
pascapersalinan
Defisit
kebutuhan pada
pascapersalinan
Depresi
Mekanisme
koping
Respon
adaptif
Respon
maladaptif
41
F. Kerangka Konsep
Karangka konsep penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan
diteliti adalah factor-faktor yang mempengaruhi kejadian depresi postpartum.
Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian
Predictor depresi postpartum :
1. depresi prenatal 8. temperamen bayi
2. stress perawatan anak 9. maternity blues
3. stress kehidupan 10. harga diri
4. dukungan social 11. status social ekonomi
5. ansietas prenatal 12. status perkawinan
6. kepuasan perkawinan 13. kehamilan tidak diinginkan
atau tidak direncanakan
i d i b l
Ibu pascapersalinan primipara
Mekanisme koping
Depresi Tidak Depresi
42
G. Hipotesis
Ada hubungan antara faktor-faktor depresi postpartum (depresi prenatal,
stress merawat anak, stres kehidupan, dukungan sosial, ansietas pranatal,
kepuasan perkawinan, riwayat depresi sebelumnya, temperamen bayi,
maternity blues, harga diri, status sosioekonomi, status perkawinan,
kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan) dengan kejadian depresi
postpartum.