JANTUNG TUTORIAL D1 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2010-2011 NAMA ANGGOTA : FADILAH FITRIANA (081.0211.01! IMANIAR S"ARIANDINA (081.0211.0#$! TIKA MARTIKA (081.0211.00#! MEGA DIASTI RAHA%U (081.0211.1&! SILVIA HARI PRASTI"I (081.0211.00'! "AGI GANTINA TITO (081.0211.11&! "IRDA %UNITA (081.0211.1#! BAD(LI AHMAD (081.0211.12! RULL% EKA P. (081.0211.100! DIMAS FEBRI%ANTO (081.0211.1'0! KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatulllahi Wabarakatuh. Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia yang telah diberikan olehNya. Makalah ini merupakan tugas dari program BHP, yaitu mengenai etika dan hukum dalam dunia kedokteran yang berhubungan dengan sistem ardio!asular. Makalah ini di susun sedemikian rupa untuk membantu pembelajaran dalam blok ini. "ami menguapkan rasa syukur yang tiada henti kepada Allah serta peran serta teman#teman kelompok tutorial $% beserta pembimbing program BHP. $alam penulisan makalah ini memang tidak luput dari kesalahan, maka dari itu saran dan kritik sangat kami perlukan. Semoga makalah ini dapat berman&aat dan berguna bagi proses pembelajaran kita semua. 'akarta , ( No!ember )*%* +Penulis, P-N$AH./.AN Sistem 0ardio!asular Sistem peredaran darah atau sistem kardio!askular adalah suatu sistem organ yang ber&ungsi memindahkan 1at ke dan dari sel. Setiap kasus dalam sistem kardio!askular akan berhubungan dengan &ungsi dan kerja jantung serta peredaran darah nya. Terdapat berbagai jenis kasus kardio!askular yang dapat dianalisa dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah dari segi etik. -tika -tika berasal dari bahasa 2unani ethos yang berarti adat, budi pekerti +bahasa 3nggris 4 ethis,. $i sini etika dapat dipahami sebagai ilmu mengenai kesusilaan. $alam &ilsa&at pengertian etika adalah telah dan penilaian kelakuan manusia ditinjau dari kesusilaannya. "esusilaan yang baik merupakan ukuran kesusilaan yang disusun bagi diri seseorang atau merupakan kumpulan keharusan, kumpulan ke5ajiban yang dibutuhkan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu bagi anggota#anggotanya. CONTOH KASUS Terri Schiavo +usia 6% tahun, meninggal dunia di negara bagian 7lorida, %8 hari setelah Mahkamah Agung Amerika memberi i1in menabut pipa makanan +&eeding tube, yang selama ini memungkinkan pasien dalam koma ini masih dapat hidup. "omanya mulai pada tahun %99* saat Terri jatuh di rumahnya dan ditemukan oleh suaminya, Mihael Shia!o, dalam keadaan gagal jantung. Setelah ambulans tim medis langsung dipanggil, Terri dapat diresusitasi lagi, tetapi karena ukup lama ia tidak bernapas, ia mengalami kerusakan otak yang berat, akibat kekurangan oksigen. Menurut kalangan medis, gagal jantung itu disebabkan oleh ketidakseimbangan unsur potasium dalam tubuhnya.. Setelah Terri Shia!o selama : tahun berada dalam keadaan koma, maka pada bulan Mei %99: suaminya yang bernama Mihael Shia!o mengajukan permohonan ke pengadilan agar pipa alat bantu makanan pada istrinya bisa diabut agar istrinya dapat meninggal dengan tenang, namun orang tua Terri Shia!o yaitu ;obert dan Mary Shindler menyatakan keberatan dan menempuh langkah hukum guna menentang niat menantu mereka tersebut. $ua kali pipa makanan Terri dilepaskan dengan i1in pengadilan, tetapi sesudah beberapa hari harus dipasang kembali atas perintah hakim yang lebih tinggi. "etika akhirnya hakim memutuskan bah5a pipa makanan boleh dilepaskan, maka para pendukung keluarga Shindler melakukan upaya#upaya guna menggerakkan Senat Amerika Serikat agar membuat undang#undang yang memerintahkan pengadilan &ederal untuk meninjau kembali keputusan hakim tersebut. .ndang#undang ini langsung didukung oleh $e5an Per5akilan Amerika Serikat dan ditandatangani oleh Presiden <eorge Walker Bush. Tetapi, berdasarkan hukum di Amerika kekuasaan kehakiman adalah independen, yang pada akhirnya ternyata hakim &ederal membenarkan keputusan hakim terdahulu. Pada tanggal )( 7ebruari )**(, seorang hakim Pinellas 0ounty memerintahkan penabutan tabung pengisi Terri. Beberapa banding dan inter!ensi pemerintah &ederal diikuti, termasuk Presiden AS <eorge W. Bush kembali ke Washington $0 dari liburan untuk menandatangani undang#undang yang diranang untuk mempertahankan hidup Terri. Setelah semua upaya banding melalui sistem pengadilan &ederal tidak berhasil, tabung pengisi Terri diputus pada tanggal %: Maret )**(. Terri meninggal di sebuah Taman Pinellas rumah sakit pada 8% Maret. Eutanasia +Bahasa 2unani= >?@ABACDA #>?, eu yang artinya EbaikE, dan @FBAGHI, thanatos yang berarti kematian, adalah praktek penabutan kehidupan manusia atau he5an melalui ara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan ara memberikan suntikan yang mematikan. Aturan hukum mengenai masalah ini sangat berbeda#beda di seluruh dunia dan seringkali berubah seiring dengan perubahan norma#norma budaya dan tersedianya pera5atan atau tindakan medis. $i beberapa negara, tindakan ini dianggap legal, sedangkan di negara#negara lainnya dianggap melanggar hukum. "arena sensiti&nya isu ini, pembatasan dan prosedur yang ketat selalu diterapkan tanpa memandang status hukumnya. Eutanasia ditinjau dari sudut cara pelaksanaanna $itinjau dari sudut maknanya maka eutanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu eutanasia pasi&, eutanasia agresi& dan eutanasia non agresi& -utanasia agresi& = atau suatu tindakan eutanasia aktif yaitu suatu tindakan seara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien. Misalnya dengan memberikan obat#obatan yang mematikan seperti misalnya pemberian tablet sianida atau menyuntikkan 1at#1at yang mematikan ke dalam tubuh pasien. -utanasia non agresi& = atau kadang juga disebut autoeuthanasia +eutanasia otomatis,yang termasuk kategori eutanasia negatif yaitu dimana seorang pasien menolak seara tegas dan dengan sadar untuk menerima pera5atan medis dan sipasien mengetahui bah5a penolakannya tersebut akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. $engan penolakan tersebut ia membuat sebuah EcodicilE +pernyataan tertulis tangan,. Auto!eutanasia pada dasarnya adalah suatu praktek eutanasia pasi& atas permintaan. -utanasia pasi& = juga bisa dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif yang tidak menggunakan alat#alat atau langkah#langkah akti& untuk mengakhiri kehidupan si sakit. Tindakan pada eutanasia pasi& ini adalah dengan seara sengaja tidak +lagi, memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien. Misalnya tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan atau tidak memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat ataupun meniadakan tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, ataupun dengan ara pemberian obat penghilang rasa sakit seperti mor&in 5alaupun disadari bah5a pemberian mor&in ini juga dapat berakibat ganda yaitu mengakibatkan kematian. -utanasia pasi& ini seringkali seara terselubung dilakukan oleh kebanyakan rumah sakit. Penyalahgunaan eutanasia pasi& bisa dilakukan oleh tenaga medis, maupun pihak keluarga yang menghendaki kematian seseorang atau keputusasaan keluargan karena ketidak sanggupan menanggung beban biaya pengobatan. 3ni biasanya terjadi pada keluarga pasien yang tidak mungkin untuk membayar biaya pengobatannya, dan pihak rumah sakit akan meminta untuk dibuat Epernyataan pulang paksaE. Bila meninggal pun pasien diharapkan mati seara alamiah. 3ni sebagai upaya de&ensi& medis Eutanasia ditinjau dari sudut pe"#erian i$in $itinjau dari sudut pemberian i1in maka eutanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu = -utanasia di luar kemauan pasien= yaitu suatu tindakan eutanasia yang bertentangan dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan eutanasia semaam ini dapat disamakan dengan pembunuhan. -utanasia seara tidak sukarela= -utanasia semaam ini adalah yang seringkali menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga.Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah seorang 5ali dari si pasien +seperti pada kasus Terri Shia!o,. "asus ini menjadi sangat kontro!ersial sebab beberapa orang 5ali mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si pasien. -utanasia seara sukarela = dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri, namun hal ini juga masih merupakan hal kontro!ersial. Sejarah eutanasia "ata eutanasia berasal dari bahasa 2unani yaitu EeuE +4 baik, and EthanatosE +maut, kematian, yang apabila digabungkan berarti Ekematian yang baikE. Hippokrates pertama kali menggunakan istilah EeutanasiaE ini pada Esumpah HippokratesE yang ditulis pada masa 6**# 8** SM. Sumpah tersebut berbunyi= ESaya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk ituE. $alam sejarah hukum 3nggris yaitu common law sejak tahun %8** hingga saat Ebunuh diriE ataupun Emembantu pelaksanaan bunuh diriE tidak diperbolehkan. Eutanasia dala" dunia "odern Sejak abad ke#%9, eutanasia telah memiu timbulnya perdebatan dan pergerakan di 5ilayah Amerika .tara dan di -ropa Pada tahun %:): undang#undang anti eutanasia mulai diberlakukan di negara bagian Ne5 2ork, yang pada beberapa tahun kemudian diberlakukan pula oleh beberapa negara bagian. Setelah masa Perang Saudara, beberapa ad!okat dan beberapa dokter mendukung dilakukannya eutanasia seara sukarela. "elompok#kelompok pendukung eutanasia mulanya terbentuk di 3nggris pada tahun %98( dan di Amerika pada tahun %98: yang memberikan dukungannya pada pelaksanaan eutanasia agresi&, 5alaupun demikian perjuangan untuk melegalkan eutanasia tidak berhasil digolkan di Amerika maupun 3nggris. Pada tahun %98J, eutanasia atas anjuran dokter dilegalkan di S5iss sepanjang pasien yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan daripadanya. Pada era yang sama, pengadilan Amerika menolak beberapa permohonan dari pasien yang sakit parah dan beberapa orang tua yang memiliki anak aat yang mengajukan permohonan eutanasia kepada dokter sebagai bentuk Epembunuhan berdasarkan belas kasihanE. Pada tahun %989, pasukan Na1i 'erman melakukan suatu tindakan kontro!ersial dalam suatu EprogramE eutanasia terhadap anak#anak di ba5ah umur 8 tahun yang menderita keterbelakangan mental, aat tubuh, ataupun gangguan lainnya yang menjadikan hidup mereka tak berguna. Program ini dikenal dengan nama Aksi T% &"Action T4"' yang kelak diberlakukan juga terhadap anak#anak usia di atas 8 tahun dan para jompo K lansia. L)M Eutanasia pada "asa setelah peran( dunia Setelah dunia menyaksikan kekejaman Na1i dalam melakukan kejahatan eutanasia, pada era tahun %96* dan %9(* maka berkuranglah dukungan terhadap eutanasia, terlebih#lebih lagi terhadap tindakan eutanasia yang dilakukan seara tidak sukarela ataupun karena disebabkan oleh aat genetika. Praktek!praktek eutanasia $a"an dahulu kala Praktek#praktek -utanasia yang dilaporkan dalam berbagai tindakan masyarakat L8M = D) I*+), -./*,0 +)-/,12.11,* 34,24 1.5),3,,* 4*241 6.7.6-,/1,* 8/,*9-8/,*9 24, 1. +,7,6 34*9,) G,*99,. D) S,/+)*), 8/,*9 24, +)-4147 0)*99, 6,2) 87.0 ,*,1 7,1)-7,1) 2./24,*:, +) ;,6,* -4/5,. U/494,: 6.*<,*2461,* 1.5.5,3,* -/,12.1 .42,*,3), +,7,6 4*+,*9-4*+,*9 :,*9 2.7,0 5./7,14 3.=,1 2,04* 1>##. D) 5.5./,-, *.9,/, E/8-,? -/,12.1 .42,*,3), 541,* 7,9) 1.=,0,2,* 1.<4,7) +) N8/@.9), :,*9 3.=,1 1>02 6.6-./7,141,**:, 3.5,9,) 1.=,0,2,* 104343. D) A6./)1, S./)1,2? 104343*:, +) 3.64, *.9,/, 5,9),* 6.*<,*2461,* .42,*,3), 3.5,9,) 1.=,0,2,*. B4*40 +)/) ,2,4 6.65),/1,* +)/)*:, +)54*40 ,+,7,0 6.7,*99,/ 04146 +) A6./)1, S./)1,2. S,24-3,24*:, *.9,/, :,*9 +,-,2 6.7,141,* 2)*+,1,* .42,*,3), 5,9) -,/, ,*9982,*:, ,+,7,0 B.7,*+,. A*9982, :,*9 2.7,0 +)2./)6, +.*9,* -./3:,/,2,* 2./2.*24 +,-,2 6.6)*2, 2)*+,1,* .42,*,3), ,2,3 +)/)*:,. A+, 5.5./,-, @,/9, A6./)1, S./)1,2 :,*9 6.*=,+) ,*9982,*:,. D,7,6 -/,12.1 6.+)3? 5),3,*:, 2)+,17,0 -./*,0 +)7,141,* .42,*,3), ,12)A? ,1,* 2.2,-) 64*91)* ,+, -/,12.1--/,12.1 6.+)3 :,*9 +,-,2 +)9878*91,* .42,*,3), -,3)A Eutanasia "enurut huku" di#er#a(ai ne(ara A"erika -utanasia agresi& dinyatakan ilegal di banyak negara bagian di Amerika. Saat ini satu#satunya negara bagian di Amerika yang hukumnya seara eksplisit mengi1inkan pasien terminal + pasien yang tidak mungkin lagi disembuhkan, mengakhiri hidupnya adalah negara bagian Nregon, yang pada tahun %99J melegalisasikan kemungkinan dilakukannya eutanasia dengan memberlakukan .. tentang kematian yang pantas +Oregon Death with Dignity Act, L:M . Tetapi undang#undang ini hanya menyangkut bunuh diri berbantuan, bukan euthanasia. Syarat# syarat yang di5ajibkan ukup ketat, dimana pasien terminal berusia %: tahun ke atas boleh minta bantuan untuk bunuh diri, jika mereka diperkirakan akan meninggal dalam enam bulan dan keinginan ini harus diajukan sampai tiga kali pasien, dimana dua kali seara lisan +dengan tenggang 5aktu %( hari di antaranya, dan sekali seara tertulis +dihadiri dua saksi dimana salah satu saksi tidak boleh memiliki hubungan keluarga dengan pasien,. $okter kedua harus mengkon&irmasikan diagnosis penyakit dan prognosis serta memastikan bah5a pasien dalam mengambil keputusan itu tidak berada dalam keadaan gangguan mental.Hukum juga mengatur seara tegas bah5a keputusan pasien untuk mengakhiri hidupnya tersebut tidak boleh berpengaruh terhadap asuransi yang dimilikinya baik asuransi kesehatan, ji5a maupun keelakaan ataupun juga simpanan hari tuanya. Belum jelas apakah undang#undang Nregon ini bisa dipertahankan di masa depan, sebab dalam Senat AS pun ada usaha untuk meniadakan .. negara bagian ini. Mungkin saja nanti nasibnya sama dengan .. Northern Territory di Australia. Bulan 7ebruari lalu sebuah studi terbit tentang pelaksanaan .. Nregon selama tahun %999. L9ML%*M Sebuah lembaga jajak pendapat terkenal yaitu Poling <allup +Gallup Poll) menunjukkan bah5a O*P orang Amerika mendukung dilakukannya eutanasia L%%M )ndonesia Berdasarkan hukum di 3ndonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang mela5an hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang#undangan yang ada yaitu pada Pasal 866 "itab .ndang#undang Hukum Pidana yang menyatakan bah5a EBarang siapa menghilangkan nya5a orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh#sungguh, dihukum penjara selama#lamanya %) tahunE. 'uga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal#pasal 88:, 86*, 86(, dan 8(9 ".HP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur#unsur delik dalam perbuatan eutanasia. $engan demikian, seara &ormal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengi1inkan tindakan eutanasia oleh siapa pun. "etua umum pengurus besar 3katan $okter 3ndonesia +3$3, 7arid An&asal Moeloek dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa ( Nktober )**6 L%)M menyatakan bah5a = -utanasia atau Epembunuhan tanpa penderitaanE hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat 3ndonesia. E-uthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positi& yang masih berlaku yakni ".HP. *elanda Pada tanggal %* April )**% Belanda menerbitkan undang#undang yang mengi1inkan eutanasia, undang#undang ini dinyatakan e&ekti& berlaku sejak tanggal % April )**) LOM , yang menjadikan Belanda menjadi negara pertama di dunia yang melegalisasi praktik eutanasia. Pasien#pasien yang mengalami sakit menahun dan tak tersembuhkan, diberi hak untuk mengakhiri penderitaannya. Tetapi perlu ditekankan, bah5a dalam "itab Hukum Pidana Belanda seara &ormal euthanasia dan bunuh diri berbantuan masih dipertahankan sebagai perbuatan kriminal. Sebuah karangan berjudul EThe Slippery Slope of Dutch EuthanasiaE dalam majalah Human Life nternational Special !eport Nomor OJ, No!ember %99:, halaman 8 melaporkan bah5a sejak tahun %996 setiap dokter di Belanda dimungkinkan melakukan eutanasia dan tidak akan dituntut di pengadilan asalkan mengikuti beberapa prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur tersebut adalah mengadakan konsultasi dengan rekan seja5at +tidak harus seorang spesialis, dan membuat laporan dengan menja5ab sekitar (* pertanyaan. Sejak akhir tahun %998, Belanda seara hukum mengatur ke5ajiban para dokter untuk melapor semua kasus eutanasia dan bunuh diri berbantuan. 3nstansi kehakiman selalu akan menilai betul tidaknya prosedurnya. Pada tahun )**), sebuah kon!ensi yang berusia )* tahun telah dikodi&ikasi oleh undang#undang belanda, dimana seorang dokter yang melakukan eutanasia pada suatu kasus tertentu tidak akan dihukum. Australia Negara bagian Australia, "orthern Territory, menjadi tempat pertama di dunia dengan .. yang mengi1inkan euthanasia dan bunuh diri berbantuan, meski reputasi ini tidak bertahan lama. Pada tahun %99( "orthern Territory menerima .. yang disebut E;ight o& the terminally ill billE +.. tentang hak pasien terminal,. .ndang#undang baru ini beberapa kali dipraktikkan, tetapi bulan Maret %99J ditiadakan oleh keputusan Senat Australia, sehingga harus ditarik kembali. *el(ia Parlemen Belgia telah melegalisasi tindakan eutanasia pada akhir September )**). Para pendukung eutanasia menyatakan bah5a ribuan tindakan eutanasia setiap tahunnya telah dilakukan sejak dilegalisasikannya tindakan eutanasia dinegara ini, namun mereka juga mengkritik sulitnya prosedur pelaksanaan eutanasia ini sehingga timbul suatu kesan adaya upaya untuk meniptakan Ebirokrasi kematianE. Belgia kini menjadi negara ketiga yang melegalisasi eutanasia + setelah Belanda dan negara bagian Nregon di Amerika ,. Senator Philippe MahouQ, dari partai sosialis yang merupakan salah satu penyusun ranangan undang#undang tersebut menyatakan bah5a seorang pasien yang menderita seara jasmani dan psikologis adalah merupakan orang yang memiliki hak penuh untuk memutuskan kelangsungan hidupnya dan penentuan saat#saat akhir hidupnya. LJM . S+iss $i S5iss, obat yang mematikan dapat diberikan baik kepada 5arga negara S5iss ataupun orang asing apabila yang bersangkutan memintanya sendiri. Seara umum, pasal %%( dari "itab .ndang#undang Hukum Pidana S5iss yang ditulis pada tahun %98J dan dipergunakan sejak tahun %96), yang pada intinya menyatakan bah5a Emembantu suatu pelaksanaan bunuh diri adalah merupakan suatu perbuatan mela5an hukum apabila moti!asinya semata untuk kepentingan diri sendiri.E Pasal %%( tersebut hanyalah menginterpretasikan suatu i1in untuk melakukan pengelompokan terhadap obat#obatan yang dapat digunakan untuk mengakhiri kehidupan seseorang. )n((ris Pada tanggal ( No!ember )**O, "olese "ebidanan dan "andungan Britania ;aya +#ritain$s !oyal %ollege of O&stetricians an' Gynaecologists, mengajukan sebuah proposal kepada $e5an Bioetik Nu&&ield +"uffiel' %ouncil on #ioethics, agar dipertimbangkannya i1in untuk melakukan eutanasia terhadap bayi#bayi yang lahir aat +'isa&le' new&orns,. Proposal tersebut bukanlah ditujukan untuk melegalisasi eutanasia di 3nggris melainkan semata guna memohon dipertimbangkannya seara saksama dari sisi &aktor Ekemungkinan hidup si bayiE sebagai suatu legitimasi praktek kedokteran. Namun hingga saat ini eutanasia masih merupakan suatu tindakan mela5an hukum di kerajaan 3nggris demikian juga di -ropa +selain daripada Belanda,. $emikian pula kebijakan resmi dari Asosiasi "edokteran 3nggris (#ritish )e'ical Association*#)A) yang seara tegas menentang eutanasia dalam bentuk apapun juga. L%8M ,epan( 'epang tidak memiliki suatu aturan hukum yang mengatur tentang eutanasia demikian pula Pengadilan Tertinggi 'epang (supreme court of +apan) tidak pernah mengatur mengenai eutanasia tersebut. Ada ) kasus eutanasia yang pernah terjadi di 'epang yaitu di Nagoya pada tahun %9O) yang dapat dikategorikan sebagai Eeutanasia pasi&E +, shRkyokuteki anrakushi, "asus yang satunya lagi terjadi setelah peristi5a insiden di Tokai uni!ersity pada tahun %99( L%6M yang dikategorikan sebagai Eeutanasia akti& E +, sekkyokuteki anrakushi, "eputusan hakim dalam kedua kasus tersebut telah membentuk suatu kerangka hukum dan suatu alasan pembenar dimana eutanasia seara akti& dan pasi& boleh dilakukan seara legal. Meskipun demikian eutanasia yang dilakukan selain pada kedua kasus tersebut adalah tetap dinyatakan mela5an hukum, dimana dokter yang melakukannya akan dianggap bersalah oleh karena merampas kehidupan pasiennya. Nleh karena keputusan pengadilan ini masih diajukan banding ke tingkat &ederal maka keputusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum sebagai sebuah yurisprudensi, namun meskipun demikian saat ini 'epang memiliki suatu kerangka hukum sementara guna melaksanakan eutanasia. Repu#lik Ceko $i ;epublik 0eko eutanisia dinyatakan sebagai suatu tindakan pembunuhan berdasarkan peraturan setelah pasal mengenai eutanasia dikeluarkan dari ranangan "itab .ndang#undang Hukum Pidana. Sebelumnya pada ranangan tersebut, Perdana Menteri 'iri PospSTil bermaksud untuk memasukkan eutanasia dalam ranangan ".HP tersebut sebagai suatu kejahatan dengan anaman pidana selama O tahun penjara, namun $e5an Per5akilan "onstitusional dan komite hukum negara tersebut merekomendasikan agar pasal kontro!ersial tersebut dihapus dari ranangan tersebut. L%(M )ndia $i 3ndia eutanasia adalah suatu perbuatan mela5an hukum. Aturan mengenai larangan eutanasia terhadap dokter seara tegas dinyatakan dalam bab pertama pasal 8** dari "itab .ndang#undang Hukum Pidana 3ndia +n'ian penal co'e*P%, tahun %:O*. Namun berdasarkan aturan tersebut dokter yang melakukan euthanasia hanya dinyatakan bersalah atas kelalaian yang mengakibatkan kematian dan bukannya pembunuhan yang hukumannya didasarkan pada ketentuan pasal 8*6 3P0, namun ini hanyalah diberlakukan terhadap kasus eutanasia sukarela dimana sipasien sendirilah yang menginginkan kematian dimana si dokter hanyalah membantu pelaksanaan eutanasia tersebut +bantuan eutanasia,. Pada kasus eutanasia seara tidak sukarela +atas keinginan orang lain, ataupun eutanasia di luar kemauan pasien akan dikenakan hukuman berdasarkan pasal 9) 3P0. L%OM China $i 0hina, eutanasia saat ini tidak diperkenankan seara hukum. -utansia diketahui terjadi pertama kalinya pada tahun %9:O, dimana seorang yang bernama EWang MinghengE meminta seorang dokter untuk melakukan eutanasia terhadap ibunya yang sakit. Akhirnya polisi menangkapnya juga si dokter yang melaksanakan permintaannya, namun O tahun kemudian Pengadilan tertinggi rakyat +Supreme People$s %ourt, menyatakan mereka tidak bersalah. Pada tahun )**8, Wang Mingheng menderita penyakit kanker perut yang tidak ada kemungkinan untuk disembuhkan lagi dan ia meminta untuk dilakukannya eutanasia atas dirinya namun ditolak oleh rumah sakit yang mera5atnya. Akhirnya ia meninggal dunia dalam kesakitan. L%JM A-rika Selatan $i A&rika Selatan belum ada suatu aturan hukum yang seara tegas mengatur tentang eutanasia sehingga sangat memungkinkan bagi para pelaku eutanasia untuk berkelit dari jerat hukum yang ada. L%:M Korea Belum ada suatu aturan hukum yang tegas yang mengatur tentang eutanasia di "orea, namun telah ada sebuah preseden hukum +yurisprudensi,yang di "orea dikenal dengan .Kasus ru"ah sakit *ora"ae. dimana dua orang dokter yang didak5a mengi1inkan dihentikannya penanganan medis pada seorang pasien yang menderita sirosis hati +li!er irrhosis, atas desakan keluarganya. Polisi kemudian menyerahkan berkas perkara tersebut kepada jaksa penuntut dengan diberi atatan bah5a dokter tersebut seharusnya dinayatakan tidak bersalah. Namun kasus ini tidak menunjukkan rele!ansi yang nyata dengan mercy killing dalam arti kata eutanasia akti&. Pada akhirnya pengadilan memutuskan bah5a E pada kasus tertentu dari penghentian penanganan medis +hospital treatment, termasuk tindakan eutanasia pasi&, dapat diperkenankan apabila pasien terminal meminta penghentian dari pera5atan medis terhadap dirinya. L Aspek Huku" dala" Pelaksanaan Euthanasia di )ndonesia Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, akan mengalami siklus kehidupan yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia dengan berbagai permasalahannya, serta diakhiri dengan kematian. $ari proses siklus kehidupan tersebut, kematian merupakan salah satu yang masih mengandung misteri besar, U ilmu pengetahuan belum berhasil menguaknya. .ntuk dapat menentukan kematian seseorang sebagai indi!idu diperlukan kriteria diagnostik yang benar berdasarkan konsep diagnostik yang dapat dipertanggungja5abkan seara ilmiah. "ematian sebagai akhir dari rangkaian kehidupan adalah merupakan hak dari Tuhan. Tak seorangpun yang berhak menundanya sedetikpun, termasuk memperepat 5aktu kematian. Tapi, bagaimana dengan hak pasien untuk mati guna menghentikan penderitaannyaV Hak pasien untuk mati, yang seringkali dikenal dengan istilah euthanasia, sudah kerap dibiarakan oleh para ahli. Namun masalah ini akan terus menjadi bahan perdebatan, terutama jika terjadi kasus#kasus menarik. Adakah sesuatu yang istime5a yang membuat euthanasia selalu menarik untuk dibiarakanV Para ahli agama, moral, medis, U hukum belum menemukan kata sepakat dalam menghadapi keinginan pasien untuk mati guna menghentikan penderitaannya. Situasi ini menimbulkan dilema bagi para dokter, apakah ia mempunyai hak hukum untuk mengakhiri hidup seorang pasien atas permintaan pasien itu sendiri atau keluarganya, dengan dalih mengakhiri penderitaan yang berkepanjangan, tanpa dokter itu sendiri menghadapi konsekuensi hukum. Sudah barang tentu dalam hal ini dokter tersebut menghadapi kon&lik dalam batinnya. Sebagai dampak dari kemajuan kemajuan ilmu U teknologi kedokteran +iptekdok,, keuali man&aat, ternyata berdampak terhadap nilai#nilai etikKmoral, agama, hukum, sosial, budaya, U aspek lainnya. "emajuan iptekdok telah membuat kabur batas antara hidup U mati. Tidak jarang seseorang yang telah berhenti pernapasannya U telah berhenti denyut jantungnya, berkat inter!ensi medis misalnya alat bantu na&as +respirator,, dapat bangkit kembali. "adang upaya penyelamatan berhasil sempurna tanpa aat, tapi terkadang &ungsi pernapasan U jantung kembali normal, tanpa disertai pulihnya kesadaran, yang terkadang bersi&at permanen. Seara klinis dia tergolong WhidupX, tetapi seara sosial apa artinyaV $ia hanya bertahan hidup dengan bantuan berbagai alat medis. Bantuan alat medis tersebut menjadi patokan penentuan kematian pasien tersebut. Permasalahan penentuan saat kematian sangat penting bagi pengambilan keputusan baik oleh dokter maupun keluarga pasien dalam kelanjutan pengobatan, apakah dilanjutkan atau dihentikan. $ilanjutkan belum tentu memba5a hasil, tetapi yang jelas menghabiskan materi, sedangkan bila dihentikan pasti akan memba5a ke &ase kematian. Penghentian tindakan medis tersebut merupakan salah satu bentuk dari euthanasia. Sampai saat ini, euthanasia masih menimbulkan pro U kontra di masyarakat. Mereka yang menyetujui tindakan euthanasia berpendapat bah5a euthanasia adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan persetujuan U dilakukan dengan tujuan utama menghentikan penderitaan pasien. Prinsip kelompok ini adalah manusia tidak boleh dipaksa untuk menderita. $engan demikian, tujuan utama kelompok ini yaitu meringankan penderitaan pasien dengan memperbaiki resiko hidupnya. "elompok yang kontra terhadap euthanasia berpendapat bah5a euthanasia merupakan tindakan pembunuhan terselubung, karenanya bertentangan dengan kehendak Tuhan. "ematian semata#mata adalah hak dari Tuhan, sehingga manusia sebagai makhluk iptaan Tuhan tidak mempunyai hak untuk menentukan kematiannya. Menurut PP no.%:K%9:% pasal %g menyebutkan bah5a= WMeninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang ber5enang, bah5a &ungsi otak, pernapasan, U atau denyut jantung seseorang telah berhentiX. $e&inisi mati ini merupakan de&inisi yang berlaku di 3ndonesia. Mati itu sendiri sebetulnya dapat dide&inisikan seara sederhana sebagai berhentinya kehidupan seara permanen +permanent essation o& li&e,. Hanya saja, untuk memahaminya terlebih dahulu perlu memahami apa yang disebut hidup. Para ahli sependapat jika de&inisi hidup adalah ber&ungsinya berbagai organ !ital +paru# paru,jantung, U otak, sebagai satu kesatuan yang utuh, ditandai oleh adanya konsumsi oksigen. $engan demikian de&inisi mati dapat diperjelas lagi menjadi berhentinya seara permanen &ungsi organ#organ !ital sebagai satu kesatuan yang utuh, ditandai oleh berhentinya konsumsi oksigen. Meskipun euthanasia bukan merupakan istilah yuridis, namun mempunyai implikasi hukum yang sangat luas, baik pidana maupun perdata. Pasal#pasal dalam ".HP menegaskan bah5a euthanasia baik akti& maupun pasi& tanpa permintaan adalah dilarang. $emikian pula dengan euthanasia akti& dengan permintaan. *erikut adalah #uni pasal!pasal dala" KUHP terse#ut/ Pasal 88:= WBarang siapa dengan sengaja menghilangkan ji5a orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara selama#lamanya lima belas tahun.X Pasal 86*= WBarangsiapa dengan sengaja U direnanakan lebih dahulu menghilangkan ji5a orang lain, karena bersalah melakukan pembunuhan berenana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama#lamanya duapuluh tahun.X Pasal 866= WBarang siapa menghilangkan ji5a orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata U sungguh#sungguh dihukum penjara selama#lamanya duabelas tahun.X Pasal 86(= WBarangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, dianam dengan pidana penjara paling lama empat tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.X Pasal 8(9= WMenyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau kelalaian, dipidana dengan pidana penjara selama#lamanya lima tahun atau pidana kurungan selama#lamanya satu tahunX Pada de5asa ini, para dokter U petugas kesehatan lain menghadapi sejumlah masalah dalam bidang kesehatan yang ukup berat ditinjau dari sudut medis#etis#yuridis $ari semua masalah yang ada itu. -uthanasia merupakan salah satu permasalahan yang menyulitkan bagi para dokter U tenaga kesehatan. Mereka seringkali dihadapkan pada kasus di mana seorang pasien menderita penyakit yang tidak dapat diobati lagi, misalnya kanker stadium lanjut, yang seringkali menimbulkan penderitaan berat pada penderitanya. Pasien tersebut berulangkali memohon dokter untuk mengakhiri hidupnya. $i sini yang dihadapi adalah kasus yang dapat disebut euthanasia. Beberapa ahli hukum berpendapat bah5a tindakan pera5atan medis yang tidak ada gunanya seperti misalnya pada kasus pasien ini, seara yuridis dapat dianggap sebagai penganiayaan. Tindakan di luar batas ilmu kedokteran dapat dikatakan di luar kompetensi dokter tersebut untuk melakukan pera5atan medis. $engan kata lain, apabila suatu tindakan medis dianggap tidak ada man&aatnya, maka dokter tidak lagi berkompeten melakukan pera5atan medis, U dapat dijerat hukum sesuai ".HP pasal 8(% tentang penganiayaan,yang berbunyi= +%, Penganiayaan dianam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. +6, $engan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. Hubungan hukum dokter#pasien juga dapat ditinjau dari sudut perdata, yaitu pasal %8%8, %8%6, %8%(, U %8%9 ".HPer tentang perikatan#perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian. Pasal %8)* ".HPer menyebutkan bah5a untuk mengadakan perjanjian dituntut i1in berdasarkan kemauan bebas dari kedua belah pihak. Sehingga bila seorang dokter melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien, seara hukum dapat dijerat Pasal 8(% ".HP tentang penganiayaan. Tindakan menghentikan pera5atan medis yang dianggap tidak ada gunanya lagi, sebaiknya dimaksudkan untuk menegah tindakan medis yang tidak lagi merupakan kompetensinya, U bukan maksud untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. $engan kata lain, dasar etik moral untuk melakukan euthanasia adalah memperpendek atau mengakhiri penderitaan pasien U bukan mengakhiri hidup pasien. 3ni sesuai dengan pendapat Pro&.Nlga /elai yang mengatakan= $alam kenyataan yang meminta dokter untuk mengakhiri hidupnya, sebenarnya tidak ingin mati, tetapi ingin mengakhiri atau ingin lepas dari penderitaan karena penyakitnya. Kode Etik Kedokteran )ndonesia &KO0EK)' Pasal 1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter. Pasal 2d Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan ke5ajiban melindungi hidup makhluk insani. 3a-al Su"pah 0okter )ndonesia &3S0)' /a&al sumpah 3ndonesia yaitu sebagai berikut. $emi Allah saya bersumpah, bah5a= 14 Saa akan "e"#aktikan hidup saa (una kepentin(an perike"anusiaan4 ). Saya akan menjalankan tugas saya dengan ara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter. 8. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur pro&esi kedokteran. 6. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprotesian saya. (. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun dianam. O. Saa akan "en(hor"ati setiap hidup insane "ulai dari saat pe"#uahan4 J. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. :. Saa akan #erikhtiar den(an sun((uh!sun((uh supaa saa tidak terpen(aruh oleh perti"#an(an kea(a"aan5 ke#an(saan5 kesukuan5 (ender5 politik5 kedudukan social dan jenis penakit dala" "enunaikan ke+aji#an terhadap pasien4 9. Saya akan member kepada guru#guru saya penghormatan dan pernyataan terimakasih yang selayaknya. %*. Saya akan perlakukan teman seja5at saya seperti saudara sekandung. 114 Saa akan "entaati dan "en(a"alkan Kode Etik Kedokteran )ndonesia4 %). Saya akan ikrarkan sumpah ini dengan sungguh#sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya. 0en(an de"ikian5 #ila dipandan( dari aspek KO0EK) dan 3S0) "aka kasus an( terdapat dala" skenario ini tidak di#enarkan4 Aspek Hak A$asi Hak a1asi manusia +HAM, selalu dikaitkan dengan hak hidup, hak damai, U sebagainya. Tapi tidak terantum jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran HAM, terbukti dari aspek hukum euthanasia yang enderung menyalahkan tenaga medis dalam pelaksanaan euthanasia. Sebenarnya, dengan dianutnya hak untuk hidup layak U sebagainya, seara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala ketidaknyamanan atau lebih jelas lagi dari segala penderitaan yang hebat. Aspek )l"u Pen(etahuan 3ptekdok dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk menapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan pasien. Apabila seara iptekdok hampir tidak ada kemungkinan untuk mendapat kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan, apakah seseorang tidak boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnyaV Segala upaya yang dilakukan akan sia#sia, bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan, karena di samping tidak memba5a kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam habisnya keuangan. Aspek A(a"a "elahiran U kematian merupakan hak prerogati& Tuhan U bukan hak manusia sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri. Atau dengan kata lain, meskipun seara lahiriah atau tampak jelas bah5a seseorang menguasai dirinya sendiri, tapi sebenarnya ia bukan pemilik penuh atas dirinya. Ada aturan#aturan tertentu yang harus kita patuhi U kita imani sebagai aturan Tuhan. 'adi, meskipun seseorang memiliki dirinya sendiri, tetapi tetap saja ia tidak boleh membunuh dirinya sendiri. Pernyataan ini menurut ahli agama seara tegas melarang tindakan euthanasia, apapun alasannya. $okter dapat dikategorikan melakukan dosa besar U mela5an kehendak Tuhan dengan memperpendek umur seseorang. Nrang yang menghendaki euthanasia, 5alaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang#kadang dalam keadaan sekarat dapat dikategorikan putus asa, U putus asa tidak berkenan di hadapan Tuhan. Tetapi putusan hakim dalam pidana mati pada seseorang yang segar bugar, U tentunya sangat tidak ingin mati, U tidak sedang dalam penderitaan apalagi sekarat, tidak pernah dikaitkan dengan pernyataan agama yang satu ini. Aspek lain dari pernyataan memperpanjang umur, sebenarnya bila dikaitkan dengan usaha medis dapat menimbulkan masalah lain. Mengapa orang harus ke dokter untuk berobat mengatasi penyakitnyaV "alau memang umur berada di tangan Tuhan, bila memang belum 5aktunya, ia tidak akan mati. Hal ini dapat diartikan sebagai upaya memperpanjang umur atau menunda proses kematian. 'adi upaya medis dapat pula dipermasalahkan sebagai upaya mela5an kehendak Tuhan. Pada kasus#kasus tertentu, hukum agama memang berjalin erat dengan hukum positi&. Sebab di dalam hukum agama juga terdapat dimensi#dimensi etik U moral yang juga bersi&at publik. Misalnya tentang perlindungan terhadap kehidupan, ji5a atau nya5a. Hal itu jelas merupakan ketentuan yang sangat prinsip dalam agama. $alam hukum positi& manapun, prinsip itu juga diakomodasi. Nleh sebab itu, ketika kita melakukan perlindungan terhadap nya5a atau ji5a manusia, sebenarnya kita juga sedang menegakkan hukum agama, sekalipun 5ujud materinya sudah berbentuk hukum positi& atau hukum negara. Kesi"pulan 0ala" aspek huku" HAM yang terutama adalah Whak untuk hidupX, yang dimaksudkan untuk melindungi nya5a seseorang terhadap tindakan se5enang#5enang dari orang lain. Nleh karena itu masalah euthanasia yang dide&inisikan sebagai kematian yang terjadi karena pertolongan dokter atas permintaan sendiri atau keluarganya, atau tindakan dokter yang membiarkan saja pasien yang sedang sakit tanpa menentu, dianggap pelanggaran terhadap hak untuk hidup milik pasien. Tetapi dalam perkembangannya, di negara maju seperti Amerika Serikat, diakui pula adanya Yhak untuk matiZ 5alaupun tidak mutlak. $alam keadaan tertentu, euthanasia diperbolehkan untuk dilakukan di Amerika Serikat. Namun di 3ndonesia, masalah euthanasia ini tetap dilarang. Nleh karenanya, dikatakan bah5a masalah HAM bukanlah merupakan masalah yuridis semata#mata, tetapi juga bersangkutan dengan masalah nilai#nilai etis U moral yang ada di suatu masyarakat tertentu. Sejak berlakunya ".HP sampai saat ini, belum ada kasus yang seara nyata terjadi di 3ndonesia yang berkaitan dengan euthanasia seperti diatur dalam pasal 866 ".HP yang sampai ke pengadilan. Hal ini mungkin disebabkan karena= # Bila memang benar terjadi di 3ndonesia, tetapi tidak pernah dilaporkan ke polisi, sehingga sulit untuk pengusutan lebih lanjut. # "eluarga korban tidak tahu bah5a telah terjadi kematian sebagai euthanasia, karena masyarakat 3ndonesia masih a5am terhadap hokum, apalagi menyangkut euthanasia. # Alat#alat kedokteran di rumah sakit di 3ndonesia belum semodern di negara maju, U kalaupun ada, masih terlalu mahal untuk dapat digunakan oleh masyarakat umum, sebagai penegah kematian seorang pasien seara teknis. $i samping itu, dari hukum materilnya sendiri, yaitu pasal 866 ".HP, sulit untuk dipenuhi unsur#unsurnya, sehingga bila terjadi kasus, maka akan sulit pembuktiannya. Apapun alasannya, bila tindakan dilakukan dengan tujuan mengakhiri hidup seseorang maka dapat digolongkan sebagai tindak pidana pembunuhan. Namun dalam hal euthanasia hendaknya tidak seara gegabah memberikan penilaian, apalagi jenis U alasan euthanasia yang bermaam#maam. Perlu dipertimbangkan dengan seksama oleh penegak hukum tentang hal#hal yang mempengaruhi emosi seorang dokter yang seara langsung berhadapan dengan pasien, antara lain penderitaan pasien mengatasi penyakitnya, kondisi penyakit yang sudah stadium terminal U tidak mungkin lagi diobati. Nleh sebab itu, hukuman untuk tindakan euthanasia akti& yang pernah terjadi di Belanda misalnya, hanya berupa hukuman perobaan yang sangat ringan. Bahkan pada beberapa kasus nampak ada keenderungan hakim untuk tidak menghukum pelaku euthanasia. $ari uraian#uraian di atas, dapat disimpulkan bah5a euthanasia di 3ndonesia tetap dilarang. /arangan ini terdapat dalam pasal 866 ".HP yang masih berlaku hingga saat ini. Akan tetapi perumusannya dapat menimbulkan kesulitan bagi para penegak hukum untuk menerapkannya atau mengadakan penuntutan berdasarkan ketentuan tersebut. Agar pasal 866 ".HP dapat diterapkan dalam praktik, maka sebaiknya dalam rangka Yius onstituendumZ hukum pidana, bunyi pasal itu hendaknya dirumuskan kembali, berdasar kenyataan yang yang terjadi U disesuaikan perkembangan di bidang medis. 0ala" aspek etika Seara moral dan etika, -uthanasia tidak dibenarkan karena dianggap tidak ada bedanya dengan tindakan pembunuhan. Namun disisi lain, -uthanasia adalah sebuah pilihan bagi pasien yang seara medis tidak punya harapan hidup lagi. $A7TA; P.STA"A /iberty to the 0apti!es. 0ompilation o& testimonies, inter!ie5s and in&ormation on the ase= Bone San this link. ;etrie!ed 'anuary 9, )**J 0onigliaro, Matt, -s[., -ditor o& EAbstrat AppealE /egal Blog. +)**(,. The Terri Shia!o 3n&ormation Page ;etrie!ed August 8%, )**( Hospie Patients Alliane ;etrie!ed August 8*, )**(. 3nludes the initial %999 Polie ;eport Hukum#"esehatan.5eb.id Agamben, <iorgio\ diterjemahkan oleh $aniel Heller#;oa1en +%99:,. Homo sacer, so-ereign power an' &are life. Stan&ord, 0ali&= Stan&ord .ni!ersity Press. 3SBN *# :*6J#8)%:#8. . Appel, 'aob. )**J. A Suiide ;ight &or the Mentally 3llV A S5iss 0ase Npens a Ne5 $ebate. Hastings 0enter ;eport, ]ol. 8J, No. 8. Battin, Margaret P., ;hodes, ;osamond, and Sil!ers, Anita, eds. Physician assiste' suici'e, e.pan'ing the 'e&ate. N2= ;outledge, %99:. $5orkin, ;. M. /i&e^s $ominion= An Argument About Abortion, -uthanasia, and 3ndi!idual 7reedom. Ne5 2ork= "nop&, %998. -manuel, -1ekiel '. )**6. EThe history o& euthanasia debates in the .nited States and BritainE in Death an' 'ying, a rea'er, edited by T. A. Shannon. /anham, M$= ;o5man U /ittle&ield Publishers. 7lether, 'oseph 7. %9(6. Morals and mediine\ the moral problems o&= the patient^s right to kno5 the truth, ontraeption, arti&iial insemination, sterili1ation, euthanasia. Prineton, N.'.= Prineton .ni!ersity Press. Humphry, $erek, Ann Wikett +%9:O,. The right to 'ie, un'erstan'ing euthanasia. San 7raniso= Harper U ;o5. 3SBN *#*O#*%((J:#J. Horan, $ennis '., $a!id Mall, eds. +%9JJ,. Death/ 'ying/ an' euthanasia. 7rederik, M$= .ni!ersity Publiations o& Ameria. 3SBN *#:9*98#%89#9. "amisar, 2ale. %9JJ. Some non#religious !ie5s against proposed ^mery#killing^ legislation. 3n $eath, dying, and euthanasia, edited by $. '. Horan and $. Mall. Washington= .ni!ersity Publiations o& Ameria. Nriginal edition, Minnesota /a5 ;e!ie5 6)=O +May %9(:,.