You are on page 1of 15

IMPLIKATUR KOLOM POJOK MR.

PECUT, MANG USIL,


DAN WIS, POKOKE PADA SURAT KABAR J AWA POS, KOMPAS,
DAN RADAR MADI UN

Ditulis untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pragmatik
Pengampu : Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum

Oleh
Heny Kusuma Widyaningrum
S841302012









PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014

IMPLIKATUR KOLOM POJOK MR. PECUT, MANG USIL,
DAN WIS, POKOKE PADA SURAT KABAR J AWA POS, KOMPAS,
DAN RADAR MADI UN

Heny Kusuma Widyaningrum
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
h3nnycecan@gmail.com


Abstrak
Mr. Pecut, Mang Usil, dan Wis, Pokoke adalah judul kolom
dalam surat kabar Jawa Pos, Kompas, dan Radar Madiun. Bahasa yang
digunakan di kolom ini bersifat implikatif sehingga dapat menjadi sebuah
kajian yang menarik. Implikasi pada bahasa kolom ini menyebabkan efek
tertentu bagi khalayak yang membacanya. Kolom ini lebih menekankan
bahasa yang menyatakan sindiran pada pihak-pihak tertentu. Sindiran ini
tidak disampaikan langsung namun disampaikan secara tersirat. Untuk
memahami implikatur pada kolom ini pembaca juga harus memahami
konteks yang menyertainya. Humor juga ditekankan pada penggunaan
bahasa di kolom ini. Sindiran-sindiran yang digunakan pada kolom ini
seringkali menjadi sebuah hal yang lucu.
Kata Kunci : : pragmatik, implikatur, konteks.

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari bahasa sebab
bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi mereka. Dengan bahasa, manusia
saling menyapa dengan sesama serta mengungkapkan atau menerima gagasan
perasaan masing-masing. Dalam pengembangan ilmupun, manusia tidak lepas
dari bahasa. Melalui bahasa setiap orang dapat mengungkapkan perkembangan
pengetahuan. Dengan bahasa pula setiap orang dapat mengetahui perkembangan
tersebut. Saat manusia menggunakan bahasa, tentu saja ia akan berharap bahwa
apa yang disampaikannya akan bisa dimengerti oleh lawan bicaranya, baik itu
perorangan, maupun kelompok. Dengan adanya pemahaman timbal balik antara
penutur dan lawan bicaranya ini, maka akan tercipta komunikasi antara keduanya.

Pemahaman secara tersurat saja belumlah cukup dalam berkomunikasi,
karena pesan dalam berkomunikasi tidak hanya tersurat tetapi juga tersirat. Makna
tersurat dapat dimengerti dengan mencari semantis kata-kata yang membentuk
ujaran tersebut. Sementara itu, untuk memahami makna tersirat suatu ujaran,
pengetahuan semantis saja tidak begitu memadai. Dengan kata lain, makna tersirat
tidak terbatas pada apa yang dikatakan oleh penutur saja tetapi apa yang tidak
dikatakannya.
Dalam sebuah percakapan, untuk dapat memahami makna tersirat suatu
ujaran pemahaman mengenai implikatur sangat diperlukan. Makna yang tersirat
dalam suatu percakapan disebut juga sebagai implikatur percakapan. Dengan kata
lain, Grice (dalam Gunawan, 2007: 247) menjelaskan bahwa implikatur
percakapan adalah proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin
diartikan, disiratkan, atau yang dimaksudkan penutur berbeda dengan apa yang
sebenarnya dikatakan oleh penutur dalam suatu percakapan.
Kemampuan untuk memahami implikatur dalam sebuah tuturan
tergantung pada kompetensi linguistik yang dikuasai seseorang. Seorang penutur
tidak mungkin menguasai seluruh unsur bahasa karena kompetensi linguistik
seseorang itu terbatas. Namun dengan keterbatasan ini, seorang penutur mampu
menghasilkan ujaran yang tidak terbatas. Seorang penutur dan lawan tutur akan
mampu memahami dan menghasilkan ujaran baru yang benar-benar baru dalam
bahasanya.
Implikatur disebut-sebut sebagai penemuan yang mengagumkan dan
mengesankan dalam kajian ilmu pragmatik. Hal ini patut dinilai kebenarannya
karena pada penggunaan bahasa di kehidupan sehari-hari sering terjadi salah
paham (misunderstanding) yang menyebabkan maksud dan informasi dari sebuah
ujaran tidak tersampaikan dengan baik. Masalahmasalah seperti ini adalah kajian
pragmatik yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui berapa
banyak macam penggunaan bahasa yang bersifat implikatif seperti iklan, kolom-
kolom di surat kabar, SMS, tindak tutur dalam telepon, bahkan tindak tutur yang
terjadi secara langsung antara dua orang.
Surat kabar berbahasa Indonesia pada umumnya memiliki kolom pojok.
Kolom pojok merupakan salah satu jenis tulisan dalam sebuah surat kabar yang
dibuat oleh redaksi surat kabar tersebut. Kolom pojok pada surat kabar umumnya
terdiri tiga bagian. Ketiga bagian itu adalah nama kolom pojok, inti berita dan
komentar serta nama penjaganya. Inti berita merupakan pokok berita yang sedang
dibicarakan. Sedangkan komentar berisi kritikan atau sanggahan dari redaksi
berkaitan dengan inti berita. Tuturan dalam kolom pojok berisi kedua bagian
tersebut. Tuturan yang ditulis dalam wacana pojok berisi opini dari redaksi
mengenai hal-hal penting yang diberitakan. Dengan adanya keunikan yang ada
dalam kolom pojok surat kabar itulah, peneliti merasa tertarik untuk berupaya
mengungkapkan berbagai hal yang disampaikan redaksi dalam menyikapi realita
di sekelilingnya.
Kompas adalah salah satu koran nasional yang di dalamnya terdapat kolom
pojok Mang Usil yang bersifat implikatif. Koran Jawa Pos juga menyajikan
wacana implikatif dalam kolom Mr. Pecut. Selain itu, koran Radar Madiun juga
menyajikan wacana implikatif dalam pojok Wis Pokoke. Bahasa yang
digunakan di kolom ini bersifat implikatif sehingga dapat menjadi sebuah kajian
yang menarik. Implikasi pada bahasa kolom ini menyebabkan efek tertentu bagi
khalayak yang membacanya. Kolom ini lebih menekankan bahasa yang
menyatakan sindiran pada pihak-pihak tertentu. Sindiran ini tidak disampaikan
langsung namun disampaikan secara tersirat. Untuk memahami implikatur pada
kolom ini pembaca juga harus memahami konteks yang menyertainya.

KAJIAN TEORI
Hakikat Implikatur
Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Berkaitan
dengan pengertian, berikut beberapa pengertian tentang implikatur yang
dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa. Menurut Brown dan Yule (1996 : 31) istilah
implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan,
atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang
dikatakan oleh penutur. Pendapat itu bertumpu pada suatu makna yang berbeda
dengan makna tuturan secara harfiah.
Senada dengan pendapat itu, Grice, H.P. (dalam Gazdar, 1979:38),
menunjukkan bahwa sebuah implikatur merupakan sebuah proposisi yang
diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu konteks, sekalipun
proposisi itu sendiri bukan suatu bagian dari hal yang dinyatakan sebelumnya.
Hampir sama dengan pendapat Brown dan Yule, tetapi Grice mencoba
mengaitkan suatu konteks yang melingkupi suatu tuturan yang turut memberi
makna. Lebih singkat lagi, Grice, H.P (Suyono, 1990:14) mengatakan implikatur
percakapan sebagai salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian utamanya
adalah mempelajari maksud suatu ucapan sesuai dengan konteksnya. Implikatur
cakapan dipakai untuk menerangkan makna implisit dibalik apa yang diucapkan
atau dituliskan sebagai sesuatu yang dimplikasikan.
Hubungan antara tuturan dengan yang disiratkan tidak bersifat semantik,
tetapi kaitan keduanya hanya didasarkan pada latar belakang pengetahuan yang
mendasari kedua proporsinya. Sebuah implikatur (maksud yang disembunyikan)
ternyata tidak hanya dimiliki oleh kalimat berita, tetapi juga dimiliki oleh kalimat
tanya, atau kalimat perintah (Wijana, I Dewa Putu Wijaya dan Muhammad
Rohmadi, 2009: 120).
Levinson (dalam Norma: 2010) melihat kegunaan konsep implikatur
terdiri atas empat butir, yaitu
1. Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fungsional yang bermakna
atas fakta-fakta kebahasaan yang tak terjangkau oleh teori linguistik.
2. Konsep implikatur memberikan suatu penjelasan yang tegas/implicit tentang
bagaimana mungkinnya apa yang diucapkannya secara lahiriah berbeda dari
apa yang dimaksud dan bahwa pemakai bahasa itu mnegerti pesan yang
dimaksud.
3. Konsep implikatur ini kelihatannya dapat menyederhanakan pemerian
semantic dari perbedaan hubungan antar klausa, walaupun klausa itu
dihubungkan dengan kata struktur yang sama.
4. Konsep implikatur ialah bahwa hanya beberapa butir saja dasar-dasar
implikatur dapat menerangkan berbagai macam fakta/gejala yang secara
lahiriah kelihatan tidak atau berlawanan.
Berangkat dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
implikatur percakapan adalah suatu bagian dari kajian pragmatik yang lebih
mengkhususkan kajian pada suatu makna yang implisit dari suatu percakapan
yang berbeda dengan makna harfiah dari suatu percakapan.
Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang implikatur ini, berikut akan
dipaparkan beberapa ciri-ciri implikatur menurut beberapa ahli. Menurut
Nababan (1987:39) ada 4, sebagai berikut.
1. Sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu,
umpamanya dengan menambahkan klausa yang mengatakan bahwa
seseorang tidak mau memakai implikatur percakapan itu, atau memberikan
suatu konteks untuk membatalkan implikatur itu.
2. Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan
masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan.
3. Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu arti
konvensional dari kalimat yang dipakai. Oleh karena itu, isi implikatur
percakapan tidak termasuk dalam arti kalimat yang dipakai.
4. Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada
kebenaran yang dikatakan. Oleh karena itu, implikatur tidak didasarkan
atas apa yang dikatakan, tetapi atas tindakan yang mengatakan hal itu.
Senada dengan pendapat sebelumnya Grice, H.P (Mujiyono, 1996:40)
mengemukakan ada 5 ciri-ciri dari implikatur percakapan, yakni:
1. Dalam keadaan tertentu, implikatur percakapan dapat dibatalkan baik
dengan cara eksplisit ataupun dengan cara kontekstual (cancellable).
2. Ketidakterpisahan implikatur percakapan dengan cara menyatakan sesuatu.
Biasanya tidak ada cara lain yang lebih tepat untuk mengatakan sesuatu
itu, sehingga orang memakai tuturan bermuatan implikatur untuk
menyampaikannya (nondetachable).
3. Implikatur percakapan mempersyaratkan makna konvensional dari kalimat
yang dipakai, tetapi isi implikatur tidak masuk dalam makna konvensional
kalimat itu (nonconventional).
4. Kebenaran isi implikatur tidak tergantung pada apa yang dikatakan, tetapi
dapat diperhitungkan dari bagaimana tindakan mengatakan apa yang
dikatakan (calcutable).

Konteks
Konteks adalah teks yang menyertai teks. Secara garis besar, konteks
dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.
Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks
linguistik itu mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja, kata kerja bantu, dan
proposisi positif. Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa
unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan,
partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran, dan kode.
Hymes, Brown (dalam Louise Cummings, 2007:190) menyebutkan bahwa
komponen-komponen tutur yang merupakan cirri-ciri konteks, ada delapan
macam, yaitu: (1) penutur (addresser), (2) pendengar (addrese) (3) pokok
pembicaraan (topic), (4) latar (setting), (5) penghubung: bahasa lisan atau tulisan
(channel), (6) dialek/stailnya (code), (7) bentuk pesan (message), dan (8)
peristiiwa tutur (speech event).
Tanpa memperhatikan konteks, dapat terjadi kesalahpahaman dalam
komunikasi. Jadi konteks sangat penting dalam berkomunikasi karena pada
dasarnya konteks adalah salah satu kunci untuk memahami dari sebuah tuturan
dengan maksud yang terselubung.

Kolom Pojok Mang Usil (Kompas), Mr. Pecut (J awa Pos), dan Wis
Pokoke (Radar Madiun)
Pojok Mang Usil merupakan kolom khusus dari harian Kompas yang
berisi tentang sindiran, kritikan, dsb terhadap peristiwa yang baru hangat
dibicarakan oleh media. Mang Usil mempunyai arti tersendiri, mang adalah
orang yang mengelola kolom tersebut sementara usil mempunyai arti suka
mengusik (mengganggu, memperolok-olok, mencampuri urusan orang lain).
Sedangkan Mr. Pecut merupakan salah satu kolom dalam surat kabat Jawa Pos
(JP).
Mr. Pecut dalam surat kabar lain, sering disebut dengan wacana pojok,
karena biasanya terdapat di pojok dalam sebuah surat kabar. Pecut adalah sinonim
dari kata cambuk. Pecut menandakan alat untuk mencambuk. Alasannya cambuk
atau pecut dianalogikan dengan sindiran yang menyakitkan. Sedangkan
penggunaan Mr. adalah kependekan dari kata Mister yang merupakan
pengelola dari kolom itu sendiri. Mengambil istilah dari tulisan I Dewa Putu
Wijana, inti dari wacana pojok (Mr.Pecut) terdiri dari dua bagian yakni situasi dan
sentilan. Di Radar Madiun menggunakan istilah Wis Pokoke.
Wacana pojok disusun oleh redaktur surat kabar untuk menanggapi, berita-
berita yang pernah tampil di medianya dengan singkat dan bergaya ironi. Nama
kolom ini juga mempunyai implikatur dengan perspektif tanda yakni penggunaan
namaMang Usil, Mr. Pecut dan Wis Pokoke.. Situasi berisi tentang
kejadian nyata atau opini yang diambil dari sebuah berita yang sebelumnya
dimuat di dalam surat kabar tersebut. Sentilan merupakan komentar atas kejadian
atau opini dalam inti wacana. Komentar-komentar tersebut bisa berupa sanggahan,
sindiran, kritikan, masukan, saran, ejekan dan lain-lain.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Peneliti
memaparkan hasil penelitiannya dengan kata-kata. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk menganalisis wacana berdasarkan kajian implikatur. Data
dalam penelitian ini adalah wacana yang diambil langsung dari surar kabar harian
Jawa Pos, Radar Madiun,dan Kompas. Teknik pengumpulan datanya yaitu
dengan teknik simak catat dan teknik pustaka.
Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah metode padan. Metode
padan yang digunakan adalah padan pragmatik. Penggunaan metode ini
didasarkan pada asumsi bahasa yang diteliti memiliki hubungan dengan hal-hal
yang ada di luar bahasa yang bersangkutan.

DESKRIPSI DATA
Wacana Pojok Wis Pokoke (Radar Madiun, 21 Desember 2013 dan 2
Januari 2014).
a. Remaja Keranjingan Beli Alat Kontrasepsi
Harganya sih terlalu murah, satu sachet dapat tiga pula
b. Bambang-Retno Jadi Pesakitan
Kabar sedih setelah merayakan tahun baruan.
c. Asongan menolak Temui Kadaop
Sepertinya sudah bosan dengan janji-janji...
d. Nasib Kolam Renang Belum Jelas
Airnya diganti duit saja, biar jelas jadi kolam duit.
Wacana Pojok Mr. Pecut (J awa Pos, 28 Desember 2013)
a. Mendagri ngotot lantik bupati tersangka suap.
Sepertinya lebih baik dilantik, jadi terdakwa
b. Soal penahanan, kubu Anas sebut KPK ragu.
Ragu antara ditahan atau digantung....
Wacana Pojok Mang Usil (Kompas, 7 Januari 2014)
a. Harga elpiji 12 kilogram (akhirnya) turun.
Masalahnya energi urusannya hidup-mati, Pak!
b. Saat harga elpiji naik pejabat merasa saling tidak tahu.
Semua mau pasang badan, sih!
c. Mayoritas warga Banten desak gubernurnya mundur.
Atuuhhsakitnya !
PEMBAHASAN
A. Wacana Pojok Wis, Pokoke pada surat kabar Radar Madiun
a. Remaja Keranjingan Beli Alat Kontrasepsi
Harganya sih terlalu murah, satu sachet dapat tiga pula
Wacana di atas merupakan kondisi kaum remaja yang sering melakukan
tindakan berhubungan badan atau seks. Kondisi nyata telah memperlihatkan
bahwa tidak hanya kalangan dewasa saja, tetapi juga kalangan remaja. Kata
keranjingan menyiratkan bahwa tingkat pergaulan bebas semakin merajalela.
Beberapa faktor penyebab alasan remaja melakukan perbuatan haram tersebut,
salah satunya adalah harganya murah, bahkan wacana tersebut menekankan
dengan melontarkan harganya sih terlalu murah, satu sachet dapat tiga pula.
Sentilan kalimat tersebut menyiratkan bahwa harga tersebut sangat terjangkau
dompet si remaja, satu bungkus pun isinya lebih dari satu, yaitu tiga. Mereka
juga dengan mudah mendapatkan barang tersebut di toko-toko yang buka hingga
tengah malam atau buka 24 jam. Penulis memberikan komentar tersebut tidak
hanya memberikan gambaran kondisi remaja saat ini, namun juga menyindir
pihak-pihak yang seharusnya terlibat dalam menjaga remaja agar tidak terjerumus
seks bebas, terutama keluarga.

b. Bambang-Retno Jadi Pesakitan
Kabar sedih setelah merayakan tahun baruan.
Situasi wacana di atas menyatakan bahwa Bambang dan Retno telah
melakukan korupsi dana black grant di Madiun. Penulisan Bambang-Retno
dengan menggunakan kata hubung (-) mengandung implikatur bahwa keduanya
terlibat dalam kasus korupsi yang sama atau sejenis, bukan merupakan sepasang
suami istri yang melakukan tindak korupsi bersama. Bedanya, Bambang terlibat
kasus dana black grant di SMAN 1 Madiun, sedangkan Retno di SMAN 5
Madiun. Penulisan jadi pesakitan, berimplikasi bahwa Bambang dan Retno
sebelumnya masih dicurigai sebagai saksi penggelapan dana black grant, sekarang
ini statusnya tersangka atau pesakitan. Siapa saja yang mendapatkan status
tersebut biasanya akan berubah menjadi terdakwa. Kabar sedih setelah
merayakan tahun baruan, komentar tersebut implikaturnya adalah penulis
menyindir kedua tersangka tersebut. Tentunya, semua orang yang mengalami
nasib seperti Bambang-Retno akan merasakan sedih yang cukup mendalam,
apalagi dikabarkan setelah merayakan tahun baru.

c. Asongan menolak Temui Kadaop
Sepertinya sudah bosan dengan janji-janji...
Wacana di atas menjelaskan mengenai situasi setelah pedagang asongan
tidak diperbolehkan berjualan lagi di stasiun Madiun. Ada 33 asongan yang
terlantar, mereka tidak mau menemui Kadaop karena beberapa alasan. Realitanya
Kadaop sudah menyediakan 11 gerobak untuk asongan, namun kenyataannya
tidak ada yang mendaftar. Implikaturnya adalah upaya yang dilakukan PT KAI
hanya sebagai formalitas supaya terlihat ada upaya tindak lanjut setelah
penggusuran asongan. Sepertinya sudah bosan dengan janji-janji...Kalimat
tersebut bagi penulis memberikan kesan kritikan dari pedagang asongan terhadap
PT KAI. Mereka sudah hafal dengan janji-janji manis yang diberikan sejak dulu,
tetapi kenyataannya mereka masih terlantar. Oleh karena itu, ia meraa bosan dan
memutuskan tidak menerima bantuan dari PT KAI.

d. Nasib Kolam Renang Belum Jelas
Airnya diganti duit saja, biar jelas jadi kolam duit.
Wacana di atas menjelaskan mengenai nasib kolam renang yang berada di
lantai tiga Pasar Besar di Madiun yang terlunta-lunta. Pembangunan pasar sudah
selesai dilakukan dan sudah beroperasi cukup lama. Namun, sepertinya wali kota
mengabaikan nasib kolam renang di lantai paling atas. Padahal dana yang
dikucurkan tidak sedikit, yaitu Rp 12, 1 miliar. Airnya diganti duit saja, biar jelas
jadi kolam duit.. Kalimat tersebut bermaksud menyindir, memang kolam renang
yang dijanjikan sudah jadi, tetapi airnya masih kosong. Air yang masih kosong
berimplikatur bahwa dananya dikorupsi atau masih nyantol entah di mana. Agar
tidak timbul prasangka-prasangka buruk dan jelas dananya berada di mana,
penulis memberikan inisiatif yang konyol kalau isi kolam renang diganti dengan
uang saja supaya rakyat mengetahui bahwa uang tersebut tidak dikorupsi oleh
tangan-tangan pejabat yang jail.

B. Wacana Mr. Pecut pada surat kabar J awa Pos
a. Mendagri ngotot lantik bupati tersangka suap.
Sepertinya lebih baik dilantik, jadi terdakwa
Situasi wacana di atas menyatakan bahwa mendagri sangat menginginkan
bupati Gunung Mas, Kalteng segera dilantik menjadi bupati setelah diadakannya
pemilu. Mr. Pecut menulis dengan kata ngotot karena mempunyai makna
bahwa mendagri sebelumnya telah berdebat hebat dengan KPK karena Hambit
Bintih (Bupati Gunubg Mas) sudah mejadi tersangka kasus suap. Keduanya
menunjukkan kebenarannya masing-masing dengan beradu argumen. KPK
menolak memberikan izin pelantikan dengan berbagai alasan yang tepat. Kalimat
Sepertinya lebih baik dilantik, jadi terdakwa, memberikan implikatur bahwa
penulis berpihak kepada KPK.Mr. Pecut dengan sengaja menyindir Bupati
Gunung Mas dan menginginkan bupati tersebut segera berubah status menjadi
terdakwa. Jika sudah menjadi terdakwa, tentunya mendagri tidak ngotot lagi untuk
melantik bupati tersebut.

b. Soal penahanan, kubu Anas sebut KPK ragu.
Ragu antara ditahan atau digantung....
Wacana di atas menjelaskan tentang ketidakpastian penahanan yang
diberikan Anas mengenai kasus korupsi. Penulisan kubu Anas sebut KPK ragu
mempunyai makna tersirat bahwa pihak dari Anas atau kuasa hukumnya
menginginkan untuk segera membebaskan Anas kalau ternyata belum jelas,
padahal statusnya sudah tersangka. Ragu antara ditahan atau digantung,
mengandung implikatur bahwa KPK sepertinya belum yakin atau belum pasti
terhadap penangkapan Anas. Buktinya, sampai sekarang pun Anas belum ditahan.
Inginnya KPK menahannya, tetapi bukti-bukti otentik belum jelas, kalau
digantung sama saja tidak jelas karena sudah tersangka. Penulis menuliskan opini
tersebut bisa juga bermakna sentilan kepada Anas dan kubunya, walaupun masih
bingung antara digantung atau ditahan, Anas pada akhirnya akan digantung dan
tidak akan dibebaskan.

C. Wacana Pojok Mang Usil (Kompas, 7 Januari 2014)
a. Harga elpiji 12 kilogram (akhirnya) turun.
Masalahnya energi urusannya hidup-mati, Pak!
Wacana tersebut memberikan sentilan kepada Pertamina yang menangani
kenaikan elpiji 12 kg. Penulisan kata akhirnya merupakan komentar penulis
yang menunjukkan perasaan sangat lega ketika akhirnya kenaikan elpiji 12kg
hanya berlangsung lima hari. Masalahnya energi urusannya hidup-mati, Pak!
Penulisan wacana tersebut bermaksud untuk menegur atau bisa juga sebagai
luapan emosi kepada Pertamina. Elpiji merupakan merupakan energi yang
digunakan masyarakat yang sangat vital. Hampir semua makanan dimasak dengan
elpiji, tanpa elpiji kita makan apa? Maksud menyapa dengan kata Bapak bertujuan
supaya terdengar akrab memanggil Bapak-bapak Pertamina yang terlibat.


b. Saat harga elpiji naik pejabat merasa saling tidak tahu.
Semua mau pasang badan, sih!
Wacana di atas memberikan sentilan respon para pejabat saat kenaikan
elpiji 12 kg. Kalau urusan kasus yang merugikan rakyat, semua pada acuh tak
acuh, saling memberikan argumen bahwa masalah tersebut bukan urusan pejabat.
Semua mau pasang badan, sih! Kalimat tersebut mempunyai implikatur bahwa
semua yang seharusnya mempunyai tanggung jawab atas kenaikan elpiji 12, tetapi
pada menyangkal. Semua berlomba-lomba pasang muka jika ada hal yang
menguntungkan bagi mereka. Akan tetapi, hal ini justru sebaiknya, maka mereka
melakukan pasang badan atau tidak peduli. Memang tidak semua seperti itu, hal
pernyataan terseut merupakan sindiran bagi para pejabat bungkam dan seolah-olah
tidak tahu akan hak itu.

c. Mayoritas warga Banten desak gubernurnya mundur.
Atuuhhsakitnya !
Wacana di atas menyatakan bahwa Gubernur Banten Ratu Atut untuk
segera mundur dari jabatannya. Atut telah terbukti menggelapkan dana alat
kesehatan dan sengketa pilkada Lebak Banten. Dengan adanya tayangan di
televisi maupun di koran mengenai Atut yang berubah status menjadi tersangka
oleh KPK, tentunya mendapatkan reaksi keras oleh warganya sendiri dengan
menyuruhnya mundur dari Gubernur Banten. Atuuhhsakitnya ! Kalimat yang
cukup singkat tersebut merupakan sindiran dari penulis. Ketika merasakan sakit
seharusnya menggunakan kata aduh. Namun, berhubung namanya Atut,
kemudian diplesetkan menjadi atuh. Sesuai dengan kondisi Ratu Atut menjadi
tahanan KPK, jelas akan menjadi rasa sakit, entah itu sakit badan atau pun sakit
pikiran akibat perbuatannya sendiri yang merugikan orang banyak.

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa implikatur
dalam kajian pragmatik merupakan suatu hal yang sangat penting karena pada
kehidupan sehari-hari kita sering menemukan fenomena kebahasan yang
mengandung implikatur. Wacana pojok dalam hal ini Mr. Pecut, Mang Usil,
dan Wis, Pokoke menggunakan implikatur sebagai sarana untuk menyindir,
menanggapi, mengkritik, dan memberi simpati kepada pihak-pihak tertentu
dengan tujuan agar pihak-pihak yang menjadi objek implikatur mengerti dan
merefleksikan apa yang telah dilakukannya. Wacana kolom pojok tersebut
memakai implikatur dengan aplikasi kontek sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Pemakaian implikatur dalam wacana ini juga dapat menjadi sebuah dasar jika
sindiran, kritikan, bahkan makian tidak selalu disampaikan secara langsung dan
transparan.
























DAFTAR PUSTAKA
Bown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana (Terjemahan. Soetikno).
Form. England: Academic Press.
Gazdar, Gerald. 1979. Pragmatics, Implicature, Presuppasition, and Logical
Gunawan, Asim. 2007. Pragmatik Teoridan Kajian Nusantara. Jakarta:
Universitas Atma Jaya.
Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.
Malang: IKIP Malang.
Kompas. 2014. Pojok Mang Usil. Kompas (edisi 7 Januari 2014). Hlm 6.
Jawa Pos. 2013. Mr. Pecut. Jawa Pos (edisi 28 Desember 2013). Hlm 1.
Mujiyono Wiryationo.1996. Implikatur Prcakapan Anak Usia Sekolah Dasar.
Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka.
Norma, Agnes. 2010. Ringkasan Buku Ilmu Pragmatik.
( http://agnesnorma.wordpress.com/category/resensi-buku/). Diakses 2
Januari 2014.
Suyono. 1990. Pragmatik Dasar-Dasar Pengajaran. Malang: YA3.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana
Radar Madiun. 2014. Pojok Wis Pokoke. Radar Madiun (edisi 2 Januari
2014). Hlm 21.

You might also like