Pengertian SPAP Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pertama kali diterbitkan per 1 Agustus 1994. SPAP merupakan adopsi dari AICPA Professional Standards atas izin American Institute of Public Accountant. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan pedoman bagi pekerjaan auditor di Indonesia merupakan hasil pengembangan berkelanjutan yang telah dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan. Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis. Perubahan pesat yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan puluhan kemudian menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan keuangan historis, jasa atestasi, serta jasa akuntansi dan review. Disamping itu, tuntutan kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri dalam mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat. Respon profesi akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994, yaitu : a. Perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, dan b. Perubahan nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik Penerbitan SPAP per 1 Agustus 1994 seiring dengan perubahan nama standar dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik sumber acuan utamanya adalah dari American Institute of Certified Public Accountant Professional Standards (AICPA Professional Standards).
Page 2
1. Kode Etik Profesional Akuntan Publik Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Bagian A : Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. b. Bagian B : Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu. Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut Praktisi. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini. Kode Etik Profesi itu masuk menjadi bagian dalam SPAP Karena di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik ini yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum profesional. Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998). Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan (DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun 2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
Page 3
International Auditing Standart. Kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: Prinsip Etika : Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, Aturan Etika : Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika : Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.. Tujuan profesi akuntansi adalah : memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi: Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan. Independensi. Independensi, yaitu seorang auditor pada saat pelaporan hasil pemeriksaan audit kepada managemen senior dan dewan atau pada setiap periode pelaporan audit haruslah memperhatikan tanggung jawabnya sebagai seorang auditor, yaitu dapat melaksanakan
Page 4
pekerjaannya secara bebas dan objektif. Selain itu sifat utama seorang auditor adalah tidak memihak (netral) untuk menghasilkan laporan audit yang independen. Mempertahankan perilaku independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab mereka adalah sangat penting, namun yang lebih penting lagi adalah bahwa pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi itu sendiri. Independensi memiliki penilaian apabila auditor mengamati hasil audit,sehingga klien dapat menilai apakah auditor tersebut bersifat independensi atau justru sebaliknya terhadap kualitas audit yang diperiksanya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut memiliki hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen. Telah terpengaruh oleh pihak pihak yang terkait untuk mendapatkan keuntungan pribadi (bertentangan dengan norma hokum), Tidak jujur, kekeliruan & kecurangan, Auditor dan perusahaan tergantung dalam hal keuangan terhadap klien, Terlibat dalam konflik kepentingan yang akan mengganggu objektivitas berkenaan dengan cara-cara yang mempengaruhi laporan keuangan dan sudah tidak mempertahankan mental independen didalam memberikan jasa professional sebagaimana di atur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAI. ETIKA PROFESIONAL
ETIKA DAN MORALITAS Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti karakter. Kata lain untuk etika adalah moralitas (morality), yang berasal dari bahasa Latin mores yang berarti kebiasaan. Moralitas berpusat pada benar dan salah dalam perilaku manusia.
ETIKA UMUM Manusia senantiasa dihadapkan pada kebutuhan untuk membuat keputusan yang memiliki konsekuensi bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Seringkali dilema etika (ethical dilemma) yang berasal dari pilihan yang membawa kebaikan pada satu pihak, ternyata tidak membawa kebaikan bagi pihak lain. Dalam situasi seperti itu, orang harus mengajukan dua pertanyaan penting, yaitu: Kebaikan apa yang saya cari? dan Apa kewajiban saya dalam kondisi seperti ini?.
Page 5
Etika umum (general ethics) berusaha menangani pertanyaan-pertanyaan semacam itu dengan mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud dengan baik bagi seseorang atau masyarakat, dan mencoba menetapkan sifat dan kewajiban atau tugas yang harus dilakukan oleh seseorang bagi dirinya sendiri dan sesamanya. Namun, ketidakmampuan untuk menyepakati apa yang disebut baik dan kewajiban telah membuat para filsuf terpecah menjadi dua kelompok aliran. Kelompok aliran pertama disebut kelompok aliran etika absolut (ethical absolutists), yang mengatakan bahwa terdapat suatu standar universal yang tidak berubah selama-lamanya dan berlaku bagi semua orang. Kelompok aliran yang lain disebut kelompok aliran ethical relativists atau kelompok aliran etika relatif, yang mengatakan bahwa pertimbangan etika manusia ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan tradisi dalam masyarakat di mana mereka hidup. Beberapa orang berpendapat bahwa kedua kelompok tersebut sama benarnya bahwa setiap orang akan membuat sejumlah keputusan hidup yang harus dituntun oleh standar universal yang tidak berubah, serta banyak pilihan lain yang bersumber pada kebiasaan masyarakat yang berubah. Karena tidak ada standar universal ataupun kode etik relatif yang dapat secara gamblang menentukan bagaimana pilihan perilaku yang paling tepat, maka beberapa ahli etika telah mengembangkan suatu kerangka kerja etika umum untuk pengambilan keputusan, yang disebut kerangka kerja enam langkah sebagai berikut: a. Mendapatkan fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan. b. Mengidentifikasi masalah-masalah etika dan fakta relevan tersebut. c. Menentukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oleh keputusan tersebut dan bagaimana masing-masing dipengaruhi. d. Mengidentifikasi alternatif pengambil keputusan. e. Mengidentifikasi konsekuensi setiap alternatif. f. Membuat pilihan yang beretika.
ETIKA PROFESIONAL Etika profesional (professional ethics) harus lebih dari sekedar prinsip moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang professional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik. Sedangkan kode etik profesional dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal, sehingga harus bersifat realistis dan dapat ditegakkan. Agar dapat memiljkj arti, maka keduanya harus pada posisi di atas hukum,namun sedikit di bawah posisi ideal.
Page 6
Etika profesional diberlakukan lebih ketat dibandingkan dengan kewajiban hukum bagi para anggota profesi yang secara sukarela menerima standar perilaku profesional. Sebuah kode etik secara signifikan akan mempengaruhi reputasi profesi serta kepercayaan yang diyakininya. Proyek Visi CPA telah mengidentifikasi lima nilai inti berikut yang dikaitkan dengan profesi CPA, yaitu : a. Pendidikan berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup b. Kompetensi c. Integritas d. Selaras dengan isi-isu bisnis yang luas e. Objektivitas
KODE PERILAKU PROFESIONAL AICPA (AMERICAN INSTITUTE OF CERTIFIED PUBLIC ACCOUNTANTS)
TIM ETIKA PROFESIONAL AICPA Pengaturan sendiri dan etika profesional demikian penting bagi profesi akuntan, sehingga peraturan AICPA menetapkan perlunya dibentuk Divisi atau Tim Etika Profesional. Misi dan Tim ini adalah untuk (a) mengembangkan dan menjaga standar etika dan secara efektif menegakkan standar-standar tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa kepentingan masyarakat terlindungi; (b) meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai CPA, dan (c) menyediakan pedoman yang mutakhir dan berkualitas sehingga para anggota mampu menjadi penyedia nilai utama dalam bidangnya. Tim tersebut melaksanakan tiga fungsi utama untuk menyelesaikan misinya sebagai berikut: 1. Menetapkan standar: Komite Eksekutif Etika Profesional melakukan interpretasi atas Kode Perilaku Profesional AICPA serta mengusulkan perubahan pada kode penilaku. 2. Penegakan etika: Tim Etika Profesional melakukan investigasi atas potensi masalah- masalah disiplin yang melibatkan anggota AICPA serta masyarakat CPA negara bagian dan Program Penegakan Etika Bersama. 3. Jasa permintaan bantuan teknis (ethics hotline): Tim Etika Profesional melakukan pendidikan bagi anggota serta mempromosi pemahaman atas standar etika yang ada dalam Kode Perilaku Profesional AICPA, dengan cara menanggapi permintaan bantuan anggota dalam rangka penerapan Kode Perilaku Profesional AICPA pada bidang praktik yang spesifik.
Page 7
KOMPOSISI KODE ETIK AICPA Kode Perilaku Profesional (Code of Professional Conduct) AICPA yang direvisi dan diterima oleh sidang keanggotaan tahun 1988 terdiri dua seksi sebagai berikut: 1. Prinsip-prinsip (Principles) yang menyatakan ajaran dasar perilaku etika dan memberikan kerangka kerja bagi Peraturan-peraturan. 2. Peraturan Perilaku (Rules of Conduct) yang menetapkan standar minimum perilaku yang dapat diterima dalam pelaksanaan 1ayanan profesional. Sebagai tambahan atas kedua seksi dan Kode tersebut, maka Komite Eksekutif Divisi Etika Profesional mengeluarkan pengumuan-pengumuman sebagai berikut: 1. Interpretasi Peraturan Perilaku (interpretations of The Rules of Conduct) yang menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan-peraturan spesifik. 2. Ketetapan Etika (Ethics Rulings) yang menunjukkan penerapan Peraturan
DEFINISI KODE ETIK Definisi kode etik (code definitions) berikut ini guna memahami penerapan Prinsip- pninsip Kode dan Peraturan: Klien (client). Setiap orang atau entitas, selain pegawai anggota CPA, yang menugaskan anggota atau kantor anggota CPA untuk melaksanakan jasa profesional bagi perorangan atau entitas yang akan menenima jasa profesional tersebut. Dewan (Council). Dewan yang berada dalam lembaga AICPA. Perusahaan (Enterprise). Sinonim dengan istilah Klien. Kantor akuntan publik (Firm). Bentuk organisasi yang diizin oleh undang-undang negara bagian atau peraturan yang memiliki karakteristik sesuai dengan keputusan Dewan, untuk melaksanakan praktik akuntan publik, termasuk untuk perorangannya sebagai pemilik. Status keanggotaan (Holding out). Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang anggota yang menginformasikan statusnya sebagai CPA atau spesialis AICPA yang terakreditasi. Institut (Institute). AICPA itu sendiri sebagai kelembagaan. Anggota (Member). Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional dari AICPA. Praktik akuntan publik (Practice of public accounting). Pemberian jasa profesional berupa jasa akuntarisi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa dukungan litigasi, serta jasa profesional lainnya oleh seorang anggota atau kantor akuntan publik yang terdaftar sebagai pemegang CPA atau spesialis AICPA yang terakreditasi, sesuai dengan standar yang
Page 8
diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan. Akan tetapi, seorang anggota pemegang CPA atau kantor akuntan publik, tidak diperkenankan untuk melakukan praktik akuntansi publik, apabila seorang anggota atau kantor akuntan public pemegang CPA tersebut memang tidak memberikan jasa professional seperti tersebut di atas kepada klien. Jasa profesional (Professional services). Semua jasa yang dilaksanakan oleh seorang CPA yang masih berstatus sebagai pemegang CPA.
PRINSIP-PRINSIP Enam prinsip yang terdapat dalam kode etik, dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Tanggung jawab : dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai professional para anggota harus mewujudkan kepekaan professional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka. 2. Kepentingan public : Para CPA harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang mendahulukan kepentingan public, menghargai kepentingan oublk dan menunjukkan komitmen pada profesionalisme. 3. Integritas : untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, para CPA harus melaksanakan semua tanggungjawab professional dengan integritas tertinggi. 4. Objektivitas dan independensi : Seorang CPA harus mempertahankan objektifitas dan bebas dari pertentangan kepentingan dalam melakukan tanggungjawab professional. Seorang CPA yang berpraktik sebagai akuntan public harus bersikap independent dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan audit atau jasa atestasi lainnya. 5. Kecermatan atau keseksamaan : Seorang CPA harus mengamati standar teknis dan etika profesi, terus meningkatkan kompetensi serta mutu jasa dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemampuan terbaik. 6. Lingkup dan sifat jasa : Seorang CPA harus berpraktik sebagai akuntan public, harus mematuhi prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menetukan lingkup dan sifat jasa yang diberikan.
PERATURAN PERILAKU Seksi 100 Independensi, Integritas dan Objektivitas 101 Independensi 102 Integritas dan Objektivitas
Page 9
Seksi 200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi 201 Standar Umum 202 Kapatuhan terhadap Standar 203 Prinsip-prinsip Akunatnsi
Seksi 300 Tanggungjawab kepada Klien 301 Informasi Rahasia Klien 302 Honor Kontijen
Seksi 400 Tanggung Jawab kepada Kolega (Saat ini tidak terdapat peraturan dalam seksi ini)
Seksi 500 Tanggung Jawab dan Praktik Lainnya 501 Tindakan yang Mendiskreditkan 502 Periklanan dan bentuk Solisitasi Lainnya 503 Komisi dan Honor Referal 505 Bentuk Organisasi dan Nama
Peraturan 101 Independensi Seorang CPA yang berpraktik public harus bersikap independent dalam melaksanakan jasa professional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang diumummkan oleh badan- badan yang ditunjuk oleh Dewan.
Interpretasi Independensi Terdapat beberapa tema dalam interpretasi independensi, yang meliputi pengaruh dan (1) kepentingan keuangan, (2) hubungan bisnis, (3) arti ungkapan CPA atau kantor akuntan publik, (4) jasa lainnya yang me1iputi jasa akuntansi, jasa audit yang diperluas, dan jasa konsultasi manajemen, (5) litigasi, dan (6) imbalan yang belum dibayar oleh klien.
KEPENTINGAN KEUANGAN Larangan terhadap kepentingan keuangan bersifat sangat eksplisit. Pertama, CPA atau kantor akuntan public (KAP) tidak boleh mempunyai kepentingaan keuangan langsung dengan klien Oleh karena itu, seorang CPA tidak boleh memiliki atau mempunyai opsi untuk Page 10
membeli satu lembar saham pun dari klien. Dalam interpretasi ini disebutkan bahwa kepemilikan saham melalui perusahaan investasi digolongkan juga sebagai kepentingan keuangan langsung.
HUBUNGAN BISNIS Seorang CPA tidak diperbolehkan memberikan layanan dalam kapasitas sebagai anggota manajemen atau sebagai pegawai klien karena dapat memperlemah independensi.
ARTI UNGKAPAN CPA ATAU KANTOR AKUNTAN PUBLIK Interpretasi 101-9 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan CPA atau kantor akuntan publik (member or members firm) meliputi : 1. Semua orang (dan setiap tingkatan) yang berpartisipasi dalam perikatan, kecuali mereka yang hanya melaksanakan fungsi klerk rutin, seperti juru ketik atau operator foto kopi. 2. Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan berlokasi dalam kantor yang berpartisipasi signifikan dalam perikatan (misalnya direktur sumberdaya manusia). 3. Semua pemilik, partner, atau pemegang saham dari kantor akuntan publik. 4. Sebuah entitas (misalnya kemitraan, korporasi, perwalian, atau kerjasama) yang kebijakan usaha, keuangan, atau akuntansinya dapat dikendalikan oleh seorang atau lebih dan orang-orang yang telah disebutkan di atas atau oleh dua orang atau lebih yang dipilih dan ditunjuk untuk bertindak bersama-sama.
Interpretasi 101-9 menunjukkan bahwa adanya anggota keluarga seorang CPA yang bekerja pada perusahaan klien selama periode waktu yang berkaitan dengan hubungan bisnis hanya akan melemahkan independensi dalam keadaan berikut ini: 1. Posisi peka audit (audit-sensitive position). Posisi yang dimaksud adalah posisi untuk pasangan, keluarga, atau keluarga dekat yang mandiri yang memiliki posisi dalam kegiatan klien yang berkaitan dengan, atau elemen dan pengendalian intern yang signifikan, seperti posisi kasir, auditor internal, kepala akuntansi, atau kepala gudang persediaan. Larangan ini hanya berkaitan dengan keluarga CPA yang berpartisipasi dalam perikatan. 2. Pengaruh signifikan (significant influence). Hal ini mencakup pasangan, keluarga, atau keluarga dekat mandiri yang memiliki posisi yang memungkinkan untuk memberikan pengaruh signifikan atas kebijakan operasional, keuangan, atau akuntansi Page 11
klien, seperti posisi direktur, chief executive, atau pejabat keuangan atau akuntansi. Larangan ini berkaitan dengan apa yang dinamakan keluarga dan (1) setiap CPA yang berpartisipasi dalam perikatan, dan (2) setiap pemilik, partner, atau pemegang saham yang berlokasi dalam kantor yang berpartisipasi secara signifikan dalam perikatan. Selain untuk pasangan dan keluarga, larangan tersebut meluas kepada setiap pemilik, partner, atau pemegang saham dalam setiap kantor yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perikatan.
JASA LAIN BAGI KLIEN Seringkali CPA menyediakan jasa lain tambahan atas jasa atestasi kepada klien. Sebagai contoh, seorang CPA dapat melaksanakan kegiatan pembukuan dan jasa akuntansi bagi klien atestasinya. CPA yang melakukan praktik sedemikian harus memenuhi persyaratan berikut agar dapat mempertahankan penampilannya bahwa ia bukan menjadi klien, sehingga dapat menjadi kurang independent menurut pandangan seorang pengamat yang layak. 1. CPA tidak diperkenankan memiliki hubungan lain, seperti kepentingan keuangan yang dapat memperlemah objektivitasnya. 2. Klien harus bertanggung jawab penuh atas laporan keuangannya. 3. CPA tidak diperbolehkan melakukan peran lain sebagai pegawai atau manajemen dalam usaha klien (misalnya, CPA tidak diperbolehkan melakukan transaksi atau menandatangani cek). 4. CPA harus bekerja sesuai standar profesional dalam melaksanakan perikatan atestasi.
Klien atestasi seringkali meminta CPA untuk menjalankan peran fungsi sebagai auditor internal (melalui pola alihdaya / outsourcing). Independensi tidak dipandang melemah, apabila CPA atau kantor akuntan publik bertindak atau tampil untuk bertindak dalam kapasitas yang setara, dengan anggota manajemen atau sebagai pegawai klien. Selain itu, terdapat beberapa kondisi lain yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Dewan direksi, komite audit, manajemen klien, serta anggota CPA semuanya harus memiliki pemahaman yang jelas tentang tanggung jawab masing-masing dalam fungsi audit internal. 2. Pemahaman tersebut sebaiknya didokumentasikan dalam surat perikatan. 3. CPA harus merasa puas bahwa klien memahami tanggung jawabnya untuk menetapkan dan menjaga pengendalian intern serta mengarahkan fungsi audit internal, sebagai bagian dan pemantauan pengendalian intern. Page 12
4. Klien harus bertanggung jawab untuk (1) menunjuk seorang yang kompeten, lebih baik apabila diambil dan manajemen senior, untuk bertanggung jawab dalam fungsi audit internal, (2) menentukan lingkup, risiko dan frekuensi fungsi audit internal, dan (3) mengevaluasi kecukupan prosedur audit yang dilaksanakan, temuan serta hasil kegiatan audit internal sebagaimana yang disajikan dalam laporan audit yang disusun sesuai dengan pedoman CPA perthal pelaksanaan layanan publik untuk jasa tersebut.
LITIGASI Litigasi melibatkan CPA dan kliennya yang mempertanyakan independensi CPA. Pada umunmya, independensi akan melemah apabila keberadaan atau potensi ancaman litigasi telah berubah secara signifikan, atau diharapkan hubungan antara klien dengan CPA akan berubah secara material. Litigasi yang mengakibatkan memburuknya posisi antara klien dengan CPA, atau justru menyatukan manajemen dengan CPA untuk berkonspirasi dalam menghambat informasi dan pemegang saham, dapat melemahkan independensi CPA. Sebaliknya, litigasi yang diajukan pemegang saham terhadap CPA tidak harus mempengaruhi independensi.
IMBALAN YANG BELUM DIBAYAR Imbalan yang belum dibayar untuk jasa profesional yang telah diberikan kan dianggap sebagai pinjaman yang diberikan anggota kepada klien, sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam Peraturan 101 dan interpretasinya. Oleh karena itu, independensi kantor akuntan publik dapat dianggap melemah apabila CPA telah menerbitkan laporan audit untuk tahun berjalan bagi klien, namun CPA belum menerima imbalan, baik telah ditagihkan atau belum ditagihkan selama lebih dari satu tahun. Ketetapan ini tidak berlaku bagi imbalan yang belum dibayar akibat pailitnya klien.
Independence Standards Board (ISB) Dewan Standar Independen (Independence Standards Board) didirikan pada tahun 1997 berdasarkan hasil diskusi antara AICPA dengan perwakilan dan profesi dan SEC. Misi yang diemban oleh ISB menurut terbitan mereka adalah untuk menetapkan standar independensi yang dapat diterapkan pada audit atas entitas publik dalam rangka melayani kepentingan masyarakat serta melindungi dan meningkatkan kepercayaan investor dalam pasar bursa. Untuk mencapai maksud tersebut, Dewan mengambil langkah sebagai berikut: a. Pada awalnya akan mengambil standar independen yang ada pada SEC. Page 13
b. Mengembangkan kerangka kerja konseptual tentang independensi yang dapat diterapkan pada audit atas entitas publik yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan prinsip-prinsip yang berbasis standar independensi. c. Mengumumkan standar, melakukan review dan ratifikasi, melakukan konsensus dengan Komite Masalah Independensi (Independence Issues Committee) serta melakukan interpretasi atas masalah-masalah objektivitas dan independensi auditor yang dikemukakan oleh staf ISB. d. Mengembangkan proses untuk digunakan sebagai pedoman dan penyelesaian masalah, termasuk mendayagunakan TIC sebagai narasumber tentang masalah- masalah yang dapat mempengaruhi independensi. e. Menyediakan fungsi konsultatif bagi para praktisi dan registran yang ingin menanyakan tentang standar independensi.
PERATURAN 102 INTEGRITAS DAN OBJEKTIVITAS Dalam pelaksanaan setiap jasa professional, seorang CPA harus menjaga objektivitas dan integritas harus bebas dari pertentangan kepentingan dan tidak diperbolehkan salah menyajikan fakta atau mensubordinasikan pertimbangan kepada pihak klien.
PERATURAN 201 STANDAR UMUM Setiap anggota harus memenuhi standar-standar berikut ini dan setiap interprestasi dari badan-badan yang ditujuk oleh Dewan : a. Kompetensi professional. Hanya melaksanakan jasa professional yang diyakini dapat diselesaikan oleh anggota atau kantor akuntan public dengan kompetensi profession. b. Penggunaan Kemahiran Profesional. Mempergunakan kemahiran professional dengan cermat dan seksama dalam melaksanakan setiap jasa professional. c. Perencanaan dan supervisi. Merencanakan dengan cermat dan mengawasi jalannya pelaksanaan jasa professional. d. Data Relevan yang mencukupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi agar mendapatkan dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau memberi rekomendasi yang berkaitan dengan setiap jasa professional yang dilaksanakan.
Page 14
PERATURAN 202 KEPATUHAN TERHADAP STANDAR Seorang CPA yang melaksanakan auditing, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya harus mematuhi standar-standar dan setiap interprestasi yang diterbitkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan.
PERATURAN 203 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI Seorang CPA tidak dibenarkan untuk (1) menyatakan pendapat atau menyatakan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lainnya dari setiap entitas yang diaudit telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau (2) menyatakan bahwa ia tidak mengetahui setiap modifikasi material yang telah dilakukan pada laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, apabila laporan atau data tersebut mengandung penyimpangan dari prinsip akuantansi ayng telah ditetapkan oleh badan yang ditunjuk oleh Dewan untuk menyusun prinsip-prinsip yang mempunyai dampak material terhadap keseluruhan laporan atau data. Namun apabila CPA mampu menunjukkan adanya penyimpangan pada laporan dan data yang dapat menimbulkan keadaan yang mneyesatkan, maka CPA tersebut harus mematuhi peraturan ini dengan menjelaskan dalam laporannya yang menguraikan tentang penyimpangan tersebut, perkiraan akibat yang akan ditimbulkan, dan sepanjang dianggap praktis, akan menyebutkan juga alas an-alasan mengapa kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dapat menimbulkan pernyataan yang justru menyesatkan.
PERATURAN 301 INFORMASI RAHASIA KLIEN Setiap anggota yang melakukan praktikpublik tidak diperkenankan untuk mengungkapkan semua informasi rahasia klien tanpa izin khusu dari klein. Pareturan ini tidak boleh diartikan sebagai (1) membebaskan seorang anggota dari kewajiban profesional sesuai peraturan 202 dan 203 (2) untuk mempengaruhi dengan cara apapun kewajiban anggota untuk mematuhi permintaan atau panggilan pengadilan yang sah dan berlaku, aatu untuk melarang anggota mematuhi ketentuan dan peraturan pemerinath yang berlaku, (3) untuk menghalangi review atas praktik professional anggota menurut wewenang AICPA atau masyarakat CPA Negara bagian, atau Dewan Akuntansi atau (4) menghindarkan seorang anggota dari pernyataan keberatan atau kewajiban untuk menjawab permintaan keterangan yang diajukan divisi etika professional atau badan pengadilan institute atau badan investigasi dan disiplin dari masyarakat CPA Negara bagian atau Dewan Akuntansi.
Page 15
PERATURAN 302 HONOR KONTIJEN Honor Kontijen (contigent fee) adalah imbalan yang ditetapkan berdasarkan kinerja jasa yang diberikan, dimana imbalan tidak akan diberikan apabila tidak diperoleh hasil atau temuan tertentu, atau dimana jumlah imbalan akan bergantung pada temuan atau hasil jasa tersebut.
PERATURAN 501 TINDAKAN YANG MENDISKREDITKAN Seorang CPA tidak boleh melakukan suatu perbuatan yang mendiskreditkan profesi.
PERATURAN 502 PERIKLANAN DAN BENTUK SOLISITASI LAINNYA Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk mendapatkan klien dengan cara memasang iklan atau bentuk solisitasi lainnya dalam segala hal yang salah, menyesatkan, atau menipu. Solisitasi dengan cara memaksa yang melampaui batas, atau melecehkan dilarang.
PERATURAN 503 KOMISI DAN HONOR REFERAL A. Larangan komisi. Seorang CPA yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan memberikan rekomendasi atau referensi produk atau jasa pihak lain kepada klien demi mendapatkan komisi, atau memberikan rekomendasi atau referensi produk atau jasa yang disediakan oleh klien untuk mendapatkan komisi, atau menerima komisi ketika CPA atau kantor akuntan publik juga sedang melaksanakan jasa berikut ini bagi klien: a. suatu audit atau review laporan keuangan; atau b. kompilasi laporan keuangan, jika CPA memperkirakan atau mungkin memperkirakan bahwa ada pihak ketiga yang akan mempergunakan laporan keuangan serta laporan kompilasi anggota yang tidak mengungkapkan adanya kekurangan independensi; atau c. pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif Larangan ini berlaku selama periode penugasan untuk melaksanakan jasa-.jasa tersebut di atas dan selama peniode yang dicakup oleh laporan keuangan historis yang terkait dengan jasa-jasa di atas. B. Pengungkapan komisi yang diperkenankan. Page 16
Seorang CPA dalam praktik publik yang tergolong tidak dilarang oleh peraturan ini untuk melaksanakan jasa dengan imbalan komisi atau menerima komisi atau yang dibayar atau mengharapkan untuk dibayar dengan komisi harus mengungkapkan fakta ini kepada setiap orang atau entitas kepada siapa CPA merekomendasikan atau merujuk produk dan jasa yang berkaitan dengan komisi tersebut. C. Honor Referal. Seorang CPA yang menerinia honor referal (referal fee) karena merekomendasikan atau merujuk jasa CPA apapun kepada setiap orang atau entitas, atau yang membayar honor referal untuk mendapatkan klien, harus mengungkapkan hal tersebut kepada klien.
PERATURAN 505 BENTUK ORGANISASI DAN NAMA Seorang CPA dapat membuka praktik akuntan public hanya dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh hokum dan peraturan Negara bagian yang cirri-cirinya sesuai dengan ketentuan dari Resolusi Dewan (Resolution of Council). Seorang CPA tidak diperkenankan membuka praktik akuntan public dengan nama yang dapat menyesatkan. Nama dari satu atau lebih pemilik yang lama dapat dicantumkan dalam nama kantor organisasi penerus. Sebuah kantor tidak dapat menyebut dirinya sendiri sebagai Anggota American Institute of Certified Public Accountans, kecuali semua patner atau pemiliknya adalah anggota dari lembaga tersebut.
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya