You are on page 1of 8

Patofisiolofi Kelenjar Thyroid

Pada orang dewasa dikenal 4 jenis kelainan / gangguan tiroid. Pertama dan kedua, gangguan
fungsi atau keseimbangan homeostasis berupa kekurangan hormon tiroid (hipotiroid), dan
kelebihan hormon tiroid (hipertiroid). Ketiga, kelainan berupa pembesaran kelenjar tiroid.
Keempat, kelainan hormon tiroid tanpa disertai gangguan klinis (eutiroid). Perlu pula
diperhatikan pengaruh obat-obatan terhadap fungsi tiroid.

Hipotiroid

Hipotiroid dapat dibedakan antara yang klinis jelas (overt) dan klinis tidak jelas
(subklinis). Hipotiroid subklinis didefinisikan sebagai keadaan dengan kadar TSH meningkat
ringan dan kadar fT3 dan T4 normal disertai dengan sedikit / tanpa gejala klinis. Prevalensinya
meningkat dengan bertambahnya usia baik pada laki-laki maupun perempuan. Ada banyak
variasinya tetapi sebagian besar pasien dengan antibodi TPO positif dan akan berkembang
menjadi hipotiroid klinis.
Hipotiroid klinis (overt) atau tiroid kurang aktif merupakan kelainan klinis yang paling umum,
terbaik didefinisikan sebagai kadar TSH tinggi dan fT4 rendah dalam serum. Penyebab utamanya
kadar yodium yang tidak cukup atau asupan yodium rendah. Di daerah dengan asupan yodium
cukup, penyebab utama adalah tiroiditis Hashimoto, yaitu suatu penyakit otoimun disebabkan
oleh otoantibodi terhadap TPO. Penyebab lainnya penyakit otoimun lain dan radiasi. Perempuan
lebih banyak yang terkena.
Berdasarkan penyebabnya dapat dibeda-kan hipotiroid primer dan sekunder. Yang primer
misalnya penyakit Hashimoto atau tiroiditis otoimun kronis, pengang-katan kelenjar tiroid
karena pembedahan, pengobatan tiroid dengan yodium radio-aktif, radiasi eksternal, gangguan
meta-bolisme yodium, kelebihan atau keku-rangan yodium, limfoma kelenjar tiroid, tiroiditis
pasca partus, pengobatan (obat antitiroid, litium, interferon, atau bahan kimia penyebab goiter
(goitrogenic). Hipo-tiroid sekunder disebabkan penyakit hipofisis dan hipotalamus. Lihat tabel 2.

Penyebab dan mekanisme Hipotiroid.
Kelasifikasi penyebab Mekanisme pathogenesis
Kongenital Aplasia atau hipoplasia kelenjar tiroid Gangguan biosntesis
atau kerja hormone
Didapat :
Tiroiditis Hashimoto
Defisiensi yodium berat
Tiroiditis limfositik
Ablasi tiroid
Obat-obatan
Hipopituitarism
Penyakit hipotalamus

- Kerusakan otoimun
- Kekurangan sintesis, penglepasan hormon
- Kekurangan sintesis, penglepasan hormon
- Kekurangan sintesis, penglepasan hormon
- Kekurangan sintesis, penglepasan hormon
- Kekurangan sekresi TSH
- Kekurangan sekresi TRH

Diperkirakan 1 dari 100 perempuan usia reproduktif mengalami hipotiroid. Tanda dan gejala
hipotiroid bervariasi berdasar-kan perseorangan, penyebab dan lamanya. Hipotiroid klinis yang
tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan kejadian anemia, hipertensi, preeklampsia,
dan disfungsi jantung pada ibu, serta abortus spontan, berat badan lahir rendah, kematian janin
atau lahir mati, dan mungkin gangguan perkembangan otak janin. Hipotiroid berat maternal pada
trimester kedua dapat menyebabkan gangguan neurologik yang tidak dapat pulih (irreversible),
sedangkan pada trimester ketiga gangguan lebih ringan dan mungkin dapat dipulihkan sebagian.


Di Amerika Serikat penyebab terbanyak hipotiroid subklinis adalah penyakit Hashimoto.
Prevalensinya 1-10 % pada populasi dewasa, berjumlah kira-kira 10 juta orang, terutama
perempuan (prevalensi 20 % pada usia > 60 tahun). Pada 95 % kasus dengan tiroid otoimun
dijumpai otoantibodi tiroid TPOAb dan/atau antitiroglobulin. Pada 3-20 % tiroid otoimun
berubah dari subklinis menjadi overt, terutama bila dapat dideteksi TPOAb dan/atau pembesaran
tiroid (goiter).


Tabel 3. Temuan klinis pada hipotiroid dewasa (miksedema)
3

Gejala -Berpikir lambat
-Kulit kering, rambut tebal, rambut rontok, kuku pecah
-Asupan makan kurang, berat badan bertambah
-Konstipasi
-Menoragi, libido berkurang
-Tidak tahan dingin
Tanda -Muka bundar, bicara lambat, suara kasar
-Hipokinesia, kelemahan otot, refleks tendon dalam lambat relaksasi
-Kulit dingin, kering, tebal, bersisik; rambut kasar, kuku bergaris
-Edema periorbital (sekitar mata)
-Pembesaran jantung, denyut lambat , suara tidak jelas
-Asites, efusi perikardial, edema mata kaki
-Depresi, gangguan mental
Laboratorium -TSH serum meningkat
-Tiroksin bebas, T4, T3, T3 resin atau T4 uptake, free thyroxine index semua
menurun
-Ambilan Yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid menurun
-Basal metabolic rate (BMR) menurun
-Anemia makrositik
-Kadar kolesterol serum meningkat
-Kadar CK serum meningkat
-Masa sirkulasi menurun, kompleks QRS voltage rendah pada EKG


Hipertiroid

Hipertiroid juga dapat dibedakan antara klinis jelas (overt) dan klinis tidak jelas (subklinis).
Hipertiroid klinis (atau tirotoksikosis) disifatkan dengan peningkatan kadar T3 dan T4 serum dan
penurunan kadar TSH serum. Penyebab tersering adalah penyakit Graves, menurut nama dokter
yang pertama menjelaskan penyakit ini pada tahun 1835 dengan trias pembesaran kelenjar tiroid
(goiter), jantung berdebar-debar (palpitasi) dan mata menonjol (eksoftalmus). Penyakit ini
disebabkan oleh produksi antibodi ter-hadap reseptor TSH, yang merangsang pembentukan
hormon tiroid berlebih. Tirotoksikosis berat dapat menyebabkan dekompensasi, thyroid storm,
ditandai demam, takikardia, hipertensi, kelainan gastrointestinal dan neurologis yang dapat
diikuti gagal jantung kongestif, hipotensi dan renjatan dengan akibat fatal.
Usia paling rawan terkena penyakit ini 20-49 tahun, puncak pada 6069 tahun pada studi di
Swedia.



Tabel 4. Penyebab dan mekanisme Hipertiroid
Kelasifikasi penyebab Mekanisme
Produksi lebih hormon tiroid :
Penyakit Graves
Goiter multinodular toksik
Adenoma folikular
Penyakit hipotalamus
Tumor sel germinal (mola hidatidosa, koriokar-
sinoma)
Karsinoma tiroid folikular metastasis

Antibodi merangsang TSH-R [TSH-R(stim)
Ab]
Hiperfungsi otonom
Hiperfungsi otonom
Produksi lebih TRH
Stimulasi HCG

Metastasis fungsional
Kerusakan kelenjar tiroid :
Tiroiditis limfositik
Tiroiditis granulomatosa (subakut)
Tiroiditis Hashimoto

Penglepasan hormon simpan
Penglepasan hormon simpan
Penglepasan hormon simpan selintas
Lain-lain :
Tirotoksikosis medikamentosa

Makan hormon tiroid eksogen berlebih

Tabel 5. Temuan klinis pada Hipertiroid (Tirotoksikosis)
Gejala Kewaspadaan, emosi labil, gelisah, mudah terangsang
Konsentrasi terganggu
Otot lemah, mudah lelah
Palpitasi (debar jantung mencepat)
Selera makan meningkat, berat badan menurun
Defekasi (b.a.b.) sering
Tidak tahan panas
Tanda Hiperkinesia, bicara cepat
kelemahan otot proksimal (kuadriseps), tremor halus
Kulit halus, basah; rambut halus, banyak; kuku pecah (onikolisis)
Gerak kelopak mata lamban (lid lag), menatap, kemosis, edema periorbital
(sekitar mata), mata melotot (proptosis)
Bunyi jantung I keras, denyut cepat (takikardia), fibrilasi atrial,
Laboratorium TSH serum menurun
Tiroksin bebas, T4 dan T3 serum, T3 resin atau T4 uptake, free thyroxine index
semua meningkat
Ambilan Yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid meningkat
Basal metabolic rate (BMR) meningkat
Kadar kolesterol serum menurun

Pada hipertiroid subklinis didapatkan kadar rendah TSH dengan T3 dan T4 normal (biasanya
normal tinggi, dekat batas atas rentang rujukan) sedangkan gejala klinis tiada atau sedikit / tidak
nyata. Keadaan ini mencerminkan adanya pengurangan produksi dan sekresi TSH sebagai
respons terhadap peningkatan ringan hormon tiroid yang masih dalam rentang rujukan sebe-lum
klinis nyata. Dapat dibedakan antara yang endogen, misalnya berkaitan dengan penyakit Graves
atau goiter nodular, dan yang eksogen, berkaitan dengan pengo-batan levothyroxine.
8

Pembesaran kelenjar tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dapat merata (difuse) atau nodular, tunggal atau banyak
(multinodular). Goiter biasanya disebabkan rangsangan berkepanjangan oleh TSH atau zat
serupa TSH (TSH-like agent) baik pada hipotiroid (misalnya tiroiditis Hashimoto) maupun
hipertiroid (penyakit Graves, tumor sel germinal, adenoma hipofisis), dan dapat pula pada
keadaan eutiroid. Penyebab tersering adalah defisiensi yodium. Jadi berdasarkan klinis dan dasar
patogenesisnya apakah ada kaitan inflamasi atau keganasan dapat dibedakan antara goiter toksik
dan yang non toksik. Lihat tabel 6 dan gambar 6.
Tabel 6. Penyebab dan mekanisme Goiter
Kelasifikasi penyebab Mekanisme
Goiter dengan hipotiroid atau eutiroid
Defisiensi yodium
Kelebihan yodium
Goitrogen dalam makanan-minuman
Pengobatan goitrogenik
Litium
Gangguan congenital (banyak jenis)
Resistensi hipofisis dan perifer terhadap
hormon tiroid

Gangguan biosintesis hormon
Hambatan (block) sekresi hormon
Gangguan biosintesis hormon
Gangguan biosintesis hormon
Hambatan (block) sekresi hormon
(Banyak jenis gangguan biosintesis hormon)
Gangguan reseptor (?)
Goiter dengan hipertiroid
Penyakit Graves
Goiter multinodular toksik
Tumor sel germinal
Adenoma hipofisis
Tiroiditis

Rangsangan oleh TSH-R[stim]Ab
Hiperfungsi otonom
Rangsangan oleh HCG
Produksi lebih TSH
Pembesaran oleh karena "jejas", infiltrasi dan edema


Penyebab umum nodul tiroid
Timbulnya nodul tunggal dapat disebabkan oleh tumor, yang tersering adenoma folikularis.
Karsinoma tiroid jarang, biasanya berkembang dari epitel folikel sebagai karsinoma folikularis
atau papilaris. Jenis yang lebih jarang adalah karsinoma medularis.
3,9
Kecurigaan kuat terhadap
karsinoma tiroid bila ada riwayat keluarga karsinoma tiroid medularis atau neoplasia endokrin
ganda, pertumbuhan cepat tumor terutama selama terapi levothyroxine, nodul tunggal yang padat
dan keras, nodul melekat pada struktur sekitarnya, kelumpuhan pita suara, pembesaran kelenjar
getah bening regional, dan metastasis jauh.

Kelainan hormon tiroid tanpa disertai gangguan klinis (eutiroid)

Kelainan kadar hormon tiroid dapat dijumpai pada keadaan klinis normal (eutiroid).
Penyebabnya adalah keadaan fisiologis normal atau terganggu atau oleh pengaruh obat-obatan.
Keadaan sindrom eutiroid sakit (sick euthyroid syndrome) tersering diamati pada pasien rawat
inap dengan penyakit bukan tiroid (NTI).11 Sebanyak 13% dari pasien rawat inap dengan
penyakit akut mungkin menunjukkan nilai hormon tiroid tidak normal. Pada kebanyakan pasien
kelainan bersifat sementara dan akan kembali normal setelah pulih dari penyakit akut. Sebagai
respons akut terjadi penurunan hormon tiroid terutama T3 karena hambatan proses deyodinasi T4
menjadi T3. Hal ini merupakan respons fisiologik menurunkan penggunaan kalori dan
katabolisme protein, yang menguntungkan terutama pada pasien dengan status gizi kurang
baik,
12
Contoh pada pasien dengan luka bakar atau trauma berat, pembedahan, kanker lanjut,
sirosis, gagal ginjal, infark miokard akut, demam berkelanjutan, dan kekurangan kalori
(malnutrisi, puasa, anorexia nervosa). Selain itu juga mungkin terjadi hambatan sumbu
hipofisistiroid yang menurunkan kadar TSH, berkurangnya sekresi T4, konversi T4 menjadi T3
di jaringan perifer, TBG, atau adanya hambatan pengikatan di sirkulasi.
3,13
Sebaliknya
dilaporkan pula beberapa pasien mungkin memperlihatkan peningkatan kadar TSH.14 Pada
kedua keadaan tersebut kadar fT4 normal. Jadi perbedaan (disparitas) kadar TSH dan fT4
mungkin menunjukkan keadaan eutiroid.15 Hal serupa dijumpai pula pada pasien dengan sakit
psikiatrik akut seperti schizophrenia, gangguan afektif utama, gangguan paranoid, dan psikosis
atipis. Secara khas kadar TSH meningkat disertai fT4 normal atau meningkat. Yang menarik,
pengobatan kelenjar tiroid yang ditujukan untuk mengembalikan kadar TSH dan fT4 ke kadar
normal, memperbaiki pula gejala psikiatriknya

Nama penulis : Prof. Marzuki Suryaatmadja
Tahun : 2010
Judul : Tiroid : Faal dan Kelainan
Link : http://www.abclab.co.id/?p=815



















Patomekanisme Kelenjar thyroid

Defisiensi hormone tiroid
Defisiensi hormon tiroid mempengaruhi semua jaringan tubuh, sehingga gejalanya
bermacam-bermacam. Kelainan patologis yang paling khas adalah penumpukan
glikoaminoglikan--kebanyakan asam hialuronat--pada jaringan interstisial. Penumpukan zat
hidrofilik dan peningkatan permeabilitas kapiler terhadap albumin ini bertanggung jawab
terhadap terjadinya edema interstisial yang paling jelas pada kulit, otot jantung dan otot
bergaris. Penumpukkan ini tidak berhubungan dengan sintesis berlebih tapi berhubungan
dengan penurunan destruksi glikoaminoglikan.
Grave Disease
Pada penyakit Graves, limfosit T disensitisasi terhadap antigen dalam kelenjar tiroid dan
merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen-antigen ini.
Satu dari antibodi ini bisa ditunjukkan terhadap tempat reseptor TSH pada membran sel
tiroid dan mempunyai kemampuan untuk merangsang sel tiroid dalam hal peningkatan
pertumbuhan dan fungsi (TSH-R AB [stim]; . Adanya antibodi dalam darah berkorelasi
positif dengan penyakit aktif dan kekambuhan penyakit. Ada predisposisi genetik yang
mendasari, namun tidak jelas apa yang mencetuskan episode akut ini. Beberapa faktor
yang mendorong respons imun pada penyakit Graves ialah kehamilan, khususnya masa
nifas; kelebihan iodida, khusus di daerah defisiensi iodida, di mana kekurangan iodida
dapat menutupi penyakit Graves laten pada saat pemeriksaan; terapi litium, mungkin melalui
perubahan responsivitas imun; infeksi bakterial atau viral; dan penghentian glukokortikoid.
Diduga "stress" dapat mencetuskan suatu episode penyakit Graves, tapi tidak ada bukti yang
mendukung hipotesis ini. Patogenesis oftalmopati dapat melibatkan limfosit sitotoksik (sel-
sel pembunuh) dan antibodi sitotoksik tersensititasi oleh antigen yang umum pada fibroblas
orbita, otot orbita, dan jaringan tiroid . Sitokin yang berasal dari limfosit tersensitasi ini dapat
menyebabkan peradangan fibroblas orbita dan miositis orbita, berakibat pembengkakan otot-otot
orbita, protopsi bola mata, dan diplopia sebagaimana juga menimbulkan kemerahan,
kongesti, dan edema konjungtiva dan periorbita . Patogenesis dermopati tiroid (miksedema
pretibial) dan inflamasi subperiosteal yang jarang pada jari-jari tangan dan kaki (osteopati
tiroid mungkin juga melibatkan stimulasi sitokin limfosit dari fibroblas pada tempat-tempat ini.
Banyak gejala tiroksikosis mengarah adanya keadaan kelebihan katekolamin, termasuk
takikardi, tremor, berkeringat, kelopak yang kurang dan melotot. Namun kadar epinefrin
dalam sirkulasi adalah normal; jadi pada penyakit Graves, tubuh tampak hiperaktif terhadap
katekolamin. Hal ini mungkin berhubungan dengan bagian peningkatan dengan perantaraan
hormon tiroid pada reseptor katekolamin jantung.


Nama penulis : Ruwana Ansar
Tahun :2005
Judul : Fungsi dan kelainan kelenjar tiroid
Link : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/05/pelepasan_dan_sintesis_hormon.pdf

You might also like