UNTUK IDENTIFIKASI LOKASI TAMBANG BATUBARA (studi kasus : kecamatan Gunung Bintang Awai, Barito Selatan, KalTeng) Faris Irawan, Pradono Joanes De Deo, Agus Darpono
Informasi yang penting bagi pengusaha batubara adalah lokasi keberadaan dan potensi batubara tersebut, tetapi daerah yang memiliki potensi batubara biasanya merupakan daerah yang sulit dengan vegetasi rapat yang tertutup hutan serta aksesibilitas yang kurang mendukung sehingga membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak murah untuk mengakomodasi dan memfasilitasi surveyor selama eksplorasi berlangsung. Oleh karena itu digunakan metode remote sensing (penginderaan jauh) untuk menghemat biaya serta waktu. Remote sensing merupakan cara untuk mengetahui obyek di permukaan bumi tanpa menyentuh langsung obyek yang dikaji menggunakan analisa digital. Pada kasus ini remote sensing digunakan untuk mengidentifikasi lokasi tambang batubara ini adalah karena Diduga ada kandungan batubara di area penelitian sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk memastikan bahwa lokasi tersebut mengandung batubara, tetapi karena tidak tersedia data dan pola sebelumnya tentang kandungan batubara pada area penelitian tersebut sehingga perlu dilakukan identifikasi lokasi batubara menggunakan teknologi penginderaan jauh melalui proses analisa digital dengan melakukan fusi citra satelit Landsat7 ETM+ dan data Space Shuttle untuk menonjolkan (high light) ciri-ciri (features) litologi yang mengidikasikan keberadaan batubara tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai lokasi baru yang terindikasi mengandung bahan tambang berupa batubara dengan melakukan analisa digital data penginderaan jauh. Data yang digunakan dalam penelitian Analisa Digital Data Penginderaan Jauh Untuk Identifikasi Lokasi Tambang Batubara adalah data raster berupa Citra Landsat 7 ETM+ daerah kecamatan Gunung Bintang Awai perekaman tahun 2003 dengan Resolusi Spasial 30m x 30m dan Peta Topografi Rupa Bumi Indonesia (RBI) Lembar 1714 34 Sungai Missim skala 1 : 50.000 diterbitkan oleh BAKOSURTANAL. Data vektor yang digunakan berupa Space Shuttle SRTM DEM perekaman tahun 2000 dengan Resolusi 92m dan Metode untuk menganalisis data berupa flowchart seperti pada gambar di bawah ini
Dari flowchart di atas bisa disimpulkan bahwa pada tahap persiapan memuat tentang proses perencanaan, data-data serta narasumber dan literatur-literatur sebagai referensi penelitian. Pada tahap pengumpulan data dikumpulkan data-data yang diperlukan selama penelitian berupa citra satelit dan lainnya serta data penunjang dan pelengkap untuk proses interpretasi. Adapun data-data yang digunakan adalah data raster berupa citra satelit Landsat7 ETM+ dan Peta RBI yang dilakukan analisis georeferencing untuk mendapatkan koreksi geometri, kemudian juga digunakan data vektor berupa space shuttle SRTM DEM dan yang dimodelkan ke dalam bentuk 3- dimensi untuk menggambarkan keadaan topografi daerah yang diteliti. Kemudian kedua data tersebut dioverlay-kan (ditumpang tindihkan). Kemudian dilakukan pemotongan terhadap hasil overlay kedua data tersebut sehingga didapat wilayah yang diteliti dalam hal ini disebut wilayah A. Selanjutnya dilakukan fusi citra satelit Landsat7 ETM+ dan data space shuttle untuk menonjolkan ciri-ciri litologi yang mengindikasikan keberadaan batubara. Sebelum data A di Interpretasi dan di Deliniasi perhatikan detail-detail unsur untuk interpretasi citranya dapat berupa Rona, Warna, Bentuk, Ukuran, Tekstur, Pola, arah patahan, dan lipatan. Kemudian Interpretasi citra satelit Landsat7 ETM+ dan data SRTM DEM dilakukan secara visual untuk mengidentifikasi lokasi potensi batubara dengan memperhatikan kesamaan bentuk pola dan tekstur yang terdapat pada lokasi penelitian selanjutnya dilakukan deliniasi pada lokasi-lokasi tersebut, sehingga dihasilkan peta sebaran lokasi potensi batubara sementara (tentatif) lalu ditentukan sampel area untuk verifikasi dan uji ketelitian dilapangan. Sehingga dihasilkan peta lokasi sebaran batubara. Selanjutnya uji analisa dengan mengidentifikasi lokasi yang berpotensi mengandung batubara dilakukan dengan menginterpretasi data digital penginderaan jauh yaitu citra satelit Landsat7 ETM+ dan Space Shuttle SRTM DEM yang telah melalui tahap-tahap pengolahan. Proses terakhir adalah survey lapangan dimana verifikasi dilakukan hanya untuk menyesuaikan apakah di lokasi-lokasi yang terindikasi mengandung batubara melalui analisa digital data penginderaan jauh sesuai dengan keadaan sesungguhnya dilapangan, jika tidak sesuai maka kembali pada proses Interpretasi dan Deliniasi. Setelah penginderaan jauh sesuai dengan keadaan dilapangan maka akan dihasilkan Peta Lokasi Potensi Tambang Batubara.
Berikut ini adalah output analisis dari Analisa Digital Data Penginderaan Jauh Untuk Identifikasi Lokasi Tambang Batubara
Dalam penelitian terkedang terjadi perbedaan yang jauh antara analisa digital penginderaan jauh dengan kondisi asli di lapangan, sehingga perlu dilakukan uji ketelitian hasil interpretasi untuk mengukur keakuratannya. Berikut ini adalah tabel hasil pengukuran asli di lapangan.
Dengan membandingkan hasil uji lapangan dengan analisa penginderaan jauh maka dapat dihitung keakuratan dari analisa computer pengideraan jauh pada penelitian ini adalah
Sumber: Irawan, Faris Ade dkk, 2007. Analisa Digital Data Penginderaan Jauh Untuk Identifikasi Lokasi Tambang Batubara, Malang, Institut Teknologi Nasional Malang Press.