You are on page 1of 16

Nama : Arga Widyatmoko

NIM : 115020300111042
BAB 16
PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PENDEK

PENGERTIAN LIABILITAS JANGKA PENDEK
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:172).
Liabilitas (obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
yang mengandung manfaat ekonomi.
Menurut PSAK (IAI, 2009:1,8).
Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika;
1. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan.
2. Jatuh tempo dalam jangka waktu duabelas bulandari tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
Termasuk dalam liabilitas jangka pendek yaitu:
1. Utang usaha (account payable).
Kewajiban kepada pihak ketiga dari pembelian barang atau jasa secara kredit
yang harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun.
2. Pinjaman dari bank jangka pendek (short term loan).
Pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit
(loan agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working capital loan)
ataupun kredit rekening koran (overdraft facility).
3. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang atau
sama dengan satu tahun (current portion of long term loan).
Per tanggal laporan posisi keungan, bagian dari liabilitas jangka panjang yang
jatuh tempo satu tahun yang akan datang harus direklasifikasi dari liabilitas
jangka panjang ke liabilitas jangka pendek.
4. Utang pajak (tax payable).
Kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode berikutnya.
5. Biaya yang masih harus dibayar (accrued expenses).
Biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban periode yang diperiksa, tetapi baru
akan dilunasi dalam periode berikutnya.
6. Voucher payable dalam hal digunakan voucher system.
7. Utang dividen (dividend payable).
8. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue).
9. Utang muka penjualan.
10. Utang pemengang saham.
11. Utang leasing (kewajiban sewa) yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang.
12. Utang bunga.
13. Utang perusahaan afiliasi (utang dalam rangka hubungan khusus).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan audit adalah:
a. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang
sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba
lebih besar dari jumlah yang sebenarnya. Untuk itu auditor harus melakukan
prosedur yang disebut searching of unrecorded liabilities, dengan cara memeriksa
pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan.
b. Perbedaan accounts payable dan accrued expenses. Accounts payable memiliki
angka lebih pasti, karena perusahaan mencatat berdasarkan invoice yang
diterimanya dari supplier. Sedangkan, accrued expenses dicatat berdasarkan
estimasi, sehingga jumlahnya kurang pasti dibandingkan accounts payable.

TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDI T OBJ ECTI VES) LIABILITAS JANGKA
PENDEK
1. Untuk meyakini bahwa terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka
pendek.
2. Untuk meyakini bahwa liabilitas jangka pendek tercantum dilaporan posisi
keuangan (neraca) didukung oleh bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi
yang benar-benar terjadi.
3. Untuk meyakini bahwa semua liabilitas jangka pendek perusahaan
sudah tercatat per tanggal neraca.
4. Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak).
5. Untuk meyakini bahwa kewajiban sewa, jika ada, sudah tercatat sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang sewa).
6. Untuk meyakini bahwa utang dalam mata uang asing per tanggal nerca,
sudah dikonveksikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI dan
Selisih kurs dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
7. Untuk menyakinkan bahwa biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas
jangka pendek telah dicatat per tanggal neraca.
8. Untuk menyakinkan bahwa bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada
tanggal neracabetul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban
perusahaan.
9. Untuk menyakinkan bahwa semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah
diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi bank default (right and
obligation).
10. Untuk penyajian current liabilities dalam neraca dan catatan laporan keuangan
telah sesuai dengan SAK.

PROSEDUR PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PENDEK.
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.
2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, baik utang usaha maupun kewajiban
lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya
dengan saldo utang di buku besar.
3. Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo
menurut subsidiary ledger utang usaha.
4. Secara test basis, periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada beberapa
supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition,
purchase order, reseving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan
mathematis dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat
perusahaan yang berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account tersebut
dengan saldo subsidiary ledger utang.
6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang
saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment) untuk
mengetahui apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorder liabilities)
per tanggal neraca dan untuk menyakinkan diri mengenai kewajaran saldo utang
per tanggal neraca.
8. Seandainya ada utang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit
investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat
perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian kredit tersebut, dan
periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank tersebut.
9. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari
perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan
datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa
apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
10. Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai
dengan standar akuntansi sewa, dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat sebagai utang jangka pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara
akurat dan tiap jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada
laporan rugi laba. Perhatikan juga aspek pajaknya.
12. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri apakah ini
merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang yang
dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar harus
direklasifikasikan sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa bukti
pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan diperiode
berikutnya misalnya dengan megirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.
14. Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah bagian yang jatuh
tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai utang
jangka pendek.
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut
per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan
kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs yang terjadi
dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
16. Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut sudah dilunasi pada
periode berikutnya. Seharusnya hutang PPh 21 dan PPN per 31 Desember
dilunasi dibulan Januari tahun berikutnya. Sedangakan untuk PPh Badan harus
diperiksa apakah pada waktu mengisi dan memasukan SPT PPh Badan,
perusahaan telah membayar PPh 29.
17. Periksa dasar perhitungan accrued expense yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable dan konsisten dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus
diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang
dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua
kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat
per tanggal neraca.
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
20. Periksa apakah penyajian utang jangka pendek di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).



BAB 17
PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PANJANG

PENGERTIAN LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas Jangka Panjang adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga,
yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun yang akan
datang. Yang termasuk ke dalam liabilitas jangka panjang antara lain :
1. Kredit Investasi (Long Term Loan), yaitu pinjaman dari bank/nonbank untuk
pembelian aktiva tetap, kecuali tanah dan jangka waktu pengembaliannya lebih
dari satu tahun.
2. Hutang Obligasi (Bond Payable), yaitu pinjaman jangka panjang dengan menjual
obligasi, baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun,
yaitu pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar jumlah,
tanggal dan tingkat bunga tertentu.
4. Hutang kepada Pemegang Saham atau kepada Perusahaan Induk (Holding
Company) atau kepada Perusahaan Afiliasi (Affiliated Company), yaitu pinjaman
untuk membantu perusahaan anak atau perusahaan afiliasi yang baru mulai
beroperasi dan membutuhkan pinjaman.
5. Hutang Subordinasi (Subordinated Loan), yaitu hutang kepada pemegang saham
atau perusahaan induk, yang tanpa bunga, dibayar kembali pada saat perusahaan
telah mempunyai kemampuan untuk membayar kembali hutangnya.
6. Bridging Loan, yaitu pinjaman sementara yang akan dikembalikan jika kredit
investasi yang dibutuhkan perusahaan sudah diperoleh.
7. Hutang Leasing (hutang dalam rangka sewa guna), yaitu hutang yang diperoleh
dari perusahaan leasing untuk pembelian aktiva tetap tetap (dalam bentuk capital
lease atau sales and lease back) dan memiliki jatuh tempo lebih dari 1 tahun.

TUJUAN PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG, adalah untuk
memeriksa :
1. Keberadaan internal control kewajiban jangka panjang.
2. Pencatatan dan otorisasi kewajiban jangka panjang per tanggal neraca.
3. Pencatatan kewajiban jangka panjang di Neraca betul-betul merupakan
kewajiban perusahaan.
4. Kewajiban jangka panjang yang berasal dari legal claim atau asset yang
dijaminkan sudah diidentifikasi.
5. Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam
kurs tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun
berjalan.
6. Pencatatan biaya bunga dan hutang bunga serta amortisasi dari
premium/discount per tanggal neraca.
7. Keterjadian biaya bunga hutang jangka panjang pada tanggal neraca dicatat dan
dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan.
8. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan
sehingga tidak terjadi Bank Default.
9. Bagian dari kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun
sebagai kewajiban lancar.
10. Kesesuaian penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan
dengan PSAK.

PROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
1. Pelajari dan evaluasi internal control kewajiban jangka panjang.
2. Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan kewajiban jangka panjang berikut
discount, premium dan bunga selama periode yang diperiksa.
3. Kirim konfirmasi kepada Bank.
4. Minta copy perjanjian kredit permanent file.
5. Periksa otorisasi perolehan/penambahan kewajiban jangka panjang.
6. Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi discount/premium
dari obligasi.
7. Tie-up jumlah beban bunga dan amortisasi discount/ premium obligasi dengan
jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi.
8. Discount/premium yang belum diamortisasi dilaporkan sebagai
pengurang/penambah dan nilai nominal obligasi.
9. Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang dan wesel bayar yang direnewed
(diperpanjang) setelah tanggal neraca, untuk mengetahui penyajian kewajiban
sebagai kewajiban jangka panjang atau kewajiban lancar.
10. Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang atau wesel bayar yang (telah)
dilunasi setelah tanggal neraca (walaupun belum jatuh tempo), untuk
mengetahui perlu tidaknya reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek.
11. Kewajiban dari pemegang saham atau direksi dari perusahaan afiliasi, harus
dikirim konfirmasi dan periksa pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
12. Sesuaikan pencatatan dan penyajian di Neraca tentang hutang leasing dengan
PSAK No. 30 (sewa guna usaha).
13. Periksa kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun y.a.d,
sehingga harus di reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek.
14. Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam
kurs tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun
berjalan.
15. Lakukan penelaahan analitis (Analytical Review Procedure) kewajiban jangka
panjang dan biaya bunga, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
pencatatan biaya bunga.
16. Sesuaikan penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan dengan
PSAK.

























BAB 18
PEMERIKSAAN EKUITAS

PENGERTIAN EKUITAS
Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik
perusahaan. Sedangkan daris egi pemilik perusahaan, modal adalah bagiann hak
pemilik atas kekayaab bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).
Di dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal pemilik
tunggal; laba yang diperoleh dalam suatu periode dan tambahan setoran modal akan
menambah saldo modal, kerugian yang diderita dalam suatu periode dan
pengambilan prive akan mengurangi saldo modal.
Di dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih dari satu
partner.
Modal masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagian laba atau
tambahan setoran modal dan akan berkurang dengan adanya pembagian kerugian
atau pengambilan prive.
Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah
simpanan pokok anggota yang tidak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil
kembali pada saat seorang anggota mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi
adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha
termasuk cadangan.

TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVIES) EKUITAS
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas ekuitas,
termasuk internal control atas transaksi jual beli saham, pembayaran deviden dan
sertifikat saham.
2. Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di neraca sudah sesuai
dengan apa yang tercantum di akta pendirian perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang
menyangkut ekuitas (misalkan dari Departemen Kehakiman dan HAM, BKPM,
BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah mendapat otorisasi
baik dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan komisaris), rapat
pemegang saham (RUPS) maupun dari instansi pemeritah.
5. Untuk meeriksa apakah setiap perubahan pada Retained Earnings atau
Accumulated Losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK) dan hal-hal yang penting sudah
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

PROSEDUR AUDIT YANG DISARANKAN
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas dan transaksi jual beli saham,
pembagian dan pembayaran dividen dan sertifikat saham.
2. Minta copy dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Kehakiman dan HAM,
SK BKPM/BKPMD, SK Bapepam, SK Presiden, untuk disimpan dalam
permanent file.
3. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang
tercantum di neraca dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai
tambahan setoran modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran
dan bukti pembukuan lainnya serta otorisasi dari pejabat perusahaan yang
berwenang dan instansi pemerintah.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan :
Beberapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan
discount dari penjualan saham.
Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan
preferred stock baik dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya.
Rincian pemegang saham.
6. Periksa dokumenk pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained
earnings/deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi
oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah adjustment ke retained
earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya cukup materil.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah :
Dividen dibagika dala betuk cash dividend, stock dividend, atau property
dividend.
Pencatatannya sudah benar (baik pada waktu deklarasi dividen maupun pada
saat pembayaran dividen).
Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui notulen
rapat direksi dan rapat umum pemegang saham).
Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sda
melebihi modal disetor, kalau ini terjadi pertimbangan going concern
perusahaan.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau biro
administrasi efek (stock transfer agent).
10. Seandainya ada treasury stock;
Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.
Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasur stock dijual
kembali).
Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah untuk
memperbaiki harga pasar saham perusahaan atau untuk dibagikan sebagai
saham bonus).
Perhatikan bahwa treasury stock tidak berak atas pembagian deviden.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan keuangan
sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).
12. Buat kesimpulan mengenai kewaaran ekuitas.





















BAB 19
PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI

PENGERTIAN PERKIRAAN LABA RUGI
Yang termasuk ke dalam perkiraan laba rugi terdiri antara lain :
Perkiraan pendapatan operasi
Harga pokok penjualan
Beban Operasi
Pendapatan
Beban diluar Operasi
Pos Luar Biasa
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Sedangkan menurut PSAK, penghasilan adalah peningkatan manfaat ekonomi
selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue)
maupun keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama
dalam aktivitas normal entitas dan dikenal dengan bermacam macam sebutan yang
berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan royalti.
Menurut PSAK ETAP (IAI, 2009 : 114) :
Entitas harus mengukur pendapatan beradasarkan nilai wajar atas pembayaran
yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk
jumlah diskon penjualan dan potongan volume.
Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jka semua kondisi
berikut terpenuhi :
1. Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan
barang kepada pembeli.
2. Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan manajerial
sampai kepada tingkat biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun
control efektif barang yang terjual.
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
4. Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi
akan mengalir masuk ke dalam entitas.
5. Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur
secara andal.
Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi
berikut :
1. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
2. Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan
transaksi akan mengalir kepada entitas.
3. Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal.
4. Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat
diukur secara andal.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 121), tentang Bunga, Royalti dan Dividen :
Entitas harus mengakui pendapatan yang muncul dari penggunaan aset oleh
entitas yang lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen atas dasar yang
ditetapkan ketika :
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan
transaksi akan mengalir entitas kepada entitas.
2. Jumlah pendapatan harus diukur secara andal.
Entitas harus mengakui pendapatan atas dasar :
1. Bunga harus diakui secara akrual.
2. Royalti harus diakui dengan menggunakan dasar akrual sesuai dengan
substansi dari perjanjian yang relevan.
3. Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran
telah terjadi.

TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJEKTIVES) PERKIRAAN LABA
RUGI
1. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan dan
beban termasuk apakah perusahaan menggunakan acrual basis untuk mencatat
pendapatan maupun beban.
2. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang menjadi hak perusahaan telah
dicatat di buku perusahaan, dan apakah pendapatan yang dicatat betul betul
merupakan hak perusahaan dengan menggunakan cut-off yang tepat.
3. Untuk memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah
dicatat di buku perusahaan, dan apakah semua biaya yang dicatat betul betul
merupakan beban perusahaan, dengan memperhatikan cut-off yang tepat.
4. Untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan
pendapatan dan beban jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maupun jika
dibandingkan bulan per bulan atau jika dibandingkan dengan anggaran
pendapatan dan beban.
5. Untuk memeriksa apakah pendapatan dan beban telah dilaporkan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

PROSEDUR AUDIT PEMERIKSAAN ATAS LABA RUGI
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya. (gunakan
internal control quetionnaires, flow chart atau narrative memo).
2. Minta rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka
perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review
procedures. Buat analisis rasio dan hitung juga ROI dan ROE. Rasio yang
dihitung untuk tahun yang diperiksa dibandingkan denga rasio tahun lalu dan
rasio industri.
3. Minta rincian laba rugi untuk periode yang diperiksa, yang dibandingkan dengan
budget untuk periode yang sama. Hitung variance yang terjadi dalam rupiah
maupun persen. Viarance yang jumlahnya material harus diselidiki sebab-
sebabnya. Dari analisis variance tersebut kemungkinan bisa diketahui
seandainya perusahaan melaporkan angka yang tidak sebenarnya dengan tujuan
agar tidak terjadi penyimpangan yang besar dari budget yang sudah ditetapkan.
Misalnya window dressing penjualan, pergeseran mata anggaran atau pergeseran
waktu pencatatan.
4. Minta rincian penjualan menurut jenis barangnya atau menurut area
penjualannya yang mencantumkan kuantitas barang yang dijual maupun nilai
uangnya selama setahun (dibuat per bulan). Kemudian bandingkan kuantitas
yang dijual, secara tes basis, dengan pengeluaran barang yang tercatat pada kartu
persediaan.
5. Periksa cut - off penjualan, untuk mengetahui ada atau tidaknya pergeseran
waktu pencatatan penjualan. Periksa cut-off pembelian, untuk mengetahui
adanya pergeseran waktu pencatatan pembelian.
6. Periksa subsequent payment untuk mengetahui kemungkinan adanya unrecorded
liabilities. Periksa juga subsequent collection untuk mengetahui kemungkinan
adanya unrecorded receivables.
7. Buat analisis terhadap beberapa perkiraan biaya atau pendapatan yang
kemungkinan bisa ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam pengisian
SPT untuk membuat koreksi fiskal, atau yang memungkinkan timbulnya
contingent liability.
8. Untuk biaya biaya dan pendapatan yang ada kaitannya dengan pajak harus
diperiksa apakah peraturan perpajakan yang berlaku telah ditaati.
9. Khusus untuk biaya gaji :
a. Periksa daftar gaji untuk satu atau beberapa bulan, kemudian tes perhitungan
PPh 21 untuk mengetahui apakah perhitungannya sudah sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
b. Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan laba rugi
dengan SPT PPh 21. (perhatikan apakah PPh 21 ditanggung karyawan atau
perusahaan).
c. Secara tes basis bandingkan data yang ada dalam daftar gaji dengan personnel
file untuk mengetahui apakah jumlah gaji, status keluarga sama atau tidak.
d. Lakukan observasi pada saat pembayaran gaji (biasanya dilakukan pada
perusahaan yang pegawainya sangat banyak) untuk mengetahui apakah ada
pegawai yang fiktif.
10. Periksa apakah penyajian pos pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keungan ETAP/PSAK/IFRS.

You might also like