You are on page 1of 8

Mawas Juni 10

1

MENCERMATI EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN
DAN KONSELING DI SEKOLAH KINI DAN MASA
MENDATANG

Sabar Rutoto
1



ABSTRACT
Conceptually, the evaluation as the heart of an organization change
and development, programs, activities, or institutions. Without a good
evaluation, an activity, program, or organization hardly be expected to
grow competitively. A good strategic plan can only be produced if it is
based on good evaluations as well.
However, the evaluation activities are often ignored or overlooked.
Not infrequently, the evaluation is considered as an accessory that is less
beneficial for the improvement of programs, activities or organizations and
only a waste of time and energy costs alone.

Keywords : Mentoring evaluation program guidance and counseling ,
present and the future


ABSTRAK
Secara konseptual, evaluasi sebagai jantungnya perubahan dan
perkembangan suatu organisasi, program, kegiatan, atau institusi. Tanpa
evaluasi yang baik, suatu kegiatan, program, atau organisasi sulit
diharapkan untuk berkembang secara kompetitif. Rencana strategis yang
baik hanya dapat dihasilkan jika ia didasarkan pada evaluasi yang baik
pula.
Namun demikian, kegiatan evaluasi seringkali diabaikan atau
kurang diperhatikan . Tidak jarang, evaluasi dianggap sebagai aksesoris

1
Staf pengajar pada Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Mawas Juni 10

2

MENCERMATI EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH KINI
DAN MASA MENDATANG
Sabar Rutoto

yang kurang bermanfaat bagi peningkatan program, kegiatan atau
organisasi dan hanya menghamburkan biaya tenaga dan waktu saja.


PENDAHULUAN
Secara konseptual, evaluasi
sebagai jantungnya perubahan dan
perkembangan suatu organisasi,
program, kegiatan, atau institusi.
Tanpa evaluasi yang baik, suatu
kegiatan, program, atau organisasi
sulit diharapkan untuk berkembang
secara kompetitif. Rencana
strategis yang baik hanya dapat
dihasilkan jika ia didasarkan pada
evaluasi yang baik pula.
Namun demikian, kegiatan
evaluasi seringkali diabaikan atau
kurang diperhatikan . Tidak jarang,
evaluasi dianggap sebagai
aksesoris yang kurang bermanfaat
bagi peningkatan program,
kegiatan atau organisasi dan hanya
menghamburkan biaya tenaga dan
waktu saja.


PENGERTIAN EVALUASI
Pada hakekatnya, evaluasi
merupakan suatu proses belajar
dari pengalaman (Cronbach, 1980).
Seseorang atau kelompok orang
yang menganalisis dan melakukan
refleksi atas rencana (program) dan
tindakan yang telah dilakukannya
untuk kemudian mencari solusi
guna menjadi lebih baik di hari
esok dapat dikatakan telah
melakukan evaluasi.
Jika ditelusuri secara
harfiah, evaluasi berasal dari kata
value yang berarti nilai. Dalam
pengertian ini, evaluasi dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan
atau proses untuk memberikan atau
menentukan nilai di atas suatu
objek tertentu, benda, lembaga,
program. Secara formal, evaluasi
sering didefinisikan sebagai suatu
proses yang sistematis untuk
mengumpulkan dan mengolah data
serta hasilnya guna mengambil
suatu keputusan
Evaluasi merupakan suatu
proses yang sistematis untuk
mengumpulkan dan mengolah data
menafsirkan hasilnya guna
mengambil suatu keputusan. Tanpa
evaluasi yang baik, suatu program,
atau organisasi sulit diharapkan
untuk berkembang secara
kompetitif. Evaluasi yang baik
harus direncanakan dengan matang
dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya sehingga mampu
Mawas Juni 10

3

memperoleh informasi yang
lengkap dan akurat sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Selain itu,
evaluasi yang baik juga menuntut
penulisan laporan dan komunikasi
kepada pihak yang terkait
(stakeholders) pada waktu dan cara
yang tepat. Kegiatan evaluasi yang
efektif biasanya diikuti oleh
kegiatan diseminasi hasil evaluasi
disertai rancangan dan upaya
tindak lanjut (oleh pengelola)
untuk memperbaiki program
pendidikan yang bersangkutan.
Crobanch mendefinisikan
evaluasi sebagai pengujian secara
sistematik terhadap suatu kejadian
atau kegiatan tertentu dan dampak
yang ditimbulkan oleh sesuatu
program atau kegiatan yang
bersifat sementara. Istilah program
itu sendiri diartikan sebagai
rencana kegiatan yang dibuat untuk
menyediakan pelayanan sosial.
Sementara itu, Hadley & Mitchell
dan Rossi mendefinisikan evaluasi
(evaluation research) sebagai suatu
aplikasi sistematik dari prosedur
penelitian untuk menilai
pembuatan konsep, perencanaan,
pengimplementasian, dan manfaat
suatu program. Definisi lain
dikemukakan oleh Patton yang
menyatakan bahwa evaluasi
program harus memiliki 4 unsur
sebagai berikut : (1) pengumpulan
informasi secara sistematik, (2)
dilakukan dalam ruang lingkup dari
suatu program yang hendak
dievaluasi, (3) digunakan untuk
sasaran tertentu (lembaga yang
spesifik), dan (4) dengan banyak
kegunaan (tujuan). Dengan kata
lain, Patton mengungkapkan bahwa
evaluasi merupakan akatifitas
pengumpulan informasi secara
sistematil dalam ruang lingkup
topik yang spesifik, dengan sasaran
tertentu berdasarkan keinginan
(harapan) dari pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders).
Kata sistematik pada definisi
tersebut mengandung pengertian
bahwa evaluasi dilakukan dengan
mengikuti prosedur tertentu dan
dengan mengikuti kaidah dan
prinsip-prinsip tertentu pula.


TUJUAN DAN MANFAAT
EVALUASI
Evaluasi program dilakukan
untuk tujuan yang berbeda-beda.
Cronbach (1980, hal 14)
menyatakan bahwa manfaat
kegiatan evaluasi program adalah
untuk membantu mening katkan
program yang dievaluasi ataupun
program sejenis yang memiliki
tujuan yang sama. Ahli lain, Patton
Mawas Juni 10

4

MENCERMATI EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH KINI
DAN MASA MENDATANG
Sabar Rutoto

mengemukakan dua macam
manfaat kegiatan evaluasi
program., yaitu (1) memberikan
kepastian dan keyakinan tentang
program yang terlaksana, dan (2)
mendapatkan informasi yang lebih
sempurna.
Ahli lain, Anderson dan
Ball mengatakan bahwa tujuan
utama evaluasi adalah untuk
a)memberikan kontribusi dalam
pengambilan keputusan tentang
instalasi program b)memberikan
kontribusi dalam pengambilan
keputusan tentang keberlanjutan,
ekspansi, atau sertifikasi program.
c)memberikan kontribusi dalam
pengambilan keputusan tentang
modifikasi program d)
menyediakan bukti dukungan
positif terhadap suatu program e)
menyediakan bukti dukungan
negatif terhadap suatu program f)
memberikan suatu kontribusi
dalam memahami dasar yang
bersifat psikologis, sosial, dan
proses lainya
Berdasarkan pendapat yang
dikemukakan di atas dapat
disimpul kan bahwa manfaat
kegiatan evaluasi program sangat
banyak dan beragam, serta akan
terus bertambah sejalan dengan
semakin banyaknya pengala man
para pendidik (termasuk konselor)
dan pengelola serta penyelenggara
pendidikan (khususnya bimbingan
dan konseling) dalam melakukan
evaluasi programnya masing-
msaing. Walaupun demikian,
Chelimsky mengemukakan
bahwa berbagai tujuan dan manfaat
kegiatan evaluasi yang beragam itu
dapat dikelompokkan menjadi tiga
perspektif, yaitu untuk :
a)menegakkan akuntabilitas
(evaluation for accountability)
seperti pengukuran hasil dan
efisiensi yang memberikan bukti
untuk pengambilan keputusan yang
kokoh. b) mengembangkan
program yang ada (evaluation for
development) seperti penyediaan
informasi evaluasi untuk
memperbaiki suatu program
sehingga program yang sedang
berjalan dapat selalu diperbaiki dan
berkembang sesuai
harapan.c)menambah dan
memperkaya pengetahuan
(evalauation for knowledge) seperti
untuk memperoleh pemahaman
yang lebih dalam tentang sesuatu
masalah atau peristiwa.
Dari perspektif auditor,
penyan dang dana, dan pemerintah
yang mensponsori suatu kegiatan,
proyek atau program, evaluasi
dilakukan terutama untuk
menegakkan akuntabilitas.
Mawas Juni 10

5

Evaluasi ditunjukan untuk
menyediakan informasi tentang
(misalnya, hasil dan efisiensi) suatu
kegiatan, program, atau proyek
kepada pengambil keputusan, naik
pemerintah maupun swasta
(penyandang dana).
Baker menyebut
akuntabilitas ini sebagai salah satu
jenis layanan bimbingan dan
konseling di abad 21. Menurut
Baker, akuntabilitas harus
dilakukan dan ditegakkan oleh
setiap konselor dan lembaga yang
menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling.
Akuntabilitas di sini merupakan
tindak lanjut dari evaluasi program.
Bagi manajer dan reformis,
evaluasi biasanya lebih diarahkan
untuk menyediakan informasi yang
diperlukan bagi penyusunan
rencana atau program kerja (renstra
dan renop) agar terjadi proses
peningkatan kinerja program atau
lembaga secara berkelanjutan
(continuous improve- ment). Salah
satu teknik yang banyak digunakan
adalah analisis kekepan (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman)
atau SWOT analysis (strengths,
weaknesses, opportunities, and
threats).
Perspektif yang ketiga
biasanya lebih terlihat pada
perguruan tinggi, lembaga
akademik, dan para ilmuwan. Bagi
mereka, evaluasi lebih diarahkan
untuk memahami kompleksitas
variable dan hubungannya satu
sama lain dalam menghasilkan
suatu produk atau kinerja tertentu.


POLITIK, ETIKA DAN
EVALUATOR DALAM
EVALUASI
Nilai atau manfaat kegiatan
evaluasi program pada akhirnya
diukur dari kegunaan dan manfaat
hasil evaluasi itu sendiri sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu, dalam melakukan
kegiatan evalu asi program
pendidikan perlu diperha tikan
faktor-faktor yang dapat mempe
ngaruhi hasil yang diperoleh.
Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah aspek politik, etika, dan
evaluatornya sendiri.
1. Aspek Politik dalam Evaluasi
Evaluator perlu menyadari
bahwa evaluasi bukan sekedar
prose dur teknis yang melibatkan
pengemba ngan instrument,
pengumpulan data, dan analisis
data serta penafsiran hasilnya,
melainkan juga sebagai aktifitas
politik. Kegiatan dan hasil evaluasi
Mawas Juni 10

6

MENCERMATI EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH KINI
DAN MASA MENDATANG
Sabar Rutoto

tidak dapat mengabaikan pengaruh
dan tekanan politik yang
berkembang pada waktu itu.
Worthen dan Sanders
mengemukakan bahwa
mengabaikan pengaruh politik atau
berasumsi bahwa aspek politik
dapat dieliminasi dari kegiatan
evaluasi secara keseluruhan
merupakan contoh pengaruh yang
bersifat politik dalam evaluasi.
Evaluator yang efektif harus
mengenali dan menangani masalah
pengaruh politik yang mungkin
terjadi.
Joint Committee on
Standards for Education
Evaluation mengemu kakan
behwa evaluasi harus direnca
nakan dan dilaksanakan dengan
meng antisipasi posisi yang
berbeda dari berbagai kelompok
atau pihak-pihak yang
berkepentingan, sehingga upaya
yang dilakukan untuk menghambat
proses evaluasi, membiasakan atau
menyalahgunakan hasilnya dapat
dihindari.
2. Aspek Etika dalam Evaluasi
Kegiatan evaluasi harus
dilakukan dengan memperhatikan
aturan, prinsip, dan prosedur yang
berlaku agar tidak terjadi
penyimpangan etika.
Penyimpangan etika dapat
mengakibatkan kesediaan untuk
mengubah kebenaran dan
memberikan temuan yang baik
bagi pihak-pihak tertentu :
a)timbulnya pendapat yang tidak
jelas dasarnya disebabkan
kecerobohan dan tidak
profesionalnya pelaksanaan
evaluasi, b) dihasilkan temuan
yang hanya didasarkan oleh opini
atau pemikiran personal dari
evaluator, c) meminta kerjasama
dengan klien/partisipan dengan
memberikan janji yang tidak dapat
ditepati, dan d) kegagalan
menghormati komitmen yang harus
dipegang.
Untuk menangani masalah
etika ini, beberapa organisasi
menyusun standar etika dalam
evaluasi. Salah satunya adalah The
Joint Committee on Standards for
Education Evaluations yang
standarnya terdiri dari :a) formal
obligation (penugasan secara
formal) yaitu penugasan harus
berdokumentasi secara formal
sehingga pelaksanaan evaluasi
konsisten, seimbang, dan sesuai
dengan hukum serta kode etik.
Termasuk di dalamnya adalah
keterbatasan yang harus dipahami
oleh klien sehingga tidak berharap
terlalu banyak.b) Conflik of
interest (konflik kepentingan)
Mawas Juni 10

7

Konflik kepentingan ini seringkali
tidak dapat dihindarkan seratus
persen dalam suatu kegiatan
evaluasi. Setiap pihak yang
berkepentingan terutama klien
harus menyadari potensi ini
sehingga dapat mengantisipasi bias
yang mungkin timbul. Full and
frank disclosure (penyajian yang
utuh dan terbuka). Salah satu etika
yang perlu diperhatikan oleh
evaluator adalah bahwa proses dan
hasil evaluasi harus disajikan dan
dilaporkan secara utuh dan terbuka.
Hasil evaluasi menyajikan
gambaran yang utuh dan seimbang
mengenai kegiatan atau program
yang dievaluasi. C) Publics right
to know (hak masyarakat untuk
mengetaahui) Tanggung jawab
evaluator tidak terbatas hanya
kepada klien dan sponsornya,
melainkan juga bertanggung jawab
terhadap hak kalayak umum yang
terkait dan memiliki kepentingan
dengan progam yang dievaluasi
dan hasil-hasil evaluasi. Right of
human subject (hak subjek
manusia). Dalam pelaksanaan
evaluasi harus diperhatikan etika
yang berhubungan dengan hak
asasi manusia. d) Balanced
reporting (pelapor yang seimbang)
Laporan harus jelas, akurat, dan
seimbang; tidak hanya
menonjolkan salah satu sisi negatif
atau sisi positifnya saja. (Worthen
dan Sanders, 1987) :
3. Aspek Evaluator dalam
Evaluasi
Sumber potensi bias yang
cukup besar adalah evaluator.
Setiap evaluasi merupakan suatu
kumpulan yang komplek dari
hubungan interpersonal, hubungan
keuangan, dan hubungan organisasi
antara evaluator dan berbagai
faktor lainnya dalam konteks
evaluasi.
a) Hubungan interpersonal dan
bias .Adanya hubungan
interpersonal antara evaluator
dengan pihak-pihak lainnya yang
berkepentingan dalam evaluasi
dapat menjadi sumber bias. Hal ini
berhubungan dengan pelibatan
perasaan evaluator dalam berpikir
dan memberikan penilaian.
b)Hubungan keuangan dan bias
Saat evaluator bergantung secara
keuang an terhadap klien (misal
dari gaji atau dana evaluasi) maka
bias menjadi potensial untuk terjadi
karena kebutuhan untuk memuas
kan pihak-pihak sumber dana.
Bahkan walaupun evaluator
merupa kan orang luar (misal
konsultan), ketergantungan
keuangan dapat mempengaruhi
proses dan hasil evaluasi ini.c)
Mawas Juni 10

8

MENCERMATI EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH KINI
DAN MASA MENDATANG
Sabar Rutoto

Hubungan organisasi dan bias
Hubungan organisasi dapat
menjadi sumber bias yang lebih
besar lagi dibandingkan hubungan
keuangan. Hal ini dapat berhubung
an dengan kedudukannya di masa
yang akan datang, selain itu organi
sasi juga dapat memberikan control
dalam evaluasi dan memberikan
batasan akses dalam mendapatkan
informasi/data.


DIMENSI EVALUASI
Selain tahapan-tahapan
evalu- asi, terdapat pula dimensi
evaluasi atau tepatnya dimensi
program pendidikan yang
dievaluasi. Terdapat beberapa
model klasifikasi dimensi evaluasi
ini. Namun, pada modul ini
disajikan salah satu model yang
menggolongkan dimensi evaluasi
program pendidikan menjadi
evaluasi proses, evaluasi hasil
(output), dan evaluasi dampak
(impact).
a. Evaluasi proses
Evaluasi proses mengkaji
dan menggambarkan aktivitas
suatu program. Pengujian terhadap
aktifitas bertujuan untuk menjamin
bahwa program yang direncanakan
dapat dilaksanakan, seperti
pengujian ketepatan pendekatan
dan prosedur program yang
terlaksana. Pengujian prosedur
merupakan bagian yang penting
dalam evaluasi proses. Pengujian
lain yang dilakukan adalah analisis
dokumen yang menjelaskan
pelaksanaan program dan menje
laskan bagaimana tujuan program
tercapai.
b. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil (output)
mempe- lajari efek program yang
telah terlak sana dengan
memperhatikan pihak yang terkait
langsung dengan prog- ram. Disini,
fokus kajian adalah pada hubungan
antara program yang dilaksanakan
dengan perilaku yang diharapkan
muncul sebagai akibat langsung
dari pelaksanan program itu.
c. Evaluasi dampak
Evaluasi dampak (impact)
adalah evaluasi yang dilakukan
dengan memperhatikan akibat
suatu program terhadap kebijakan,
instruksi maupun pelayanan dalam
waktu panjang. Evaluasi ini
dilakukan untuk melihat apakah
hasil dari program memberi- kan
dampak positif terhadap perilaku
anak didik dalam jangka panjang.


Mawas Juni 10

9

KARAKTERISTIK PROGRAM
BK YANG EFEKTIF
Shertzer & Stone (1971)
menge mukakan dua kelompok
karakteristik program bimbingan
dan konseling yang efektif, yaitu
karakteristik eksternal dan
karakteristik internal. Secara rinci,
kedua kelompok karak- teristik
tersebut dapat diuraikan sebasgai
berikut :
1. Karakteristik Eksternal
Meliputi : a) Rasio
konselor-siswa (seorang konselor
full time untuk 1:150 siswa) b)
Konselor yang bertugas memenuhi
kualifikasi minimal yang
dipersyaratkan.S1 c) Terhadap
catatan dan dokumen informasi
yang terawat dan memadai tentang
individu siswa yang dapat diguna
kan guru dan konselor untuk
membantu siswa. d)Terhadap
informasi pendidikan lanjutan,
dunia kerja, dan karir yang mudah
diakses. e) Data hasil asesmen
tentang siswa secara individual
tersedia dan digunakan oleh
konselor membantu sisawa dalam
penyesuaian diri dan perencanaan
masa depan. f) Konselor, guru dan
petugas bimbingna lainya bersifat
dan bekerja dengan pola self-
evaluative dan research oriented.
g) Program bimbingn bersifat
menyeluruh dan berkesinambung
an untuk siswa di suatu sekolah
dan masa depannya. h)Tersedianya
sara na yang diperlukan untuk
kegiatan BK. I) Adanya dukungan
finansial yang memadai.
2. Kararakteristik Internal
Meliputi : a)Sesuai dengan
dan dapat meme nuhi kebutuhan
siswa. b ) Adanya keseimbangan di
sekolah antara fungsi kuratif,
preventif, dan pengembangan.
c)Memiliki visi, misi, dan tujuan
yang jelas (purposeful). d) Adanya
keseimbangan antara jenis-jenis
layanan bimbingan. e)Stabilitas
program, tidak bergantung ada
/tidaknya seseorang. Sistem dan
program yang baik tetap berjalan
dengan baik walaupun ada peru
bahan personil. f) Fleksibilitas
(daya lentur) program untuk
beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi tanpa harus kehilangan
efektivitasnya. g) Konselor/guru
pembimbing yang memiliki moral
yang tinggi dan bekerja secara
kooperatif. h) Konselor/guru
pembimbing menghin- dari untuk
memperoleh jawaban yang cepat
(tergesa-gesa) atas masa lah yang
dihadapi. I)Pemikiran dan tindakan
konselor/guru pembimbing
Mawas Juni 10

10

MENCERMATI EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH KINI
DAN MASA MENDATANG
Sabar Rutoto

didasarkan pada pemahaman ten
tang peran dan fungsinya.


INDIKATOR KEBERHASILAN
PROGRAM BIMBINGN DAN
KONSELING
Setiap program kerja
seyogya nya memilliki tujuan yang
jelas dan dikuti oleh indikator atau
kriteria keberhasilan yang spesifik
dan, dalam banyak hal, juga target
yang jelas dan spesifik, suatu
program kerja tidak akan memiliki
arah yang jelas.
Shertzer & Stone (1971:
457-458) juga mengemukakan lima
kategori umum indikator atau
kriteria keberhasilan program
bimbingan dan konseling di
sekolah, yaitu: a) Reduction in
scholastic failure, yaitu penurunan
kegagalan dan masalah
pembelajaran di sekolah baik
secara kuantitatif maupun
kualitatif. b) Reduction in
discipline problems, yaitu
penurunan masalah-masalah
disiplin, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.c)Greater
utilization of the counceling
service, yaitu peningkatan
pemanfaatan layanan konseling
secara sukarela.d) Reduction in
program changes, yaitu penurunan
perubahan dalam program
bimbingan di tengah jalan.
e)Choice of suitable vocational
goals, yaitu pilihan siswa tentang
tujuan dan pilihan pekerjaan dan
karir menjadi semakin tepat (cocok
dengan potensi dan karakteristik
pribadinya).


PENUTUP
Program layanan
bimbingan diselenggarakan dengan
maksud bahwa program itu
mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Telah disebutkan
bahwa introduksi program ini
disekolah adalah untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah. Dengan dilaksanakannya
layanan bantuan khusus ini
diharapkan bahwa peluang
tercapainya tujuan pendidikan itu
lebih besar. Untuk itu bimbingan
diberikan sifat dan fungsi sebagai
penunjang kurikulum sekolah dan
ia dinyatakan sebagai bagian
terpadu dari keseluruhan sistem
pendidikan di sekolah. Ibarat roda
mobil penum pang, bimbingan
salah satu dari keempat roda mobil,
bukan roda kelima, alias roda
serap.
Mawas Juni 10

11

Pengelola program
bimbing-an karier sebagai salah
satu dari program-program
bimbingan di sekolah sangat
berkepentingan dengan soal
pencapaian tujuan-tujuannya
karena dengan demikian itu berarti
pencapaian tujuan program
bimbingan dan selanjutnya penca
paian keseluruhan tujuan sistem
pendidikan di sekolah. Untuk itu,
penilaian bimbingan, termasuk
penila ian bimbingan karier,
menjadi perkara yang penting dan
relevan. Kerisauan pengelola
mengenai mutu kinerja program
beralasan, berkaitan dengan konsep
tentang akuntabilitas pendidikan,
yang pada akhirnya berarti
akuntabilitas bimbingan. Meski
masalah akuntabilitas ini tidak
senyata seperti halnya di negara-
negara Barat, tetapi para pendidik
merasakan adanya tagihan untuk
kinerja yang bermutu ini. Mereka
menyadari akan adanya harapan
yang besar dari masyarakat
terhadap sekolah. Soal
akuntabilitas berkaitan erat dengan
masalah pendanaan pendidikan,
sementara itu terdengar suara-suara
tudingan atas kinerja sekolah yang
tidak memuaskan dan mutu
pendidikan tidak tercapai taraf
setinggi yang diharapkan.
Secara umum penilaian
(evaluasi) bermaksud mengetahui
apakah sesuatu yang dikerjakan
mencapai hasil. Lebih khusus,
penilaian bertujuan menentukan
apakah tujuan yang telah
ditetapkan tercapai dan seberapa
jauh kalau tercapai. Usaha
pendidikan, dan usaha bimbingan
dilakukan dengan pikiran bahwa
usaha itu bermanfaat atau berguna.
Penilaian bermaksud menen tukan
manfaat atau nilai guna itu. Tersirat
di sini adanya pertim bangan nilai
(value judgement). Di bidang
pendidikan, definisi umum
Cronbach sering diacu yaitu bahwa
kegiatan penilaian itu berupa
pengumpulan dan penggunaan data
untuk dasar membuat keputusan
mengenai suatu program
pendidikan. Pengertian ini dapat
diterapkan pada kegiatan
bimbingan karier, bimbingan
adalah suatu usaha pendidikan.
Pengertian penilaian
hendak nya dibedakan dengan
pengertian penelitian (riset)
mengingat keduanya mengandung
unsur-unsur paersama an.
Persamaannya dalam prosedur
pengumpulan data (objektivitas,
standardisasi) dan persyaratan
menge nai data yang dikumpulkan
(validitas, reliabilitas), penerapan
Mawas Juni 10

12

MENCERMATI EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH KINI
DAN MASA MENDATANG
Sabar Rutoto

ancangan (kuantitatif dan
kualitatif). Perbe daannya,
penilaian untuk pengam bilan
keputusan, penelitian tidak terlalu
peduli akan penggunaan atau
kemanfaatan praktis hasilnya;
perha tian periset penyusun teori,
pengujian hipotesis, pengembangan
ilmu. Na- mun keduanya bisa
digabung, yaitu apabila orang
melakukan penelitian evaluatif.
Kegiatan ini adalah penelitian
tetapi yang tujuannya evaluasi atau
evaluasi tetapi yang menggunakan
pendekatan riset ilmiah. Penilai
bimbingan diperingatkan mengenai
kelemahan, bahkan kegagalan,
model riset laboratorium yang ketat
untuk menilai keberhasilan
konseling (Goldman). Dianjurkan
agar klien lebih dilibatkan klien
dan digunakan pendekatan
kualitatif.
Penilaian bimbangan perlu
dibedakan dengan penilaian
pengaja ran. Penilaian dalam
pengajaran ber tujuan melihat
perubahan tingkat laku siswa
sebagai hasil belajar sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan sebelumnya
berdasarkan kurikulum yang
berlaku. Kecuali dalam konseling
ancangan behavioral, tujuan
konseling tidak bisa ditetapkan
sebelumnya. Penilaian konseling
bertujuan melihat kemajuan
tingkah laku klien diban dingkan
dengan taraf sebelum konseling.
Penilaian dalam bimbingan
dibedakan antara penilaian
program dan penilaian layanan.
Demikian juga seperti halnya
dalam pengajaran, dalam
bimbingan dikenal adanya
penilaian hasil (sumatif), penilaian
proses (formatif).
Penilaian itu suatu proses.
Secara garis besar penilaian
berlang sung mengikuti tahap-
tahap berikut (McDaniel)
perumusan tujuan, penetapan
kriteria, pengumpulan data (bukti
evidensi), dan pertimbangan
kecocokan evidensi itu dengan
kriteria. Perumusan tujuan tahap
penting dan menentukan, terutama
untuk penetapan kriteria.
Penetapan kriteria merupakan
masalah dalam penilaian
bimbingan. Program bimbingan
yang kuantitatif sifatnya lebih
mudah menilainya kriterianya
jelas,kuantitatif-- daripada program
yang kualitatif. Meskipun tidak
berarti tidak mungkin dijalankan,
penilaian bimbingan itu sulit.
Dengan kriteria apapun sukar bagi
petugas bimbingan mengklaim
bahwa, kalau berhasil, keberhasilan
itu berkat daya upayanya sendiri.
Mawas Juni 10

13

Ini karena banyaknya faktor atau
variabel, yang menentukan tingkah
laku orang.
Penilaian layanan
konseling, seperti telah disinggung,
berusaha melihat adanya kemajuan
tingkah laku klien sebagai hasil
yang dicapai selam berlangsungnya
hubungan bantuan konselor-klien :
klien lebih mengenal dan
memahami diri, tingkah laku
malasuainya berkurang dan
akhirnya hapus, lebih mampu
menyusun rencana karier. Meski
keberhasilan dapat dilihat dari hasil
akhir, kemajuan juga dapat dinilai
dengan mempelajari proses ketika
berlangsung konseling. Ini dapat
dilakukan dengan mem- pelajari
rekaman pembicaraan klien.
Penilaian dalam konseling
sistematis (Stewart et al) adalah
penilaian atas hasil tetapi penilaian
diartikan sebagai bagian dari
keseluruhan proses konseling
sendiri, bahkan mencakup
beberapa waktu setelah konseling
berakhir. Penilaian menurut paham
ini terpasang di dalam bagan arus
konseling yang dibuat dan
prosesnya dimulai dari penetapan
tujuan sampai pengakhiran
konseling. Dengan demikian
penilaian saat demi saat, terus
menerus, merupakan proses yang
berkelanjutan. Hal yang khas dari
penilaian konseling sistematis ini
adalah adanya tahapan penilaian
pascakonseling untuk
menindaklanjuti hasi-hasil
konseling-- dan dilakukan
penilaian atas konselornya sendiri.
Tolok keberhasilan konseling
memang bagaimana kemajuan
tingkah laku klien, tetapi kemajuan
itu juga berkat peranan konselor.
Kalau konseling gagal, disitu
terbawa juga kinerja konselor, itu
berarti kegagalan konselor.


DAFTAR PUSTAKA
Corey Gerald 1987. Theory and
practice of counseling and
psychotherapy. Pacific
Grove : Brooks / Cole
Publising Company, Edisi
IV.
--------. 1987. Theory and practice
of counseling and
psychotherapy. Pacific
Grove : Brooks / Cole
Publising Company, Edisi
VII.
Darsono Max, Sugandhi, Martensi,
Rusda Koto & Nugroho.
2000. Belajar dan
pembelajaran. Semarang
:IKIP. Semarang Press.
Mawas Juni 10

14

MENCERMATI EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH KINI
DAN MASA MENDATANG
Sabar Rutoto

Donald Mc.F.J. 1985. Educational
psychology. Belmont :
Publishing Company.
Inc.Second edition.
Linda L.D.1981. Introduction to
psychology. ( Alih bahasa
Mari Junaidi ). Jakar-
ta : Airlangga.
Munandir, 1989. Bimbingan
sekolah di Indonesia corak
yang bagaimana ( Pidato
Pengu kuhan Guru Besar
IKIP Malang, tidak
diterbitkan )
---------, 1996 . Bimbingan karier
di sekolah. Jakarta :
Depdikbud Dirjen.Dikti
Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik.
-------- , 2001. Ensiklopedi
pendidikan . Malang :
UM.Press.
Mungin Eddy Wibowo, 1996.
Pengembangan wawasan
bimbingan konseling. (
Makalah Seminar .Tidak
diterbitkan ).
---------,1986. Konseling di
sekolah. Jilid.I,II.
Semarang : Fakultas Ilmu
Pendidikan.
IKIP.Semarang.
Nasution .1981. Didaktik azas
azas mengajar . Bandung :
C.V.Jemmars.
Nurihsan Juntika. 2003. Dasar
Dasar Bimbingan
Konseling. Bandung :
Mutiara.
Prawitasari.J.E. 1998. Pendekatan
perilaku. Yogyakarta :
Fakultas Psiko logi.UGM.
Prayitno, 1994. Dasar-dasar
Bimbingan konseling
.Jakarta : Rineka Cipta.
----------, 1995. Seri pemandu
pelaksanaan bimbingan
dan konseling. Buku II
.(Tanpa penerbit )
----------, 1987. Profesionalisasi
Konseling dan pendidikan
konselor. Jakarta :
Dep.Pdan K. Dirjen.Dikti.
Proyek Pengem bangan
Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Shertzer. B. and Peters. H, J. 1974 .
Guidance. Program
Manage-men and
Development. Ohio :
Publishing Company.
Shertzer .B.and Stone ,S.C.1981.
Fundamental of guidance.
Boston : Publishing
Company.
Mawas Juni 10

15

Winkel, 1991 Bimbingan dan
konseling di institusi
pendidikan. Jakarta :
Grasindo.

You might also like