Oleh : Syaiful Anwar Widyaiswara Utama Pusdiklat Bea dan Cukai Pengantar Setelah Perang Dunia II berakhir (1948/1949), negara-negara Eropa Barat (Perancis, Jerman, Belanda dll.) mulai memikirkan pembangunan kembali ekonomi dan sarana fisik yang telah porak paranda akibat Perang Dunia II. Negara-negara Eropa Barat membuat komisi pembangunan ekonomi masyarakat Eropa dengan membentuk 2 (dua) komisi yaitu Komisi Ekonomi dan Komisi Perdagangan. Tugas Komisi Ekonomi dan Perdagangan adalah membuat kajian tentang ekonomi dan perdagangan agar menghasilkan rekomendasi yang dapat menjadi pedoman negara-negara Eropa Barat dalam upaya membangun kembali ekonomi dan infrastruktur ekonomi yang rusak akibat perang. Hasil Kajian Komisi Ekonomi Komisi Ekonomi melakukan kajian tentang potensi ekonomi negara-negara Eropa Barat dan hasil kajian menunjukkan pada umumnya produk industri dan pertanian di negara mereka saling melengkapi maka merekomendasikan suatu bentuk kerjasama ekonomi dalam bentuk Pasaran Bersama Eropa (European Commonmarket). Rekomendasi membentuk suatu Pasaran Bersama Eropa kemudian ditindaklanjuti dengan membangun pasar bersama diantara mereka untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan bagi sesama anggota Pasaran Bersama Eropa. Kebijakan membentuk pasaran bersama negara-negara Eropa Barat dalam rentang waktu dua puluhan tahun kemudian ternyata berhasil menciptakan kesejahteraan bagi negara-negara anggotanya. Keberhasilan model pola kerjasama Pasaran Bersama Eropa kemudian berkembang menjadi kerjasama ekonomi sesama negara-negara Eropa Barat, yang kemudian dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) atau European Economic Community (EEC), dalam bentuk kerjasama yang lebih luas seperti mengintegrasikan berbagai kebijakan dibidang fiskal, moneter dan startegi menghadapi persaingan antar bangsa. Kerjasama ekonomi Eropa dalam bentuk Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) mampu menghimpun kekuatan dan memperluas negara-negara Eropa Daratan bergabung dalam Mayarakat Ekonomi Eropa (MEE) sehingga MEE menjadi kekuatan ekonomi dunia secara bersama mampu bersaing dengan Amerika Serikat, Jepang dan Inggris (Kelompok Negara Anglo Saxon) dalam berbagai perundingan perdagangan internasional sebagaimana dalam putaran perundingan perdagangan internasional (Round, seperti Uruguay Round, Doha Round) yang difasilitasi oleh World Trade Organization (WTO). 2 Keberhasilan kerjasama ekonomi negara-negara Eropa Barat semakin kuat dan nyata keampuhannya sebagai kekuatan ekonomi, maka kerjasama negara-negara Eropa Barat kemudian berubah dari kerjasama ekonomi sebagai Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) kemudian berubah menjadi Customs Union sebagaimana sekarang dikenal sebagai Uni Eropa (Eropean Union). Sebagai Customs Union, Uni Eropa melakukan kerjasama negara-negara Eropa daratan tidak saja dibidang ekonomi, moneter dan fiskal (perpajakan) melainkan juga melakukan kerjasama dibidang lalu lintas barang, alat angkut darat dan orang, keuangan antar negara-negara Uni Eropa. Uni Eropa sepakat memperkenalkan dan menggunakan standar mata uang tunggal Eropa yang dikenal sebagai mata uang Euro, sehingga mata uang Euro dianggap sebagai alat pembayaran internasional yang berlaku pada sesama anggota Uni Eropa disamping mata uang lokal masing-masing negara Uni Eropa dan juga berlaku sebagai alat pembayaran luar negeri (devisa) ketika bertransaksi dengan negara-negara bukan anggota Uni Eropa. Uni Eropa sepakat memberlakukan pembebasan bea masuk dan pajak-pajak konsumsi lainnya atas lalu lintas barang barang antara sesama anggota Uni Eropa, namun bukan berarti tidak ada petugas pabean dan atau imigrasi di masing-masing perbatasan negara-negara anggota Uni Eropa. Pabean (Customs/Douane) dan atau Imigrasi tetap hadir dan menjalankan misi universal yang mereka harus emban yaitu lebih fokus pada tugas pengawasan lalu lintas barang- barang berbahaya bagi keamanan seperti senjata api, terorisme, narkotika, sedangkan tugas fiskal menjadi hilang atau berkurang. Demikianlah metamorfosis negara-negara Eropa Barat dari kehancuran akibat Perang Dunia II, kemudian melalui kajian rasional, kemudian mereka bangkit mengintegrasikan potensi sosial- politik, geografi dan ekonomi yang mereka miliki mulai dalam bentuk Pasaran Bersama Eropa (European Common Market) berubah menjadi Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community) dan kemudian menjadi Uni Eropa (Customs Union) sehingga sepakat membentuk mata uang tunggal Eropa sebagaimana dikenal sebagai Euro. Hasil Kajian Komite Perdagangan Komite Perdagangan melakukan kajian tentang teknik perdagangan yang memungkinkan berlangsungnya perdagangan antar negara khususnya Eropa Barat maka Komite ini menghasilkan suatu rekomendasi untuk: - Membentuk organisasi kepabeanan secara internasional - Merekomendasikan standardisasi dan penyederhanaan prosedur kepabeanan (Simplification and uniformity of customs procedure / customs technique) - Penyeragaman system klasifikasi tarif barang impor-ekspor (Uniformity of Tariff Classification/Tariff Nomenclatures) 3 - Menyusun definisi tentang harga guna menghitung bea masuk (Uniformity of the Definition of Value). Rekomendasi dari hasil kajian komite perdagangan ditindaklanjuti dengan membentuk organisasi pabean sedunia pada tahun 1950 dengan nama Customs Cooperation Council (CCC) yang berkedudukan di Brussells, Belgia. Kemudian seiring General Agreement on Tariff and Trade (GATT) berubah menjadi World Trade Organization (WTO) pada tahun 1994, maka CCC berubah menjadi World Customs Organization (WCO. WCO adalah organisasi dunia dengan lebih seratus negara anggota, berfungsi sebagai lembaga internasional yang bertanggung jawab membahas berbagai kompetensi berkaitan dengan pengawasan lalu lintas barang dari suatu negara ke negara lain dan pemungutan bea masuk dan atau bea keluar dan mengawasi jalannya berbagai kovensi internasional yang dihasilkan WCO dalam rangka menjalankan misi WCO dibidang Kepabeanan. Oleh sebab itu WCO dalam mengemban tugasnya itu dilengkapi dengan berbagai divisi/ direktorat yang dipimpin oleh pejabat-pejabat dari berbagai negara anggota WCO seperti: - Sekretariat Jenderal WCO. - Direktorat Tarif dan Perdagangan Umum (Tariff and Trade Affairs Directorate) membawahi masalah Tariff Nomenclatures, Valuation dan Rule of Origin. - Direktorat Pengembangan Sumberdaya Manusia (Capacity Building Directorate) membawahi perwakilan Eropa dan Azerbaijan, Asia Pasifik, Arab dan Afrika Timur dan Selatan, Afrika Barat, Amerika dan Karibia. - Direktorat Fasilitas dan Peraturan Pabean (Compliance and Facilitation Directorate) membawahi Peraturan dan Penegakan Hukum (Compliance and Enforcement) dan Prosedur Fasilitas Kepabeanan (Facilitation Procedures). Setiap tahun WCO melangsungkan pertemuan antar Direktur Jenderal Bea Cukai negara- negara anggota WCO, dan setiap tiga bulanan masing-masing devisi mengundang utusan dari Bea Cukai negara-negara anggota untuk membahas berbagai masalah berkaitan dengan Pabean seperti masalah klasifikasi tarif bea masuk barang baru, atau menyampaikan edaran-edaran atas penyelesaian masalah pabean sebagai kumpulan pendapat WCO tentang klasifikasi tarif bea masuk (compendium of opinion), masalah valuation, masalah penyuapan dan intergritas pegawai pabean dll.. Konvensi-Konvensi Internasional Kepabeanan yang Dikelola oleh WCO. Setiap Konvensi yang dihasilkan oleh WCO harus ditaati oleh masing-masing anggota WCO, konvensi internasional dimaksud adalah: 1. Konvensi Pembentukan CCCTanggal 15 Desember 1950. 2. Konvensi Tentang Nilai Pabean (Valuation Convention): 4 a. Agreement on Implementation of Article VII GATT, tentang nilai pabean berdasarkan nilai transaksi (transaction value) berdasarkan pendekatan positive concept yaitu harga yang sesungguhnya dibayar atau akan dibayar (actual paid or payable) Jenewa, 12 April 1979. b. Brussells Devinition of Value (BDV) tentang nilai pabean berdasarkan harga yang dapat dicapai dari suatu transaksi yang normal (notional concept of value). 3. Konvensi Systems Nomenclature Tarif Bea Masuk (Convention on Tariff Classification) seperti Brussells Tariff Nomenclatures (BTN), Customs Cooperation Council Nomenclatures (CCCN). 4. International Convention on The Harmonized Comidity Description and Coding Systems atau the Harmonized Systems, 14 Juni 1983. Konvensi tentang klasifikasi barang dan tarif bea masuk berdasarkan Harmonized Systems setelah ditambahkan aturan nasional didalamnya memuat 9 angka (digit) termasuk systems data perdagangan. 5. International Convention on the Simplifacation and Harmonization of Customs Procedures (Kyoto Convention, 18 Mei 1973). Kyoto Convention adalah konvensi internasional yang memuat kesepakatan internasional tentang harmonisasi dan penyederhanaan prosedur pabean dengan tujuan untuk mengurangi hambatan lalu lintas barang dalam perdagangan internasional. 6. Intenational convention on Mutual Administrative Assistance for The Prevention, Investigation and Repression of Customs Offences (Nairobi Convention 9 Juni 1977) adalah konvensi internasional tentang kerjasama pabean dibidang penegakan hukum dan pemberantasan penyelundupan. 7. Customs Counvention on the Temporary Importation of Packing (Brussells, 6 Oktober 1960), konvensi internasional tentang barang-barang berfungsi sebagai kemasan seperti tabung-tabung gas yang dimasukkan untuk kemudian dikeluarkan kembali untuk kemudian digunakan lagi sebagai kemasan barang-barang dan oleh sebab itu memperoleh pembebasan bea masuk sebagai impor sementara (Temporary Importation Facility). 8. Customs Convention on the Temporary Importation of Profesional Equipment (Brusells, 8 Juni 1961), konvensi internasional tentang barang-barang milik para profesional seperti alat- alat riset/ penelitian c/q alat pengukur kegempaan gunung berapi, alat pengukur cuaca dll yang datang bersama dirinya untuk kemudian bila selesai alat-alat tersebut dikeluarkan kembali, berdasarkan konvensi berhak memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk sebagai impor sementara (temporary importation facility). 9. Customs Convention Concerning Facilities for the Importation of goods for display, or use at exhibition, fairs, meeting or similar events (Brussells, 8 Juni 1961). Konvensi internasional tentang barang-barang pameran, barang-barang pameran berhak memperolah fasilitas pembebasan bea masuk sebagai impor sementara dan atau sebagai barang cetakan untuk brosur pameran. 5 10. Customs Convention on the Admission Temporary Admission (ATA) Carnet for The Temporary Admission of Goods. Konvensi internasional tentang impor sementara atas barang-barang milik turis seperti kendaraan bermotor atau barang lain yang dimasukkan untuk dikeluarkan kembali dengan fasilitas ATA Carnet. ATA Carnet adalah dokumen pabean internasional yang dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional (Internasional Chamber of Commerce) yang berfungsi sebagai dokumen perjalanan barang antar negara untuk kemudian dikeluarkan kembali yang dijamin oleh Kamar Dagang Internasional. Fasilitas ini dikenal sebagai impor sementara sebagai izin sementara (temporary admission). 11. Scientific Equipment Convention adalah konvensi internasional tentang alat-alat bernilai ilmu pengetahuan yang dimasukkan kesuatu negara untuk dikeluarkan lagi berhak memperoleh pembebasan bea masuk sebagai impor sementara (temporary admission). 12. Pedagogic Material Convention adalah konvensi internasional berkaitan dengan alat peraga pendidikan yang akan digunakan dalam seminar, pertemuan ilmiah, workshop dll. yang dimasukkan kedalam suatu negara untuk kemudian akan dikeluarkan kembali dari negara itu setelah pertemuan ilmiah selesai berhak memperoleh pembebasan bea masuk sebagai impor sementara sebagai temporary admission. 13. Customs Convention on The Internasional Transit of Goods (7 Juni 1971) adalah konvensi internasional tentang barang yang dibongkar pada suatu negara sebagai transit untuk dikirim ke luar negara itu, barang-barang dengan status transit memperoleh pembebasan bea masuk sebagai barang transit atau dikenal sebagai diangkut terus / diangkut lanjut. 14. Customs Convention on Containers (Jenewa, 2 Desember 1972) adalah konvensi internasional tentang kontainer sebagai alat kemasan dan bagian dari systems angkutan laut/udara memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk sebagai impor sementara karena mobilitas kontainer yang tinggi sebagai alat kemasan dalam perdagangan internasional. 15. Istanbul Convention adalah konvensi internasional tentang impor sementara baik sebagai temporary importation dan temporary admission dan barang-barang dengan status impor sementara berhak memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk. 16. dll.. Manfaat WCO bagi Otoritas Pabean Dengan memahami sejarah terbentuknya dan peran WCO diharapkan memberi pemahaman pada kita, bahwa makna Pabean sebagai Customs mempunyai kontribusi penting pada hubungan internasional khususnya perdagangan internasional dalam upaya menciptakan kelancaran arus perdagangan internasional, melalui penyederhanaan prosedur pabean (Symplification of of Customs Procedures) dan penyamaan pemahaman dan konsep klasifikasi tarif bea masuk, bea keluar (Uniformity of Tariff Nomenclatures)dan penyamaan pemahaman nilai pabean/harga guna menghitung bea masuk (Uniformity Definition of Value) dengan harapan akan mampu menurunkan 6 potensi sengketa antar negara yang terjadi dalam perdagangan internasional khususnya masalah tarif bea masuk dan harga guna menghitung bea masuk. Kehadiran lembaga WCO memberi peluang bagi negara-negara anggota, dalam bentuk forum rujukan atas berbagai sengketa dan atau interpretasi tentang tarif, nilai pabean yang terjadi antar anggota WCO, sehingga ada ruang dan tempat melakukan perundingan tentang berbagai issue kepabeanan dan penyelesaiannya serta menjadi referensi interpretasi atas kemungkinan munculnya sengketa pemahaman materi kepabeanan (dispute settlement) secara internasional. Berbagai konvensi internasional kepabeanan dibawah WCO selama lebih 60 tahun, telah mampu menyelenggarakan harmonisasi prosedur pabean, system tarif dan nilai pabean yang dapat diterima negara anggota, serta mampu mencegah terjadinya sengketa antar negara dalam dimensi kepabeanan pada perdagangan internasional sehingga mampu mempromosikan kerjasama perdagangan internasional dengan tujuan lebih mensejahterakan masyarakat negara- negara anggota WCO. Daftar Pustaka 1. Syaiful Anwar, Teknik Perdagangan Internasional (1996, 2011). 2. World Customs Organization (WCO), World Customs Organization, Mission, Objectives and Activities.