You are on page 1of 21

Perkembangan Biji

A. Pengertian Biji
Biji berfungsi untuk penyebaran yang berperan penting untuk
kelangsungan hidup suatu jenis. Biji merupakan awal dari kehidupan
tumbuhan baru di luar induknya. Bagian utama dari biji adalah kulit biji,
endosperma bila ada, dan embrio. Biji merupakan perkembangan lebih lanjut
dari bakal biji. Embrio dan endosperma adlah produk fertilisasi, sedangkan
kulit biji berkembang dari integumen bakal biji.
Dengan demikian biji telah memperlihatkan diri sebagai perkembangan
penting dalam reproduksi dan pemencaran Spermatophyta (tumbuhan
berbunga atau tumbuhan berbiji; Gr.
sperma biji, phyton tumbuhan);
dibandingkan dengan tanaman yang
lebih primitif seperti lumut, lumut hati
dan pakis, yang tidak memiliki biji
dan menggunakan cara lain untuk
menyebarkan diri. Ini tampak pada
kenyataan bahwa tumbuhan berbiji mendominasi relung-relung biologi sejak
dari padang rumput hingga ke hutan, baik di wilayah tropis maupun daerah
beriklim dingin.

Kata "biji" berasal dari bahasa Sanskerta. Kata "biji" acap
dipertukarkan penggunaannya dengan "benih" dan "bibit". Dalam istilah teknis
pertanian dan kehutanan, "benih" adalah biji yang dipersiapkan khusus untuk
menghasilkan tanaman baru. Sedangkan "bibit" (atau juga disebut "semai")
adalah tanaman muda siap tanam hasil perkembangan benih, atau hasil
perbanyakan tanaman dengan cara yang lain (misalnya cangkok, stek,
okulasi dan lain-lain).

Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan
berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada
Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Dari
sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang
termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai
untuk pertumbuhan.Bagi tumbuhan biji (spermathophyta) biji ini merupakan
alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan
baru (lembaga). Dengan dihasilkan biji, tumbuhan dapat mempertahankan
jenisnya, dan dapat pula terpencar ke6tempat lain. Semula biji itu duduk pada
suatu tangkai pada papan biji atau tembuni (placenta).

Biji yang terdapat pada tumbuhan memiliki bagian-bagiannya sendiri
bergantung pada lingkungan tempat dia berada. Secara umum, bagian-
bagian biji terdiri dari:
1. Eksternal
Arilus, merupakan jaringan yang berkembang menyelimuti
sebagian atau seluruh permukaan biji, contohnya pada durian dan
rambutan. Salah satu bentuk atilus adalah elaeosoma, yang
merupakan arilus dengan kandungan lemak, hal ini bertujuan
dalam penyebaran biji oleh semut.
Testa, berkembang dari satu atau dua integumen, nuselus
(kadang-kadang)
Testa memiliki lapisan sebagai berikut:
Sarkotesta = Lapisan terluar
Sklerotesta = Bagian tengah, tebal dan keras
Endotesta = Lapisan terdalam, selaput tipis dan
berdaging
Pada Gnetum gnemon, melinjo, sarkokesta merupakan bagian
terluarnya yang berwarna merah atau hijau jika muda,
sklerotestanya merupakan bagian tengah yang keras, dan
endotestanya merupakan selaput tipis.

2. Internal
a. Endosperm (poliploid),
hasil pembuahan inti polar + inti sperma
penyimpanan cadangan makanan & nutrisi untuk embrio
b. Pada beberapa tumbuhan dikotil, misalnya Fabaceae,
endosperm menghilang saat pendewasaan embrio.
c. Pada Nicotiana tabacum dan Ricinus communis, endosperm
persisten dan besar
Pada tumbuhan monokotil,
endosperma bahkan mengisi 70%
bagian dalam biji. Endosperma
biasnya terdiri dari lapisan Aleuron
yang terdiri dari protein, dan
endosperma sendiri yang tersusun
dari karbohidrat.
Struktur endosperm,
o halus/rata (umum)
o ruminan, Annonaceae, Passifloraceae, Myristicaceae
Sifat endosperm,
o farinosus (berbutir),
o carnosus (berdaging), R. communis, C. nucifera
o corneum (tanduk, keras) - Coffea arrabica
o lapideus (keras seperti batu) Palmae
o aquosus (berair) C. nucifera
o hyalinus (bening) Arenga pinnata, lontar/awalan
Perkembangan biji bertujuan sebagai berikut:
Tujuan utama perkembangan biji :
Pemantapan pola dasar tubuh tumbuhan, sumbu akar pucuk
Akumulasi cadangan makanan untuk proses perkecambahan
Persiapan dormansi biji

Selama perkembangan biji, embrio berdiferensiasi menjadi 2 sistem organ,
yaitu :
a. Sumbu embrio. Sumbu embrio terdiri atas meristem akar dan
pucuk yang akan membentuk tumbuhan dewasa setelah
perkecambahan biji.
b. Kotiledon, merupakan sistem organ yang berdiferensiasi paling
akhir, yang akan mengalami penuaan setelah perkecambahan
dan bertanggung jawab untuk mensintesis dan menyimpan
cadangan makanan untuk proses perkecambahan.

Setelah terjadi perkembangan biji, maka proses selanjutnya adalah
embriogenesis, embriogenesis sendiri adalah proses terbentuknya embrio,
mencakup dari fertilisasi sampai fase dormansi. Peristiwa yang terjadi selama
embriogenesis adalah sebagai berikut:
1. Pemantapan bentuk dasar tumbuhan.
Pola aksial pembentukan sumbu basal-apikal (pucuk akar)
Pola radial menghasilkan tiga sistem jaringan
2. Penyusunan jaringan meristematik untuk mengelaborasi struktur setelah
masa embrio (daun, akar , bunga dsb.)
3. Pemantapan penyimpanan cadangan makanan yang cukup untuk
perkecambahan embrio sampai kecambah bersifat autotrof.

Biji berfungsi sebagai penyebaran yang berperan penting untuk
berlangsungan hidup suatu jenis. Biji merupakan awal dari kehidupan
tumbuhan baru di luar induknya.


Dari Bagian utama dari biji adalah kulit biji, endosperma bila ada, dan
embrio. Biji merupakan perkembangan lebih lanjut dari bakal biji. Embrio dan
endosperma adalah produk fertilisasi sedangkan kulit biji berkembang dari
integumen bakal biji.
B. Kulit Biji
Integumen berkembang menjadi kulit biji.Kulit biji terletak paling luar.
Testa berasal dari intergumen ovule yang mengalami modifikasi selama
pembentukan biji berlangsung. Seluruh bagian intergumen dapat berperan
dalam pembentukan kulit biji. Akan tetapi pada kebanyakan biji sebagian
besar dari jaringan intergumen itu dihancurkan dan diserap oleh jaringan
berkembang lain pada biji itu. Pada kulit biji beberapa tumbuhan dapat
dijumpai suatu lapisan sel memanjang secara radial, yang menyerupai
palisade tetapi tanpa ruang ruang interseluler yang dinamakan sel malpighi.
Lapisan itu terdiri atas selulosa, lignin dan juga kitin.

Selama perkembangan biji
terjadi perubahan
perubahan histologi di dalam
integumen. Pada bakal biji
yang bitegmik kulit biji
merupakan derivat dari
kedua integumen. Integumen
luar berkembang menjadi
tegmen misalnya pada Gossypium sp . Pada bakal biji unitegmik, kulit biji
merupakan derivat dari salah satu integumen yang berkembang. Pada
Cytinus kulit biji berasal dari perkembangan integumen dalam.

Berdasarkan jaringan penguat pada kulit biji, kulit biji dibedakan
menjadi beberapa tipe:
a. Eksotestal
Jika jaringan penguat pada kulit biji berasal dari lapisan luar integumen
luar, misalnya pada ordo Begoniaceae dan Leguminosae.

b. Mesotestal
Jika jaringan penguat berasal dari lapisan tengah integumen luar,
misalnya pada ordo Cucurbitaceae, Theaceae , dan Rosaceae.
c. Endotestal
Jika jaringat penguat berasal dari lapisan terdalam integumen luar,
misalnya pada ordo Vittaceae dan Magnoliaceae.
d. Eksotekmik
Jika jaringat penguat berasal dari lapisan luar tegmen, misalnya pada
ordo Geraniaceae dan Meliaceae.
e. Mesotesmik
Jika jaringat penguat berasal dari lapisan luar tegmen, misalnya pada
ordo Capparidaceae dan Chloranthaceae.
f. Endotekmik
Jaringan penguat berasal dari lapisan tedalam tegmen.
g. Kulit biji yang tidak terdiferensiasi
Pada tipe ini kulit biji tidak mempunyai jaringan penguat. Kulit biji
semacam ini dijumpai pada ordo yang telah maju tingkatannya, dengan
buah yang membuka atau bua drupa ( kering ).
Susunan kulit biji pada biji yang keras, di sebelah luar terdapat
epidermis, atau sering tanpa epidermis, tetapi langsung jaringan yang sel
selnya bedinding tebal, mempunyai ukuran yang panjang tersususn seperti
jaringan tiang pada daun. Ini dosebut jaringan palisade dan sel selnya
diketahui sebagai makrosklerida. Di sebelah dalam ini mungkin masih
dijumpai adanya jaringan yang selnya berdinding tebal disebut
osteosklerereida. Selain itu maih dijumpai lagi sel- sel parenkim, sel sel
krista atau sel sel yang mengandung pigmen.

C. Endosperma

Biji yang neniliki endosperm
merupakan organ yang berasal dari
pembuahan ganda. Hasil dari
pembuahan ganda tersebut berupa
embrio yang berasal dari perkembangan zigot serta adanya endosperm yang
berfungsi sebagai nutrisi yang diperlukan oleh embrio selama masa
pertumbuhan dan perkembangan. Endosperm berkembang dari sel triploid
yang aktif membelah membentuk multinukleat (supercell).

Perkembangan endosperma umumnya dimulai sebelum
perkembangan embrio. Endosperma merupakan hasil pembelahan inti primer
endosperma hasil fertilisasi antara inti kandung lembaga sekunder dengan
sperma. Sel sel
endosperma biasanya
isodiametris,
didalamnya terdapat
butir butir amilum,
lemak, protein, atau
butir- butir aleuron.
Sel sel aleuron
mempunyai dinding
tebal dan sitoplasma tidak bervakuola. Endosperma kaya akan zat zat
makanan dan berfungsi memberi nutrisi pada embrio yang sedang
berkembang.
Endosperm adalah jaringan nutritive berisi karbohidrat, lemak, dan
protein untuk perkembangan embrio yang paling umum pada Angiospermae.
Secara fungsi, gametofit betina pada Gymnospermae berdiferensiasi sebelum
fertilisasi dan haploid sedangkan pada anggiospermae adalah hasil fertilisasi
dan biasanya triploid. Endosperm dapat dikonsumsi selama perkembangan
embrio, maka biji disebut non endospermous misalnya pada kacang. Dapat
juga endosperm tetap ada sampai biji berkecambah misalnya pada sereal.

Endosperm sendiri berasal dari inti kandung lembaga sel (central cell)
yang dibuahi oleh gamet jantan. Endosperm beserta embrio dibungkus oleh
integumen yang secara keseluruhan membentuk struktur biji. Perkembangan
endosperm sangat menentukan proses perkecambahan karena endosperm
merupakan cadangan makanan yang dibutuhkan selama proses
perkecambahan.
Kandungan endosperm pada umumnya adalah berupa homopolimer
D-glukosa yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan
polimer linear yang memiliki cabang glukan dengan ikatan glikosida pada
posisi -1,6. Pada endosperm jagung terdapat amilopektin yang memiliki
ikatan A dan ikatan B1. Proses pembentukan amilopektin dikatalisis oleh ADP
glucose pyrophosphorylase (AGPase) yang merupakan produk dari gen
shrunken2 dan brittle2.

Endosperm cair atau ekstrak embrio dari buah yang belum matang
selain dapat mendukung pertumbuhan embrionya juga mendukung embrio
anggiosperm lain. Selain itu juga mengionduksi differensiasi embrio dan
plantlet pada kultur jaringan. Endosperm ini kaya akan zat pengatur tumbuh
yaitu auksin, sitokinin dan giberillin. Embrio akan tumbuh jika endosperm
berkembang baik. Jika endosperm tidak ada, ada jaringan lain sebagai
penyedia makanan
Berdasarkan perkembangannya , endosperma dapat digolongkan menjadi
tiga tipe :
1. Endosperm nuklear : Tipe endosperm ini pembelahan inti endosperm
primer tidak diikuti oleh pembentukan dinding, sehingga didalam
kantung embrio terdapat beberapa ribu inti bebas. Kondisi ini dapat
dikonsumsi oleh embrio yang berkembang atau menjadi selular.
Pembenatukkan dinding sentripetal yaitu dari tepi ke pusat. Tingkat
selulerisasi sangat bervariasi, umumnya endosperm akan berbentuk
selular tetapi pada Phaseolus, selurarisasi terjadi hanya disekitar
embrio. Tipe ini ditemukan pada 161 familia Angiospermae

2. Endosperm selular : Tipe ini ditandai tidak adanya tahap inti bebas.
Pembelahan inti endosperm primer diikuti oleh pembentukan dinding.
Pada tipe endosperm ini umumnya dapat ditemukan haustorium, pada
ujung kalaza atau mikropil atau keduanya.Tipe ini ditemukan pada 72
familia Angiospermae baik dikotil maupun monokotil (Araceae dan
Lemnaceae).

3. Endosperm helobial : Tipe ini ditemukan pada 17 familia
Angiospermae, 14 diantaranya adalah monokotil. Inti endosperm
primer bergerak ke ujung kalaza, kemudian membelah menghasilkan 2
sel yang tidak sama besar. Sel yang kecil pada kalaza tetap tidak
membelah atau dapat membelah 1 atau 2 kali, dapat tetap sebagai inti
bebas atau kadang-kadang menjadi seluler. Sel yang besar pada ujung
mikropil akan membentuk inti bebas.

Berdasarkan ada tidaknya struktur endosperma pada biji, maka
biji dapat dibedakan menjadi :
1. Endospermus ( Biji Albuminous )
Jika pada biji terdapat struktur endosperma atau perisperma yang
terpisah dari kotiledon, misalnya pada Zea mays dan Ricinus
communis.

2. Non endospermus ( Biji exalbuminous )
Jika pada biji tidak dijumpai struktur endosperma atau perisperma
yang terpisah dari kotiledon. Biji hanya mengandung sedikit
endosperma atau tidak ada sama sekali. Endosperma yang
terbentuk selama perkembangan biji telah terserap ke dalam
kotiledon sehingga membentuk struktur yang tebal, misalnya pada
ordo Fabales. Misalnya terdapat pada Pisum sativum.

D. Embrio
Embrio dalam perkembangan sempurna terdiri dari plumula ( calon
pucuk ), epikotil ( calon batang di atas kotiledon ), kotiledon ( daun pertama ),
hipokotil ( calon batang di bawah kotiledon ), dan radikula ( akar lembaga ).
Biji Arachis hipogea ( Magnoliopsida), yang dibelah akan
memperlihatkan struktur biji yang terdiri atas plumula, epikotil, kotiledon,
hipokotil, dan radikula.

Pada biji Ricinus communis terdapat struktur biji yang sama ditambah
adanya endosperma.


Sedangkan pada Zea mays ( lliopsida ) strukturnya terdiri atas
koleoptil,plumula, skutelum, radikula, koleoriza, dan endosperma .

Bagian bagian biji tersebut mempunyai fungsi masing masing untuk
pertumbuhan tanaman. Pada biji Liliopsida maupun Magnolipsida, plumula
berupa poros embrio yang tumbuh ke atas yang selanjutnya tumbuh
menghasilkan daun dan batang, sedangkan radikula berupa poros embrio
yang tumbuh ke bawah. Selanjutnya akan menjadi akar primer pada
Magnoliopsida, tetapi akan mereduksi pada Liliopsida. Pada Liliopsida
misalnya pada Zea mays kotiledon mengalami modifikasi menjadi skutelum (
kotiledon tunggal ). Skutelum berfungsi sebagai alat penyerap makanan yang
terdapat di dalam endosperma. Pada Zea mays terdapat koleoptil yang
berfungsi melindungi plumula dan koleoriza yang berfungsi melindungi
radikula.

Untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhannya, embrio memperoleh
makanan yang berasal dari cadangan makanan di dalam keping biji
(kotiledon). Berdasarkan jumlah kotiledonnya tumbuhan berbiji dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu tumbuhan yang memiliki satu keping
biji (kotiledon) disebut tumbuhan monokotil (bijinya tidak berbelah dan
berakar serabut), contohnya biji jagung dan kelapa, sedangkan tumbuhan
yang memiliki dua keping biji (kotiledon) disebut tumbuhan dikotil (bijinya
berbelah dan berakar tunggang), contohnya biji kacang dan mangga. Ada
tiga macam bagian penyusun embrio yang penting pada proses
perkecambahan, yaitu sebagai berikut:
1. Tunas embrionik, sebagai calon batang dan daun yang dapat
tumbuh dan berkembang menjadi bunga dan buah.
2. Akar embrionik, sebagai calon akar yang dapat tumbuh dan
berkembang menjadi akar.
3. Kotiledon atau keping biji, merupakan cadangan makanan untuk
pertumbuhan embrio hingga mencapai terbentuknya daun, karena
embrio
4. tersebut belum menghasilkan makanan sendiri melalui fotosintesis.

Apabila biji-biji tersebut berada di lingkungan yang cocok, maka
embrionya akan segera tumbuh yang ditandai dengan perkecambahan. Saat
biji mulai berkecambah, sebenarnya adalah awal pertumbuhan pasca
embrionik yang dimulai dari pembelahan sel terus menerus secara cepat
merupakan periode percepatan pertumbuhan jaringan meristem embrio. Dari
proses ini dibagikan sel-sel jaringan baru dengan bentuk, susunan, dan fungsi
berbeda, kemudian tumbuh menjadi berbagai organ jaringan seperti tunas
embrionik, akar embrionik, dan kotiledon yang selanjutnya membentuk organ
tumbuhan.
Pada awalnya, organ yang terbentuk adalah akar, batang, daun.
Setelah pertumbuhan mencapai tanaman muda, maka pertumbuhan
selanjutnya yaitu dari pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa. Proses
pertumbuhannya digantikan oleh aktivitas jaringan meristem primer pada titik
tumbuh yang terletak di ujung akar maupun di ujung batang, yang
memungkinkan pertumbuhan tanaman menjadi bertambah tinggi atau
panjang yang disebut pertumbuhan primer.

E. Perkembangan Buah

Buah berasal dari perkembangan ovarium yang diadaptasikan untuk
penyebaran biji. Buah berfungsi untuk melindungi biji dan membantu
penyebarannya oleh angin atau hewan. Setiap bakal buah berisi satu atau
lebih bakal biji. Pembentukan buah secara umum terjadi setelah fertilisasi.
Pertambahan ukuran buah disebabkan oleh adanya dua proses yaitu
pembelahan sel dan pembesaran sel. Apabila bakal buah berkembang
menjadi buah , dinding ovarium menjadi perikarpium. Perikarpium
terdiferensiasi menjadi tiga bagian yaitu eksokarpium , mesokarpium, dan
endokarpium atau menjadi dua bagian yaitu eksokarpium dan endokarpium
saja. Pada banyak tumbuhan , setelah fertilisasi ovarium tumbuh menjadi
buah dan bagian lain dari bunga menjadi layu dan gugur ( buah sejati ).
Namun ada pula yang bagian bunganya ikut berkembang dan bahkan
menjadi bagian yang dominan dari buah ( buah semu ). Buah pada umumnya
matang ketika biji yang dikandungnya hampir menyelesaikan
perkembangannya.

F. Perkecambahan
Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji, dan masih
hidup dari persediaan makanan yang terdapat didalam biji, dinamakan
kecambah (plantula). Kecambah memperlihatkan bagian-bagian seperti telah
diuraikan mengenai lembaga, karena memang kecambah itu berasal daril
lembaga. Hanya pada kecambah bagian-bagian tadi sudah lebih jelas
mempunyai ukuran yang lebih besar.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan

a) Faktor dalam Antara lain :
Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan
makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna . Pada
umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen,
maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak
fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya
tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau
dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi.
Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan
makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang
sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan
digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan.
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan
dan berat tanaman pada saat dipanen.
Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup
tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara
umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan
atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan
dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada
dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti
kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.
Penghambat perkecambahan
Penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor
baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai
osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau
menghambat laju respirasi.

b) Faktor Luar
Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri
terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di
sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung
kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh
suhu. Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk
ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar
air benih sekitar 30 sampai 55 persen.Benih mempunyai kemampuan
kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah
akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta
busuknya benih karena cendawan atau bakteri.

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan
meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat
dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih. Kebutuhan oksigen
sebanding dengan laju kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri
dari air dan fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai
fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke
titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.

Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat
dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35C. Suhu juga
mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan
oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh
gibberallin.
Oksigen
Respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat
dalam benih umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang
mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih
yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke
dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang
masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap
perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya
penyinaran pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi
atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan
yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan
dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana
benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang
baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan. Pengujian viabilitas benih
dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
2. Kriteria Kecambah Normal dan Abnormal
Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih
akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi
wajar dalam lingkungan yang optimum. Berikut ini adalah uraian kriteria
kecambah normal dan abnormal.
a. Kecambah normal
Kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik,
terutama akar primer danakar seminal paling sedikitdua.
Perkembangan hipokotil baik dan sempurnatan pada kerusakan
pada jaringan.
Pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh
baik. Epikotiltumbuhsempurnadengankuncup normal.
Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua
bagidikotil
b. Kecambah abnormal
Kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer
pendek.
Bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting
lemah dan kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil,
kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil.
Kecambah tidak membentuk klorofil.
Kecambah lunak.

3.Proses Perkecambahan
Proses perkecambahan terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap aktivasi,
tahap pencernaan dan translokasi, serta tahap pertumbuhan kecambah.
a. Tahap Aktivasi
Tahap ini meliputi
1. Hidrasi dan imbibisi air. Pada tahap ini air masuk ke dalam biji dan
menyebabkan organisasi struktural sel kembalai seperti sebelum biji
mengering. Hal ini menyebabkan metabolisme aktif yang ditandai
dengan meningkatnya kecepatan respirasi. Kadar air yang meningkat
di dalam biji menyebabkan embrio memproduksi Giberelin.
2. Sintesis dan pngaktivan enzim. Pada tahap ini terjadi sintesis dan
pengaktivan dari enzim enzim hidrolase seperti amilase yang
mengubah pati menjadi gula, protease yang merombak protein menjadi
asam amino, nuklease yang menghidrolisis asam nukleat menjadi
gliserol dan asam lemak. Enzim enzim hidrolase tersebut muncul dari
lapisan aleuron karena pengaruh Giberellin. Pada biji Liliopsida ,
lapisan aleuron terdapat di pinggiran endosperma sedangkan pada
Magnolipsida , aleuron tidak membentuk lapisan di pinggir endosperma
melainkan terdapat bersama endosperma.

b. Tahap Pencernaan dan Translokasi
Pada tahap ini terjadi proses pencernaan lemak, protein, dan karbohidrat
yang tersimpan dalam endosperma, perisperma,atau kotiledon oleh enzim
enzim hidrolase. Hasil pencernaan ditranslokasikan ke titik tumbuh pada
sumbu embrio sehingga terjadi pertumbuhan.
c. Tahap Pertumbuhan Kecambah
Akibat pembelahan sel yang kontinu pada titik tumbuh sumbu
embrio yang diikuti dengan perluasan struktur embrio maka terjadi
perkecambahan. Radikula memanjang dan muncul dari biji diikuti dengan
munculnya plumula.

4.Tipe Perkecambahan
Perkecambahan dibedakan menjadi dua macam yaitu :

Perkecambahan Epigeal

Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas
batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun
lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau.
Selain itu perkecambahan,karena pembentangan luas batang dibawah daun
lembaga, daun lembaganya lalu terangkat keatas,muncul diatas tanah.
Misalnya pada kacang hijau (phaseolus aureus), daun lembaganya lalu
berubah warnanya menjadi hijau,dapat digunakan sebagai asimilasi,tetapi
umurnya tidak panjang. Daun lembaga kemudian gugur,dan sementara itu
pada kecambah sudah terbentuk daun-daun normal.





Perkecambahan Hipogeal

Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas
batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaha ikut tertarik ke atas tanah,
tetapi kotiledon tetap di dalam tanah. Misalnya, pada kacang kapri ( Pisum
sativum )


G. Perkecambahan Tumbuhan Liliopsida

Pada perkecambahan Liliopsida dimulai dengan terbentuknya adikula
dan koleoriza ( lapisan pembungkus radikula ). Radikula berkembang
membentuk akar primer, plumula tumbuh ke atas permukaan tanah. Akar
primer akan tereduksi digantikan oleh akar adventif yang tumbuh dari pangkal
batang, sedangkan plumula berkembang menjadi daun dan batang.

Pada liliopsida akan tumbuh koleoptil sebagai pelindung ujung bakal
batang. Begitu koleoptil muncul di atas permukaan tanah, pucuk daun
bersama akan muncul menerobos koleoptil. Kotiledon ( scutellum ) masih
tetap berada di dalam tanah. Suplai makanan untuk kecambah yang sedang
tumbuh diperoleh dari endosperma. Daun pada Liliopsida sudah bisa
berfosintesis sebelum cadangan makanan dalam endosperma habis.


H. Perkecambahan Magnolipsida

Perkecambahan Magnolipsida umumnya epigeal, berbeda antara yang
berbiji endospermik dengan yang non endospermik. Pada perkecambahan biji
endospermik, kotiledon akan berubah warna menjadi hijau ( daun pertama )
karena membentuk klorofil, sementara endospermanya terus mngkerut dan
luruh karena digunakan untuk pertumbuhan. Pada biji endospermik ,
pertumbuhan kecambah menggunakan cadangan makanan yang ada di
dalam kotiledon disembung dengan hasil fotosintesis yang di hasilkan oleh
kotiledon setelah kotiledon menghasilkan klorofil berwarna hijau.

Pertumbuhan yang terjadi selama fase embrio sampai perkecambahan
merupakan pertumbuhan primer. Embrio di dalam biji melalakukan
perbanyakan sel. Pada tahapan tertentu , sel mengalami proses penambahan
jenis dan fungsi sel menjadi jelas. Tahapan berikutnya adalah roses
pembentukan organ organ yang disebut organogenesis. Sehingga struktur
dan fungsi menjadi semakin lengkap. Proses ini disebut morfogenesis.
Struktur embrio meliputi plumula, epikotil,kotiledon, hipokotil dan radikula.
Organ pertama yang muncul saat biji berkecambah adalah radikula, yaitu
akar embrionik. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang
sesuai. Dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran
biji, absorbansi, dan tidakya zat penghambat. Faktor eksternal meliputi sush,
oksigen,kelembapan,cahaya, dan air.

You might also like