You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang menyebabkan
timbulnya episode vertigo (pusing berputar), tinnitus (telinga berdenging),
perasaan penuh dalam telinga, dan gangguan pedengaran yang bersifat fluktuatif.
Struktur anatomi yang terkena adalah seluruh labirin yang meliputi kanalis
semisirkularis dan koklea.
1
Penyakit Meniere merupakan salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus
bersifat bilateral. Insidensinya mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan Swedia.
1
Serangan khas dari penyakit Meniere didahului oleh perasaan penuh pada
satu telinga. Gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif dan dapat disertai
dengan tinnitus. Episode Meniere umumnya melibatkan vertigo,
ketidakseimbangan, mual, dan muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama
dua sampai empat jam. Setelah serangan yang parah, kebanyakan pasien
mengeluhkan kelelahan dan harus tidur selama beberapa jam. Beberapa pasien
mengalami serangan singkat sedangkan penderita lainnya dapat mengalami
ketidakseimbangan konstan.
1

Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip dengan penyakit Menere.
Pemeriksaan pada Meniere seperti pemeriksaan audiometri, CT-scan kepala atau
MRI dilakukan untuk menyingkirkan suatu tumor n.VIII (n. Vestibulokokhlearis)
serta penyakit lain dengan gejala serupa. Karena tidak adanya uji definitif, maka
untuk mendiagnosis penyebab lain disingkirkan.
1,2









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan
vertigo, tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif
dan perasaan penuh ditelinga. Penderita tidak mampu mempertahankan
posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops
(pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.
1
Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar.
Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
atau lingkungan sekitar dapat disertai gejala lain, terutama dari
jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh.
8
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu
mendengar bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber
bunyi lain berasal dari tubuh sendiri. Namun tinnitus hanya merupakan
gejala, bukan penyakit sehingga harus dicari penyebabnya.
8

Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan
pendengaran yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan
pendengaran pada penyakit Menoere yang parah dapat mengakibatkan
hilangnya pendengaran secara permanen.
1,2,8

B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian kasus timbul pada laki-laki atau perempun.
Paling banyak pada usia 20-50 tahun. Kemungkinan ada faktor genetik
sekitar 21%, pasien dengan resiko besar terkena penyakit Meniere
adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres,
kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengkonsumsi aspirin.
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti Meniere belum diketahui, namun terdapat berbagai
teori seperti
9
:
1. Pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah
menuju labirin
2. Terganggunya elektrolit dalam cairan labirin
3. Reaksi alergi dan autoimun
4. Ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga
deisebabkan oleh terjadinya malabsorbi dalam sakus
endolimfatikus.
5. Terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur.
6. Penyebab lain seperti faktor lingkungan yaitu suara bising,
infeksi virus HSV, penekana pembuluh darah terhadap saraf
(microvascular compression syndrome)
7. Trauma kepala
8. Infeksi saluran pernafasan atas
9. Aspirin
10. Merokok
11. Alkohol atau konsumsi garam berlebih
D. PATOFISIOLOGI
Hidrops endolimfa (peningkatan endoifa yang menyebabkan
labirin membranosa berdilatasi) pada kokhlea dan vestibulum

Hidrops yang terajadi dan hilang timbul diduga disebabkan oleh
meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri

Penurunan tekanan osmotik dalam kapiler

Peningkatan tekanan osmotik ruang ekstrakapiler

Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut
atau karena defek sejak lahir)

Lama kelamaan hidrops menyebabkan penekana yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin

Membran dan endolimfa akan bercampur dengan perilimfa

Potensial aksi di telinga dalam

Timbul gejala vertigo, tinnitus, gangguan pendengaran dan rasa
penuh di telinga

Ketika tekanan sudah sama, membran akan sembuh dengan
sendirinya, cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali
namun penyembuannya tidak sempurna.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala khas penyakit Meniere yaitu
11
:
1. Vertigo
2. Tinnitus
3. Tuli saraf sensorineural fluktuatif terutama nada rendah
Gejala lain :
1. Serangan pertama dirasa sangat berat ( vertigo disertai mual
dan muntah) berlangsung beberapa hari sampai minggu.
2. Serangan kedua (vertigo periodik makin reda) dan selanjutnya
lebih ringan
3. Saat terjadi serangan disertai gangguan pendengaran
F. DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis
1, 9, 11

1. Vertigo yang hilang timbul disertai tinnitus dan rasa penuh
pada telinga.
2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural
3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya
tumor n.VIII. Pada tumor n.VIII serangan vertigo periodik,
mula-mula lemah dan semakin lama makin kuat. Pada sklerosis
multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada tiap
serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak
periodik dan makin lama menghilang.
Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik telinga kemungkinan kelainan telinga luar
dan tengah dapat disingkirkan dan dipastikan kelainan berasal dari
telinga dalam misalnya dari anamnesis didapatkan kelainan tuli
saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan audiometri
b) Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan
Untuk mengetahui secara objektif kuantitas dari ganggua
keseimbangan pada pasien. Sebagian besar pasien
mengalami penurunan respon nistagmus terhadap stimulasi
dengan air panas dan air dingin.
c) Elektrokokleografi (ECOG)
Untuk mengukur akumulasi cairan di telinga dalam dengan
cara merekam potensial aksi neuron auditori melalui
elektroda yang ditempatkan dekat dengan kokhlea. Hasil
pemeriksaan ini adalah peningkatan tekanan yang
disebabkan oleh cairan yang berlebih pada telingan dalam
yang ditunjukkan dengan adanya pelebaran bentuk
gelombang dengan puncak yang mutipel.
d) Brain Evoked Response Audiometry (BERA)
Pada pasien Meniere biasanya normal, walaupun terkadang
terdapat penurunan pendengaran ringan pada pasien deng
kelainan pada sistem saraf pusat.
e) Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang
disebut gadolinium spesifik menstimulasi n.VII. Bagian
serabut saraf yang tidak terisi kontras menunjukkan adanya
neuroma akustik. Selain itu uga dapat memvisualisasikan
kokhlea dan kanalis semisirkularis.
G. PENATALAKSANAAN
1. Diet dan gaya hidup
- Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap
konsentrasi sodium pada plasma, karena tubuh telah memiliki
sistem regulasi dalam ginjal untuk mempertahankan level
sodium plasma. Untuk mempertahankan keseimbangan
konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk
kemampuan oleh hormon aldosteron yang berfungsi
mengontrol jumlah transport ion di ginjal sehingga akan
mempengaruhi regulasi sodium di endolimfe sehingga
mengurangi serangan penyakit Meniere.
- Hentikan pemakian alkohol, rokok, coklat.
- Olahraga rutin dapat mestimulasi sirkulasi aliran darah.
- Hindari penggunaan obat-obatan yag bersifat ototoksik seperti
aspirin karena dapat memperberat tinnitus.
- Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat
yang keras, berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata
difiksasi pada satu objek tidak bergerak.
- Jangan minum walaupun ada perasaan ingin muntah
- Setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara
perlahan karena biasanya setelah serangan akan terjadi
kelelahan dan sebaiknya pasien mncari tempat yang nyaman
untuk tidur selama beberapa jam untuk memulihkan
keseimbangan.
2. Farmakologi
a. Obat-obatan vasodiator perifer : antihistamin, antikolinergik,
steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan pada
endolimfe.
b. Obat-obatan antiiskemia dapat diberikan sebagai obat alternatif
dan neurotik untuk menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat
infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti asiklovir.
c. Transquilizer
Diazepam (valium) digunakan pada kasus akut untuk
membantu mengontrol vertigo, karena sifat adiktifnya tidak
digunakan sebagai pengobatan jangka panjang.
d. Antiemetik
Prometazin tidak hanya mengurangi mual dan muntah juga
mengurangi gejala vertigo.
e. Diuretik
Tiazide dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere
dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien
harus diingatkan untuk banyak makan yang mengandung
kalium
Seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik
yang menyebabkan kehilangan kalium.
3. Latihan rehabilitasi
Beberapa latihan, yaitu
1,9,12
:
a. Canalit reposition (CRT) atau epleymanouver
Gambar 1. canalit reposition treatment (CRT) / epley
manouver


b. Brand-darroff exercise
Gambar 2. Brand-darroff exercise
4. Penatalaksanaan Bedah
Operasi yang direkomendasikan bila serangan veertigo tidak
terkontrol antara lain :
a. Dekompresi sakus endolimfatikus
Untuk mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan
menyebabkan kembali normalnya tekanan terhadap ujung saraf
vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang
terinfeksi dan air cell mastoid diangkat agar dapat melihat
telinga dalam. Insisi kecil dilakukan pada sakus endolifatikus
untuk mengalirkan cairan ke rongga mastoid. Secara
keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi
terkontrol, 20% mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi
pendengaran tetap stabil namun jarang yang membaik dan
tinnitus tetap ada, 2% mengalami tuli total dan vertigo tetap
ada.
b. Labirinektomi
Menagkat kanalis semisirkularis dan saraf vestibulokokhlearis.
Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan air cell
mastoid diangkat, bila telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan
labirin tulang diangkat. Setelah satu atau dua hari paska
operasi, tidak jarang terjadi vertigo berat. Dapat diberi obat-
obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami periode
ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya
telinga yang normal mengambil alih seluruh fungsi
keseimbangan. Operasi ini dapat menghiangkan fungsi
pendengaran telinga.
c. Neurektomi vestibuler
Pilihan utama untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran
yang tersisa. Dilakukan insisi dibelakang telinga dan air cell
mastoid diangkat, dilakukan pembukaan pada fossa durameter
dan n.VIII dan dilakukan pemotongan terhadap saraf
keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip labirinektomi.
Operasi ini melibatkan daerah intrakranial, sehingga harus
dilakukan pengawasan ketat paska operasi.
Indikasinya : pasien dibawah 60 tahun yang sehat.
Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi,
paralisis wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari
hingga bulan, sekitar 85% vertigo dapat terkontrol.
d. Labirinektomi dengan zat kimia
Operasi menggunakan antibiotik (streptomisin atau gentamisin
dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Bertujuan
mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada. Dengan
pemberian streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan
serangan vertigo dan pendengaran dapat dipertahankan.
e. Endolimfe shunt
Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang
menganggap operasi ini merupakan plasebo. Ada dua tipe dari
operasi ini yaitu :
1) Endolimfe subaraknoid shunt
Mempertahankan tuba diantara endolimfe dan kranium
2) Endolimfe mastoid shunt
Mempertahankan tuba antara sakus endolimfatikus dan
rongga mastoid.
14,15

Gambar 12. Skema pentalaksanaan penyakit Meniere

H. PROGNOSIS
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif,
tapi tidak fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya.
Penyakit ini berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien
mengalami remisi spontan dalam jangka waktu hari hingga tahun.
Pasien lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada
juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.
11,15

Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai
tindakan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan
progresivitas penyakit. Sebaliknya pasien dengan vertigo berat
disarankan untuk tidak mengendarai mobil, naik tangga dan
berenang.
11,15



























BAB III
KESIMPULAN
Penyakit Meniere merupaka suatu penyakit yang diakibatkan adanya
kelainan pada telinga dalam berupa hirops (pembengkakan) endolimfa pada
kokhlea dan vestibulum. Gejala dari penyakit meniere disebut trias meniere yang
terdiri dari vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengara berupa tulisensori neural.
Gangguan pendengaran bersifat fluktuatif dimana gangguan pendengaran terjadi
saat serangan dan dapat normal diluar serangan.
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada teling
dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling
banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Pasien dengan resiko besar terkena
penyakit meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok,
stres, kelelahan, alkoholisme, dan psien rutin konsumsi aspirin. Pada dasarnya,
etiologi pasti dari penyakit meniere ini belum diketahui. Penyakit meniere masa
kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga
yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya meniere dengan akurat,
kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit
meniere harus disingkirkan.
Evaluasi awal didasarkan pada anamnesis yang sangat hati-hati.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab yang berasal dari
telinga luar atau telinga dalam.
Pemeriksaan penunjang seperti audiometri, elektronistagmografi,
elektrokokhleografi, BERA, dan MRI terkadang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis penyakit meniere. Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit
meniere awalnya hanya diberikan pengobtan yang bersifat simptomatik, seperti
sedatif dan bila perlu diberikan antiemetik. Pengobatan terbaik adalah dengan cara
menangani penyebab dari penyakit tersebut.




DAFTAR PUSTAKA
1. Hain, TC, Yacovino D. Meniere Disease. 2003. Available at
:http://www.dizziness-and balance /disorders /menieres /menieres english
.html. Accessed on April 28th, 2012.2.
2. National Institute and Other Communication Disorder. Menieress
Disease. Available at : http ://nidcd. nih. gov/ healthinfo /balance
/menieresdisease .htm. Accessed on April 28th, 2012.3.
3. Ellis H. The Special Senses : The Ear. In : Clinical Anatomy, Applied
Anatomifor Students and Junior Doctor. 6th Ed. Massachussetts.
Blackwell Publishing. 20-6. 384-387.4.
4. Liston LS, Duvail AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. Dalam
:BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta :
EGC.1997. 27-38.5.
5. Soetirto I, Hendamin H, Bashiruddin J. Ganguan Pendengaran. Dalam
: Buku AjarIlmu Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan
Leher. Edisi ke-6.Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UniversitasIndonesia. 2007. 10-16.6.
6. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam :
FisiologiManusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC. 2006. 176-
189.7.
7. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis. BOEIS Buku Ajar THT
Edisi ke 6.Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 39-45.8.
8. Bashiruddin J, Hadjar E, Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam :
BukuAjar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan
Leher. Edisi ke-6.Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UniversitasIndonesia. 2007. 94-101.9.
9. Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam : Buku Ajar Ilmu
KesehatanTelinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6.
Editor : SoepardiEA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. 102-103.10.
10. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease.
ActaOtolaryngol (Stockh). 2006 ; (suppl 485)26.11.
11. Levine SC. Penyakit Telinga Dalam. Dalam : BOEIS Buku Ajar THT
Edisi ke 6.Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 136-137
12. Rutka JA. Evaluation of Vertigo. Blitzer A, Pillsbury HC, Jahn AF, Binder
WJ,editors. Office based surgery in otolaryngology. New York : Thieme;
1998. p.71-78.13.
13. Diza M. Pengobatan Gangguan Keseimbangan (Vertigo). 2009. Available
at:http://d132a.wordpress.com/2008/12/26/pengobatangangguankeseim
bangan-vertigo/ .Accessed on April 28th, 2012.14.
14. Levenson, Mark J. Home of the Surgery Information Centre. Meniere
Syndrome.2009. Available at : http://www.earsurgery.org/site/pages/
conditions/menieres-syndrome.php.Accessed on April 28th, 2012.15.
15. Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose, and
ThroatDisease. Second Revised Edition. New York : Thiemes; 2004. 100-
101.

You might also like