Professional Documents
Culture Documents
Nilai abstraksi awal (Ia) linier terhadap penahanan air
maksimum potensial (S), dengan fungsi sebagai berikut :
S Ia 2 , 0
Hubungan Tinggi Muka Air Dan Debit Aliran
Setiap besaran aliran yang yang diukur pada suatu saat, pada tempat tertentu (Stasiun Pengukur
Arus Sungai, SPAS), pada prinsipnya terdiri dari 4 komponen, yaitu
- Hujan yang langsung jatuh di sungai (channel precipitation)
- Aliran Permukaan tanah (surface flow)
- Aliran antara atau bawah permukaan tanah (interflow/ sub surface flow)
- Aliran dasar (base flow/ ground water flow)
Pengukuran debit dalam satu penampang tertentu sangat penting, karena
dengan pengukuran yang rutin dilakukan, maka akan dapat ditemukan hubungan
antara tinggi muka air dan debit yang bersangkutan. Hubungan ini merupakan
hubungan spesifik untuk sungai yang bersangkutan.
Hubungan antara debit dan tinggi muka air untuk suatu penampang tertentu
disebut liku kalibrasi (rating curve). Hubungan ini sangat penting karena
diperlukan untuk mengubah hidrograf tinggi muka air (stage hydrograph)
menjadi atau hidrograf debit (discharge hydrograph).
Hasil pengukuran aliran sungai di Stasiun Pengukur Arus Sungai (SPAS) berupa data
tinggi muka air permukaan sungai dari waktu ke waktu. Dalam analisis berikutnya diperlukan
alat untuk mengubah nilai tinggi muka air (TMA) menjadi nilai debit aliran sungai. Untuk
keperluan itu maka diperlukan pengamatan terus menerus hubungan pasangan antara data
tinggi muka air dan debit aliran sungai di titik pengukuran arus sungai atau di lokasi SPAS.
Alat untuk mengubah nilai tinggi muka air (H) menjadi nilai debit aliran sungai (Q) dikenal
sebagai rating curve atau liku kalibrasi.
Rating curve dibuat berdasarkan formula dalam hidrolika untuk aliran air di saluran terbuka,
yang diturunkan dari persamaan empirik untuk debit aliran di saluran terbuka, yang dikenalkan
oleh ahli hidrolika terdahulu (Manning dan Chezy).
Pada titik pengukuran aliran sungai, jika ditetapkan bahwa Q adalah debit aliran sungai, V
adalah kecepatan aliran air, dan A adalah luas tampang aliran maka berdasarkan persamaan
hidrolika dapat dituliskan bahwa :
Q = V.A
Keterangan :
Q = debit aliran sungai (m
3
/det),
V = kecepatan aliran air (m/det),
A = luas tampang aliran (m
2
)
Hidrograf merupakan gambaran debit aliran sungai secara kontinyu dari waktu ke
waktu. Hidrograf diartikan sebagai suatu diagram yang menggambarkan hubungan debit
aliran sungai dari waktu ke waktu. Hidrograf diperoleh dengan cara mengalihragamkan stage
hydrograph ( hidrograf tinggi muka air) menjadi discharge hydrograph (hidrograf debit aliran
sungai) dengan perantaraan persamaan iku kalibrasi.
Memperhatikan perjalanan air dalam DAS nampak bahwa limpasan total (total
run off) terdiri dari limpasan langsung (direct run off) dan aliran dasar (surface
flow) dan aliran bawah permukaan yang mengalir langsung (prompt
precipitation). Aliran dasar terdiri dari aliran air bumi (ground water flow) yang
masuk melalui perkolasi dan aliran bawah permukaan terkemudian (delayed
sub surface flow) yang tidak masuk ke saluran, tetapi bergabung dengan air
perkolasi memperbesar aliran dasar. Aliran dasar dan limpasan langsung
akhirnya bersatu menjadi satu menuju ke sungai.
Anasir penyusun hidrograf terdiri atas (Chow, 1964), adalah :
- Aliran permukaan tanah (surface flow)
- Aliran bawah permukaan tanah (Sub surface flow)
- Aliran dasar (bese flow)
- Hujan yang langsung jatuh di atas permukaan sungai (Channel
precipitation
Total aliran sungai merupakan penjumlahan keempat komponen di atas, yang dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan aliran sebagai berikut :
RO = CI + SRO + INTF + BF
di mana :
RO = total aliran sungai (mm)
CI = hujan yang jatuh di atas saluran (mm)
SRO = aliran permukaan tanah (mm)
INTF = aliran bawah permukaan tanah (mm)
BF = aliran dasar (mm)
Hidrograf satuan (unit hydrograph) adalah hidrograf limpasan langsung (direct run off
hydrograh) yang dihasilkan oleh satu satuan tebal lebihan hujan (rainfall excess) yang
terbagi merata di seluruh DAS, dengan intensitas tetap dalam satu satuan waktu yang
ditetapkan.
Hidrograf satuan diperoleh dengan cara memisahkan aliran dasar dari
hidrograf total, sehingga diperoleh hidrograf limpasan langsung yang
mempunyai volume sama dengan volume lebihan hujan. Hidrograf satuan
yang kahs dari suatu DAS diperoleh dengan cara merata-ratakan hidrograf
satuan yang diturunkan dari beberapa kasus kejadian.
Hidrograf satuan dapat diperoleh dengan pendekatan analitik ataupun pendekatan
empirik. Pendekatan analitik dilaksanakan dengan cara menganalisis data debit sungai
terukur yang diturunkan dari rekaman data pengukuran tinggi muka air sungai otomatis
pada AWLR (Automatic Water Level Recorder) dan rekaman data pengukuran hujan.
Pendekatan empirik dilaksanakan dengan cara tidak langsung yaitu dengan membuat
hidrograf satuan sebagai fungsi sifat fisik daerah aliran sungai (DAS).
Hidrograf satuan yang diperoleh berdasarkan pendekatan analitik disebut sebagai Hidrograf
Satuan Terukur dan Hidrograf satuan yang diperoleh berdasarkan pendekatan empirik disebut
sebagai Hidrograf Satuan Sintetik.
Analisis untuk memperoleh hidrograf satuan terukur sulit dilakukan karena
banyak data pengukuran aliran sungai yang sulit diperoleh. Kesulitan ini menjadi
dasar pemikiran untuk mengembangkan pendekatan empirik.
Beberapa cara pendekatan empirik ini antara lain adalah Model Hidrograf
Satuan Sintetik (HSS) Snyder, Model HSS GAMA I dan model HSS Achlil.
Beberapa asumsi yang melandasi teori hidrograf satuan antara lain adalah:
- Hidrograf satuan ditimbulkan oleh satu satuan tebal lebihan hujan yang terjadi merata di
seluruh DAS, selama waktu yang ditetapkan.
- Hidrograf satuan yang ditimbulkan oleh lebihan hujan dengan selang waktu yang sama, akan
mempunyai waktu dasar yang sama, tidak tergantung berapapun besar tebal lebihan hujan. Jadi
mempunyai prinsip bebas terhadap waktu (time invariant).
- Ordinat hidrograf satuan sebanding dengan tebal lebihan hujan yang menimbulkannya (linear
system).
- Hidrograf satuan memenuhi prinsip superposisi, yaitu bahwa total hidrograf limpasan langsung
yang disebabkan oleh beberapa kejadian hujan yang terpisah merupakan penjumlahan dari tiap-
tiap hidrograf satuan.
Bentuk hidrograf satuan tergantung pada karakteristik hujan yang jatuh di DAS. Makin
besar intensitas hujan maka makin tinggi debit puncak hidrograf swatuan tersebut. Makin
lama waktu hujan efektifnya, maka akansemakin lama waktu tercapainya debit puncak
hidrograf.
Penggambaran bentuk hidrograf satuan ditunjukkan pada gambar berikut :
T (jam)
Qp
Q (m3/dt)
Tr
Tb
Hidrograf satuan diperoleh dengan cara memisahkan aliran dasar dari hidrograf total,
sehingga diperoleh hidrograf aliran langsung (direct runoff) yang mempunyai volume sama
dengan volume hujan lebih.
Tahapan penentuan hidrograf satuan terukur berdasarkan pendekatan analitik dilakukan
dengan urutan sebagai berikut :
- Mengalihragamkan data tinggi muka air sungai (H) menjadi debit aliran sungai (Q) dari
waktu ke waktu, sehingga diperoleh hidrograf aliran total yang dilaksanakan dengan
bantuan persamaan liku kalibrasi debit.
- Memisahkan aliran dasar (base flow) dari hidrograf aliran total sehingga diperoleh
hidrograf aliran langsung (DRO) dengan memakai cara garis lurus (straight line method).
- Menentukan besarnya hujan lebih (hujan efektif).
Penentuan hidrograf satuan menggunakan konsep bahwa volume hujan lebih sama
dengan volume hidrograf aliran langsung.
Para ahli hidrologi dalam melaksanakan analisis hidrograf satuan terukur melakukan
pemilihan terhadap kasus kejadian hujan dan debit aliran yang menguntungkan yaitu dengan
memilih :
- kejadian hujan tunggal dan
- hidrograf aliran yang mempunyai satu debit puncak dan terpencil yang terisolasi terpisah jauh
dengan hidrograf yang terjadi sebelum maupun sesudahnya.
Cara-cara dengan memilih kasus kejadian tersebut, merupakan kelemahan dan
sering menjadi kesulitan bagi para ahli hidrologi, jika data yang tersedia tidak ada yang
dapat dipilih, misalnya untuk kejadian hujan majemuk dengan ordinat yaitu R
1
, R
2
, dan
R
3
sehingga penentuan hidrograf satuan sulit dilaksanakan.
Banjir adalah peristiwa tergenangnya dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering)
karena volume air meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan
disuatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai (air permukaan), atau pecahnya
bendungan sungai.
Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serap air
yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk
menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-
tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam itu
disebut banjir bandang.
Hujan muson dapat mengakibatkan banjir besar di negara-negara yang terletak di dekat
khatulistiwa seperti Bangladesh, karena panjangnya musim hujan di sana.
Badai juga dapat menyebabkan banjir melalui beberapa cara, di antaranya melalui ombak
besar yang tingginya bisa mencapai 8 m. Selain itu badai juga adanya presipitasi yang
dikaitkan dengan peristiwa badai. Mata badai mempunyai tekanan yang sangat rendah, jadi
ketinggian laut dapat naik beberapa meter pada mata guntur. Banjir pesisir seperti ini sering
terjadi di Bangladesh.
Gempa bumi dasar laut maupun letusan pulau gunung berapi yang membentuk kawah
(seperti Thera atau Krakatau) dapat memicu terjadinya gelombang besar yang disebut
tsunami yang menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai.
Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi, antara lain :
- Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan
geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang.
- Kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri.
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan
berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya
tinggi. Akibat keadaan ini saluran2 yg ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran
permukaan dan tanah2 cepat mengalami penjenuhan.
Selain itu, juga bisa disebabkan oleh :
- Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
- Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
- Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
- Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi
jalan / tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
- Bendungan dan saluran air rusak.
- Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
- Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
- Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir
kiriman atau banjir bandang.
Penulusuran banjir
adalah merupakan prakiraan hidrograf di suatu titik pada suatu aliran atau
bagian sungai yang didasarkan atas pengamatan hidrograf di titik lain.
Hidrograf banjir dapat ditelusur lewat palung sungai atau lewat waduk.
Tujuan penelusuran banjir adalah untuk :
- Prakiraan banjir jangka pendek.
- Perhitungan hidrograf satuan untuk berbagai titik sepanjang sungai dari
hidrograf satuan di suatu titik di sungai tersebut.
- Prakiraan terhadap kelakuan sungai setelah terjadi perubahan dalam palung
sungai.
- Derivasi hidrograf sintetik.
Automatic Water Level Record (AWLR)
adalah perangkat pemantau level air tanah dengan sistem telemetry dan full remote
dengan menggunakan pressure sensor berbasis SMS GATEWAY.
Didukung dengan software berbasis online (Server), sangat memudahkan bagi
pemakai untuk mengambil, menganalisa data pada sumur pantau. Dan perintah untuk
meminta data tidak terbatas hanya beberapa perintah saja.
Special Thanks to:
ALLAH S.W.T
NABI MUHAMMAD S.A.W
Kawan - Kawan sadonyo jo Dosen kito yang lah
mancaliak presentasi kelompok kami ko
PRESENTED BY:
Dosen
Dr. Ir. Eri Gas Eka Putra, MS
DIKY KURNIA WIJAYA (0811113092)
MINA ARMAN (07118029)
DODI FIRMAN (0811112076)