You are on page 1of 2

SPINA BIFIDA

MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya dari spina bifida bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala; sedangkan
yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar
saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari,
kantung tersebut tidak tembus cahaya
2. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
3. Penurunan sensasi.
4. Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja
5. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
6. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
7. Lekukan pada daerah sakrum.
8. Abnormalitas pada lower spine selalu bersamaan dengan abnormalitas upper spine (arnold
chiari malformation) yang menyebabkan masalah koordinasi
9. Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering oleh karena imbalans kekuatan otot dan fungsi
10. Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk merelakskan secara volunter otot
(sphincter) sehingga menahan urine pada bladder dan feses pada rectum.
11. Hidrosefalus mengenai 90% penderita spina bifida. Inteligen dapat normal bila hirosefalus di
terapi dengan cepat.
12. Anak-anak dengan meningomyelocele banyak yang mengalami tethered spinal cord. Spinal cord
melekat pada jaringan sekitarnya dan tidak dapat bergerak naik atau turun secara normal.
Keadaan ini menyebabkan deformitas kaki, dislokasi hip atau skoliosis. Masalah ini akan
bertambah buruk seiring pertumbuhan anak dan tethered cord akan terus teregang.
13. Obesitas oleh karena inaktivitas
14. Fraktur patologis pada 25% penderita spina bifida, disebabkan karena kelemahan atau penyakit
pada tulang.
15. Defisiensi growth hormon menyebabkan short statue
16. Learning disorder
17. Masalah psikologis, sosial dan seksual
18. Alergi karet alami (latex)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dapat
dilakukan pada ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan, pada ibu hamil, dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple
screen yang terdiri dari pemeriksaan AFP, ultrasound dan cairan amnion.
2. Pada evaluasi anak dengan spina bifida, dilakukan analisis melalui riwayat medik,
riwayat medik keluarga dan riwayat kehamilan dan saat melahirkan. Tes ini merupakan
tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya.
Pemeriksaan fisik dipusatkan pada defisit neurologi, deformitas muskuloskeletal dan
evaluasi psikologis. Pada anak yang lebih besar dilakukan asesmen tumbuh kembang,
sosial dan gangguan belajar.
3. Pemeriksaan x-ray digunakan untuk mendeteksi kelainan tulang belakang, skoliosis,
deformitas hip, fraktur pathologis dan abnormalitas tulang lainnya.
4. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis maupun
vertebra dan lokasi fraktur patologis.
5. CT scan kepala untuk mengevaluasi hidrosepalus dan MRI tulang belakang untuk
memberikan informasi pada kelainan spinal cord dan akar saraf.
6. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida atau defek neural tube, akan
memiliki kadar serum alfa fetoprotein (MSAP atau AFP) yang tinggi. Tes ini memiliki
angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat
menemukan adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan
ketuban).

Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun
vertebra
3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan
luasnya kelainan.

You might also like