You are on page 1of 23

UNIVERSITAS INDONESIA

MIDDLE RANGE THEORY


PAMELA G REED
“SELF TRANSCENDENCE”

Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar

Sains dalam keperawatan

Oleh

Kelompok III :

HAPSAH
NIA RESTIANA
WARDIYAH DAULAY
ROSAMEY
AMIN SYAM
EDY WURYANTO

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi adalah unik karena keperawatan ditujukan ke berbagai
respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapinya. Perawat
memiliki berbagai peran seperti pemberi perawatan, sebagai perawat primer, pengambil
keputusan klinik, advokat, peneliti dan pendidik. Perawat seringkali harus melakukan
berbagai peran lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan, sehingga dalam menjalankan
tugas tersebut perawat harus mempunyai kerangka berpikir yang sama.

Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan tentang


keperawatan. Model konseptual keperawatan diharapkan dapat menjadi kerangka berpikir
perawat. Sehingga perawat perlu memahami beberapa konsep ini sebagai kerangka konsep
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.

Salah satu ahli dalam keperawatan adalah Pamela G. Reed yang termasuk ke dalam
teori Middle Range dengan teorinya self transedensi. Teorinya mengatakan bahwa
pengembangan konsep diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu Inwardly (batiniah),
Outwardly (lahiriah) dan Temporally (duniawi). Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat
dua poin intervensi. Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber
yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi atau berfokus pada beberapa
faktor personal dan kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan
vulnerable, hubungan antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.

B. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan teori self
transedensi oleh Pamela G. Reed.

Tujuan khusus penulisan makalah meliputi:


1. Menjelaskan Teori Self transendensie yang dikembangkan Pamela G.Reed.
2. Menganalisa kelebihan Model konsep dan Teori Self transendensie yang
dikembangkan Pamela G.Reed.
3. Menganalisa kekurangan Model konsep dan Teori Self transendensie yang
dikembangkan Pamela G.Reed.
4. Menganalisa alasan mengapa teori self transcendence termasuk ke dalam kelompok
middle range theory.
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. KONSEP KUNCI

1. VULNERABILITY

Kesadaran seseorang akan adanya kematian. Diartikan sebagai kontek bagi


perkembangan atau kematangan di usia senja atau pada akhir kehidupan. Konsep
vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di
dalamnya dalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan
pengasuhan.

2. SELF TRANSCENDENCE

Bernard Lonergan, filsuf dan teolog, dalam bukunya Method in Theology (1975) menulis
bahwa manusia mencapai keotentikannya dalam transendensi diri (self-transcendence).
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai. Suatu gerak dari
yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.

Menurut G Reed, self transcendence didefiniskan sebagai pengembangan konsep diri


dibatasi secara mulitidimensi yaitu :

• Inwardly (batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman-


pengalaman yang telah dialami.

• Outwardly (lahiriah) : tampak dari luar. Diartikan bahwa pentingnya melakukan


hubungan dengan dunia luar dalam hal ini berinteraksi dengan lingkungannya.

• Temporally (duniawi) : menggunakan keterampilan atau pengetahuan yang


diperoleh dari pengalaman masa lalu sehingga menjadi pelajaran untuk mencapai
tujuan masa depan yang terintegrasi dengan menerapkannya pada masa
kini/sekarang.
3. WELL-BEING

Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.

4. MODERATING-MEDIATING FACTORS

Variabel kontekstual dan personal dan interaksinya bisa mempengaruhi proses


transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi yang baik. Contoh dari variabel
tersebut adalah usia, jenis kelamin, kemampuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi
spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu. Variable kontekstual dan personal
dapat memperkuat dan memperlemah hubungan vulnerabilities dan transendensi diri dan
antara transendensi diri dan keadaan baik/sejahtera (well being).

5. POINT OF INTERVENTION

Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi. Tindakan keperawatan
secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam diri seseorang
terhadap transendensi atau berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ; hubungan antar
transendensi diri dan keadaan baik/sehat.

II. ASUMSI MAYOR :

1. HEALTH

Sehat, merupakan awal proses model, yang didefinisikan secara mutlak sebagai proses
kehidupan dari dua hal yaitu pengalaman negatif dan positif dimana individu
menciptakan lingkungan dan nilai-nilai yang unik yang mendukung kesejahteraan (well-
being).

2. NURSING

Peran keperawatan adalah untuk mendampingi orang-orang (persons) (melalui proses


interpersonal dan manajemen terapeutik pada lingkungannya) dengan membutuhkan
keterampilan untuk mendukung kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being).

3. PERSON

Person dipahami sebagai perkembangan masa kehidupannya dalam berinteraksi dengan


orang lain dan dalam perubahan lingkungan yang kompleks dan bersemangat yang dapat
berkontribusi secara positif dan negative terhadap kesehatan dan keadaan baik.

4. ENVIRONMENT

Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas adalah lingkungan yang secara
signifikan berkontribusi pada proses kesehatan dimana perawat mempengaruhinya
dengan mengatur interaksi yang terapeutik antara orang-orang, objek dan aktivitas
keperawatan.

Health Well-being

Person self

Environment Nursing Point of

Vulnerability

Skema 1. Penjabaran Teri Reed ke dalam metapardigma


IV. PERNYATAAN TEORITIS

Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan :

1. Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self transcendence.

2. Self transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan (well-being).

3. Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antara vulnerability


dan self transcendence dan antara self transcendence dan well-being.

+ +
vulnerability Self Well-being

+ - transcendence
+
-

Faktor-faktor
+ personal dan
kontekstual yang
berhubungan
secara mediat atau
+
Point intervensi
untuk -
meningkatkan self
transcendence

Skema 2. Teori model self transcendence

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa ada tiga konsep utama dari teori self
transcendence yaitu vulnerabel, transendens diri, dan kesejahteraan. Ada 3 dalil yang
berkembang menggunakan tiga konsep dasar di atas. Pertama, self transcendence merupakan
kehebatan seseorang saat menghadapi akhir dari kehidupan dibanding ia tidak
mengalaminya. Isu dari akhir kehidupan diinterpretasikan secara luas, dimana timbul dengan
adanya kejadian dalam kehidupan, kondisi sakit, penuaan dan pengalaman-pengalaman lain
yang meningkatkan kesadaran akan kematian.
Dalil yang kedua yaitu batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan kesejahteraan
(well-being). Batasan-batasan konseptual dan fluktuasi yang mempengaruhi secara positif
atau negatif kesejahteraan/well being sepanjang masa kehidupan. Misalnya, peningkatan
penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan berkaitan secara positif dengan
kesehatan mental sebagai indicator kesejateraan/well-being pada seseorang yang sedang
menghadapi isu akhir dari kehidupan. Contoh khusus tentang pengaruh negative yaitu
inabilitas/ketidakmampuan untuk mencapai atau menerima orang lain (berteman) yang akan
mengarah pada depresi sebagai indicator kesehatan mental.

Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan. Faktor personal dan lingkungan
berfungsi sebagai korelasi, moderator, atau mediator yang menghubungkan antara
vulnerable, transendensi diri dan keadaan sejahtera (well being).

V. TEORI SELF TRANSCENDENCE TERMASUK KE DALAM KELOMPOK MIDDLE


RANGE THEORY

Ciri middle range theory menurut mckenna h.p. (1997):

1. Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi

2. Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori

3. Tanpa indicator pengukuran

4. Masih cukup abstrak

5. Konsep dan proposisi yang terukur

6. Inklusif

7. Memiliki sedikit konsep dan variabel

8. Dalam bentuk yang lebih mudah diuji

9. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik (Robert Merton (1968)).
10. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif
menggunakan studi kualitatif (Merton (1968)).

11. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal ilmiah
yang menarik (Walker and Avant (1995)).

12. Middle range theory berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat. Sama halnya
dengan nyeri, hal yang lainnya termasuk martabat, empati, harga diri, duka cita, harapan,
kenyamanan, dan kualitas hidup.

13. Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori, misalnya : middle range theory
dari “self care deficit” diturunkan dari grand theory “self care” oleh Orem (1980).

14. Ada juga mid-range theory yang tumbuh langsung dari praktik. Misalnya, Swansons
(1991) mid-range theory tentang “caring in perinatal nursing” dikembangkan secara
induktif dari tiga perinatal setting. Sama halnya dengan Merle Mishel (1990) yang
mengembangkan mid-range theory “uncertainly (ketidakpastian)” di antara pasien.

15. Chinn and Kramer (1995) menyatakan bahwa ada 8 mid-range theory yaitu teori
perawatan mentruasi, teori “family care-giving”, theory of relapse among ex-smokers
(kekambuhan di antara mantan perokok), a theory of uncertainty in illness
(ketidakpastian saat sakit), a theory of the peri-menopausal process (proses menopause),
a theory of self-transcendence, a theory of personal risking and a theory of illness
trajectory.

Menurut Meleis, A. I. (1997), mid-range theory memiliki cirri-ciri sbb :

1. Ruang lingkup terbatas,

2. Memiliki sedikit abstrak,

3. Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan

4. Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran).

Menurut Whall (1996), kriteria sebuah mid-range theory yaitu :


1. Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan

2. Mudah diterapkan

3. Bisa diterapkan pada berbagai situasi

4. Proposisi bisa berada dalam suatu rentang hubungan sebab akibat

Menurut Nolan & Grant (1992), ada dua kriteria sebuah teori bisa diterapkan ke
dalam praktik yaitu :

5. Seharusnya relevan dengan potensi pengguna teori tersebut, misalnya perawat.

6. Seharusnya berorientasi pada hasil yang akan diperoleh untuk kepentingan pasien, bukan
hanya menggambarkan apa yang dilakukan perawat.

Sedangkan menurut Kolcaba,

7. Seharusnya menggambarkan fenomena keperawatan-sensitif yang siap dihubungkan


dengan tindakan keperawatan yang direncanakan.

BAB III
KASUS DAN ANALISA KASUS

A. Kasus
Tn, E, usia 65 tahun memiliki 3 orang anak yang saat ini sudah berusia di atas 30 tahun.
Istri Tn. E, baru saja meninggal 6 bulan yang lalu karena menderita penyakit kronis.
Pernikahan mereka telah berusia 45 tahun pada saat isterinya meninggal. Dua orang
anaknya bertempat tinggal sangat jauh dari rumah Tn.Edy, Sedangkan seorang anak laki-
lakinya bersama dengan isteri dan dua orang anaknya yang masih usia pra sekolah tinggal
tidak jauh dari rumah Tn. E. Selama istrinya sakit, Tn.E sendiri yang merawatnya. Ia
menghabiskan banyak waktu dan mengalami kelelahan dalam merawat isterinya, namun
saat isterinya telah meninggal dia merasa sangat kesepian karena tinggal seorang diri di
rumahnya. Selain itu, dia juga kehilangan selera makan sehingga tidak memiliki kekuatan
untuk beraktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya serta
berinteraksi dengan anak dan keluarganya.

B. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus di atas, hasil analisa mennunjukkan bahwa ada beberapa masalah
yang sedang dihadapi oleh Tn. E yaitu :
1. Tn.E telah berusia lanjut.
2. Respon berduka yang berkepanjangan akibat kematian istrinya
3. Interaksi dengan lingkungan sosial terganggu
4. Interaksi dengan anggota keluarga terganggu
5. Penurunan selera makan
6. Kelemahan fisik
7. Penurunan aktivitas
8. Merasa kesepian tinggal seorang diri
9. Tinggal terpisah dari anak-anaknya

BAB IV
PEMBAHASAN

Teori Pamela G. Reed menitikberatkan pada konsep self transcendence yang terdiri atas
konsep kunci yaitu vulnerabel, transendensi diri, sejahtera/sehat, moderating-mediating factors,
dan inti intervensi..

Dalam kasus tersebut, berdasarkan teori self transcendence maka yang perlu dilakukan
oleh perawat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh Tn. E adalah dengan
menerapkan konsep-konsep kunci dari Pamela yaitu :

Vurnerabel yaitu meningkatkan kesadaran Tn. E bahwa kematian adalah merupakan hal
yang akan dialami oleh setiap orang yang masih hidup dan akan disertai kesedihan serta
kedukaan mendalam pada orang yang ditinggalkan. Namun, bukanlah suatu hal yang baik bila
kedukaan berlanjut sampai berbulan-bulan setelah masa kehilangan tersebut. Bagaimana jika
seandainya keadaan menjadi terbalik, pengalaman yang sama terjadi pada dirinya sedangkan
istrinya sendiri yang mengalami hal yang saat ini dia alami, akan sangat berbeda dan bahkan
lebih sulit bagi istrinya untuk menerima hal tersebut. Sehingga, perawat akan membantu Tn. E
untuk melakukan reflesi terhadap dirinya dan terhadap pengalaman tersebut.

Refleksi dan instrospeksi yang dilakukan oleh Tn. E adalah merupakan inti dari self
transcendence. Dari segi inwardly (batiniah), perawat menekankan adanya proses introspeksi
terhadap pengalaman masa lalu yang dialami oleh Tn.Edy yang kemudian dapat menjadi fasilitas
memperoleh kepulihan dan kesehatannya kembali. Introspeksi diri bisa meliputi menggali
kembali kepercayaan dan keyakinan dalam diri, nilai-nilai pribadi, dan mimpi-mimpi yang ingin
dicapai yang nantinya akan menjadi penyemangat atau motivator untuk mencapai kondisi yang
sehat secara utuh (well being).

Dari segi outwardly (lahiriah), perawat memberikan dorongan untuk memulai kembali
hubungannya dengan dunia luar termasuk berinteraksi dengan anak dan keluarganya, lingkungan
sosialnya dan kembali beraktivitas serta dapat menikmati masa tuanya dengan penuh kebahagian.
Dengan menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya, anak dan menantunya akan lebih
membuatnya menikmati kebahagiaan dan kesenangan. Selain itu, dengan cara tersebut, Tn. E
akan merasa puas telah membantu anak dan menantunya menjaga anak-anaknya. Bila
kebahagiaan dan kesenangan telah terbangun, masalah fisik, nafsu makan, perasaan kesepian,
dan perasaan berduka yang dialaminya selama ini berangsur-angsur akan hilang, sehingga Tn. E
akan memperoleh kesehatannya kembali.

Dari segi temporally (duniawi/saat ini), dari hasil refleksi dan introspeksi dari
pengalaman masa lalunya, Tn. E bisa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya di masa
lalu itu untuk mencapai apa yang dia harapkan di masa yang akan datang dengan
melakukan/menerapkannya pada masa kini.

Vulnerabel dan transendensi diri di atas akan sangat membantu Tn. E memperoleh
keadaan sehat dan sejahtera (well being). Semua komponen tersebut akan berintegrasi dan
berproses untuk mencapai suatu kondisi yang baik. Dalam hal ini, di usia senja, Tn. E dapat
memperoleh kebahagiaan.
Selain hal di atas, perawat juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara vulnerable dan transendensi diri, hubungan
antara transendensi diri dan keadaan sejahtera. Faktor-faktor ini disebut faktor penengah
(moderating-mediating factors) seperti usia, jenis kelamin, kemampuan kognitif, pengalaman
hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial dan riwayat masa lalu. Pada Tn. E banyak dari faktor-
faktor tersebut yang bisa memperlemah hubungan-hubungan di atas, seperti usia, pengalaman
hidup, dan lingkungan sosial. Usia Tn. E yang kini telah mencapai 65 tahun, membuat Tn. E
mengalami kehilangan banyak kekuatannya terkait dengan penurunan berbagai fungsi tubuh
yang dapat menyebabkan ia menjadi kurang bisa melakukan aktivitas lagi di luar rumah yang
akan membatasinya dengan lingkungan sosialnya. Selain itu, lingkungan keluarga yang berada
jauh dari tempat tinggalnya membuat interaksinya dengan anak-anaknya menjadi kurang yang
mengakibatkan perasaan kesepian dan kurangnya semangat. Sehingga, sebagai seorang perawat
perlu mengontrol faktor-faktor tersebut dengan memberikan penguatan pada setiap faktor
tersebut sehingga tidak memberi dampak negatif bagi Tn. E. misalnya, dengan memberikan
latihan-latihan yang bisa dilakukan Tn. E dalam rangka mempertahankan kebugaran,
introspeksi/refleksi diri yang bisa membangun konsep diri Tn. E sehingga akan menjadi faktor
yang mendukung tercapainya pemulihan dan kondisi yang sejahtera (well being). Faktor
pendukung lainnya bisa berupa adanya penguatan spiritual yang dilakukan oleh Tn. E dengan
menjalankan agama dan kepercayaannya serta memahami kematian dengan lebih baik yang akan
mengurangi kedukaan yang dialaminya dengan menganggap bahwa suatu saat dia juga akan
mengalami hal yang sama sehingga perlunya memperbaiki kondisi hidup saat ini menjadi lebih
baik.
Dari beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam menyelesaikan masalah
Tn. E, ada dua poin yang secara umum menjadi inti intervensi keperawatan yaitu, menggali
sumber-sumber yang ada pada diri Tn. E dan berfokus pada faktor-faktor yang berpengaruh pada
hubungan vulnerabel dan transendensi diri; hubungan antara transendensi diri dan kondisi
sejahtera.
Pada kasus di atas, sudah tergambar bagaimana teori self transcendence menyelesaikan
masalah terhadap fenomena yang spesifik tentang masalah psikososial yang dihadapi oleh
seorang lansia. Kespesifikan fenomena ini menjadi fokus kajian teori dimana hal inilah yang
mencirikannya sebagai bagian dari kelompok mid-range theory.

Dari beberapa referensi tentang ciri mid-range theory pada bab sebelumnya, kami
menyimpulkan bahwa sebuah teori bisa dikatakan termasuk dalam kelompok mid-range theory
bila memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Ruang lingkup konsep dan proposisi terbatas dan menggunakan sedikit variabel dan
konsep serta pembahasannya berfokus pada fenomena yang spesifik.

2. Sebahagian konsepnya masih bersifat cukup abstrak, namun keabstrakan tersebut bisa
menjadi studi ilmiah yang menarik untuk pengembangan teori melalui riset.

3. Mudah diaplikasikan dalam berbagai kondisi dan situasi.

4. Bisa diturunkan dari grand theory dan langsung dari praktik.

5. Mudah diuji

6. Menggambarkan fenoma keperawatan berhubungan dengan tindakan keperawatan yang


direncanakan dan juga berorientasi pada pencapaian tujuan/hasil yang berfokus pada
klien/pasien.

Salah satu mid-range theory adalah teori self transcendence yang dikembangkan oleh Pamela G.
Reed. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa teori self transcendence menjadi
bagian dari mid-range theory, yaitu :

1. Teory Reed mempunyai 3 konsep yaitu vulnerabillity, self transcendence dan


kesejahteraan (wellness) dan memiliki 2 konsep yang lain yaitu faktor personal dan
lingkungan serta petunjuk intervensi. Sangat jelas digambarkan bahwa teori tersebut
memiliki sedikit konsep dan variabel.

2. Teori Reed dapat diaplikasikan pada berbagai situasi dan kondisi kesehatan manusia
termasuk dalam hal penyembuhan. Konsep mayor dari teori ini dapat digunakan
seseorang menghadapi kejadian hidup mulai dari lahir, ancaman sakit dan menghadapi
kematian.

3. Sebahagian konsepnya masih bersifat cukup abstrak yaitu self transcendence, wellness,
vulnerability, namun keabstrakan tersebut bisa menjadi studi ilmiah yang menarik untuk
pengembangan teori melalui riset.

4. Teori menggunakan tiga sumber yaitu :

a. Konseptualisasi baru dari perkembangan manusia sepanjang proses kehidupannya.

b. Dari grand theory Martha Rogers tentang unitary human being, dengan teori yang
diadopsi yaitu teori tentang perkembangan life span (masa kehidupan). Dimana teori
ini menjelaskan bahwa manusia dalam masa hidupnya akan mengalami proses
perkembangan yang tidak bisa diprediksikan namun tetap memiliki pola dan tujuan,
ia juga mengidentifikasi bahwa akan selalu terjadi ketidakseimbangan hubungan
antara manusia dan lingkungannya yang merupakan kebutuhan dalam menjalankan
proses perkembangan hidup.

c. Teori Reed juga bersumber pada pengalaman-pengalaman klinik dan riset.

5. Menggambarkan fenoma keperawatan berhubungan dengan tindakan keperawatan yang


direncanakan dan juga berorientasi pada pencapaian tujuan/hasil yang berfokus pada
klien/pasien.

BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa teori memiliki
beberapa kekurangan dan kelebihan yaitu sebagai berikut :

1. Kelebihan :

• Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan


masalah psikososial.

• Faktor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien.

2. Kekurangan:

• Beberapa bagan yang ditampilkan tidak diuraikan secara jelas yang


menghubungkan variable-variabel dalam bagan tersebut.

• Banyak variabel dalam teori, seperti vulnerability dan transendensi diri


serta kondisi sejahtera yang masih abstrak, sehingga masih terdapat kesulitan
diterapkan dalam praktik.

• Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh
para perawat yang akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.

• Terbatas digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan dengan


adanya masalah psikologis dengan kurang mempertimbangkan penangan fisiknya.

3. Teori self transcendence termasuk dalam kelompok mid-range theory karena


memiliki kriteria : konsep dan variabel sedikit, sebahagian masih bersifat abstrak,
dapat digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi kesehehatan manusia, bersumber
dari grand theory dan pengalaman-pengalaman praktik, dan berfokus pada fenomena
yang lebih spesifik.
B. SARAN

Adapun saran yang ingin kami sampaikan adalah :

• Ketidakjelasan dan keabstrakan teori self transcendence dapat menjadi pemicu


dilakukannya penelitian-penelitian yang bisa menjadi bahan perbaikan bagi teori
tersebut.

• Sebaiknya ada metoda proses keperawatan yang dijelaskan dalam teori dalam
penerapannya dalam praktik sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Tomey and Alligood. Nursing theorists and their work. Sixth edition. Mosby : Elsevier. 2006.

Tomey and Alligood. Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier. 2006.

Sarah Wall. 1995. Nurses’ Engagement with Feminist/Poststructuralist Theory: Im)Possibility,


Fear, and Hope. 13 November 2008. http://www.thirdspace.ca/journal/article/viewFile/wall/183

Kaiser, Leland R. What is self transcendence. 08 November 2008.


http://www.kaiser.net/seriesdetail.cfm?article_id=457

Saur, Wilhelmus. 2002. "Self-Transcendence", Sebuah Pencarian Keotentikan Diri. 8 November


2008. ________.

McKenna H.P. (1997). Nursing Models and Theories. 18 November 2008.


http://www.sandiego.edu/ACADEMICS/nursing/theory/midrange/midrange.htm
SATUAN ACARA PENGAJARAN

Materi : Teori Middle Range


Ahli Teori : Pamela G. Reed

Waktu Pertemuan : 2 X 50 Menit (100 menit)

Pertemuan : I

A..Tujuan Instruksional :

1. Umum : Setelah selesai pembelajaran, Mahasiswa akan dapat


menganalisa teori self trancedensi.

2. Khusus : - Menjelaskan teori self transedensi Pamela


G. Reed
- Menjelaskan makna teori dalam tatanan nyata.
- Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan konsep
- Menganalisis alasan mengapa teori termasuk dalam
kelompok middle range theory

B. Pokok Bahasan : Teori Middle Range

C. Sub Pokok Bahasan : Self transedensi Pamela G. Reed


D. Kegiatan Belajar Mengajar, Media dan Alat Pengajaran

Tahap Kegiatan Tutor Kegiatan Mahasiswa Media dan Alat

I. Pendahuluan • Menyampaikan topic / cakupan materi • Mendengarkan • LCD


• Menjelaskan tujuan dan manfaat • Memperhatikan • Mikrofon
pembelajaran • Mencatat
• Memberi penugasan kepada mahasiswa
untuk mendiskusikan teori self
transendense • Melakukan diskusi
• Mendengarkan
II. Penyajian • Memperhatikan
• Mempresentasikan hasil • LCD
• Mengajukan pertanyaan tentang teori diskusi mengenai : • Mikrofon
self transedensi yang telah  Teori self transdensi.
dipresentasikan oleh mahasiswa.  Penerapan teori dalam
• Memberikan reinforcement atas jawaban tatanan nyata
mahasiswa  Kelebihan dan
• Memberikan masukan / meluruskan kekurangan teori
tentang teori self transedensi Pamela • Mendengarkan
G.Reed, yaitu : • Menjawab
• Menjelaskan teori self transedensi • Menyimak
secara umum. • Memberikan pendapat
• Menjelaskan tentang teori dalam
tatanan nyata.
• Menjelaskan tentang kelemahan teori
self transedensi
• Menjelaskan tentang kelebihan teori self
transedensi

• Memberikan kesempatan
Pada mahasiswa untuk mengajukan
pertanyaan tentang materi yang
diajarkan

• Meminta pendapat tentang apa yang


baru dijelaskan .

III. Penutup • Mengajukan pertanyaan lisan tetang


materi yang telah diajarkan
• Membuat kesimpulan/rangkuman dari • Menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan
• Menyampaikam materi/topik selanjutnya
pada pertemuan yang akan datang
• Mengakhiri perkuliahan dengan
memberikan tugas baca. • Mendengarkan
• Memperhatikan
• Menyimak

• Mencatat
E. Evaluasi : menggunakan format penilaian presentasi dan makalah (Terlampir)
F. Referensi

You might also like