Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Kelompok III :
HAPSAH
NIA RESTIANA
WARDIYAH DAULAY
ROSAMEY
AMIN SYAM
EDY WURYANTO
UNIVERSITAS INDONESIA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi adalah unik karena keperawatan ditujukan ke berbagai
respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapinya. Perawat
memiliki berbagai peran seperti pemberi perawatan, sebagai perawat primer, pengambil
keputusan klinik, advokat, peneliti dan pendidik. Perawat seringkali harus melakukan
berbagai peran lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan, sehingga dalam menjalankan
tugas tersebut perawat harus mempunyai kerangka berpikir yang sama.
Salah satu ahli dalam keperawatan adalah Pamela G. Reed yang termasuk ke dalam
teori Middle Range dengan teorinya self transedensi. Teorinya mengatakan bahwa
pengembangan konsep diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu Inwardly (batiniah),
Outwardly (lahiriah) dan Temporally (duniawi). Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat
dua poin intervensi. Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber
yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi atau berfokus pada beberapa
faktor personal dan kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan
vulnerable, hubungan antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
B. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan teori self
transedensi oleh Pamela G. Reed.
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP KUNCI
1. VULNERABILITY
2. SELF TRANSCENDENCE
Bernard Lonergan, filsuf dan teolog, dalam bukunya Method in Theology (1975) menulis
bahwa manusia mencapai keotentikannya dalam transendensi diri (self-transcendence).
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai. Suatu gerak dari
yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
4. MODERATING-MEDIATING FACTORS
5. POINT OF INTERVENTION
Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi. Tindakan keperawatan
secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam diri seseorang
terhadap transendensi atau berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ; hubungan antar
transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
1. HEALTH
Sehat, merupakan awal proses model, yang didefinisikan secara mutlak sebagai proses
kehidupan dari dua hal yaitu pengalaman negatif dan positif dimana individu
menciptakan lingkungan dan nilai-nilai yang unik yang mendukung kesejahteraan (well-
being).
2. NURSING
3. PERSON
4. ENVIRONMENT
Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas adalah lingkungan yang secara
signifikan berkontribusi pada proses kesehatan dimana perawat mempengaruhinya
dengan mengatur interaksi yang terapeutik antara orang-orang, objek dan aktivitas
keperawatan.
Health Well-being
Person self
Vulnerability
+ +
vulnerability Self Well-being
+ - transcendence
+
-
Faktor-faktor
+ personal dan
kontekstual yang
berhubungan
secara mediat atau
+
Point intervensi
untuk -
meningkatkan self
transcendence
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa ada tiga konsep utama dari teori self
transcendence yaitu vulnerabel, transendens diri, dan kesejahteraan. Ada 3 dalil yang
berkembang menggunakan tiga konsep dasar di atas. Pertama, self transcendence merupakan
kehebatan seseorang saat menghadapi akhir dari kehidupan dibanding ia tidak
mengalaminya. Isu dari akhir kehidupan diinterpretasikan secara luas, dimana timbul dengan
adanya kejadian dalam kehidupan, kondisi sakit, penuaan dan pengalaman-pengalaman lain
yang meningkatkan kesadaran akan kematian.
Dalil yang kedua yaitu batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan kesejahteraan
(well-being). Batasan-batasan konseptual dan fluktuasi yang mempengaruhi secara positif
atau negatif kesejahteraan/well being sepanjang masa kehidupan. Misalnya, peningkatan
penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan berkaitan secara positif dengan
kesehatan mental sebagai indicator kesejateraan/well-being pada seseorang yang sedang
menghadapi isu akhir dari kehidupan. Contoh khusus tentang pengaruh negative yaitu
inabilitas/ketidakmampuan untuk mencapai atau menerima orang lain (berteman) yang akan
mengarah pada depresi sebagai indicator kesehatan mental.
Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan. Faktor personal dan lingkungan
berfungsi sebagai korelasi, moderator, atau mediator yang menghubungkan antara
vulnerable, transendensi diri dan keadaan sejahtera (well being).
6. Inklusif
9. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik (Robert Merton (1968)).
10. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif
menggunakan studi kualitatif (Merton (1968)).
11. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal ilmiah
yang menarik (Walker and Avant (1995)).
12. Middle range theory berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat. Sama halnya
dengan nyeri, hal yang lainnya termasuk martabat, empati, harga diri, duka cita, harapan,
kenyamanan, dan kualitas hidup.
13. Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori, misalnya : middle range theory
dari “self care deficit” diturunkan dari grand theory “self care” oleh Orem (1980).
14. Ada juga mid-range theory yang tumbuh langsung dari praktik. Misalnya, Swansons
(1991) mid-range theory tentang “caring in perinatal nursing” dikembangkan secara
induktif dari tiga perinatal setting. Sama halnya dengan Merle Mishel (1990) yang
mengembangkan mid-range theory “uncertainly (ketidakpastian)” di antara pasien.
15. Chinn and Kramer (1995) menyatakan bahwa ada 8 mid-range theory yaitu teori
perawatan mentruasi, teori “family care-giving”, theory of relapse among ex-smokers
(kekambuhan di antara mantan perokok), a theory of uncertainty in illness
(ketidakpastian saat sakit), a theory of the peri-menopausal process (proses menopause),
a theory of self-transcendence, a theory of personal risking and a theory of illness
trajectory.
2. Mudah diterapkan
Menurut Nolan & Grant (1992), ada dua kriteria sebuah teori bisa diterapkan ke
dalam praktik yaitu :
6. Seharusnya berorientasi pada hasil yang akan diperoleh untuk kepentingan pasien, bukan
hanya menggambarkan apa yang dilakukan perawat.
BAB III
KASUS DAN ANALISA KASUS
A. Kasus
Tn, E, usia 65 tahun memiliki 3 orang anak yang saat ini sudah berusia di atas 30 tahun.
Istri Tn. E, baru saja meninggal 6 bulan yang lalu karena menderita penyakit kronis.
Pernikahan mereka telah berusia 45 tahun pada saat isterinya meninggal. Dua orang
anaknya bertempat tinggal sangat jauh dari rumah Tn.Edy, Sedangkan seorang anak laki-
lakinya bersama dengan isteri dan dua orang anaknya yang masih usia pra sekolah tinggal
tidak jauh dari rumah Tn. E. Selama istrinya sakit, Tn.E sendiri yang merawatnya. Ia
menghabiskan banyak waktu dan mengalami kelelahan dalam merawat isterinya, namun
saat isterinya telah meninggal dia merasa sangat kesepian karena tinggal seorang diri di
rumahnya. Selain itu, dia juga kehilangan selera makan sehingga tidak memiliki kekuatan
untuk beraktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya serta
berinteraksi dengan anak dan keluarganya.
B. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus di atas, hasil analisa mennunjukkan bahwa ada beberapa masalah
yang sedang dihadapi oleh Tn. E yaitu :
1. Tn.E telah berusia lanjut.
2. Respon berduka yang berkepanjangan akibat kematian istrinya
3. Interaksi dengan lingkungan sosial terganggu
4. Interaksi dengan anggota keluarga terganggu
5. Penurunan selera makan
6. Kelemahan fisik
7. Penurunan aktivitas
8. Merasa kesepian tinggal seorang diri
9. Tinggal terpisah dari anak-anaknya
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Pamela G. Reed menitikberatkan pada konsep self transcendence yang terdiri atas
konsep kunci yaitu vulnerabel, transendensi diri, sejahtera/sehat, moderating-mediating factors,
dan inti intervensi..
Dalam kasus tersebut, berdasarkan teori self transcendence maka yang perlu dilakukan
oleh perawat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh Tn. E adalah dengan
menerapkan konsep-konsep kunci dari Pamela yaitu :
Vurnerabel yaitu meningkatkan kesadaran Tn. E bahwa kematian adalah merupakan hal
yang akan dialami oleh setiap orang yang masih hidup dan akan disertai kesedihan serta
kedukaan mendalam pada orang yang ditinggalkan. Namun, bukanlah suatu hal yang baik bila
kedukaan berlanjut sampai berbulan-bulan setelah masa kehilangan tersebut. Bagaimana jika
seandainya keadaan menjadi terbalik, pengalaman yang sama terjadi pada dirinya sedangkan
istrinya sendiri yang mengalami hal yang saat ini dia alami, akan sangat berbeda dan bahkan
lebih sulit bagi istrinya untuk menerima hal tersebut. Sehingga, perawat akan membantu Tn. E
untuk melakukan reflesi terhadap dirinya dan terhadap pengalaman tersebut.
Refleksi dan instrospeksi yang dilakukan oleh Tn. E adalah merupakan inti dari self
transcendence. Dari segi inwardly (batiniah), perawat menekankan adanya proses introspeksi
terhadap pengalaman masa lalu yang dialami oleh Tn.Edy yang kemudian dapat menjadi fasilitas
memperoleh kepulihan dan kesehatannya kembali. Introspeksi diri bisa meliputi menggali
kembali kepercayaan dan keyakinan dalam diri, nilai-nilai pribadi, dan mimpi-mimpi yang ingin
dicapai yang nantinya akan menjadi penyemangat atau motivator untuk mencapai kondisi yang
sehat secara utuh (well being).
Dari segi outwardly (lahiriah), perawat memberikan dorongan untuk memulai kembali
hubungannya dengan dunia luar termasuk berinteraksi dengan anak dan keluarganya, lingkungan
sosialnya dan kembali beraktivitas serta dapat menikmati masa tuanya dengan penuh kebahagian.
Dengan menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya, anak dan menantunya akan lebih
membuatnya menikmati kebahagiaan dan kesenangan. Selain itu, dengan cara tersebut, Tn. E
akan merasa puas telah membantu anak dan menantunya menjaga anak-anaknya. Bila
kebahagiaan dan kesenangan telah terbangun, masalah fisik, nafsu makan, perasaan kesepian,
dan perasaan berduka yang dialaminya selama ini berangsur-angsur akan hilang, sehingga Tn. E
akan memperoleh kesehatannya kembali.
Dari segi temporally (duniawi/saat ini), dari hasil refleksi dan introspeksi dari
pengalaman masa lalunya, Tn. E bisa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya di masa
lalu itu untuk mencapai apa yang dia harapkan di masa yang akan datang dengan
melakukan/menerapkannya pada masa kini.
Vulnerabel dan transendensi diri di atas akan sangat membantu Tn. E memperoleh
keadaan sehat dan sejahtera (well being). Semua komponen tersebut akan berintegrasi dan
berproses untuk mencapai suatu kondisi yang baik. Dalam hal ini, di usia senja, Tn. E dapat
memperoleh kebahagiaan.
Selain hal di atas, perawat juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara vulnerable dan transendensi diri, hubungan
antara transendensi diri dan keadaan sejahtera. Faktor-faktor ini disebut faktor penengah
(moderating-mediating factors) seperti usia, jenis kelamin, kemampuan kognitif, pengalaman
hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial dan riwayat masa lalu. Pada Tn. E banyak dari faktor-
faktor tersebut yang bisa memperlemah hubungan-hubungan di atas, seperti usia, pengalaman
hidup, dan lingkungan sosial. Usia Tn. E yang kini telah mencapai 65 tahun, membuat Tn. E
mengalami kehilangan banyak kekuatannya terkait dengan penurunan berbagai fungsi tubuh
yang dapat menyebabkan ia menjadi kurang bisa melakukan aktivitas lagi di luar rumah yang
akan membatasinya dengan lingkungan sosialnya. Selain itu, lingkungan keluarga yang berada
jauh dari tempat tinggalnya membuat interaksinya dengan anak-anaknya menjadi kurang yang
mengakibatkan perasaan kesepian dan kurangnya semangat. Sehingga, sebagai seorang perawat
perlu mengontrol faktor-faktor tersebut dengan memberikan penguatan pada setiap faktor
tersebut sehingga tidak memberi dampak negatif bagi Tn. E. misalnya, dengan memberikan
latihan-latihan yang bisa dilakukan Tn. E dalam rangka mempertahankan kebugaran,
introspeksi/refleksi diri yang bisa membangun konsep diri Tn. E sehingga akan menjadi faktor
yang mendukung tercapainya pemulihan dan kondisi yang sejahtera (well being). Faktor
pendukung lainnya bisa berupa adanya penguatan spiritual yang dilakukan oleh Tn. E dengan
menjalankan agama dan kepercayaannya serta memahami kematian dengan lebih baik yang akan
mengurangi kedukaan yang dialaminya dengan menganggap bahwa suatu saat dia juga akan
mengalami hal yang sama sehingga perlunya memperbaiki kondisi hidup saat ini menjadi lebih
baik.
Dari beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam menyelesaikan masalah
Tn. E, ada dua poin yang secara umum menjadi inti intervensi keperawatan yaitu, menggali
sumber-sumber yang ada pada diri Tn. E dan berfokus pada faktor-faktor yang berpengaruh pada
hubungan vulnerabel dan transendensi diri; hubungan antara transendensi diri dan kondisi
sejahtera.
Pada kasus di atas, sudah tergambar bagaimana teori self transcendence menyelesaikan
masalah terhadap fenomena yang spesifik tentang masalah psikososial yang dihadapi oleh
seorang lansia. Kespesifikan fenomena ini menjadi fokus kajian teori dimana hal inilah yang
mencirikannya sebagai bagian dari kelompok mid-range theory.
Dari beberapa referensi tentang ciri mid-range theory pada bab sebelumnya, kami
menyimpulkan bahwa sebuah teori bisa dikatakan termasuk dalam kelompok mid-range theory
bila memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Ruang lingkup konsep dan proposisi terbatas dan menggunakan sedikit variabel dan
konsep serta pembahasannya berfokus pada fenomena yang spesifik.
2. Sebahagian konsepnya masih bersifat cukup abstrak, namun keabstrakan tersebut bisa
menjadi studi ilmiah yang menarik untuk pengembangan teori melalui riset.
5. Mudah diuji
Salah satu mid-range theory adalah teori self transcendence yang dikembangkan oleh Pamela G.
Reed. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa teori self transcendence menjadi
bagian dari mid-range theory, yaitu :
2. Teori Reed dapat diaplikasikan pada berbagai situasi dan kondisi kesehatan manusia
termasuk dalam hal penyembuhan. Konsep mayor dari teori ini dapat digunakan
seseorang menghadapi kejadian hidup mulai dari lahir, ancaman sakit dan menghadapi
kematian.
3. Sebahagian konsepnya masih bersifat cukup abstrak yaitu self transcendence, wellness,
vulnerability, namun keabstrakan tersebut bisa menjadi studi ilmiah yang menarik untuk
pengembangan teori melalui riset.
b. Dari grand theory Martha Rogers tentang unitary human being, dengan teori yang
diadopsi yaitu teori tentang perkembangan life span (masa kehidupan). Dimana teori
ini menjelaskan bahwa manusia dalam masa hidupnya akan mengalami proses
perkembangan yang tidak bisa diprediksikan namun tetap memiliki pola dan tujuan,
ia juga mengidentifikasi bahwa akan selalu terjadi ketidakseimbangan hubungan
antara manusia dan lingkungannya yang merupakan kebutuhan dalam menjalankan
proses perkembangan hidup.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa teori memiliki
beberapa kekurangan dan kelebihan yaitu sebagai berikut :
1. Kelebihan :
2. Kekurangan:
• Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh
para perawat yang akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.
• Sebaiknya ada metoda proses keperawatan yang dijelaskan dalam teori dalam
penerapannya dalam praktik sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Tomey and Alligood. Nursing theorists and their work. Sixth edition. Mosby : Elsevier. 2006.
Tomey and Alligood. Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier. 2006.
Pertemuan : I
A..Tujuan Instruksional :
• Memberikan kesempatan
Pada mahasiswa untuk mengajukan
pertanyaan tentang materi yang
diajarkan
• Mencatat
E. Evaluasi : menggunakan format penilaian presentasi dan makalah (Terlampir)
F. Referensi