MAUT DAN PEMULASARAN JENAZAH Oleh Prof.Dr.Eddy Mar Sal!", S#PD,K$AI %K UMP Pale"&a'( )*+, AUTOPSI, EUTHANASIA DALAM PANDANGAN ISLAM, ADAB MENGHADAPI SAKARATUL MAUT DAN PEMULASARAN JENAZAH Pe'dah-l-a' Bagaimana hukum autopsi ( bedah mayat ) dalam Islam? Bagaimana pula hukum membongkar kuburan untuk kemudian mayatnya diautopsi. ApaKah hal tersebut tidak akan membebani almarhum di alam kubur sana? Autopsi ( bedah mayat ) adalah pemeriksaan mayat dengan pembedahan. Ada tiga macam autopsi. Pertama, autopsi anatomis, yaitu autopsi yang dilakukan mahasiswa kedokteran untuk mempelajari ilmu anatomi. Kedua, autopsi klinis, yaitu autopsi untuk mengetahui berbagai hal yang terkait dengan penyakit ( misal jenis penyakit ) sebelum mayat meninggal. Ketiga, autopsi orensik, yaitu autopsi yang dilakukan oleh penegak hukum terhadap korban pembunuhan atau kematian yang mencurigakan untuk mengetahui sebab kematian, menentukan identitasnya, dan sebagainya, !ara ulama kontemporer berbeda pendapat mengenai hukum autopsi tersebut. !endapat mereka terbelah dua. Ada yang membolehkan ketiga autopsi tersebut dengan alasan dapat mewujudkan kemaslahatan di bidang keamanan, keadilan, dan kesehatan. "amun, ada juga yang mengharamkan ketiga autopsi tersebut dengan alasan dapat melanggar kehormatan mayat yang hal itu telah dilarang berdasarkan sabda "abi #uhammad $aw, %Memecahkan tulang mayat sama dengan memecahkan tulangnya saat dia hidup. (&.'. Abu (awud, sahih) #erujuk pada kedua pendapat tersebut, saya berpandangan bahwa pada hukum asalnya, autopsi yang dilakukan terhadap mayat terlarang dalam Islam karena sudah termasuk kategori melukai jena)ah. &anya saja, dalam keadaan tertentu, autopsi memang dibutuhkan untuk keperluan penyidikan yang dapat menentukan nasib orang banyak dan kalau tidak dilakukan, kemduharatannya lebih besar. #aka, dengan memohon ampun kepada Allah, autopsi itu bisa saja dilakukan. Wallahu alam A-ha'a.!a Me'-r- H-/-" I.la" *uthanasia secara bahasa berasal dari bahasa +unani eu yang berarti %baik,, dan thanatos, yang berarti %kematian, (-tomo, .//01233). (alam bahasa Arab dikenal dengan istilah 4atlu ar5rahma atau taysir al5maut. #enurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. 6uga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya (&asan, 27781298) (alam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif. *uthanasia akti adalah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. $untikan diberikan pada saat keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium akhir, yang menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh atau bertahan lama. Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa pengobatan yang diberikan hanya akan memperpanjang penderitaan pasien serta tidak akan mengurangi sakit yang memang sudah parah (-tomo, .//0123:). ;ontoh euthanasia akti, misalnya ada seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga pasien sering kali pingsan. (alam hal ini, dokter yakin yang bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi (o<erdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus (-tomo, .//0123=). Adapun euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan !enghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien. Alasan yang la)im dikemukakan dokter adalah karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas, sementara dana yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat tinggi, sedangkan ungsi pengobatan menurut perhitungan dokter sudah tidak eekti lagi. >erdapat tindakan lain yang bisa digolongkan euthanasia pasi, yaitu tindakan dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang menurut penelitian medis masih mungkin sembuh. Alasan yang dikemukakan dokter umumnya adalah ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi, yang tidak mampu lagi membiayai dana pengobatan yang sangat tinggi (-tomo, .//0123:). Contoh euthanasia pasif, misalkan penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Atau, orang yang terkena serangan penyakit paru5paru yang jika tidak diobati maka dapat mematikan penderita. (alam kondisi demikian, jika pengobatan terhadapnya dihentikan, akan dapat mempercepat kematiannya (-tomo, .//01233). #enurut (eklarasi ?isabon 27=2, euthanasia dari sudut kemanusiaan dibenarkan dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan. "amun dalam praktiknya dokter tidak mudah melakukan euthanasia, karena ada dua kendala. !ertama, dokter terikat dengan kode etik kedokteran bahwa ia dituntut membantu meringankan penderitaan pasien >api di sisi lain, dokter menghilangkan nyawa orang lain yang berarti melanggar kode etik kedokteran itu sendiri. Kedua, tindakan menghilangkan nyawa orang lain merupakan tindak pidana di negara mana pun. (-tomo, .//0123=). Pa'da'(a' Syar!ah I.la" $yariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu mengatasi segala persoalan di segala waktu dan tempat. Berikut ini solusi syariah terhadap euthanasia, baik euthanasia akti maupun euthanasia pasi. E-ha'a.!a A/!f $yariah Islam mengharamkan euthanasia akti, karena termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al54atlu al5@amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien. &ukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri atau keluarganya. (alil5dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil5dalil yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri sendiri. #isalnya irman Allah $A> 1 Dan janganlah kamu memunuh ji!a yang diharamkan Allah "untuk memunuhnya# melainkan dengan sesuatu "sea# yang enar. (B$ Al5AnCaam 1 282) Dan tidak layak agi seorang mu$min memunuh seorang mu$min "yang lain#, kecuali karena tersalah "tidak sengaja#D, (B$ An5"isaaE 1 7.) Dan janganlah kamu memunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha %enyayang kepadamu. (B$ An5"isaaE 1 .7) (ari dalil5dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi dokter melakukan euthanasia akti. $ebab tindakan itu termasuk ke dalam kategori pembunuhan sengaja (al54atlu al5@amad) yang merupakan tindak pidana (jarimah) dan dosa besar. (okter yang melakukan euthanasia akti, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan, menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi 4ishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilaah), E-ha'a.!a Pa.!f Adapun hukum euthanasia pasi, sebenarnya aktanya termasuk dalam praktik menghentikan pengobatan. >indakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan dokter bahwa pengobatan yag dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan sembuh kepada pasien. Karena itu, dokter menghentikan pengobatan kepada pasien, misalnya dengan cara menghentikan alat pernapasan buatan dari tubuh pasien. Bagaimanakah hukumnya menurut $yariah Islam? 6awaban untuk pertanyaan itu, bergantung kepada pengetahuan kita tentang hukum berobat (at5tadaawi) itu sendiri. +akni, apakah berobat itu wajib, mandub,mubah, atau makruh? (alam masalah ini ada perbedaan pendapat. #enurut jumhur ulama, mengobati atau berobat itu hukumnya mandub (sunnah), tidak wajib. "amun sebagian ulama ada yang mewajibkan berobat, seperti kalangan ulama $yaiiyah dan &anabilah, seperti dikemukakan oleh $yaikhul Islam Ibnu >aimiyah (-tomo, .//012=/) #enurut Abdul Badim Fallum (277=1:=) hukum berobat adalah mandub. >idak wajib. &al ini berdasarkan berbagai hadits, di mana pada satu sisi "abi $AA menuntut umatnya untuk berobat, sedangkan di sisi lain, ada 4arinah (indikasi) bahwa tuntutan itu bukanlah tuntutan yang tegas (wajib), tapi tuntutan yag tidak tegas (sunnah). (i antara hadits5hadits tersebut, adalah hadits bahwa 'asulullah $AA bersabda 1 &esungguhnya Allah A''a Wa (alla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula oatnya. Maka eroatlah kalian) (&' Ahmad, dari Anas 'A). Abdul Badim Fallum (277=1:7) mengatakan bahwa jika para dokter telah menetapkan bahwa si pasien telah mati organ otaknya, maka para dokter berhak menghentikan pengobatan, seperti menghentikan alat bantu pernapasan dan sebagainya. $ebab pada dasarnya penggunaan alat5alat bantu tersebut adalah termasuk akti<itas pengobatan yang hukumnya sunnah, bukan wajib. Kematian otak tersebut berarti secara pasti tidak memungkinkan lagi kembalinya kehidupan bagi pasien. #eskipun sebagian organ <ital lainnya masih bisa berungsi, tetap tidak akan dapat mengembalikan kehidupan kepada pasien, karena organ5organ ini pun akan segera tidak berungsi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hukum pemasangan alat5alat bantu kepada pasien adalah sunnah, karena termasuk akti<itas berobat yang hukumnya sunnah. Karena itu, hukum euthanasia pasi dalam arti menghentikan pengobatan dengan mencabut alat5alat bantu pada pasien Gsetelah matinyaHrusaknya organ otakIhukumnya boleh (jai)) dan tidak haram bagi dokter. 6adi setelah mencabut alat5alat tersebut dari tubuh pasien, dokter tidak dapat dapat dikatakan berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai tindakannya itu (Fallum, 277=1:7J Fuhaili, 277:18//J -tomo, .//012=.). "amun untuk bebasnya tanggung jawab dokter, disyaratkan adanya i)in dari pasien, walinya, atau washi5 nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengurus pasien). 6ika pasien tidak mempunyai wali, atau washi, maka wajib diperlukan i)in dari pihak penguasa (Al5 &akimH-lil Amri) (Audah, 277. 1 8..58.0). Aallahu aClam. Ada& Terhada# Ora'( Sa/! da' Sa/ara-l Ma- *ersaar, *isa eragi cerita kepada orang yang enar+enar dapat di percaya, ,idak mengharap kematian, *anyak+anyak ermuhasaah,*erta!akal sepenuhnya kepada Allah &W,, *erihktiar dengan eroat. Ada& Me'0e'(-/ Ora'( ya'( .a/! Mendoakan dan ertausiah semoga Allah mengangkat penyakitanya dan mensucikan atasnya, Mendampingi !alaupun dalam keadaan koma apalagi menjelang sakaratul maut dengan selalu memaca dan mengajarakn ayat+ayat suci Al-uran, Di i'inkan meminta doa orang sakit karena doanya maul Me'(hada#! Ora'( 1a'( Bar-.a0a Me'!'((al Menutupkan mata orang yang aru saja meninggal dengan mengusap muka orang terseut. .arena iasanya orang yang meninggal matanya memuka karena mengikuti jalannya ruh, Mengikat dengan sesuatu di seputaran !ajahnya. /al ini dilakukan agar mulut dari si mayyit tidak teruka, Melepas aju yang dikenakan oleh si mayyit ketika ia masih hidup. Dan menggantinya dengan kain yang lain, yang menutupi seluruh tuuhnya, Menguurkan dengan segera, karena ila orang eriman yang meninggal maka mayatnya akan erkata Cepat+cepat a!a aku ke kuur. &edangkan ila yang meninggal sealiknya maka ia akan erkata Mau dia!a kemana saya ini 0, memintakan maaf kepada orang yang pernah di'alimi oleh si mayat, dan memayarkan segala hutang yang elum diayar oleh si mayat Ada& Terhada# Ora'( 1a'( Ma- Me'!'((al Bila anggota keluarga kita, terlihat sakit parah dan sepertinya akan menuju sakaratul maut maka bagi anggota keluarganya disunnahkan melakukan hal5hal berikut 1 #emposisikan orang tersebut ke arah kiblat (taujih ilal 4iblat) dengan salah satu cara yang pertama 1 #emiringkan badannya (tidur miring), dengan mengganjal tubuhnya dengan bantal. !osisi lambung bagian kanan ada dibawah. Kepala ada di arah utara, dan kaki ada disebelah selatan. $ehingga muka orang tersebut menghadap kearah kiblat. Kalau tidak bisa maka dengan tidur telentang. Kepala ada di timur dan kaki di arah barat. "amun kepala harus lebih tinggi daripada badan dengan memberikan bantal sebagai ganjalan, #ental4inkan (mengajarkan) orang tersebut dengan bacaan %?AA I?AA&A I??A??A&,. &arus dilakukan dengan lemah lembut dan berbisik dan tidak boleh memaksakan kepada orang tersebut. Karena orang yang sebelum meninggal mengucapkan kalimat tersebut akan masuk surga, namun hanya orang yang khusus dipilih oleh Alloh saja.