You are on page 1of 29

LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS POST SC (SECTIO CAESARIA)



A. LATAR BELAKANG
Paradigma sehat yaitu dasar pandang baru dalam pembangunan kesehatan,
yang merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat
proaktif. Upaya tersebut merupakan model upaya kesehatan yang dalam jangka
panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga
kesehatan mereka sendiri, melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif dan menggambarkan
keadaan masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai. Upaya yang
dilakukan perlu lebih mengutamakan upaya-upaya preventif dan promotif yang
proaktif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (IKAFI, 2001).
Proses persalinan adalah suatu proses keluarnya bayi yang sudah cukup umur
diikuti oleh keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Bila kelahiran
tidak bisa terjadi secara spontan maka biasa dilakukan dengan sectio caesarea
(SC) (Kusnandari, 2001). Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi
pre abdominal dengan membuka dinding uterus (Junaedi, 2000).
Menurut statistik kasus sectio caesaria dilakukan atas indikasi antara lain :
disporsisi 25%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah SC 11%, pre
eklamsia dan hipertensi 7% (Paul dan Camberline, 1998).
Di Indonesia kejadian operasi sectio caesaria sudah semakin banyak bahkan
bukan di anggap tabu lagi. Di Negara maju operasi section caesaria berkisar
antara 1,5% sampai 7% dari semua persalinan. Adapun indikasi yang dilakukan
section caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo pelvic, plasenta previa, tumor
jalan lahir, letak lintang, hidrocepalus, kehamilan gamely, mal presentasi, letak
lintang.
Perawat harus memahami hal tersebut, dan harus mampu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi sectio caesaria. Melakukan pengkajian,
menentukan diagnosa yang mungkin muncul, menyusun rencana tindakan dan
mengimplementasikan rencana tersebut serta mengevaluasi hasilnya.







B. TANDA-TANDA PERSALINAN NORMAL, TAHAPNYA &
PENGENDALIAN RASA SAKIT
Tanda-tanda persalinan normal - Tidak ada seorangpun yang dapat
memprediksikan waktu persalinan dengan tepat, taksiran persalinan yang
diberikan dokter hanya sebagai titik acuan saja. Adalah hal persalinan normal
jika persalinan terjadi 3 minggu lebih awal atau 2 minggu setelahnya. Berikut ini
adalah tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mungkin waktu persalinan sudah
dekat atau tidak akan lama lagi :
Peringanan
Hal ini terjadi ketika kepala bayi sudah turun ke rongga panggul sebagai
tanda persiapan proses persalinan. Perut akan terlihat lebih rendah dan
bernafas akan terasa lebih mudah, karena bayi sudah tidak lagi menekan
paru-paru anda. Anda mungkin juga akan menjadi lebih sering buang air
kecil, karena bayi menekan kandung kemih anda. Hal ini dapat terjadi
beberapa minggu sampai beberapa jam sebelum permulaan proses persalinan.
Pengeluaran darah dari vagina
Semburat darah merah atau kecoklatan yang keluar dari leher rahim adalah
pelepasan sumbatan selaput lendir yang melapisi rahim untuk melindunginya
dari infeksi. Hal ini dapat terjadi beberapa hari sebelum atau pada saat
permulaan proses persalinan.
Diare
Pecah ketuban
Cairan yang menyembur atau merembes dari vagina menandakan lapisan
kantong ketuban yang menyelimuti dan melindungi bayi anda telah pecah.
Hal ini dapat terjadi beberapa jam sebelum atau pada saat proses persalinan.
Sebagian besar persalinan terjadi tidak lebih dari 24 jam setelahnya. Jika
persalinan tidak terjadi secara normal dalam rentang waktu tersebut, dokter
mungkin akan menginduksi persalinan untuk mencegah infeksi dan
komplikasi persalinan.
Kontraksi
Biasanya anda akan mengalami kontraksi (kejang otot rahim) yang tidak
beraturan ketika waktu persalinan sudah dekat. Namun kontraksi yang terjadi
dalam interval waktu kurang dari 10 menit biasanya mengindikasikan bahwa
proses persalinan sudah dimulai.



1. Tahap-tahap persalinan normal
Tahap-tahap persalinan normal ada 3 tahap, yaitu :
Tahap 1, terbagi menjadi 3 fase, yaitu : laten, aktif, dan transisi
Fase laten merupakan yang terpanjang dan tidak intens. Pada fase ini,
kontraksi bertambah sering, membantu leher rahim untuk melebar sehingga
bayi anda dapat melewati jalan lahir. Ketidaknyamanan pada fase ini masih
minimal. Pada fase ini, leher rahim akan melebar kira-kira 3 4 cm. Jika
kontraksi anda teratur, anda mungkin bisa pergi ke Rumah Sakit dan
mendapatkan pemeriksaan pelvic berkali-kali untuk memastikan seberapa
besar pembukaan leher rahim.
Pada fase aktif, leher rahim melebar dari 4 ke 7 cm. Anda mungkin
merasakan nyeri hebat atau tekanan pada punggung atau perut setiap
kontraksi terjadi. Anda mungkin merasa sangat ingin (mengejan) berusaha
keras untuk mendorong bayi anda keluar, namun dokter akan meminta anda
menunggu sampai leher rahim membuka penuh.
Pada fase transisi, leher rahim melebar sampai 10 cm (membuka penuh).
Kontraksi sangat kuat, menyakitkan, dan sering, muncul setiap 3 4 menit
dan berakhir dalam 60 90 detik.
Tahap 2
Tahap 2 dimulai ketika leher rahim membuka penuh. Pada tahap ini, dokter
akan meminta anda untuk mendorong (mengejan). Mengejan bersama-sama
dengan kekuatan kontraksi, akan mendorong bayi anda melewati jalan lahir.
Ubun-ubun yang merupakan bagian lunak dari kepala bayi anda
memungkinkannya untuk menyesuaikan diri melewati jalan yang sempit.
Kepala bayi muncul ketika bagian terlebarnya mencapai pembukaan vagina.
Ketika kepala bayi keluar, dokter akan menyedot cairan ketuban, darah, dan
lendir dari hidung dan mulutnya. Anda akan terus mendorong (mengejan)
untuk membantu mengeluarkan bahu dan tubuh bayi.
Setelah bayi lahir, dokter akan menjepit dan memotong tali pusat.
Tahap 3
Setelah bayi anda lahir, anda akan memasuki tahap akhir persalinan. Pada
tahap ini, anda akan mengeluarkan plasenta, organ yang memberi nutrisi pada
bayi anda di dalam rahim.

Waktu yang dihabiskan pada masing-masing tahap persalinan bervariasi pada
tiap wanita dan masing-masing persalinan. Jika ini kehamilan pertama anda,
proses persalinan dan kelahiran bayi anda biasanya berlangsung sekitar 12
14 jam, dan biasanya akan lebih cepat pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
2. Pengendalian rasa sakit
Posisi dan ukuran tubuh bayi serta kekuatan kontraksi dapat mempengaruhi
rasa sakit. Beberapa wanita dapat mengendalikan rasa sakit dengan mengatur
pernafasan dan teknik relaksasi, sementara yang lainnya membutuhkan
metode lainnya untuk mengendalikan rasa sakit.
Beberapa metode untuk meringankan rasa sakit yang umum digunakan adalah
:
a. Obat-obatan
Beberapa obat digunakan untuk membantu meringankan nyeri pada
proses persalinan. Walaupun obat-obatan ini secara umum aman bagi ibu
dan bayi, namun tetap saja mereka berpotensi menimbulkan efek
samping.
Obat pereda nyeri terbagi dalam 2 kategori : analgesik dan anestetik.
Obat analgesik meringankan nyeri tanpa kehilangan total rasa atau
pergerakan otot. Selama proses persalinan, analgesik mungkin diberikan
secara sistemik melalui injeksi pada otot atau pembuluh darah, atau
secara regional melalui injeksi pada punggung bagian bawah untuk
membuat bagian bawah tubuh anda mati rasa. Spinal block (injeksi pada
tulang belakang) dapat meringankan rasa nyeri secara cepat.
Epidural block secara terus menerus mengendalikan rasa nyeri dengan
memasukkan obat pada area sekitar saraf tulang belakang melalui kateter
yang dimasukkan pada ruang epidural. Resiko yang mungkin terjadi
akibat spinal block dan epidural block adalah penurunan tekanan darah
yang dapat menurunkan denyut jantung bayi, dan sakit kepala.
Obat anestetik menghilangkan semua rasa, termasuk rasa nyeri dan juga
memblokir pergerakan otot. Anestesi umum (bius total) menyebabkan
anda kehilangan kesadaran. Jika melahirkan melalui operasi cesar, anda
mungkin akan mendapatkan anestesi umum, spinal, atau epidural,
tergantung pada kesehatan anda dan bayi anda serta kondisi medis yang
mengiringi proses persalinan anda.


b. Non-Drug Merhods
Non-drug methods untuk meringankan rasa nyeri meliputi akupuntur,
hipnotis, teknik relaksasi, dan sering merubah posisi tubuh selama proses
persalinan.
c. Masa pemulihan setelah melahirkan
Karena tubuh ibu hamil mengalami beberapa perubahan selama
kehamilan, ibu hamil akan mengalami masa transisi selama pemulihan
setelah melahirkan.
Secara fisik ibu hamil mungkin mengalami :
Nyeri pada area episiotomi
Episiotomi adalah potongan yang dibuat oleh dokter di daerah
perineum (area di antara vagina dan anus), untuk membantu
pengeluaran bayi atau untuk mencegah robekan. Luka episiotomi atau
robekan yang terjadi akibat melahirkan akan dijahit. Jahitan ini
mungkin akan membuat anda mengalami kesulitan ketika berjalan
atau duduk. Jahitan juga akan menyebabkan anda merasa sakit ketika
batuk atau bersin selama masa penyembuhan.
Sakit pada payudara
Payudara anda mungkin membengkak, mengeras, dan sangat sakit
selama beberapa hari, seiring dengan keluarnya air susu. Puting anda
juga mungkin akan mengalami luka.
Hemorrhoid/Wasir/Ambeien
Hemorrhoid (pembengkakan vena (varises) pada area anus) umum
terjadi pada saat kehamilan dan sesudah melahirkan.
Konstipasi/Sembelit
Buang air besar menjadi hal yang sulit dilakukan selama beberapa
hari setelah melahirkan. Hemorrhoid, luka episiotomi, dan nyeri pada
otot dapat menyebabkan sakit ketika buang air besar.
Panas dan dingin silih berganti
Penyesuaian tubuh terhadap perubahan kadar hormon dan aliran darah
dapat menyebabkan anda cepat berkeringat karena kegerahan namun
tidak lama kemudian mencari selimut untuk menghangatkan diri anda.
Kesulitan mengendalikan buang air kecil atau buang air besar
Peregangan otot selama proses persalinan, terutama pada persalinan
yang berjalan lambat, mungkin akan menyebabkan anda buang air
kecil ketika tertawa atau bersin, atau membuat anda mengalami
kesulitan mengontrol buang air besar.
"After pains"
Setelah melahirkan bayi, anda akan terus mengalami kontraksi selama
beberapa hari seiring dengan kembali rahim ke ukuran sebelum
kehamilan. Kontraksi paling terasa ketika anda menyusui.
Keluar cairan dari vagina
Segera setelah melahirkan anda akan mengeluarkan darah yang lebih
hebat dibandingakan menstruasi. Seiring berjalannya waktu, darah
akan menghilang, berganti dengan cairan putih atau kekuningan, dan
kemudian berhenti sama sekali tidak lebih dari 2 bulan.
Secara emosional anda mungkin akan merasa mudah marah, sedih, atau
menangis, yang umumnya mengacu pada "baby blues syndrome" selama
beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Gejala ini terjadi pada
lebih dari 80% ibu baru dan mungkin dihubungkan dengan perubahan
fisik (termasuk perubahan hormon dan kelelahan) dan penyesuaian
emosional terhadap tanggung jawab merawat bayi yang baru
dilahirkannya.
Jika gejala tersebut menetap, konsultasikan dengan dokter, karena bisa
saja anda mengalami depresi postpartum, suatu masalah yang lebih serius
yang terjadi pada 10 25 % ibu baru.



















Gambar Tahap Persalinan Normal


C. SECTIO CAESARIA
1. Definisi
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka perut dan dinding rahim. Tujuan dasar pelahiran adalah
memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan anak. Atau SC adalah suatu
persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin diatas 500 gram.
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim.
Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat badan di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh (Prawiro, Sarwono, 2001).
Sectio caesaria adalah suatu hesteromia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim ( Mochtar, 1998).

2. Klasifikasi
a. Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Tipe ini yang paling banyak dilakukan. Segmen bawah uterus
tidak begitu banyak mengandung pembuluh darah dibanding segmen atas
sehingga resiko perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak
diluar kavum peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga tidak
begitu besar. Di samping itu resiko rupture uteri pada kehamilan dan
persalinan berikutnya akan lebih kecil jika jaringan parut hanya terbatas
pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka biasanya baik karena
segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif.
Indikasi SC yang berasal dari ibu:
1) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk
2) Terdapat kesempitan panggul
3) Solusio Plasenta tingkat I-II
4) Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia, eklamsia
5) Setelah operasi plastic vaginam:
a) Bekas luka / sikatriks yang luas
b) Fistula vesika-vaginal, rekto-vaginal
6) Gangguan perjalanan persalinan, karena :
a) Kista ovarium
b) Mioma uteri
c) Karsinoma serviks
d) Kekakuan serviks
e) Rupture uteri iminem
7) Kehamilan yang disertai penyakit seperti :
a) Penyakit jantung
b) DM
Indikasi yang berasal dari janin :
1) Fetal distress/ gawat janin
2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin
3) Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil
4) Kegagalan persalinan vakumatau forseps ekstraksi
Pertolongan persalinan SC tidak akan dipertimbangkan pada :
1) Janin yang telah meninggal
2) Kelainan congenital
3) Terdapat kesempitan panggul absolute (CD 5 cm)
Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier :
1) Segmen bawah rahim lebih tenang
2) Kesembuhan lebih baik
3) Tidak banyak menimbulkan perlekatan
Kerugiannya :
1) Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin
2) Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan
b. Sectio sesarea klasik (korporal) menurut Sanger
Insisi dibuat pada korpus uteri. Dilakukan kala segmen bawah tidak
terjangkau karena melekat eratnya dinding uterus pada perut karena
section sesarea yang sudah-sudah, insisi disegmen bawah uterus
mengandung bahaya perdarahan banyak berhubung dengan letaknya
plasenta pada plasenta previa, atau apabila dikandung maksud untuk
melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan.
Indikasi :
1) SC yang dengan sterilisasi
2) Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi
robekan segmen bawah rahim dan perdarahan
3) Janin kepala besar dalam letak lintang
4) Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul
Keuntungan :
1) Mudah dilakukan karena lapangan operasi relative luas
Kerugian :
1) Kesembuhan luka operasi relative sulit
2) Kemungkinan terjadinya rupture uteri pada kehamilan berikutnya
lebih besar
3) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih
besar
c. Sectio sesarea ekstraperitoneal
Dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal, sekarang
tidak banyak dilakukan karena sulit dalam tehniknya dan seringkali
terjadi sobekan peritoneam.
d. Sectio sesarea histerektomi menurut Porro
Operasi SC Histerektomi dilakukan secara Histerektomi supra vaginal
untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin dengan indikasi :
1) SC disertai infeksi berat
2) SC dengan Antonio uteri dan perdarahan
3) SC disertai uterus coovelaire (solusio plasenta)
3. Indikasi
a. Indikasi Ibu :
1) Panggul sempit
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks uteri atau vagina
4) Plassenta praevia
5) Disproporsi janin panggul
6) Rupture uteri membakat
7) Partus tak maju
8) Incordinate uterine action
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak :
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Latak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat Janin
c. Indikasi Kontra(relative)
1) Infeksi intrauterine
2) Janin Mati
3) Syok/anemia berat yang belum diatasi
4) Kelainan kongenital berat
4. Pathway























Insufisiensi plasenta
Kadar kortisol
menurun(merupakan
metabolisme
karbohidrat, protein dan
lemak)
Cemas pada janin Sirkulasi uteroplasenta menurun
SC
Post date
Kelahiran terhambat
Tidak ada perubahan
pada serviks
Tidak timbul HIS
Persalinan tidak
normal
Estrogen
meningkat
Kurang
pengetahuan
Nifas
(post pembedahan)
Faktor predisposisi :
Ketidak seimbangan
sepalo pelvic
Kehamilan kembar
Distress janin
Presentsi janin
Preeklampsi / eklampsi
Pembendungan
laktasi
Penurunan laktasi
Imobilisasi
Ansietas
Nyeri
Deficit
perawatan diri
Kerusakan
integritas jaringan
Resiko infeksi
Mastitis Nyeri
5. Komplikasi
a. Pada Ibu
Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik pembedahan,
dengan adanya antibiotika dan dengan persediaan darah yang cukup,
seksio sesaria sekarang jauh lebih aman daripada dahulu. Angka kematian
di rumah sakit dengan fasilitas yang baik dan tenaga-tenaga kompeten
kurang dari 2 per 1000.
Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk
melakukan pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Tentang
faktor pertama, niscaya seorang wanita dengan plasenta previa dan
perdarahan banyak memikul resiko yang lebih besar daripada seorang
wanita lain yang mengalami seksio sesaria elektif karena disproporsi
sefalopelvik. Demikian pula makin lama persalina berlangsung makin
meningkat bahaya infeksi post operatif apalagi setelah ketuban pecah.
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah :
1) Infeksi Puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selam
beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis dan sebagainya. Infeksi post operatif terjadi bila sebelum
pembedahan sudah ada gejala-gejala infeksi intra partum, atau ada
faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian
antibiotika, akan tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama
seksio sesaria klasik dalam hal ini lebuh berbahaya daripada seksio
sesaria transperitonealis profunda.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme
paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi. Suatu komplikasi
yang baru kemudian tampak , ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
Kemungkinan peristiwa ini leih banyak ditemukan sesudah seksio
sesaria klasik.
b. Pada Anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio
sesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
melakukan seksio sesaria. Menurut statistic di Negara-negara pengawasan
antenatal dan intra natal yang baik, kematian prenatal pasca seksio sesaria
berkisar antara 4 dan 7 %.

6. Penatalaksanaan
a. Perawatan selama kelahiran sesarea (pre Op)
1) Persiapan fisik praoperatif dilakukan dengan mencukur rambut pubis,
memasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih, dan
memberi obat preoperative sesuai resep. Antasida seringkali diberikan
untuk mencegah aspirasi akibat secresi asam lambung kedalam paru-
paru klien.
2) Cairan intravena mulai diberikan untuk mempertahankan hidrasi dan
menyediakan suatu saluran terbuka (openline) untuk pemberian darah
/ obat yang diperlukan.
3) Sample darah dan urin diambil dan dikirim ke laboratorium untuk
dianalisis.
4) Selama preoperative orang terdekat didorong untuk terus bersama
wanita tersebut selama mungkin untuk memberikan dukungan
emosional secara berkelanjutan.
5) Perawat memberikan informasi esensial tentang prosedur, mengkaji
persepsi wanita dan pasangan atau suaminya tentang kelahiran
sesarea. Ketika wanita mengungkapkan , perawat dapat
mengidentifikasi gangguan potensial konsep diri selama periode pasca
partum.
6) Jika ada waktu sebelum melahirkan, perawat dapat mengajari wanita
tersebut tentang harapan pasca operasi, cara merdakan nyeri,
mengubah posisi, batuk dan napas dalam.
7) Perawat dikamar bedah bisa membantu mengatur posisi wanita
tersebut diatas meja operasi,. Adalah penting untuk mengatur posisi
wanita tersebut sehingga uterus berada pada posisi lateral untuk
menghindari penekanan pada vena cava inferior yang dapat
menurunkan perfusi plasenta.
8) Perawatan bayi didelegasi kepada dokter anak dan perawat yang
melakukan resusitasi neonatus karena bayi ini dianggap beresiko
sampai ada bukti kondisi fisiologis bayi stabil setelah lahir.
b. Perawatan pasca partum (post Op)
1) Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan meliputi
pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan pasca
melahirkan dan derajat nyeri.
2) Kepatenan jalan napas dipertahankan dan posisi wanita tersebut diatur
untuk mencegah kemungkinan aspirasi.
3) Tanda-tanda vital diukur setiap 15 menit selama 1-2 jam sampai
wanita itu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus dan jumlah lokea,
dikaji demikian pula masukan dan haluaran.
4) Perawat membantu wanita tersebut untuk mengubah posisi dan
melakukan napas dalam serta melatih gerakan kaki. Obat-obatan
untuk mengatasi nyeri dapat diberikan
5) Masalah fisiologis selama beberapa hari pertama dapat didominasi
oleh nyeri akibat insisi dan nyeri dari gas di usus halus dan kebutuhan
untuk menghilangkan nyeri.
6) Tindakan lain untuk mengupayakan kenyamanan, seperti mengubah
posisi, mengganjal insisi dengan bantal, memberi kompres panas pada
abdomen dan tehnik relaksasi.
7) Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang menghasilkan gas
dan minuman berkarbonat bisa mengurangi nyeri yang disebabkan
gas.
8) Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum, perawatan
payudara dan perawatan higienis rutin termasuk mandi siram setelah
balutan luka diangkat.
9) Setiap kali berdinas perawat mengkaji tanda-tanda vital, insisi, fundus
uterus, dan lokia. Bunyi napas, bising usus, tanda homans, eliminasi
urine serta defekasi juga dikaji.
10) Pasangan atau suami dapat dilibatkan dalam sesi pengajaran dan
penjelasan tentang pemulihan pasangannnya. Beberapa orangtua akan
marah,frustasi atau kecewa karena wanita tidak dapat melahirkan
pervaginam. Beberapa wanita mengungkapkan perasaan seperti harga
diri rendah atau citra diri yang negative. Akan sangat berguna bila ada
perawat yang hadir selama wanmita melahirkan, mengunjungi dan
membantu mengisi kesenjangan tentang pengalaman tersebut.
11) Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik,
pembatasan aktifitas, perawatan payudara, aktifitas seksual dan
kontrasepsi, medikasi, dan tanda-tanda komplikasi serta perawatan
bayi.

7. Tanda-tanda Komplikasi Pasca Operasi Setelah Pemulangan
Laporkan tanda-tanda berikut kepada petugas perawatan kesehatan :
a. Demam lebih dari 38 C
b. Nyeri saat buang air kecil
c. Lokia lebih banyak daripada periode menstruasi normal
d. Luka terbuka
e. Kemerahan dan berdarah pada tempat insisi
f. Nyeri abdomen yang parah

8. Penatalaksanaan Pasca tindakan (Medis)
a. Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah
b. Jika masih terdapat perdarahan :
1) Lakukan massage uterus
2) Beri oksitosin 10 unit
3) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ML cairan IV (garam
fisiologik/ringer laktat) 60 tetes permenit, ergometsin 0,2 mg IM dan
prostaglandin
c. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotic kombinasi sampai klien
bebas demam selama 48 jam :
1) Ampisilin 2g IV setiap 6 jam
2) Ditambah gentamicin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam
3) Ditambah metronidazol 500mg IV setiap 8 jam
4) Beri analgesik jika perlu.

9. Pemerisaan Penunjang
a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
d. Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan dan
presentasi janin

D. MASA NIFAS
1. Definisi
Masa nifas ( Puerpenium ) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan
semula ( sebelum hamil ). Masa ini berlangsung selama kira kira 6 minggu (
Sulistyawati, 2009).
Menurut Rustam Mochtar (1998) dalam bukunya yang berjudul Sinopsis
Obsetri Jilid I, mengatakan bahwa masa nifas ( puerpenium ) adalah masa
pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat alat kandungan
kembali seperti pra-hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.

2. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu puerpenium dini, puerpenium
intermedial, dan remote puerpenium.
a. Puerpenium Dini
Puerpinium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan. Dalam agama islam, dianggap
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerpenium Intermedial
Puerpenium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote Puerpenium
Remote puerpenium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunya komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
( Sulistyawati, 2009).

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisikdan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan
dukungan dalam upaya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu
dan pendamping keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan
kelahiran berikutnya.
b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya
permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga
penanganannya pun akan dapat lebih maksimal.
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada
ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang
diambil tepat, misalnya mereka lebih memilih untuk tidak dating ke
fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan tertentu.
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu
Untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya
yang khusus.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus
Dengan asuhan yang maksimal, kejadian tetanus dapat dihindari,
meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami
penurunan.
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makanan
Anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu
dan anak.
( Sulistyawati, 2009).

4. Involusi Alat-Alat Kandungan
a. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfibis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

b. Bekas implantasi uri
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri
dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu
keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
c. Luka luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
d. Rasa sakit
Disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi
rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
e. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
1) Lochea rubra (cruenta ) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium
selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
6) Lochiostasis : lochea tidak lancer keluar.
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang terdapat
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya
dapat dilalui 1 jari.

g. Ligamen ligament
Ligament, fasia, dan diafragma felvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendur.
( Mochtar, 1998 ).

5. Penanganan Masa Nifas
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu :
a. Kebersihan Diri
1) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan ia mengerti untuk membersihkan daerah
disekitar vulva terlebih dahulu dari depan kebelakang baru dilanjutkan
ke daerah sekitar anus.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari.
Kain dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dikeringkan
di bawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika memiliki luka
episiotomy atau laserasi.
b. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan kegiatan rumah tangga
biasa secara perlahan lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur.
c. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot otot perut dan panggul
kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan latihan tertentu beberapa menit setiap hari
dapat mempercepat pengembalian otot otot perut dan panggul
kembali normal.
d. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan.
5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
e. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Mengenakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI pada sekitar
puting susu setiap kali selesai menyususi.
f. Hubungan perkawinan dan rumah tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk mulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.

g. Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Namun, petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan tentang keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka
cara mecegah kehamilan yang tidak diinginkan.
h. Psikologis
1) Talking in : fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.
2) Talking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawab merawat bayi, perasaan sangat sensitif sehingga
mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati hati, ibu butuh
dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
3) Letting go : ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran barunya,
ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya,
keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini.

















Masa Nifas
Luka episiotomi / luka post SC
Nyeri
akut
Defisit
perawatan
diri
Resiko
infeksi
Tidak terjadi
perdarahan
yang
abnormal
Lemah
Kerusakan
integritas
jaringan
Kontraksi uterus
Kuat
Perdarahan
Resiko kurang
volume cairan
Hormon
prolaktin
merangsang
produksi air
susu
Hormon
oksitosin
menyebabkan
mio epitel
kelenjar susu
berkontraksi
Air susu keluar
Bayi menyusu
Menyusui efektif
Jam tidur berubah
Gangguan pola tidur
Sumbatan Kolostrum
yang mengering
Bendungan Laktasi
ASI tidak
keluar
Ketidakefektifan
menyusui
Mastitis
Neri akut
Saat persalinan spingter
uretra ditekan oleh
kepala janin dan terjadi
spasme otot
Edema kandung
kemih
Sulit kencing
Gangguan
eliminasi urin
Kurang makan makanan
berserat selama
kehamilan
Takut BAB karena
luka diperineum
Konstipasi
Pathway Masa nifas
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
b. Integritas ego
1) Memperlihatkan ketidakmampuan menghadapi sesuatu
2) Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri
3) Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima dalam
pengalaman kelahiran
c. Eliminasi
1) Adanya kateter urinary
2) Bising usus
d. Makanan / Cairan
Abdomen lunak / tak ada distensi awal
e. Neuro sensori
Kerusakan gerakan dan sensori dibawah tingkat anastesi spinal epidural
f. Nyeri / ketidaknyamanan
1) Mulut mungkin kering
2) Menunjukkan sikap tak nyaman pasca oprasi, nyeri penyerta
3) Distensi kandung kemih / abdomen
g. Pernafasan
1) Bunyi paru jelas dan vesicular
h. Keamanan
1) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh
2) Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bekas eritema bengkak
/ nyeri tekan
i. Seksualiatas
1) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
2) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan / banyak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri / ketidakberdayaan b.d agen injuri (insisi pembedahan)
b. Deficit perawatan diri b.d nyeri
c. Resiko infeksi b.d trauma pembedahan
d. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi
e. Imobilisasi b.d adanya luka bekas operasi
f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui, nyeri payudara.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
(insisi pembedahan).
Tujuan & Kriteria hasil
NOC
Intervensi
NIC
NOC: Kontrol nyeri
Kriteria hasil:
- Menggunakan skala nyeri untuk
mengidentifikasi tingkat nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri
- Melaporkan kebutuhan tidur dan
istirahat cukup
NIC :
Managemen nyeri
Intervensi :
- Kaji komprehensif tentang nyeri
- Observasi isyarat2 nonverbal
dari ketidaknyamanan
- Beri informasi tentang nyeri
- Berikan analgetik sesuai dosis
- Kolaborasi dengan dokter bila
tindakan tidak berhasil







b. Diagnosa keperawatan : Deficit perawatan diri berhubungan dengan nyeri
Tujuan & Kriteria hasil
NOC
Intervensi
NIC
NOC: Perawatan diri Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari (AKS)
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan secara verbal
kepuasan tentang kebersihan
tubuh dan hygiene mulut
- Mempertahankan mobilitas yang
diperlukan untuk ke kamar
mandi
NIC : Perawatan diri
Intervensi :
- Kaji kemampuan untuk
menggunakan alat bantu
- Kaji membran mukosa oral dan
kebersihan tubuh
- Pantau adanya perubahan
kemampuan fungsi
- Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
- Anjurkan keluarga untuk
membantu memenuhi ADLs
klien seperti mandi, makan,
toileting dan berpakaian
- Motivasi klien untuk memenuhi
ADLs secara mandiri dan
bertahap
- Anjurkan untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuan

c. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
infasive, insisi post pembedahan
Tujuan & Kriteria hasil
NOC
Intervensi
NIC
NOC: Pengendalian resiko,
dengan indikator (nilai 1-5: tidak
pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, konsisten)
Kriteria hasil :
- Terbebas dari tanda atau gejala
infeksi
- Menunjukkan hygiene pribadi
yang adekuat
- Menggambarkan faktor yang
menunjang penularan infeksi

NIC : Pengendalian infeksi
Intervansi :
- Pantau tanda/gejala infeksi
- Kaji faktor yang meningkatkan
serangan infeksi
- Instruksikan untuk menjaga
hygiene pribadi
- Berikan terapi antibiotik, bila
diperlukan
- Monitor jumlah leukosit
- Gunakan teknik aseptik setiap
melakukan tindakan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Batasi pengunjung

d. Diagnosa keperawatan : Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, transmisi
Tujuan & Kriteria hasil
NOC
Intervensi
NIC
NOC: Kontrol cemas
Kriteria hasil:
- Klien mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala
cemas
- Tanda vital dalam batas normal
- Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
NIC :
Anciety reduction
Intervensi :
- Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
- Berikan informasi fakual
mengenai diagnose dan tindakan
prognosis
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan klien untuk
menggunakan tehnik relaksasi/
distraksi
- Berikan obat untuk mengurangi
cemas

e. Diagnosa keperawatan : kerusakan mobilitas fisik b.d adanya luka bekas
operasi
Tujuan & Kriteria hasil
NOC
Intervensi
NIC
NOC: ambulation : walking
Kriteria hasil :
- Dapat mempertahankan dan
fungsi tubuh
- Klien menunjukkan perilaku
yang memungkinkan untuk
melakukan aktivitas
NIC :
Exercise therapy: ambulation
Intervensi :
- Monitor vital sign
- Bantu klien untuk memenuhi
ADLs
- Kaji kemempuan klien dalam
mobilisasi
- Latih klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Damping dan bantu klien saat
mobilisasi
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Ajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui, nyeri payudara.
Tujuan & Kriteria hasil
NOC
Intervensi
NIC
NOC : Knowledge : Breasfeeding
- Mampu mendeskripsikan cara
menyusui yang benar
- Mampu mempraktekkan cara
menyusui yang baik.
- Mampu melakukan perawatan
putting dan payudara
- Mampu mendeskripsikan
tanda-tanda kelainan pada
payudara saat menyusui.
Knowledge Breastfeeding:
- Ajarkan cara menyusui yang
benar
- Motivasi ibu agar terus
menyusui bayinya
- Ajarkan cara perawatan
payudara selama menyusui
- Berikan pendidikan kesehatan
mengenai laktasi dan masa
nifas










DAFTAR PUSTAKA

Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, ECG
: Jakarta.
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC: Jakarta
Farrer Hellen, 1999, Perawatan Maternal, Alih Bahasa Andry Hartono, ECG :
Jakarta.
Johnson, Marion. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis : Mosby.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus:
Jakarta.
Mc.Closkey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis : Mosby.
Mochtar, Rustam. 1988. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta : EGC.
NANDA International. 2010. Nursing Diagnosis 2009-2011. Jakarta : EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2001. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
CV Andi Offset.
Winkjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo: Jakarta

You might also like