FK Trisakti Identitas Pasien Nama Pasien : An. MR No. Rekam Medik : 00-11-29-10 Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 2 tahun 9 bulan Suku bangsa : Betawi Agama : Islam Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 11 Januari 2009 Alamat : Jl. Raya Cilincing Rt 02/ Rw 03
Orang tua Ayah Nama : Tn. S Agama : Islam Alamat : Bekasi Suku Bangsa : Betawi Pekerjaan : Buruh Penghasilan : Rp. 1.000.000/bulan
Ibu Nama : Ny. M Agama : Islam Alamat : Bekasi Suku Bangsa : Betawi Pekerjaan : - Penghasilan : Rp. 0 /hari
ANAMNESIS Dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ny. M (ibu pasien) Lokasi : Bangsal lantai IV Timur, kamar 407 Tanggal / waktu : 29 November 2011, pkl 21.00 WIB Tanggal Masuk : 27 November 2011
Keluhan Utama Tidak dapat berjalan sejak 1 bulan SMRS Keluhan Tambahan Tidak dapat berbicara seperti sebelumnya Demam Kejang Riwayat Penyakit Sekarang Pasien seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 10 bulan datang atas rujukan dari Rumah Sakit BPP Pelabuhan. Sejak 1 bulan yang lalu, pasien sempat mengalami kejang. Kejang tersebut merupakan serangan kejang yang ketiga kali dalam waktu satu tahun. Kejang terjadi sebanyak 2 kali dalam satu hari. Lama kejang sekitar 20-30 menit, kejang terjadi pada bagian sisi kanan tubuh pasien. Menurut ibu pasien, saat terjadi kejang hanya bagian tubuh kanan (kaki dan tangan kanannya) saja yang kelojotan, namun bagian sisi tubuh pasien sebelah kiri tampak lemas, mata pasien pun mendelik ke sisi arah kanan, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Keluarga pasien segera membawa pasien ke rumah sakit BPP, setelah mendapatkan obat dari dokter pasien kembali tenang, pasien pun dirawat saat itu di RS BPP. Riwayat demam sebelum terjadinya kejang diakui oleh ibu pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang Ibu pasien sempat mengatakan bahwa tiap pasien mengalami luka atau perdarahan sulit atau lama berhenti, biasanya luka perdarahan dapat berhenti lebih dari setengah jam. Sebelum awal terjadinya kejang, ibu pasien sering menemukan banyak luka-luka memar di kaki maupun tangan pasien, namun keluarga pasien tidak begitu mengkhawatirkannya. Riwayat trauma disangkal. Keluhan batuk, pilek, diare, nyeri telinga, dan keluar cairan dari telinga disangkal. Selama dirawat kondisi pasien tidak juga membaik, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran selama 3 hari dan setelah sadar tiba-tiba pasien menjadi sullit berbicara hingga tidak dapat berjalan sendiri. Sehingga pasien pun dirujuk ke RSUD Koja. Riwayat Penyakit Dahulu Kejang pertama kali pada pada usia 8 bulan, kejang sebanyak 1x dalam sehari dengan durasi 30 menit, sebelum timbulnya kejang terdapat demam tinggi hingga 39- 40C sehari setelah pasien mendapatkan imunisasi campak. Demam berlangsung selama 2 hari. Kejang yang kedua kali terjadi saat pasien berusia 10 bulan, kejang sebanyak 1x dalam sehari dengan durasi 20 menit dengan disertai demam tinggi sebelumnya. Pasien sering memiliki luka memar di kedua tangan dan kakinya yang lama kembali menghilang atau pulih. Diare, muntah, batuk, dan pilek disangkal, nyeri telinga, dan keluar cairan dari telinga juga disangkal. Tidak ada penurunan kesadaran saat itu. Setiap terjadi kejang pasien segera dibawa ke rumah sakit dan mendapat pengobatan kejangnya. Kejang yang ketiga saat pasien berusia 1 tahun. Kejang sebanyak 1x dalam sehari dengan durasi 20 menit dengan disertai demam tinggi juga sebelumnya. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami gangguan berbicara dan berjalan. Menurut ibu pasien, pasien tidak ada masalah dalam perkembangannya. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur Alergi - Difteria - Jantung - Cacingan - Diare - Ginjal - Demam Berdarah - Kejang 8 bulan Darah - Demam Thypoid - Kecelakaan - Radang paru - Otitis - Morbili - Tuberkulosis - Parotitis - Operasi - Lainnya - Riwayat Penyakit Keluarga Kedua orangtua dan kedua kakak pasien tidak memiliki riwayat kejang demam, luka atau perdarahan yang sukar sembuh, dan tidak ada keluhan yang serupa seperti yang dialami oleh pasien pada masa kanak-kanaknya Riwayat Kehamilan dan Kelahiran KEHAMILAN Morbiditas kehamilan - Perawatan antenatal periksa ke bidan 1 kali/ bulan, vaksin TT belum pernah. KELAHIRAN Tempat kelahiran Bidan Penolong persalinan Bidan Cara persalinan Partus pervaginam Masa gestasi Cukup bulan (40 minggu) Keadaan bayi Berat lahir 3150 gram Panjang badan 47 cm Langsung menangis Kulit kemerahan Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan gigi I : Umur 9 bulan (Normal: 5-9 bulan) Gangguan perkembangan mental : Tidak ada Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan) Duduk : Umur 10 bulan (Normal: 6-9 bulan) Berdiri : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan) Berjalan : Umur 18 bulan (Normal: 13 bulan) Bicara : Umur 18 bulan (Normal: 9-12 bulan) Baca dan Tulis : Pasien mulai mencoret-coret sejak usia 16 bulan
Riwayat Makanan Umur (bulan) ASI/PASI Buah/ Biskuit Bubur Susu Nasi Tim 0 2 2 4 4 6 6 8 8 10 10 -12 Riwayat Makanan (diatas 1 tahun) Jenis Makanan Frekuensi Dan Jumlah Takaran/hari Sesuai AKG Nasi / Pengganti 3 x sehari, 4-5 sendok makan/kali 1-1,5 piring Sayur 1 x sehari, mangkuk/kali mangkuk Daging 1 x sebulan, 1 potong/kali
Lauk Hewani 1-2 potong Telur 2 x seminggu, 1 butir/kali Ikan 1 x seminggu, 1 potong/kali Tahu 2 x sehari, 1 potong/kali Lauk Nabati 1-2 potong Tempe 2 x sehari, 1 potong/kali Susu (merk/takaran) Susu SGM, 2-3 x sehari 1 botol susu 500 ml Lain lain
Riwayat Imunisasi Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur) BCG 1 bulan DPT / DT 0 bulan 2 bulan 4 bulan Polio 2 bulan 3 bulan 4 bulan Campak - - 8 bulan Hepatitis 2 bulan 3 bulan 4 bulan Riwayat Keluarga (corak reproduksi) Riwayat Pernikahan Ayah Ibu Nama Tn. S Ny. S Perkawinan ke- Satu Satu Umur saat menikah 24 Tahun 22 tahun Pendidikan terakhir SMP SMP Agama Islam Islam Suku bangsa Betawi Betawi Keadaan kesehatan Baik Baik Kosanguitas Tidak ada Tidak ada Saudara Kandung No Tanggal lahir Jenis Kelamin Hidup Lahir mati Abortus Mati (sebab) Keterangan kesehatan 1. 1998 Perempuan - - - Sehat 2 2001 Laki-laki - - - Sehat Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, jarak dari anak pertama ke kedua yaitu 3 tahun, sedangkan jarak usia pasien dengan kakak pertamanya 11 tahun dan dengan kakak keduanya 8 tahun. Ibu pasien tidak pernah mengalami keguguran atau lahir mati.
Riwayat Perumahan dan Sanitasi Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya, sebuah rumah tinggal yang disewa dengan dua kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok terdapat 2 jendela, terletak di perkampungan, jarak antar rumah padat. Keadaan rumah bersih, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Sumber air bersih dari air sumur. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan. Ayah pasien bekerja sebagai buruh tukang dengan penghasilan Rp1.000.000,- per bulan, sedangkan ibu pasien sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tidak berpenghasilan. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
PEMERIKASAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 29 November 2011 pukul 21.15 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, gelisah Kesadaran : compos mentis, GCS = 15
Data Antropometri Berat Badan : 11 kg Tinggi Badan : 92 cm Lingkar Kepala : 53 cm Status Gizi BB/U = (11 kg/14 kg) x 100% = 78,5% Gizi Baik (80-120 %) TB/U = (92 cm/93 cm) x 100% = 98,9% Tinggi Normal (90-110%) BB/TB = (11 kg/11,4 kg) x 100% = 100,1% Gizi Baik Tanda Vital Nadi : 130 x/menit, reguler, isi cukup, ekual kanan kiri Suhu : 38,2C Tekanan darah : 100/80 mmHg Pernapasan : 40 x/menit, teratur Kepala dan Leher Kepala Normosefali, rambut warna hitam kecoklatan, distribusi merata, tidak mudah dicabut Mata Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Hidung Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/- Telinga Normotia, membran timpani sulit dinilai, serumen sulit dinilai Mulut Bibir merah muda, tidak kering, sianosis(-) Lidah Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-) Gigi geligi Caries (-) Uvula Letak di tengah Tonsil T1-T1, tidak hiperemis Tenggorokan Faring tidak hiperemis Leher KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, deviasi trakea (-) Thorax Paru Inspeksi Bentuk dada normal, simetris, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama teratur, tipe thorako- abdominal, retraksi (-) Palpasi Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris Perkusi Sonor di semua lapang paru Auskultasi Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/- Jantung Inspeksi Ictus cordis tidak tampak Palpasi Ictus cordis teraba, thrill (-) Perkusi Redup Auskultasi SISII reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : Bentuk datar Palpasi : Supel Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal
Kulit Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembapan normal, tidak ada efloresensi yang bermakna Ekstremitas Refleks Kanan Kiri Bisep + + Trisep + + Patella + + Refleks patologis Babinski Schaeffer Oppenheim Hoffmann Chaddok Rangsang meningeal Kaku kuduk Brudzinsky I Brudzinsky II Kerniq Laseq
- - - - -
- - - - -
+ + + + +
- - - - - Akral hangat, Spastisitas (-) Sianosis (-) Parese (+) sisi tubuh sebelah kiri Paralisis (-) Tampak luka-luka memar pada kedua ekstremitas bawah. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : dilakukan pada tanggal 29 November 2011 di RSUD Koja CT Scan : Dilakukan pada tanggal 30 November 2011 di RSUD Koja Laboratorium JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL Hemoglobin 12,7 g/dL 11,2 - 15,7 g/dL Hematokrit 45 % 34 45 % Lekosit 9,2 rb /uL 3,9 10 rb/ul Trombosit 317 rb/uL 182 rb 369 rb /uL Gula Darah Sewaktu 113 mg/dl 60 100 mg/dl Natrium 142 Mmol/l 134 146 Mmol/l Kalium 3.69 Mmol/l 3,4 4,5 Mmol/l Chlorida 95 Mmol/l 96 108 Mmol/l PT 13 detik 10 13 detik APTT 55 detik 25 39 detik CT Scan Kepala Ringkasan Pasien seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 10 bulan datang dibawa ibunya atas rujukan dari RS BPP dengan keluhan tidak dapat berjalan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga tidak dapat berbicara seperti sebelumnya. Pasien sempat kejang, kejang sudah yang ketiga kali dalam 1 tahun, kejang sebanyak 2x/hari, lama kejang 20-30 menit, kejangnya terjadi di sebagian tubuh sisi sebelah kanan (kelojotan), namun sisi sebelah kiri tampak lemas, mata mendelik ke arah kanan, mulut tidak berbusa. Pasien sering kejang bila suhu badannya tinggi. Setiap pasien mengalami luka atau disuntik sering terjadi perdarahan yang lama dan sulit berhenti, lama perdarahan lebih dari setengah jam. Riwayat perkembangan pasien terlambat. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,2oc, mata pupil isokor, refleks cahaya +/+, ektremitas tampak luka-luka memar pada kedua kakinya, parese (+) sisi sebelah kiri, refleks patologis (+) dan tanda rangsang meningeal (-) Hasil laboratorium APTT memanjang. Pada pemeriksan CT Scan tampak adanya cairan atau perdarahan di otak Diagnosis Banding Hemofilia A Hemolilia B Von Willebrand Disease Cerebral Palsy hemiparese sinistra Kejang demam kompleks Epilepsi yang dibangkitkan demam Pemeriksaan Anjuran Darah Lengkap PT, APTT, TT Elektrolit, gula darah CT Scan EEG Diagnosis kerja Hemiparesis sinsistra e.c stroke hemoragik e.c Hemofilia A Therapi Farmakologis : Antihemophilic factor (Koate- DVI) setiap 8-12 jam dengan dosis 40-50 IU/kg untuk dosis awal kemudian dosis lanjutan 20- 25 IU/kg (i.v) Non farmakologis : Pasien dirawat di RS untuk memantau keadaan perdarahan, terutama di bagian otaknya. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam Ad functionam : dubia ad malam Ad sanasionam : dubia ad malam ANALISA KASUS Pada kasus ini pasien didiagnosa menderita hemophilia Anamnesa : pasien sering mengalami perdarahan yang lama jika mengalami luka atau telah disuntik Pemeriksaan fisik : tampak luka-luka memar di kedua ektremitas bawah Laboratorium : APTT yang memanjang CT Scan : adanya cairan atau perdarahan di otak pasien Pada kasus ini dari anamnesa diketahui bahwa pasien seorang anak laki-laki berusia berusia 2 tahun 10 bulan datang atas rujukan dari RS BPP, pasien sudah tidak dapat berjalan serta berbicara seperti sebelumnya sejak 1 bulan yang lalu. Hal tersebut kemunkinan dikarenakan adanya masalah pada daerah kepalanya yaitu otak jika dilihat dari pemeriksaan neurologis yang menunjukan lesi pada upper motor neuron seperti reflex fisiologis yang meningkat dan adanya reflex patologis positif. Pemeriksaan penunjang seperti CT Scan juga menunjukan terdapatnya kelainan pada otak, yaitu menunjukan cairan atau perdarahan yang mengakibatkan peninggian tekanan intra cranial, sehingga keluhan tidak dapat berjalan dan berbicara seperti sebelumnya yang dialami pasien disebabkan karena adanya gangguan pada otak pasien Kejang yang dialami pasien dapat disebabkan karena peninggian tekanan intra cranial tersebut. Menurut ibu pasien yang mengatakan kejang terjadi biasanya jika pasien mengalami demam tinggi, tidak pula menyingkirkan kemungkinan terdapatnya kejang demam. Namun kejang yang juga dapat terjadi dikarenakan peninggian tekanan intra cranial diperkuat dengan hasil pemeriksaan CT Scan Pasien juga sempat didiagnosa dengan cerebral palsy karena menunjukan kelainan neurologis dan riwayat kejang berulang dengan durasi yang cukup lama yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel neuron di otak dan adanya keterlambatan dalam perkembangan pasien Perdarahan yang terjadi di daerah otak pasien tepatnya pada sisi sebelah kanan setelah melihat hasil CT Scan, dapat diakibatkan karena trauma pada kepala atau faktor-faktor lain yang menyebabkan perdarahan secara tiba-tiba seperti diatesis hemoragik Dari anamnesis, pasien tidak pernah mengalami trauma atau kecelakaan yang mengenai daerah kepalanya, sehingga dapat dipikirkan faktor lain yang menyebabkan perdarahan pada otaknya Selain trauma, perdarahan karena gangguan proses koagulasi atau pembekuan darah dapat terjadi. Perdarahan pada otak pasien yang sulit dihentikan merupakan faktor penting mengapa pasien menunjukan gejala dan keluhan yang mirip dengan pasien lain yang menderita stroke hemoragik Tentunya perlu diketahui sebab terjadinya perdarahan di otak jika bukan karena adanya cedera kepala. Sebab lainnya yang mungkin dapat menyebabkan perdarahan adalah diatesis hemoragik melihat adanya perdarahan atau luka-luka memar pada kedua ektremitas bawah pasien Diatesis hemoragik sendiri dapat disebabkan Gangguan pembuluh darah Avitarninosis C Kurang gizi Demam berdarah Gangguan hormon Gangguan trombosit Jumlahnya menurun (trombositopeni) Leukemi Anemi aplastik Infeksi Obat-obatan Fungsinya tidak baik (trombopaU) Kelainan biasanya terdapat dalam trombosit sendiri, dijumpai pada beberapa penyakit tertentu, misalnya trombasteni, penyakit Glanzman, dan sebagainya Setelah pemakaian aspirin dalam dosis tinggi Gangguan pembekuan darah Hemophili Kekurangan vitamin K pada bayi baru lahir Adanya bahan yang mengganggu pembekuan darah seperti heparin, dikumarol. Pada penderita dengan gejala perdarahan atau riwayat perdarahan, pemeriksaan laboratorium yang perlu diminta adalah pemeriksaan penyaring hemostasis yang terdiri atas hitung trombosit uji pembendungan masa perdarahan PT (prothrombin time - masa protrombin plasma) APTT (activated partial thromboplastin time masa tromboplastin parsial teraktivasi) TT (thrombin time masa trombin) Pada hemofilia A atau B akan dijumpai pemanjangan APTT sedangkan pemerikasaan hemostasis lain yaitu hitung trombosit, uji pembendungan, masa perdarahan, PT dan TT dalam batas normal. Pemanjangan APTT dengan PT yang normal menunjukkan adanya gangguan pada jalur intrinsik sistem pembekuan darah. Faktor VIII dan IX berfungsi pada jalur intrinsik sehingga defisiensi salah satu dari faktor pembekuan ini akan mengakibatkan pemanjangan APTT yaitu tes yang menguji jalur intrinsik sistem pembekuan darah. Pada pasien ini didapatkan hasil PT yang normal dan APTT yang memanjang, sehingga mendukung diagnosis hemophilia Pada kasus ini diambil diagnosis hemophilia A karena dari statistik menunjukan hemophilia A memiliki jumlah statistik yang lebih banyak dari hemophilia B, namun hal tersebut perlu dipastikan juga dengan melakukan pemeriksaan untuk membedakan hemofilia A dari hemofilia B atau menentukan faktor mana yang kurang Dapat dilakukan pemeriksaan TGT (thromboplastin generation test) atau dengan diferensial APTT. Namun dengan tes ini tidak dapat ditentukan aktivitas masing-masing faktor. Untuk mengetahui aktivitas F VIII dan IX perlu dilakukan assay F VIII dan IX. Pada hemofilia A aktivitas F VIII rendah sedang pada hemofilia B aktivitas F IX rendah Perlu dibedakan dari penyakit von Willebrand von Willebrand juga dapat ditemukan aktivitas F VIII yang rendah. Penyakit von Willebrand disebabkan oleh defisiensi atau gangguan fungsi faktor von Willebrand. Jika faktor von Willebrand kurang maka F VIII juga akan berkurang, karena tidak ada yang melindunginya dari degradasi proteolitik. Defisiensi faktor von Willebrand juga akan menyebabkan masa perdarahan memanjang karena proses adhesi trombosit terganggu. Pada penyakit von Willebrand hasil pemerikasaan laboratorium menunjukkan pemanjangan masa perdarahan, APTT bisa normal atau memanjang dan aktivitas F VIII bisa normal atau rendah. Akan ditemukan kadar serta fungsi faktor von Willebrand yang rendah. Sebaliknya pada hemofilia A akan dijumpai masa perdarahan normal, kadar dan fungsi faktor von Willebrand juga normal Pemberian terapi pasien ini dengan memberikan konsentrat faktor pembekuan (recombinant antihemophilic factor VIII). Kenaikan kadar faktor VIII in vivo (dalam satuan IU) dapat diperkirakan dengan mengalikan dosis faktor VIII per KgBB (berat badan) dengan 2%. Cara menghitung berdasar pada penemuan Abilgaard dkk sebagai berikut: Kenaikan kadar faktor VIII yang diinginkan : Jumlah IU yang diberikan X 2% /IU/KgBB BB(Kg) Pada pasien ini dengan berat badan 11 kg : 550 IU X 2% /IU/KgBB = 100 % 11 kg atau dosis yang akan diberikan : BB (kg) X kenaikan % faktor VIII yang diinginkan 2 % /IU/kg Pada pasien ini dengan berat badan 11 kg : 11 kg X 100% = 550 IU 2 % /IU/kg Dosis yang diperlukan untuk memberikan efek hemostatik tergantung pada tipe dan beratnya perdarahan Perdarahan Ringan Perdarahan ringan atau perdarahan awal apda umumnya dapat diatasi dengan dosis tunggal 10 IU/Kg karena meningkatkan kadar faktor VIII sampai kurang lebih 20%. Sesudah pemberian ini, Koate-DVI tidak perlu diberikan kecuali bila terjadi perdarahan lanjut. Perdarahan Sedang Untuk perdarahan yang lebih serius, kadar faktor VIII sebaiknya dinaikkan sampai 30% - 50% dengan cara memberikan 15 - 25 IU/kg. Bila diperlukan terapi lebih lanjut, pemberian selanjutnya dapat diberikan setiap 8 - 12 jam dengan dosis 10 - 15 IU/kg Perdarahan Berat Pada pasien yang mengalami perdarahan berat atau perdarahan yang beresiko fatal (antara lain : perdarahan pada susunan saraf pusat, perdarahan retrofaring, perdarahan retroperitonel, dan iliopsoas), kadar faktor VIII sebaiknya dinaikkan sampai 80% - 100%. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan Koate-DVI setiap 8-12 jam dengan dosis 40 - 50 IU/kg untuk dosis awal kemudian dosis lanjutan 20 25 IU/kg. Berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan air dan elektrolit harian pada anak didapatkan: Berat Badan Kebutuhan air (per hari) Sampai dengan 10 kg 100 ml/kgBB 11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg diatas 10 kg). > 20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg diatas 20 kg). Kebutuhan cairan pada pasien ini dengan BB 11 kg adalah: 1000 ml + 50 ml/kgBB = 1000ml + (50x11) = 1000ml + 550 = 1550 ml Dan setiap kenaikan suhu 1C, kebutuhan cairan ditambah 12%. Pada kasus ini didapatkan suhu badan pasien 38C, sehingga kebutuhan cairannya menjadi: 1550 cc + (1550cc x 12%) = 1550 + 186 = 1736 cc/hari Jumlah cairan yang diberikan: Tetesan / menit = Cairan x tetesan makro Lama pemberian dalam jam x 60 menit = 1736 x 15 = 26040 24 x 60 1440 = 18,083 18 tetes/menit.
Prognosis pasien mengarah ke arah buruk (Dubia ad malam) perdarahan terjadi pada bagian yang fatal yaitu otak pasien terlambat mendapatkan terapi memiliki riwayat kejang yang berlangsung lama, hampir setengah jam TERIMA KASIH