You are on page 1of 21

1 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

INDEKS
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BOK = Bantuan Operasional Bidang Kesehatan
BTA = Bakteri Tahan Asam
EMAS = Explanding Maternal And Neonatal Survival
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
JamKesda = Jaminan Kesehatan Daerah
JamKesmas = Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jampersal = Jaminan Persalinan
KB = Keluarga Berencana
KIA = Konsultasi Ibu Anak
KK = Kepala Keluarga
MDGs = Millenium Development Goals
P2BB = Pengendali Penyakit Bersumber Binatang
P2ML = Pengendali Penyakit Menular Langsung
P2PL = Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Pamsimas = Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
PBB = Perserikatan Bangsa Bangsa
POKJA = Program Kerja
Promizi = Promkes, Kemitraan Dan Gizi
PSN = Pemberantasan Sarang Nyamuk
RI = Republik Indonesia
SKN = Sistem Kesehatan Nasional
SPAL = Saluran Pembuangan Air Limbah
TU = Tata Usaha
UPK = Unit Pelayanan Kesehatan
UPTD = Unit Pelayanan Terpadu
UU = Undang-Undang


2 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah
Indonesia dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan juga merupakan salah satu
upaya utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada
gilirannya mendukung percepatan pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Kebijakan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah mengacu
pada komitmen Indonesia akan delapan tujuan umum Millenium Development
Goals (MDGs), EMAS (Explanding maternal and neonatal survival), Desa Siaga,
Poskesdes.
Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa
Inggris MDGs adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun
2015, merupakan tantangan utama dalam pembangunan diseluruh dunia. Pada
September 2000, Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189 negara lain,
berkumpul untuk menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York dan
menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi sebagai komitmen negara
masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran
pembangunan dalam Milenium ini (MDGs), sebagai satu paket tujuan terukur
untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Berikut adalah 8 buah sasaran
pembangunan dalam Milenium ini (MDGs) :
1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan,
2. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua,
3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan,
4. Menurunkan Angka Kematian Anak,
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu,
6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya,
3 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan
8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.
Pada dasarnya MDGs merupakan suatu komitmen bersama para pemimpin
dunia NegaraNegara berkembang untuk bersamasama meningkatkan
pembangunan nasionalnya. Komitmen internasional ini menjadi acuan bagi
pemerintah Indonesia dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah.
Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang ditandai oleh
meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi
dan kematian ibu melahirkan, dan perbaikan status gizi, menjadi salah satu
sasaran yang hendak dicapai pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
UPTD Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis daerah (di suatu dinas
kesehatan kabupaten/kota) merupakan ujung tombak dalam pembangunan
kesehatan, mempunyai andil yang besar untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat secara optimal. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas adalah tercapainya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan,
yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata. Masyarakat sebagai konsumen berhak menuntut profesionalisme
pelayanan di semua sarana pelayanan publik dengan adanya UU Pelayanan Publik
No. 25/ 2009, UU Praktek Kedokteran No. 29/2004, dan UU No. 8/1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Berhak menentukan jenis, mutu, berbagai jenis layanan
kesehatan yang diperlukan, yang aman, dan sesuai kebutuhan, berkesinambungan,
paripurna, memanfaatkan teknologi tepat guna, akses yang mudah terjangkau, non
diskriminatif, mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan
kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan menyeluruh yang meliputi kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan
4 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

kesehatan). Upaya kesehatan wajib Puskesmas disebut juga basic six yang
meliputi:
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu, anak, dan KB
4. Upaya perbaikan gizi
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan dasar
Salah satu tujuan dari MDGs yang sekarang gencar-gencarnya digerakkan
oleh pemerintahan indonesia adalah pada tujuan memerangi HIV/AIDs, Malaria
dan Penyakit TBC. Program penanggulangan HIV/AIDS, Malaria, dan TBC di
Indonesia pun masih menghadapi tantangan yang sangat berat.
Pada kasus TBC, Indonesia merupakan negara ketiga di dunia dalam
urutan jumlah penderita TB paru setelah India dan Cina dengan persentase 10%
dari total penderita TB paru di dunia. Laporan WHO tahun 2006 dinyatakan
bahwa kejadian kasus TB paru BTA Positif di Indonesia diperkirakan 105 kasus
baru per 100000 penduduk (240000 kasus baru setiap tahun) dengan prevalensi
578000 kasus (untuk semua kasus). Laporan WHO pada tahun 2010, mencatat
peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TB paru
sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar pada tahun 2010
adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (Kompas, 2011).
Angka kejadian TB paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar
107/100.000 penduduk, dan persentase kasus TB paru yang dapat disembuhkan
sebesar 89,3%. Angka kejadian TB paru pada tahun 2015 akan turun sesuai
dengan target Jawa Tengah (88 per 100.000 penduduk) (Dinkes Propinsi Jateng,
2010). Temuan kasus tuberkulosis paru di Jawa Tengah hingga tahun 2011
mencapai 20.623 kasus yang tersebar dalam tiga lembaga yaitu puskesmas
sebanyak 15.003 kasus, rumah sakit sebanyak 3.607 kasus dan BKPM/BP4
5 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

sebanyak 2.013 kasus. Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, selama
2011 tercatat temuan 265 kasus TBC temuan kasus itu baru mencapai 30,1% dari
total sasaran 881 suspect sedangkan target nasional sebesar 70% dari sasaran,
sehingga temuan TBC seharusnya 617 kasus.
Puskesmas Nguter merupakan Puskesmas dengan angka kejadian
tuberkulosis yang tinggi di kabupaten sukoharjo. Puskesmas Nguter juga menjadi
Puskesmas dengan peningkatan kasus TB paru tertinggi diantara 12 Puskesmas
yang ada di kabupaten sukoharjo (Dinkes Kota Sukoharjo, 2011).
Jumlah penderita TB Paru yang tercatat di Puskesmas Nguter tahun 2011
sebanyak 48 penderita dengan TB paru BTA positif, kemudian 23 penderita
rontgen TB positif dan 11 anak positif penderita TB Paru. Sedangkan pada tahun
2012 terdapat 43 kasus TB Paru dari hasil BTA positif, 23 penderita rontgen TB
positif, dan 5 anak positif penderita TB Paru. Tahun 2013 tercatat 48 penderita TB
Paru dari hasil BTA Positif, 11 penderita rontgen TB positif, dan 19 anak positif
TB paru. Pada Tahun 2014 tercatat di puskesmas Nguter sebanyak 17 penderita
TB Paru dari hasil BTA Positif, 1 penderita rontgen TB positif, 3 penderita TB
kelenjar dan 3 Penderita TB Anak. Target puskesmas Nguter pada tahun 2014
untuk kasus TB BTA (+) adalah sebanyak 69 pasien sedangkan dari bulan Januari
Juni baru menemukan pasien TB BTA (+) sebanyak 17 pasien sehingga dari
latar belakang inilah kelompok kami tertarik untuk mengangkat program ini untuk
di analisis masalah yang terdapat didalamnya yang menyebabkan program ini
tidak maksimal.







6 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

BAB II
ANALISA SITUASI PUSKESMAS NGUTER


A. VISI, MISI DAN STRATEGI
Sebagai arah tujuan pembangunan kesehatan di wilayah dan sebagai
kegiatan dasar, maka disusun visi dan misi Puskesmas Nguter sebagai berikut:
Visi
Masyarakat Nguter yang sehat, mandiri dan berkeadilan.
Misi
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau baik
pelayanan promotif, kuratif, preventif dan rehabilitative.
2. Meningkatkan profesionalisme SDM dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan.
3. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat.

B. KEADAAN GEOGRAFIS
1. Batas Wilayah
Luas Wilayah kerja Puskesmas Nguter kurang lebih 51.211 Km
2

Batas sebelah Utara : Kecamatan Sukoharjo
Batas sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri
Batas sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Bendosari
Batas sebelah Barat : Kecamatan Tawangsari

2. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Nguter sebanyak 16 desa,yaitu:
1. Desa Gupit
2. Desa Nguter
3. Desa Baran
4. Desa Daleman
5. Desa Lawu
7 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

6. Desa Tanjung
7. Desa Pondok
8. Desa Kepuh
9. Desa Tanjungrejo
10. Desa Jangglengan
11. Desa Pengkol
12. Desa Serut
13. Desa Celeb
14. Desa Juron
15. Desa Plesan
16. Desa Kedungwinong

C. KEADAAN PENDUDUK
1. Jumlah Penduduk
Luas total wilayah binaan Puskesmas Nguter adalah 51.211 553 Km
2

dengan kepadatan penduduk 1.362,8 jiwa/Km
2
.
Hasil pendataan kegiatan program Puskesmas Nguter tahun 2014
adalah sebagai berikut:
Jumlah penduduk : 69.919 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga : 16.344 KK
Jumlah kelompok Umur 0-4 th : 3158 jiwa
Jumlah ibu hamil : 922 orang
Jumlah ibu bersalin : 850 orang
Jumlah ibu nifas : 722 orang
Jumlah neonatal : 778 orang
Jumlah wanita usia subur : 13.813 orang
Jumlah pasangan usia subur : 10.192 orang
Jumlah usia lanjut : 7001 orang


8 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

2. Keadaan Sosial Ekonomi
Sebaran mata pencaharian penduduk dari 16 desa terdiri atas
Petani : 6.687
Buruh Tani : 6.954
Buruh industry : 1.794
Pengusaha : 224
Buruh bangunan : 1.917
Pedagang : 8.336
PNS / ABRI : 651
Pensiunan : 302
Lain lain : 10.688

D. PELAYANAN KESEHATAN
1. Puskesmas Nguter mempunyai 2 bangunan induk berada di wilayah
Nguter dan di wilayah Celeb. Gedung induk untuk pelayanan rawat jalan
terdiri dari ruang poli umum, ruang pendaftaran, ruang poli gigi, poli KIA-
KB, kamar mandi, ruang imunisasi, laboratorium, kamar obat, gudang
obat, kantor karyawan, fisioterapi, kantor TU, ruang kepala puskesmas.
2. Unit Pelayanan Puskesmas Nguter ada 2 dimasing-masing puskesmas
induk yang terdiri dari ruang tunggu pasien, pendaftaran, poli umum,
kantor pelayanan & rujukan, kamar obat, ruang tindakan KB, poli gigi,
poli KIA-KB, kamar mandi, fisioterapi, gudang, laboratorium, ruang
pertemuan, ruang arsip dan kamar mandi.
3. Dua Puskesmas pembantu, yaitu : puskesmas Pondok dan puskesmas
Lawu



9 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

E. FASILITAS LAIN-LAIN
1. Sarana dan Prasarana
Sarana Fisik :
Gedung Puskesmas : 1 Unit
Gedung rawat inap : 1 unit
Gedung Pustu : 2 unit
Pos Kesehatan Desa : 15 unit\
Posyandu : 85 pos
Pusling : 9 pos
Mobil Pusling : 2 unit
Kendaraan roda dua : 20 buah
Ambulance desa : 16 unit (tersebar di 16 desa)
Unit Bank Darah : 16 unit (tersebar di 16 desa)
Sarana mebelair, peralatan medis dan obat-obatan cukup tersedia.

Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia bidang kesehatan berjumlah 70 orang, terdiri
atas:
1. Dokter Umum : 5 orang
2. Dokter gigi : 2 orang
3. Perawat Puskesmas : 13 orang
4. Bidan Puskesmas : 23 orang
5. Bidan Desa : 13 orang
6. Petugas Kesehatan Lingkungan : 1 orang
7. Petugas Gizi : 2 orang
8. Pekarya : 3 orang
9. Tata Usaha : 1 orang
10. Asisten Apoteker : 1 orang
10 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

11. Tenaga Farmasi : 1 orang
12. Perawat Gigi : 2 orang
13. Tenaga administrasi / staf : 7 orang
14. Tenaga laboratorium : 3 orang
15. Tenaga fisioterapi : 1 orang
16. Tenaga harian lepas : 6 orang
17. Kader kesehatan (Posyandu, Jumantik, PHBS):

Sarana Kesehatan Lingkungan
Sarana kesehatan lingkungan yang terdapat di wilayah kerjaPuskesmas
Nguter tahun 2014:
1. Sumur Gali : 8.496 unit
2. Sumur Pompa Tangan : 584 unit
3. Prosentase rumah sehat : 79 %
4. Jumlah KK akses SGL : 76 %
5. Jumlah KK akses SPT : 22 %
6. Jumlah KK akses PP (Pamsimas) : 4 %
7. Jumlah KK memiliki Jamban Kel : 57 %
8. Jumlah penduduk akses jamban : 79 %
9. Jumlah KK mengelola sampah (MS) : 63 %
10. Jumlah rumah memiliki SPAL :49 %
11. Jumlah KK memiliki sar.cuci tangan : 61 %

F. PEMBIAYAAN
Sumber Pembiayaan Puskesmas Nguter tahun 2014 adalah :
1. APBD Kabupaten
2. APBD Propinsi
3. Jamkesmas
4. Jamkesda
11 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

5. BOK (Bantuan Operasional bidang Kesehatan)
6. Bantuan Sosial
7. Jampersal
8. Pamsimas
9. Hibah Intensif Des

G. PROGAM KERJA PUSKESMAS
Progam kerja Puskesmas Nguter meliputi:
1. UPK yang terdiri dari
a. Sub Unit Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang
terdiri dari :
1) Pelayanan Rawat Jalan
2) Pelayanan Rawat Inap
3) Pelayanan Penunjang
4) Puskesmas

b. Sub unit pelayanan kesehatan GA yang terdiri dari :
1) Pelayanan Anak dan Remaja
2) Pelayanan Ibu dan KB
3) Pelayanan Lansia
4) Pelacakan Bumil resiko tinggi.
5) Penyuluhan kesehatan ibu dan KB bagi bidan.
6) Pelatihan dan pendidikan.
7) Pelayanan AMP Puskesmas.
8) Kunjungan rumah program KESGA / KIA dan program
Gizi, pemeriksaan kehamilan.
9) Pelayanan kesehatan neonatal.
10) Pembentukan kelas ibu hamil.
11) Kunjungan kelas ibu hamil
12 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

12) Desinfo PKPR.
c. Pelayanan kesehatan MATRA yang terdiri dari :
1) Pelayanan Kesehatan Bencana
2) Pelayanan kesehatan P3K
3) Pelayanan Kesehatan Haji

2. Promizi ( Promkes, Kemitraan Dan Gizi ) Yang Terdiri Dari :
a. Pertemuan KMPKKS
b. Rakor Pokjanal tingkat Kecamatan
c. Rakor Pokja Desa
d. Refreshing kader
e. Pengelolaan operasional PKD dan Posyandu.

3. Unit Registrasi, Informasi dan SDK
a. Sub Unit Pengendalian Farmamin
1. Pengawasan Keamanan Pangan, Bahan Berbahaya, serta
pengendalian keamanan di tingkat distribusi.
2. Pengawasan institusi kesehatan.
b. Sub Unit Informasi Data
1. Simpus
- Entry simpus
2. Simpus KIA
- Entry Simpus KIA
c. Sub Unit Sumber Daya Kesehatan

4. Unit P2PL terdiri dari :
a. Refreshing kader dalam rangka pemberantasan vector.
b. Pemantauan jentik berkala.
c. Pelaksanaan fogging focus.
d. Pelaksanaan abatisasi selektif.
e. Pengawasan fogging.
13 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

f. Pembinaan PSN pasca fogging.
g. Evaluasi ABJ DBD oleh petugas Puskesmas.
h. Kunjungan rumah dalam rangka pengambilan specimen TB.
i. Penjaringan suspek TB
j. Pengelolaan jejaring TB dengan pelayanan swasta.
k. Pelaksanaan pengelolaan kasus kusta.
l. Survey kontak BTA +
m. Sosialisasi flu burung.
n. Peningkatan PWS SKD KLB.
o. Sosialisasi crash program campak tingkat Kecamatan dan desa.
p. Pelaksanaan crash program campak dan imunisasi polio.
q. Pelaksanaan BIAS campak.
r. Pelaksanaan BIAS DT-TT.
s. Pengelolaan PWS imunisasi.
t. Sweeping desa Non UCI.
u. Screening TT WUS.
v. Inspeksi sanitasi rumah, TTU, TPM, industry dan PHBS.
w. Inspeksi sanitasi pasien klinik sanitasi.
x. Pelaksanaan stimulant plesterisasi rumah untuk penderita TB
paru.
y. Pelaksanaan stimulant jamban keluarga untuk desa
PAMSIMAS.






14 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

H. KASUS 10 BESAR PENYAKIT
Kasus 10 besar penyakit JANUARI MEI 2014 di wilayah kerja
puskesmas NGUTER, yaitu:
No. Daftar Penyakit Jumlah
1. ISPA 5508
2. Vertigo 2452
3. Hipertensi primer 2271
4. Arthritis tidak spesifik 2222
5. Influenza 977
6. Gastritis 929
7. Rheumatoid arthritis lain 795
8. Nasopharingitis Akut 720
9. Dyspepsia 711
10. Penyakit Kontak Alergi 619

Kasus ISPA masih merupakan kasus tertingi di puskesmas Nguter
dari periode Januari Mei 2014 yaitu sebanyak 5508 kasus. Dari jumlah
kasus tersebut terdapat beberapa pasien yang diduga menderita TB tetapi
oleh karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait
penyakit TB sehingga masyarakat beranggapan bahwa batuk yang
dideritanya merupakan sakit batuk seperti biasa walaupun batuk yang
dideritanya sudah lebih dari 2 minggu. Menurut hasil wawancara dengan
petugas Puskesmas Nguter, hal tersebut disebabkan oleh faktor
penghambat seperti terkendalanya pemeriksaan pada pasien yang suspect
TB, pemeriksaan kontak pasien TB yang kurang dilaksanakan, kurang
aktifnya kader posyandu, kurangnya penyuluhan pendidikan kesehatan
oleh petugas kesehatan terkait penyakit TB.



15 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

BAB III
ANALISA KASUS

A. ANALISA MASALAH DAN PENYEBAB
1. Masalah Yang Muncul
No Program Masalah
1 P2ML (TBC) Kurangnya tenaga kesehatan
Kader yang ada belum memadai
Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait
penyakit TBC.
Kurangnya sarana dan prasarana untuk membantu
program ini.
Belum optimalnya kunjungan rumah dalam
rangka pengambilan specimen TB dan
penjaringan suspek TB
Belum maksimal pengelolaan jejaring TB
dengan pelayanan swasta.
Survey kontak BTA + yang masih belum
dilaksanakan secara berkala.
Target puskesmas untuk pasien TB BTA (+) pada
tahun 2014 sebanyak 69 pasien.
Target Untuk Menemukan Suspect pasien TB
BTA (+) adalah sebanyak 690
Untuk target penemuan kasus TB BTA (+) dari
bulan Januari Juni sebanyak 30 pasien tetapi
sampai saat ini baru 17 kasus atau pasien TB
BTA (+) yang ditemukan.
Suspect TB paru yang ditemukan dari Januari
Juni adalah sebanyak 253.

2. Identifikasi Penyebab Masalah
Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari yang dilakukan di
Puskesmas Nguter, kami menemukan masalah yang ada dalam
pelaksanaan program P2ML dalam mengatasi masalah TBC masih belum
optimal yaitu dikarenakan tenaga kesehatan yang khusus untuk menangani
masalah penyakit TB masih kurang, kurangnya pengetahuan masyarakat
yang disebabkan penyampaian informasi mengenai kesehatan masih belum
maksimal, masih minimnya pengetahuan kader posyandu yang disebabkan
kurang aktifnya kader dalam mencari informasi kesehatan yang ada, dan
16 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

penyebab masalah yang lainnya adalah belum optimalnya pelaksanaan
program P2ML. Adapun metode pemecahan masalah yang kami gunakan
adalah analisis SWOT.

B. ANALISA MASALAH

KAJIAN SWOT
Kajian SWOT adalah kajian yang dilakukan terhadap Puskesmas dan
jaringannya sedemikian rupa, sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang
berbagai factor kekuatan, kelemahan, kesempatan serta ancaman yang dimiliki
dan atau dihadapi oleh Puskesmas yang dalam hal ini berhubungan dengan
alternative pemecahan masalah yang ada.
Terdapat 4 unsur pokok yang perlu dikaji, antara lain:
1. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh
suatu organisasi yang apabila dimanfaatkan akan berperan besar tidak hanya
dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang akan dicapai organisasi.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh
suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan besar tidak hanya dalam
memperlancar bebagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi,
tetapi juga dalam mencapai tujuan yang akan dicapai organisasi.
3. Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu
organisasi yang apabila dimanfaatkan akan besar perannya dalam mencapai
tujuan organisasi.
4. Ancaman (Threat)
17 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Ancaman adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu
organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi.

Tabel 1. Analisa SWOT

STRENGHT
KEKUATAN
WEAKNESS
KELEMAHAN
OPPORTUNITIES
PELUANG
THREATS
ANCAMAN

a. Adanya tenaga
kesehatan yang terdiri
atas dokter umum,
dokter gigi, bidan,
perawat, tenaga
kesehatan lingkungan,
bidan desa yang
tersebar di masing-
masing desa wilayah
kerja Puskesmas
Nguter, yang
mempunyai keterkaitan
dalam system kerja
sama lintas program.
b. Adanya program
pemerintah daerah yang
mendukung program
pemecahan masalah
kasus TBC.
c. Penyakit menular
seperti TBC merupakan
salah satu program
MDGs yang ke enam.
d. Adanya Pos Kesehatan
Desa dan Pokja Desa
siaga di masing-masing
desa.
e. Adanya Puskemas
pembantu dan
Puskesmas keliling.
f. Alokasi dana dari
program pokok
Puskesmas dan jaminan
kesehatan bagi
masyarakat miskin dan
jaminan persalinan.
g. Pengetahuan mengenai
TBC yang dimiliki oleh
a. Kurangnya
pengetahuan
masyarakat mengenai
penyakit TBC.
b. Kurangnya alat sarana
dan prasarana untuk
mendukung kegiatan
penuntasan masalah
TBC.
c. Jumlah tenaga kader
kesehatan yang
terbatas.
d. Minimnya tenaga
kesehatan untuk
mengatasi masalah
TBC di masyarakat.


a. Banyaknya kegiatan
di masyarakat yang
dapat digunakan
sebagai sarana
penyuluhan,
termasuk pada saat
ada acara rapat desa.
b. Ketertarikan
masyarakat untuk
melakukan apa yang
disampaikan dalam
penyuluhan.
c. Adanya system
kerjasama lintas
sector dengan
stakeholder di
wilayah Kecamatan
Nguter, termasuk
dengan kelompok
masyarakat,
misalnya Tim
Penggerak PKK
Kecamatan dan desa,
organisasi
kemasyarakatan dan
tokoh masyarakat.
d. Adanya system
pelayanan kesehatan
jejaring di wilayah
kerja Puskesmas
Nguter.

1. Budaya
masyarakat yang
menyebabkan
sulitnya
masyarakat untuk
merubah perilaku
seperti
keyakinan-
keyakinan yang
dianut oleh
masyarakat pada
desa tersebut.
2. Gaya hidup
masyarakat
seperti merokok,
meludah
disembarang
tempat, pola
hidup yang tidak
sehat, membuang
sampah
sembarangan.
3. Serta kurang
minatnya
masyarakat untuk
mendapatkan
informasi
kesehatan dari
berbagai media
maupun petugas
kesehatan.


18 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

dokter dan petugas
kesehatan Puskesmas.


C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah diatas adalah :
1. Diadakannya pelatihan untuk kader posyandu (apabila sudah ada di
pertahankan dan lebih di tingkatkan dalam pelaksanaannya)
a. On the job training pengendalian TB paru.
b. Penguatan jejaring TB-HIV AIDS.
c. Refreshing jejaring TB dalam rangka pemeriksaan kontak TB.
2. Sosialisasi dan motivasi pada masyarakat untuk bersedia menjadi kader
posyandu serta meningkatan kesadaran masyarakat tentang bahayanya
penyakit TB
3. Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TB
4. Pemberian reward kepada kader posyandu terbaik pertahun
5. Kerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat setempat
6. Refreshing jejaring TB dengan pelayanan kesehatan swasta.
7. Diadakannya iuran sukarela/rutin untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan posyandu yang meliputi :
Memberi imbalan jasa pada kader
Memberi imbalan jasa pada rumah warga yang dijadiikan tempat
pelaksanaan posyandu





19 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari yang dilakukan di Puskesmas
Nguter khususnya dalam kinerja posyandu, kami menemukan masalah yang ada
dalam program P2ML khususnya masalah penyakit TBC yaitu masih tingginya
angka kejadian penyakit TBC di kecamatan Nguter yang kita lakukan dalam 6 kali
obeservasi.
Masalah yang kami temukan dalam 6 kali observasi dikarenakan
oleh, sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC.
2. Kurangnya alat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan
penuntasan masalah TBC.
3. Jumlah tenaga kader kesehatan yang terbatas.
4. Minimnya tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah TBC di
masyarakat.
Dari masalah yang kami temukan tersebut kami berinisiatif untuk
melakukan intervensi sebagai berikut :
1. Diadakannya pelatihan untuk kader posyandu (apabila sudah ada di
pertahankan dan lebih di tingkatkan dalam pelaksanaannya)
2. Sosialisasi dan motivasi pada ibu-ibu untuk bersedia menjadi kader
posyandu serta meningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
mengetahui penyakit TBC
3. Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TBC
4. Pemberian reward kepada kader posyandu terbaik pertahun
5. Kerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat setempat
6. Diadakannya iuran sukarela/rutin untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
posyandu yang meliputi :
20 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Memberi imbalan jasa pada kader
Memberi imbalan jasa pada rumah warga yang dijadiikan tempat
pelaksanaan posyandu.
Pada umumnya program kerja puskesmas Ngutr sudah cukup baik
dan terkoordinir dengan baik. Jadwal dan kegiatan selalu terprogram
dan terealisasi serta semoga lebih dapat ditingkatkan.

















21 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di
Indonesia 2010. Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasiona/BAPPENAS
Data Suvey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2008. Profil Indonesia
Sehat Dalam Millenium Development Goals. Jakarta : BPS
Puskesmas Nguter. 2012. Bimtek Nguter. Sukoharjo
Puskesmas Nguter. 2012. Profil Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo.
Sukoharjo
Sari, Afrina. 2010. Strategi Dan Inovasi Pencapaian MDGs 2015 Di Indonesia.
Jakarta : EGC
Dinkes Kota Sukoharjo. 2011. Profil Kabupaten Sukoharjo 2011. Sukoharjo
Dinkes Provinsi Jateng. 2010. Profil Provinsi Jawa Tengah Indonesia Sehat.
Jakarta : EGC

You might also like