dr. Siti Sundari SpM, MKes CORNEAL DISEASE CORNEAL INFECTION DISEASE ALERGIC DISEASE CONGENITAL DISEASE TUMOR OF THE CORNEA KONJUNGTIVA Mata Normal Anatomi dan fisiologi Membrana mukosa tipis, transparan: konjungtiva palpebra, konj. Bulbi dan fornix Konj. Palpebra: melekat erat pada tarsus, tidak dapat digerakkan. Konj. Bulbi: tipis, transparan, pembuluh darah tampak Fornix : Longgar Konjungtiva terdiri dari 2 lapisan: epitel dan stroma Epitel : 2 5 lapisan sel Basal sel Cuboidal Kepermukaan Pipih polihedral Eksposure khronis dan kering keratinisasi Stroma : Jaringan ikat yang kaya vaskularisasi Dipisahkan dari epitelium oleh basement membrane 3 bulan Jaringan Limpoid
Mengandung 2 kelenjar: - memproduksi musin: sel goblet ( pada lapisan epitel, terpadat di bagian infero -nasal), kripte Henle ( sepertiga atas konjungtiva palpebra superior dan sepertiga bawah konjungtiva palpebra inferior) , kel. Manz ( di sekeliling limbus) - Kelenjar lakrimal tambahan: kelenjar. Krause & Wolfring, terdapat di stroma
Menghalangi masuknya benda asing, mikroorganisme atau benda berbahaya ke dalam orbita Kelainan destruktif seperti cicatricial pemphigoid merusak pembentukan musin Inflamasi khronis peningkatan jumlah sel goblet Pemeriksaan konjungtiva Pemeriksaan konjungtiva palpebra: Normal: merah muda, tipis, halus, basah dan mengkilat Abnormal: lebih merah, pucat atau anemi Pemeriksaan konjungtiva fornik: Inferior lebih dangkal dr pd superior Fornik superior lebih merah karena pembuluh darah > Diperhatikan kasar halus, basah tidak, ukuran, eksudat, benda asing. Pemeriksaan konjungtiva bulbi: kemerahannya, mengkilatnya, kebasahannya dan pembengkakan Kemerahan: proses radang, iritasi, pembendungan, perdarahan, hemangioma Perubahan bentuk: flikten, penguikulum, pterigium, simblefaron, pseudopterigium, pterigium artefisialis (flap conjungtiva) Evaluasi klinis pada inflamasi konjungtiva : 1. Tipe sekret 2. Tipe reaksi konjungtiva 3. Adanya pseudomembran atau membran 4. Ada atau tidak adanya lymphadenopathy Sekret : 1. Watery : Serous exudate dan air mata Viral, toxic inflamation 2. Mucoid : Vernal konjungtivitis, keratoconjungtivitis sicca 3. Purulent : Infeksi bakteri akut yang berat 4. Mucopurulent : Infeksi bakteri ringan dan infeksi chlamydia
Reaksi konjungtiva : 1. Folikel : Hiperplasi jaringan limfoid. paling sering pada fornix konjungtiva. Ukuran 0,5 5 mm, tergantung pada berat dan lamanya inflamasi Penyebab utama : infeksi virus, infeksi chlamydia, parinouds, oculoglandular syndrome, hipersensitivitas obat topikal 2. Papil : Hiperplasi epitel konjungtiva. Pada konjungtiva palpebra dan limbus kornea. Paling sering pada konjungtiva palpebra superior. Penyebab utama : Blefaritis khronis, konjungtivitis vernalis, infeksi bakteri, lensa kontak, superior limbic keratokonjungtivitis 3. Pseudomembran : Eksudat yang mengental dan melekat pada epitel konjungtiva. Karakteristik : Dapat dikelupas dan meninggalkan epitel yang intak. Penyebab utama : Infeksi adenovirus yang berat, konjungtivitis ligneus, konjungtivitis GO, konjungtivitis autoimmune Membrane : Eksudat inflamasi yang meresap ke lapisan superfisial epitel konjungtiva. Bila dikelupas epitel robek dan berdarah. Penyebab utama : Infeksi streptococcus hemolitikus, diphteri
4. Limphadenopati : Pembesaran Lnn preauriculer dan submandibula Penyebab : Infeksi virus, infeksi chlamydia, konjungtivitis GO yang berat Radang di konjungtiva ( konjungtivitis) Gejala utama: rasa kemasukan benda asing, sakit sekitar mata, bengkak, gatal. Ciri khas: dilatasi pembuluh darah, infiltrasi seluler dan eksudasi. Macam-macam ( ditentukan 3 faktor ): a. Perjalanan: akut, subakut, subkronis, kronis b. Sifat eksudat: mukus,serous, purulen, hemorhagis. c. Kausanya: infeksi, alergi, perlukaan dll Penyebab konjungtivitis Bakteri Auto imun Klamidia Zat kimia Virus Tak diketahui Riketsia Disertai penyakit sistemik Jamur Parasit Imunologi
Gambaran klinis : Akut, hiperemi, sensasi benda asing, terbakar dan sekret mukopurulent. Photofobia bila kornea terkena infeksi Bangun tidur mata lengket Bilateral Visus normal Terapi = Antibiotik 2. Adult gonococcal keratoconjunctivitis Penyebab : Neiseria gonorrhoeae Gambaran klinis : Sekret purulent berlimpah, chemosis, bisa terdapat pseudomembran, lymphadenopathy preauriculer, keratitis, ulcus perforasi endoftalmitis Terapi : Mondok Kultur Irigasi Antibiotik II. KONJUNGTIVITIS VIRUS 1. Adenoviral keratoconjungtivitis Penyebab : Adenovirus tipe 3 dan 7 Pharyngoconjunctival fever 30 % kasus menjadi keratitis Adenovirus tipe 8 dan 19 Epidemic keratoconjungtivitis 80 % kasus menjadi keratitis
Gambaran klinis : Akut, Hiperemi, nrocos, tidak nyaman, fotofobia. 60 % bilateral, edema palpebra, reaksi folikel, lymphadenopathy preauriculer. Kasus berat : Hemorrhage subkonjungtiva, chemosis, pseudomembran Terapi : Tidak memuaskan Resolusi spontan dalam 2 minggu Steroid dihindarkan kecuali inflamasi sangat berat dan infeksi herpes simplex dapat disingkirkan 2. Acute haemorrhagic conjungtivitis Penyebab : Enterovirus 70 dari picornavirus group Sering mengenai individu dengan sosial ekonomi yang rendah, kumuh, tidak biasa cuci tangan
Gambaran Klinis : Bilateral, sangat nrocos, folikel pada palpebra, hemorrhage subkonjungtiva Terapi : Tidak ada yang efektif Dapat sembuh sendiri dalam 7 hari
3. Molluscum contagiosum conjunctivitis III. Chlamydial Conjungtivitis 1. Adult inclusion conjunctivitis Penyebab : Serotypes D K of Chlamydia trachomatis Gambaran klinis : Unilateral, khronis, sekret mukopurulent, folikel pada fornix, pada kasus yang berat folikel banyak pada palpebra superior, limbus dan konjungtiva palpebra Dapat terjadi chemosis Lymphadenopathy preauriculer Keratitis epitelial marginal Infiltrat, superior micropannus Terapi : Topikal : Tetracyclin 4 x / hari Sistemik : Doxycycline, tetracycline, Erythromycin 2. Trachoma Penyebab : Serotypes A, B, Ba, C of Chlamydia trachomatis Banyak terjadi pada daerah dengan hygiene dan sanitasi yang buruk Penyebab kebutaan di dunia Gambaran klinis : Folikel pada konjungtiva bulbi dan konjungtiva palpebra, infiltrasi papil yang difus, sikatriks konjungtiva, trichiasis, Herberts pits, pada kornea. Terapi : Sama dengan inclusion conjungtivitis IV. Neonatal conjunctivitis = Ophthalmia neonatorum 1. Chlamydial conjunctivitis 5 14 hari setelah dilahirkan Gambaran Klinis : Reaksi papil , akut, sekret mukopurulen Terapi : Tetracylin topikal, erythromycin secara oral Pengobatan kedua orang tua 2. Gonococcal conjunctivitis 1 3 hari setelah dilahirkan Gambaran Klinis : Hiperakut, sekret purulen chemosis, dapat terjadi membran atau pseudomembran Terapi : Penicillin topikal dan sistemik Pengobatan kedua orangtua V. ALLERGIC CONJUNCTIVITIS 1. Acute allergic conjungtivitis Gambaran Klinis : Akut, gatal, lakrimasi dan hiperemi, chemosis ringan, reaksi papiler yang difus
Pada kasus yang berat terjadi edema palpebra. Kornea tidak terkena Terapi : Topical mast cell Stabilizer : Sodium cromoglycate 2 %, 0,1 % Iodoxamine 2. Vernal keratoconjunctivitis Bersifat rekuren, bilateral, mengenai anak-anak dan dewasa muda.Lebih sering pada laki-laki, reaksi alergi, terdapat riwayat atopik Gambaran Klinis : Gatal, lakrimasi, fotofobia sensasi benda asing, terbakar Sekret mukus yang tebal, ptosis, Terdapat 3 bentuk : palpebral, limbal dan campuran Terapi : - Topikal steroid - Topical mast cell stabiliser VI. AUTOIMMUNE CONJUNCTIVITIS 1. Cicatricial pemphigoid 2. Steven Johson syndrome VII. CHEMICAL CONJUNCTIVITIS Degenerasi di konjungtiva Penguikulum: Lesi kuning keputihan pada konjungtiva bulbi pada nasal atau temporal limbus. Histologis: degenerasi serabut kolagen di stroma, penipisan epitel, kadang-kadang terjadi pengapuran dan dapat meluas secara lambat Eksisi jarang diperlukan Pterigium - Proses degenerasi dan hipertrofi - Berbentuk segitiga - Banyak pada iklim panas, respons terhadap kekeringan kronis, terpapar sinar matahari. - Histologis: neovaskularisasi dan terjadi penebalan epitel. Destruksi membr. Bowmans dan lamella kornea superfisial - Terapi : eksisi ( alasan kosmetik dan perluasan ke aksis visual) Concreation (lithiasis)
- Deposit kalsium pada konjungtiva palpebra orang tua - Asimptomatik, kadang-kadang mengerosi epitel sensasi benda asing - Dapat dihilangkan dengan jarum Kiste retensi - Asimptomatik - Benjolan dengan dinding tipis, berisi cairan jernih - Bila cukup besar iritasi atau mengganggu penggunaan kontak lensa : eksisi SISTEM LAKRIMAL Anatomi dan fisiologi Air mata membasahi kornea dan konjungtiva Air mata: cairan netral atau agak alkalis Refleks sekresi air mata >> sekresi dasar, stimulasi kornea dan konjungtiva ( tear break up dan dry spot), parasimpatis. Sistem lakrimal terdiri atas: 1 Sistem sekretorik: - kelenjar lakrimal utama: 95% - kelenjar lakrimal tambahan ( kelenjar Krause dan Wolfring) : 5% 2 Sistem ekskresi: Pungtum kanalikuli superior dan inferior sakus lakrimalis duktus nasolakrimalis rongga hidung 3. Lapisan air mata, terdiri 3 lapis: a Lapisan superfisial: lapisan lipid, dihasilkan kelenjar Meibom. Tiga fungsi: - menghambat penguapan lapisan air mata - meningkatkan tekanan permukaan - melubrikasi kelopak mata b Lapisan tengah: bersifat air, dihasilkan kelenjar lakrimal utama dan kelenjar lakrimal tambahan. Empat fungsi: - Memberi oksigen pada permukaan epitel kornea - Zat antibakteri: lactoferin dan lysozyme - Permukaan optis yang halus - Membersihkan debris c Lapisan dalam: lapisan musin dihasilkan sel goblet, kripte Henle dan kelenjar Manz. Mengubah permukaan kornea dari hydro - phobic menjadi hydrophilic.
Tiga faktor untuk pelapisan ulang air mata pada kornea: 1. Refleks mengejap 2. Harmonisasi permukaan mata luar dan kelopak mata 3. Epitel yang normal Pemeriksaan sistem lakrimal a. Pemeriksaan kelenjar air mata: - Diperhatikan perubahan warna, perubahan bentuk dan sifat perubahan tersebut. - Produksi air mata : uji Schirmer
b. Pemeriksaan sistem ekskresi airmata: - Kedudukan pungtum lakrimale - Sakus lakrimale: perubahan kulit, pembeng - kakan. - Regurgitasi, uji Schirmer, pompa anel, sondase dan foto Rontgen Penyebab defisiensi air mata: a Atrofi dan fibrosis jaringan lakrimal: infiltrasi sel mononuklear - Keratokonjungtivitis sicca - Sjogrens syndrome b Miselaneus: - Kerusakan atau destruksi jaringan lakrimal oleh inflamasi granulomatous, inflamasi kronis atau lesi neoplastik
- Kelenjar lakrimal tidak ada: kongenital atau akuisita - Duktus ekskretorius tersumbat - Lesi neurogenik - Disfungsi kelenjar Meibom Penyebab defisiensi musin: kerusakan sel goblet - Hipovitaminosis A - Sikatriks konjungtiva
Penyebab pengeluaran air mata berlebihan: - Lakrimasi: refleks hipersekresi - Epifora obstruktif Radang di sistem lakrimal 1. Dakrioadenitis: radang kelenjar lakrimal - Anak-anak: komplikasi penyakit sistemik - Dewasa: trauma - Akut: Pembengkakan kelenjar lakrimal di temporal atas dan rasa sakit - Kronis : bilateral 2 Dakriosistitis: radang sakus lakrimalis - Unilateral - Sumbatan duktus nasolakrimalis - Tanda : epifora, eksudat, regurgitasi (+) - Akut: rasa sakit, bengkak, merah, nyeri tekan. Causa: Streptokokus aureus - Kronis: kadang-kadang perforasi di kulit Causa: Streptokokus pneumoniae PALPEBRA Anatomi Kelopak Mata Kelopak mata merupakan lipatan jaringan yang dapat digerakkan, berguna untuk melindungi mata Kulit kelopak mata tipis, longgar dan elastis Bagian belakang kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva Septum orbitale, mrpk fasia di belakang bagian otot orbikularis sebagai pertahanan antara kelopak dan orbita Anatomi ... Otot orbikularis untuk menutup, inervasi saraf fasial dan parasimpatis Otot levator palpebra, untuk membuka, inervasi saraf okulomotor Otot tarsalis superior Mulleri mendapat inervasi saraf simpatis, untuk memperlebar celah mata Ada 4 kelenjar di kelopak mata ialah : Meibom, Moll, Zeis dan kelenjar tambahan Krauze dan Wolfring Tepi kelopak mata dibagi dua depan dan belakang oleh garis abu-abu Rambut mata di depan dan atas garis abu-abu Kelenjar Meibom di belakang garis abu-abu Kelenjar Zeis mrpk modifikasi kelenjar sebasea,berhubungan dengan folikel rambut Fungsi kel. Meibom untuk meminyaki tepi kelopak mata, mencegah melimpahnya air mata, membentuk lapisan luar dan mencegah penguapan air mata Pemeriksaan Obyektif Pemeriksaan sekitar mata : Inspeksi : perubahan warna, kemerahan, putih karena sikatrik, hitam, biru, kuning karena xantelasma, penyakit jamur. Perubahan bentuk : bengkak, retraksi oleh parut, paralise Palpasi : Nyeri tekan, panas , krepitasi Perkusi : Hampir tidak pernah dilakukan Auskultasi : Aneurisma arterio-venosa Pemeriksaan Alis Warna rambut bisa hitam atau putih tergantung usia atau adanya penyakit Sindrom Voght-Koyanagi : - poliosis - iridosiklitis - vitiligo - ketulian Blefaroptosis tampak alis tertarik keatas Blefarospasme tampak alis rendah posisinya
Pemeriksaan Kelopak mata - Bentuk kelopak mata - Pasangan kelopak mata - Pasangan tepi kelopak mata - Gerakan kelopak mata - Kelainan kulit kelopak mata - Bulu mata Kelainan Kongenital Contoh : 1 Ptosis 2. Blepharophimosis
3. Entropion Gangguan gerakan kelopak mata Tidak dapat membuka mata - Parese/paralise otot levator palpebra seperti pada Blefaroptosis - Celah mata sukar dibuka secara aktif misalnya pada Blefarospasme ( spasme otot orbikularis karena radang kornea, iris dan badan siliar) Tidak dapat menutup ( Lagoftalmus ) - Paralise otot orbikularis - Hipertoni M.Mulleri - Sikatrik kelopak mata - Bola mata yang menonjol
Gerakan kelopak yang abnormal - Paresis gerakan pembukaan dan penutupan - Symptom Stellwag pada Morbus Basedow - Niktitasio - Blepharospasme - Fasialis Tic RADANG KELOPAK MATA Blefaritis Hordeolum Chalazion Herpes Zoster Oftalmikus BLEFARITIS Peradanagan subakut atau menahun tepi kelopak mata Ada 2 bentuk : 1. Blefaritis seboroik (Blef. Skuamosa) 2. Blefaritis ulserativa (Blef. Stafilokok) (Blefaritis seboroik dapat merupakan bagian dermatitis seboroik)