You are on page 1of 5

ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau

EKEK

Pada ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK , lensa diangkat dengan
meninggalkan kapsulnya. Indikasi ECCE melalui ekspresi nukleus prosedur utama pada
operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat, kemampuan ahli
bedah dan densitas nukleus. ECCE yang melibatkan pengeluaran nukleus dan korteks lensa
melalui kapsula anterior, meninggalkan kapsula posterior. Prosedur ini memiliki beberapa
keuntungan dibanding ICCE karena dilakukan dengan insisi yang lebih kecil, maka trauma
endothelium kornea lebih sedikit, astigmatisma berkurang, jahitannya lebih stabil dan aman.
Kapsula posterior yang intak akan mengurangi resiko keluarnya vitreous intraoperatif, posisi
fiksasi IOL lebih baik secara anatomi, mengurangi angka kejadian edema makular, kerusakan
retina dan edema kornea, mengurangi mobilitas iris dan vitreous yang terjadi dengan
pergerakan saccus (endophtalmodenesis), adanya barrier restriksi perpindahan molekul
aquous dan vitreous, mengurangi akses bakteri terhadap cavitas vitreous untuk
endophtalmitis dan mengeleminasi komplikasi jangka panjang dan pendek yang berhubungan
dengan lengketnya vitreous dengan iris, kornea dan tempat insisi.
Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan
materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang
aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.



Teknik pelaksanaan :
1. Tetes pantocain 2%
2. Disinfeksi lapangan operasi
3. Irigasi forniks
4. Pasang duk steril
5. Pasang spreader
6. Inj. Lidokain subkonjungtiva 0.4%
7. Konjungtiva dipisahkan dr sklera
8. Corneal mesh ditembus
9. Capsulotesis
10. Irigasi methlyn blue
11. Capsulotesis
12. Corneal sclera groove ditembus pada arah jam 10-2
13. Nucleus diluksir
14. Buat 3 jahitan persiapan untuk membyat COA
15. Irigasi aspirasi sila korteks
16. Masukkan viscous elastis & IOL
17. Masukkan miostat &udara
18. Jahitan ditambah 2 lagi
19. Injeksi getamisin dan dexamethason subkonjungtiva
20. Tetes plexa
21. Operasi selesai


KOMPLIKASI EKEK

Katarak sekunder adalah katarak yang terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa
lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah dua hari operasi EKEK
(Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler), dan penanaman lensa di segmen posterior. Atau, katarak
yang terjadi sesudah suatu trauma yang memecah lensa.

PATOFISIOLOGI
Katarak sekunder biasanya disebut juga dengan Posterior Capsular Opacity (PCO), atau juga
katarak ikutan (membran sekunder), yang menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat
katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya EKEK.
Dokter mata biasanya pada saat operasi katarak lebih senang untuk meletakkan lensa tanam
intraokuler pada tempat anatomi yang sama dengan tempat lensa asli, yakni di kapsul
posterior lensa.
Bagian kapsul anterior dibuka untuk mengeluarkan katarak, dan kapsul posterior ditinggalkan
untuk menahan lensa yang akan ditanam, dan juga untuk mencegah vitreous humor masuk ke
segmen anterior mata.
Setelah operasi, 20% pasien akan timbul gambaran berkabut pada kapsul, yang dikenal
dengan Posterior Capsule Opacity (PCO), yang menimbulkan gejala penglihatan kabur.
Hal ini karena pertumbuhan epitelial sel dari kapsul. Bila proses ini berkembang secara
signifikan, penglihatan mungkin dapat menjadi lebih buruk daripada sebelum dilakukan
operasi katarak.

ETIOLOGI
Epitel lensa subkapsuler yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi serat-serat
lensa (epitel subkapsuler berproliferasi dan membesar), sehingga memberikan gambaran
Busa Sabun atau Telur Kodok pada kapsul posterior, disebut juga dengan Mutiara Elsching
atau Elsching Pearl. Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut, mungkin menghasilkan
banyak lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mungkin juga mengalami
diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat ini menimbulkan banyak kerutan-kerutan
kecil di kapsul posterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan.
Cincin Soemmering juga dapat timbul sebagai akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi
kearah pinggir-pinggir melekat pada kapsul posterior, meninggalkan daerah yang jernih
ditengah, dan membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel
yang berproliferasi. Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan
setelah EKEK.

GEJALA KLINIS
Katarak Sekunder
Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat lebih buruk
daripada
sebelum di operasi.
Fotofobia, yaitu rasa silau bila melihat cahaya.
Tajam penglihatan menurun

PEMERIKSAAN KLINIS
Pada awal gejala akan tampak gelembung-gelembung kecil dan debris pada kapsul
posterior.
Pada tahap selanjutnya akan ditemukan gambaran Mutiara Elsching pada kapsul
posterior lensa. Mutiara Elsching ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun
oleh
kerena dindingnya pecah
Dapat juga ditemukan cincin Soemmering pada daerah tepi kapsul posterior lensa.

DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi EKEK ataupun setelah
suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan penglihatan menjadi semakin kabur, juga rasa
silau bila melihat cahaya. Dan jika dilakukan pemeriksaan, melalui pupil yang didilatasikan
dengan menggunakan oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp, akan tampak
gelembung-gelembung kecil pada daerah belakang lensa, ataupun dapat ditemukan gambaran
mutiara Elsching maupun cincin Soemmering pada kapsul posterior lensa. Pada tes tajam
penglihatan didapatkan visus yang menurun.

TERAPI
Pengobatan katarak sekunder adalah dengan pembedahan seperti disisio katarak
sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.
Sebelum laser Neodymium yttrium (ndYAG) digunakan, katarak sekunder diobati dengan
melakukan kapsulotomi kecil dengan pisau jarum atau jarum nomor 27 gauge berkait, baik
pada saat operasi utamanya atau sebagai prosedur sekunder.
Namun pada tahun-tahun terakhir ini, laser Neodymium YAG telah populer sebagai
metoda non-invasif untuk melakukan disisi kapsul posterior. Denyut-denyut energi laser
menyebabkan ledakan-ledakan kecil di jaringan target, sehingga menimbulkan lubang kecil
di kapsul posterior di sumbu pupil sebagai prosedur klinis rawat jalan.
Komplikasi teknik ini antara lain adalah :
- Naiknya tekanan intraokuler sementara.
- Kerusakan lensa intraokuler.
- Ruptur muka hialoid anterior dengan penggeseran depan vitreous menuju kamera anterior.
Kenaikan tekanan intraokuler biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah terapi dan
menghilang dalam beberapa hari dengan terapi. Jarang, tekanan tidak turun ke normal selama
beberapa minggu, lubang atau retakan kecil dapat terjadipada lensa intraokuler, tetapi
biasanya tidak mengganggu tajam penglihatan.
- Pada mata afakia, ruptur muka vitreous dengan pergeseran vitreous ke anterior cenderung
menimbulkan abrasi retina regmatogen atau edema makula sistoid. Penelitian-penelitian baru
menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan yang nyata pada endotel kornea pada pemakaian
laser Neodymium yttrium (ndYAG). Penelitian yang ditujukan pada pengurangan komplikasi
ini, menunjukkan bahwa bahan yang digunakan untukmembuat lensa, bentuk tepi lensa, dan
tumpang tindih lensa intraokuler dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalam
mencegah opasifikasi kapsul posterior

KOMPLIKASI OPERASI KATARAK
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal,
postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular
lens, IOL).
A. Komplikasi preoperatif
1) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.
2) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi gejala.
3) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif,
ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
4) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik selama
satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperatif
1) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
2) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi
ke bilik mata depan.
3) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
4) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
5) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris, keratopati
striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.
D. Komplikasi postoperatif lanjut
Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,
Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder merupakan
komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.
E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL
Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema syndrome
(UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens syndrome).

You might also like