TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN HORTIKULTURA
DI DESA KONBAKI KECAMATAN POLEN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Daud W. R. Yiwa 1 , Kristoforus Laba 2 , Maria Klara Sali 3
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka secara otomatis kebutuhan akan panganpun meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka produksi pertanian harus tinggi. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian yaitu dengan meningkatkan kesuburan tanah dengan menggunakan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia memang dapat memberikan efek yang cepat terhadap kesuburan tanah dan tanaman. Namun, belakangan ini ditemukan bahwa penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat menyebabkan menurunya kualitas dan kuantitas hasil pertanian (Astiningrum, 2005 dalam Supartha et.al, 2012). Selain itu, dengan semakin meningkatnya perkembangan IPTEK, manusia (konsumen) semakin selektif dalam memilih produk pangan yang akan dikonsumsi. Hal ini menyebabkan produk pangan yang diproduksi menggunakan input bahan kimia menjadi kalah saing di pasaran. Di sisi lain, dengan semakin meningkatnya harga pupuk kimia akan menyulitkan petani untuk memperolehnya. Hal ini berdampak pada penurunan jumlah produksi yang dihasilkan petani. Mengatasi beberapa persoalan di atas maka salah satu solusi yang ditawarkan oleh agen pembaharu seperti LSM dan penyuluh yaitu dengan memperkenalkan teknologi yang ramah lingkungan dan ekonomis. Teknologi tersebut adalah teknologi pupuk organik. Teknologi pupuk organik diperkenalkan kepada petani di daerah pedesaan sebagai pusat kegiatan pertanian suatu daerah. Desa Konbaki merupakan salah satu desa dampingan LSM SDM Kupang dan HKI (Hellen Keller Internasional) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas yang banyak diusahakan yaitu tanaman pangan dan hortikutura (sayuran). Dalam pengembangan usaha taninya, petani di desa ini dihadapkan pada masalah rendahnya tingkat kesuburan lahan. Oleh karan itu, maka dalam praktik usaha taninya, petani di desa ini telah banyak diperkenalkan tentang teknologi pupuk organik. Suatu teknologi akan bermanfaat jika diadopsi oleh petani. Namun, keputusan untuk mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh petani itu sendiri. Dalam hal ini, karakteristik sosial ekonomi petani sasaran mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi suatu teknologi. Sutarto (2008) dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi teknologi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk mengkaji tentang seberapa besar tingkat adopsi petani terhadap teknologi pupuk organik dan apakah ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi teknologi pupuk organik oleh petani di Desa Konbaki, Kec. Polen, Kab. TTS. 1.2. Rumusan Masalah 1. Seberapa besar tingkat adopsi petani di Desa Konbaki terhadap teknologi pupuk organik? 2. Apakah ada hubungan antara tingkat adopsi teknologi pupuk organik dengan karakteristik sosial ekonomi petani di Desa Konbaki?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan teknologi pupuk organik pada tanaman hortikultura di Desa Konbaki;
2. Mendeskripsikan karakteristik sosial ekonomi petani di Desa Konbaki; 3. Menganalisis tingkat adopsi petani di Desa Konbaki terhadap teknologi pupuk organik; 4. Menganalisis hubungan antara tingkat adopsi teknologi pupuk organik dengan karakteristik sosial ekonomi petani di Desa Konbaki. 1.4. Manfaat Penelitian 1. dapat menambah wawasan penulis tentang pupuk organik dan karakteristik petani di Desa Konbaki; 2. sebagai bahan informasi bagi agen pembaharu (penyuluh/LSM dan lain sebagainya) dalam mengintroduksikan teknologi kepada petani; 3. memperkaya khasana IPTEK khususnya pada bidang penyuluhan pertanian. II KAJIAN PUSTAKA III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Berpikir Pupuk organik merupakan teknologi yang diperkenalkan kepada petani untuk mengatasi masalah degradasi lahan yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Teknologi ini banyak diperkenalkan kepada petani di daerah pedesaan dengan harapan teknologi tersebut diadopsi oleh petani. Mardikanto (1993), adopsi dalam proses penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitif), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun, pada kenyataannya, keputusan petani untuk mengadopsi suatu teknologi sangat bergantung pada diri petani itu sendiri. Dalam hal ini, karakteristik sosial ekonomi petani turut berpengaruh terhadap keputusan petani untuk mengadopsi suatu teknologi. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Sutarto (2008) dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi teknologi. Lebih lanjut mengenai hal tersebut, Hartanto (1984) dalam Sutarto (2008) mengemukakan karakteristik petani meliputi umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan petani dan pengalaman masa lalu. Hernanto (1984) mengemukakan karakteristik sosial ekonomi petani meliputi umur, tingkat pendidikan (formal dan non formal), tingkat pendapatan dan kekosmopolitan. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Setiabudi (2004) mengemukakan bahwa karakteristik soaial ekonomi petani mencakup umur, pendidikan, luas lahan garapan dan lamanya berusaha tani. Berdasarkan hal tersebut di atas maka secara skematis kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
3.2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini yaitu diduga ada hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi teknologi pupuk organik oleh petani di Desa Konbaki, Kecamatan Polen, Kabupaten TTS. IV METODE PENELITIAN Karakteristik sosial ekonomi petani 1. Umur 2. Pendidikan formal 3. Pendidikan non formal 4. Luas lahan 5. Tingkat pendapatan 6. Lama berusaha tani 7. kekosmopolitan
Tingkat adopsi teknologi pupuk organik
4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian survei, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai responden secara langsung maupun tak langsung dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (Malhotra, et al,1996 dan Singarimbun, 1982 dalam Levis , 2013. 4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada bulan Juli 2014 dan bertempat di Desa Konbaki, Kec.Polen, Kab. TTS. Penentuan lokasi ditentukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa desa ini merupakan desa yang petaninya banyak membudidayakan tanaman hortikultura (khususnya sayuran) dan desa yang paling banyak menda pat penyuluhan tentang pupuk organik. 4.3. Objek Penelitian Objek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu tingkat adopsi petani di Desa Konbaki terhadap teknologi pupuk organik pada tanaman hortikultura dan hubungan antara tingkat adopsi teknologi pupuk organik dengan karakteristik sosial ekonomi petani di Desa konbaki. Tingkat adopsi petni diukur berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani tentang pupuk organik. Sedangkan variabel karakteristik petani yang diukur meliputi umur, pendidikan formal dan non formal, luas lahan, tingkat pendapatan, lama berusaha tani dan kekosmopolitan. 4.4. Prosedur Penelitian 1. Survei; 2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner; a. Validasi Kuesioner Validasi kuesioner dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dengan skor total memakai rumus korelasi Product Moment menurut Sugiyono dalam Riduwan (2008) sebagai berikut:
Keterangan: r hitung = koofesien korelasi X = skor item n = jumlah responden X = jumlah skor item Y = skor total Y = jumlah skor total (seluruh item) Untuk mencari nilai t hitung digunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono dalam Riduwan, 2008):
Keterangan: t = nilai t hitung r = koofesien korelasi hasil r hitung
n = jumlah responden Distribusi (Tabel t) untuk () = 0,25 (dk)= n-2 (Sugiyono dalam Riduwan, 2008). Keputusan: jika t hitung > t tabel berarti valid Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid b. Reliabilitas Kuesioner Pengujian reliabilitas dapat dihitung melalui metode Alpha, dengan menghitung rata- rata interkoneksi diantara butir-butir kuesioner yaitu sebagai berikut: a) Menghitung varians skor tiap-tiap item
Keterangan:
Si = varians skor tiap-tiap item, N = jumlah responden, Xi 2 = jumlah kuadrat item Si, (Xi) 2 = jumlah item Xi dikuadratkan. b) Menghitung jumlah varians skor tiap-tiap item Si = S1+S2+S3Sn Keterangan : Si = Jumlah varians semua item S1,S2,S3Sn = varians item ke 1,2,3n c) Menghitung varians total
Keterangan: St = varians total (Xt) 2 = jumlah X total dikuadratan Xt 2 = jumlah kuadrat X total N = jumlah responden Uji Reliabilitas menggunakan pendekatan Alpha, dengan rumus: ) Keputusan : Jika r > r tabel Berarti Reliabel Jika r< r tabel Berarti Tidak Reliabel Distribusi (Tabel r) untuk () = 0,05 (dk) = N-1 (Sugiono dalam Riduwan, 2008). 3. Pengambilan data; 4. Tabulasi dan pengolahan data; 5. Analisis data; 6. Pelaporan. 4.5. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ditentukan secara sengaja, yaitu semua petani yang bergabung dalam kelompok tani/gapoktan dan membudidayakan tanaman hortikultura yang terdiri dari 7 kelompok tani dan 1 gapoktan dengan jumlah populasi sebanyak 137 orang. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu metode acak sederhana/simpel random sampling. Penentuan besarnya sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Levis, 2013):
Keterangan: n = besar sampel yang diinginkan N = besar populasi d = tingkat kepercayaan terhadap yang diinginkan. Dengan demikian maka besarnya sampel yang akan di ambil yaitu:
4.6. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer (data yang diperoleh secara langsung di lapangan) dan data sekunder (data yang diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan penelitian, penelusuran literatur, dll). 4.7. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi, angket/kuesioner, wawancara mendalam dan metode kepustakaan. 4.8. Metode Analisis Data 1. Metode analisis tingkat adopsi petani terhadap teknologi pupuk organik. Untuk mengetahui tingkat adopsi petani di Desa Konbaki terhadap teknologi pupuk organik dianalisis dengan menggunakan skoring dengan penjelasan sebagai berikut: a. perhitungan nilai skor total atas skor tiap komponen yang diteliti, yaitu dengan cara mengalikan frekuensi data dengan nilai bobotnya (Umar, 1999 dalam Gelu 2013); b. perhitungan skor tertinggi dan terendah dengan memperhatikan jumlah sampel, jumlah indikator atau jumlah pertanyaan, dan bobot nilai tertinggi dan terendah, sehingga dipergunakan rumus: a) Skor terendah = bobot terendah jumlah kriteria atau pertanyaan jumlah sample b) Skor tertingi = bobot tertinggi jumlah kriteria atau pertanyaan jumlah sampel c. perhitungan rentang skala untuk setiap kriteria dengan mengunakan rumus:
d. perhitungan total nilai setiap indikator, dengan mengunakan rumus:
e. perhitungan nilai rerata skor setiap indikator, dengan mengunakan rumus:
f. perhitungan nilai rerata skor, dengan mengunakan rumus :
2. Mengidentifikasi keterkaitan antara tingkat adopsi teknologi pupuk organik dengan karakteristik petani. Untuk menidentifikasi keterkaitan antara tingkat adopsi teknologi pupuk organik dengan karakteristik sosial ekonomi petani digunakan alat analisis Chi-Square dengan persamaan sebagai berikut (Sugiyono, 2013):
Keterangan: x 2 = Chi Kuadrat f o = Frekuensi yang diobservasi f h = Frekuensi yang diharapkan Dengan alat analisis frekuensi pada pull down menu SPSS yaitu analyze descriptive statistics-crosstabs. Setelah masing-masing kajian dianalisis selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan rekomendasi. Hipotesis: Ho = Tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara tingkat adopsi teknologi dengan karakteristik petani.
Ha = Terdapat keterkaitan yang signifikan antara tingkat adopsi teknologi dengan karakteristik petani. Kaidah Keputusan: Jika X> , Maka tolak Ha terima Ho (Tidak Signifikan) Jika X < , Maka tolak Ho terima Ha ( Signifikan) Dengan taraf signifikan () = 0,05 4.9. Definisi Operasional a) Karakteristik Sosial Ekonomi Petani 1. Umur, yaitu usia petani saat dilakukan penelitian. Diukur dalam satuan tahun. 2. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang diperoleh petani dibangku sekolah. Diukur dari jenjang pendidikan formal tertinggi. 3. Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang diperoleh petani dari luar sekolah. Diukur dari frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan dan kegiatan pelatihan. 4. Luas lahan, yaitu lahan yang dimiliki dan diusahakan untuk usahatani oleh petani. Diukur dalam satuan hektar. 5. Tingkat pendapatan, yaitu pendapatan petani yang diperoleh petani dari usaha tani yang dilakukan dalam waktu 1 tahun. Diukur dalam satuan rupiah. 6. Lama berusaha tani yang diukur dalam tahun. 7. Kosmopolitan, yaitu frekuensi responden pergi ke desa lain/ke ibu kota kecamatan dalam rangka mencari kebutuhan yang berhubungan dengan usaha taninya dalam satu bulan. b) Tingkat Adopsi 1. Pengetahuan, yaitu kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala materi yang dipelajari dan kemampuan untuk mengembangkan intelegensi dalam bertani dan diukur menggunakan skala ordinal. 2. Sikap, yaitu pandangan seseorang (petani) terhadap objek yang dihadapinya dan diukur menggunakan skala ordinal. 3. Keterampilan, yaitu manifestasi dari kemampuan petani yang terwujud dalam tindakan nyata dan diukur menggunakan skala ordinal. 4.10. Luaran Penelitian Luaran yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui model adopsi tekologi pupuk organik pada tanaman hortikultura oleh petani di Desa Konbaki, Kecamatan Polen, Kabupaten TTS.