You are on page 1of 17

1

LAPORAN KASUS PSIKIATRI



SKIZOFRENIA PARANOID











Oleh:
Mahyuni Suwika Sari
H1A008024


Pembimbing
dr. Hj. Elly Rosila W., SpKJ, MM




DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2014


2

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn I
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Saksari, Cakranegara.
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : SD
Pekerjaan : -
Status : Belum Menikah
MRS : 19 Juni 2014
Pemeriksaan : 22 Juni 2014
Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSJP NTB pada hari Kamis, 19 Juni 2014,
pukul 10.25 WITA. Ini adalah Kedua kali pasien dirawat inap di RSJP.

II. Identitas Keluarga Pasien
Nama Keluarga : Tn. IB
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan : Kakak kandung pasien
Alamat : Saksari, Cakranegara
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah

III. Riwayat Psikiatri
Data diperoleh dari:
Wawancara dengan pasien (Autoanamnesis)
Wawancara dengan kakak kandung pasien (Aloanamnesis)
3


1. Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan merusak barang

2. Riwayat Gangguan Sekarang
Aloanamnesis:
Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB karena mengamuk dan merusak
barang-barang. Keluhan dirasakan memberat dalam dua minggu terakhir sebelum
dibawa ke RSJ. Pasien juga memukuli orang-orang disekitarnya, dua hari sebelum
kejadian, pasien berusaha memukuli kakaknya.Tadi pagi sebelum dibawa ke RSJ
pasien sempat ingin melukai orang-orang disekitarnya dengan benda tajam,
melempar rumah tetangga dengan batu dan melempar orang-orang dijalan hal inilah
yang menyebabkan keluarga segera membawa pasien ke RSJ. Keluarga tidak
mengetahui pencetus dari kambuhnya pasien.
Pasien juga dikeluhkan sering keluyuran dan jarang berada dirumah. Pasien
hanya sesekali pulang kerumah untuk makan minum ataupun mandi. Pasien juga
jarang tidur pada malam hari dan biasanya pergi keluyuran.
Menurut keluarga, pasien sering berbicara sendiri atau tertawa sendiri tetapi
pasien masih bisa mengurus dirinya sendiri. Pasien bisa makan dan minum sendiri
dan untuk BAB dan BAK pasien melakukannya di kamar mandi.

Autoanamnesis
Pasien mengatakan dibawa ke RSJ karena ia suka pusing dan sakit kepala
sehingga keluarganya membawa dirinya ke RSJ. Pasien mengatakan dirinya tidak
pernah mengamuk dan merusak barang-barang, pasien mengatakan pasien memang
marah karena anak-anak kecil disekitar rumahnya menyuruhnya untuk menari dan
menganggap pasien gila.
Pasien mengatakan merasa senang dirumah sakit karena dirumah sakit
tempatnya bagus, tidak seperti dirumahnya sering terjadi gempa bumi yang
mengancurkan rumah pasien, pasien mengatakan rumahnya terkena gempa bumi
tetapi hanya rumah pasien yang terkena gempa sedangkan rumah tetangganya tidak
terkena gempa.Walapun terkena gempa, rumah pasien masih bisa ditinggali tetapi
kondisinya sangat jelek.
4

Pasien mengatakan bahwa ada orang yang iri dan ingin membunuh pasien.
Orang tersebut bernama Tangeq , orang tersebut iri kepada pasien dan tidak suka
kepada pasien dan ingin membunuh pasien. Pasien mengatakan pernah dibawakan
golok oleh orang tersebut. Pasien mengatakan tidak tau kenapa orang tersebut iri
kepada pasien.
Pasien juga mengatakan Dayu putri yang merupakak kakak ipar pasien juga
orang yang jahat dan gila karena orang tersebut ingin merusak rumah pasien. Tetapi
dayu putri tidak pernah berusaha ingin membunuh pasien.
Pasien juga mengatakan sering mendengar suara-suara dari alam yang
mengatakan ada orang yang ingin membunuh pasien, pasien sering mendengar
suara-suara tersebut terutama ketika gelap dan tidak ada lampu, menurut pasien
suara tersebut merupakan peringatan langsung dari tuhan. Tetapi pasien mengatakan
tidak pernah berbicara langsung dengan tuhan.
Pasien juga mengatakan bahwa pasien sering melihat bayangan putih terutama
ketika malam hari, menurut pasien bayangan itu cuma muncul tetapi tidak pernah
berbicara dengan pasien.
Pasien tidak pernah merasakan perasaan sedih yang berlebihan dan
berkepanjangan. Pasien juga tidak pernah merasakan gembira berlebihan.

3. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien mengalami keluhan pertama sekitar tiga puluh enam tahun yang
lalu. Saat itu pasien mengalami pencurian dirumahnya dimana semua barang
dan uang pasien dicuri oleh maling, sejak saat itu pasien terlihat sering melamun
dan suka berbicara sendiri. Pasien juga sering terlihat keluyuran dan cepat
marah jika keinginannya tidak diikuti, sejak saat itu pasien sering masuk
kerumah sakit jiwa, ini adalah keempat kalinya pasien masuk RSJ. Pasien MRS
tahun 1990, tahun 2001 dan tahun 2007
Keluarga pasien mengatakan pasien teratur minum obat dan kontrol ke
poli, tetapi sudah lima tahun terakhir pasien putus obat dan tidak pernah kontrol.
Karena menurut keluarga keadaan pasien sudah membaik.



5

b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang
mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis
berhubungan dengan keadaan pasien saat ini seperti kejang atau trauma kepala.
c. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain
Pasien merupakan perokok aktif. Merokok sekitar 4 batang dalam sehari
sejak masih muda. Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi minuman
beralkohol. Pasien menyangkal pernah menggunakan zat psikoaktif.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak ke-4 dari 6 bersaudara. Saat hamil ibu pasien tidak
pernah memeriksakan diri ke bidan. Pasien lahir di rumah dibantu dukun beranak.
Keterangan tentang riwayat kelahiran dan kehamilan yang lain tidak diketahui
oleh keluarga pasien.
b. Masa kanak-kanak awal (<3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya. Riwayat pemberian ASI eksklusif dan
makanan tambahan waktu kecil tidak diketahui oleh keluarga pasien. Sejak kecil
badan pasien selalu terlihat sama dan sehat dibandingkan teman sebayanya.
Pasien cukup aktif untuk bermain. Pasien tampak mulai merangkak, berjalan, dan
berbicara sama dibandingkan teman seusianya dan saudara-saudaranya, yaitu
sekitar usia 1 hingga 1,5 tahun. keluarga pasien mengatakan tidak tau apakah
pasien mendapat imunisasi lengkap atau tidak.
c. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tampak sebagai pribadi yang aktif dan mudah bergaul dengan teman
sebayanya. Pasien tidak pernah mencari masalah dengan siapapun, dengan
keluarga penurut dan sangat sopan, dan hubungannya baik dengan teman-teman
sebaya.
Pasien masuk SD pada usia 7 tahun. Pasien dapat mengikuti pelajaran di sekolah
dan bergaul dengan teman-teman sebayanya. Prestasi pasien tidak ada yang
menonjol, tetapi pasien bisa mengikuti pelajaran dengan baik di kelasnya.
d. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)
Pasien sekolah hanya sampai SD dan setelah itu pasien diam dirumah dan
membantu pekerjaan orang tua, pasien sejak remaja sudah mandiri dan sudah bisa
mencari uang sendiri dengan menari dan menjual berbagai kerajinan tangan.
6

e. Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien hanya bersekolah sampai SD dan setelah itu pasien berhenti sekolah
karena keterbatasan biaya pada saat itu.
Riwayat Pekerjaan.
Pasien sebelumnya bekerja sebagai penjahit, menurut keluarga sebagai seorang
penjahit pasien termasuk cukup sukses, pasien memiliki banyak pelanggan dan
penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
Riwayat Agama
Pasien beragama Hindu, pendidikan agama didapatkan dari orang tua, kakak-
kakak pasien dan guru selama disekolah. Selama ini pasien rajin beribadah dan
menjalankan kewajiban agamanya.
Riwayat Psikoseksual
Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan
tentang pendidikan seksual didapat dari teman-temannya. Menurut keluarga,
pasien tidak pernah berpacaran. Pasien pun mengatakan tidak pernah
berpacaran. Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual.
Aktivitas Sosial
Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya. Pasien adalah
orang yang sopan, mudah bergaul terkadang mempunyai sifat yang lucu
sehingga mempunyai cukup banyak teman.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.

5. Riwayat Keluarga
Dikeluarga inti ada yang menunjukan tanda-tanda masalah kejiwaan. Hubungan
pasien dengan keluarganya baik. Genogram keluarga pasien :





7
























6. Situasi Sosial-Ekonomi Sekarang
Pasien tinggal dengan dua orang saudara kandung dan anak serta istri
saudaranya. Orang tua pasien sudah meninggal dunia. Kebutuhan hidup keluarga
tersebut dipenuhi oleh saudara pasien. Penghasilan ini dirasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Keluarga pasien termasuk kelas ekonomi menengah kebawah.

7. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien tidak merasa dirinya memiliki gangguan jiwa. Menurut pasien, keadaan
masuk RSJ saat ini disebabkan oleh karena sakit kepala sehingga harus berobat
dirumah sakit.
+
A
+
+ +
Pasien, 58 tahun



















: Pria
: Wanita
: Pasien
: Tinggal
serumah
: Meninggal
: Keluarga dengan keluhan serupa
serupa
8

Awalnya pasien menolak dibawa ke RSJ karena merasa dirinya tidak sakit,
saat dibawa ke IGD RSJ pun pasien sempat marah dan mengancam akan merusak
RSJ jika ia tidak dibawa pulang.

IV. Status Mental
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 58 tahun, tampak sesuai usianya, penampilan
kurang rapi, kesan rawat diri kurang.
b. Kesadaran
Jernih.
c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien tampak tenang saat wawancara tetapi perhatian pasien sangat mudah
teralih jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya namun dapat mengikuti
wawancara sampai akhir.
d. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.
e. Pembicaraan
Spontan, lancar, banyak, volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi jelas,
menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan pemeriksa.
2. Alam Perasaan dan Hidup Emosi
a. Mood
Eutimia
b. Afek
Menyempit
c. Keserasian
Serasi
3. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai tingkat pendidikannya.
b. Daya Konsentrasi dan perhatian
Cukup, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik namun perhatiannya
mudah teralih jika ada sesuatu yg menarik perhatiannya.
c. Orientasi
9

Waktu: baik
Tempat: baik
Orang: baik
d. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : cukup
Daya ingat masa lalu belum lama : cukup
Daya ingat baru saja : cukup
Daya ingat segera : cukup
e. Pikiran Abstrak
Baik.
f. Kemampuan Membaca dan Menulis : kesan baik, pasien dapat membaca dengan
baik. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat menuliskan namanya dan
beberapa kalimat.
g. Kemampuan visuospasial : kesan baik, pasien dapat menggambar segitiga,
menggambar bujur sangkar dan menggambar segienam.
h. Kemampuan menolong diri sendiri
Cukup, pasien mampu mengurus dirinya sendiri.
4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+ ) : mendengar suara alam yang mengatakan ada
orang yang mau membunuh pasien.
Halusinasi visual (+) : sering melihat bayangan putih.
Halusinasi penghidu (-), halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-).
b. Ilusi: tidak ada.
c. Depersonalisasi: tidak ada.
d. Derealisasi : tidak ada.
5. Proses Pikir
a. Bentuk Pikir
Non-realistik.
b. Arus Pikir
Asosiasi longgar
c. Isi Pikiran
Preokupasi: (-)
10

Waham:
o Waham Bizar (+): pasien merasa rumahnya saja yang terkena gempa
bumi sedangkan rumah tetangganya tidak ada yang terkena gempa.
o Waham Kejar (+) : pasien merasa kakak iparnya orang jahat dan ingin
merusak rumah pasien. Pasien juga merasa tetangga pasien ingin
membunuh pasien.
6. Pengendalian Impuls
Cukup.
7. Daya Nilai
a. Daya nilai sosial : kurang.
b. Uji daya nilai : cukup.
8. Tilikan
Tilikan derajat 1.
9. Penilaian Daya Realita (Reality Test Ability-RTA)
Terganggu dengan adanya waham kejar, waham bizar.
10. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum pasien cukup dapat dipercaya.

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
1. Status Generalis
a. Tanda vital
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Nadi: 88 x/menit
Pernapasan: 20x/menit
Suhu: 36,0
0
C
b. Kepala-leher
Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.
THT: telinga dbn, hidung tampak jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-).
Leher: struma (-), pembesaran KGB (-).
c. Thoraks
Cor: S
1
S
2
tunggal, regular, murmur (-), gallop(-).
Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-).

11

d. Abdomen
Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R :tidak teraba.
e. Sistem urogenital: tidak dievaluasi.
f. Ekstremitas: akral hangat (+), oedem (-).
2. Status Neurologis
a. Pupil: bentuk bulat, isokor(+/+), refleks cahaya (+/+).
b. Gejala rangsangan selaput otak: tidak ditemukan.
c. Gejala peningkatan tekanan intrakranial: tidak didapatkan.
d. Motorik: Normal.
e. Tonus: Normal.
f. Koordinasi: Baik.
g. Turgor: Normal.
h. Refleks: Tidak dievaluasi.
i. Sensibilitas: Baik.
j. Susunan saraf vegetatif: Baik.
k. Fungsi-fungsi luhur: Baik.
l. Gangguan khusus: Tidak ada.
I. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 58 tahun, agama Hindu, suku Bali, saat
ini tidak bekerja, status belum menikah. Datang dengan keluhan mangamuk, merusak barang-
barang, banyak bicara dan emosi yang meningkat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit.
Pasien juga memukuli orang-orang disekitarnya, dua hari sebelum kejadian, pasien
berusaha memukuli kakaknya.Tadi pagi sebelum dibawa ke RSJ pasien sempat ingin melukai
orang-orang disekitarnya dengan benda tajam,melempar rumah tetangga dengan batu dan
melempar orang-orang dijalan hal inilah yang menyebabkan keluarga segera membawa
pasien ke RSJ. Keluarga tidak mengetahui pencetus dari kambuhnya pasien.
Pasien juga dikeluhkan sering keluyuran dan jarang berada dirumah. Pasien hanya
sesekali pulang kerumah untuk makan minum ataupun mandi. Pasien juga jarang tidur dan
pada malam hari lebih banyak berbicara dari biasanya dan pergi keluyuran.
Tidak didapatkan penyakit medis atau trauma kepala yang secara fisiologis
berhubungan dengan gangguan jiwa yang dialami pasien. Tidak juga didapatkan riwayat
penggunaan zat psikoaktif yang secara klinis bermakna. Sampai saat ini pasien belum pernah
12

merasakan perasaan sedih yang mendalam dan perkepanjangan. Didapatkan adanya riwayat
gangguan jiwa dalam keluarga yaitu keponakan pasien.
Pada status mental ditemukan seorang laki-laki, sesuai usia, perawatan diri kurang,
status gizi cukup. Bicara spontan, Psikomotor tenang tetapi perhatiannya mudah teralih bila
ada orang yang lewat ataupun terdapat hal yang menarik perhatiannya. Sikap kooperatif.
Mood eutimia, Afek menyempit, kesan serasi. Adanya gangguan persepsi yaitu terdapat
halusinasi auditorik dan visual. Proses pikir : asosiasi longgar, isi pikir terdapat waham bizar
dan waham kejar, kesadaran compos mentis. Orientasi terkesan baik. Daya ingat baik.
Konsentrasi/perhatian cukup dan kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan
membaca dan menulis terkesan baik. Daya nilai sosial dan uji daya nilai kurang. RTA
terganggu, tilikan derajat 1. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis dalam batas normal.
II. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah Keluarga, Ekonomi dan Lingkungan sosial
Aksis V : GAF 40 31 (current)
: GAF 70 61 (HLPY)
III. Daftar Permasalahan
Organobiologik: Ketidakseimbangan neurotransmitter.
Psikologis/Perilaku:keluyuran, mengamuk, sering marah-marah, banyak
bicara,merusak barang dan mengganggu orang lain, kurang tidur,waham kejar
(+), waham bizare (+), halusinasi visual (+), halusinasi auditorik (+)
Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya: Ekonomi keluarga yang termasuk
kelompok ekonomi menengah ke bawah.
IV. Rencana Terapi
1. Psikofarmasi
Halopreridol 2x5 mg
Trihexyphenidyl 2x2mg (jika ada sindrom ekstrapiramidal)
2. Psikoedukasi
Psikoedukasi pada pasien bertujuan untuk mendukung proses terapi, membantu pasien
dalam menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang
sama saat pasien mendapat stressor psikologis. Edukasi terhadap pasien, yaitu:
13

Secara bertahap sesuai dengan kembalinya kemampuan penilaian realitas pada
pasien, memberi informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang
dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan,
komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum
obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari.
Meyakinkan bahwa semua gejala yang muncul dapat dihilangkan dengan
minum obat secara teratur.
Memotivasi pasien untuk berobat teratur.
Edukasi terhadap keluarga :
Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor-
faktor pemicu, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan di
kemudian hari.
Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar
pasien dapat mengalami sembuh remisi.
3. Psikoterapi
Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu
yang bertujuan untuk memperkuat fungsi defensif pasien terhadap keyakinannya yang
non-realistik, memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru,
memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan pendekatan
bimbingan dan reassurance.
4. Sosioterapi
Mengembalikan fungsi sosial pasien melalui latihan kembali untuk
berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya selama perawatan, dan memberi pengertian
pada pasien bahwa tujuan perawatannya adalah untuk menghilangkan gejala
penyakitnya dan berlatih untuk bisa kembali bermasyarakat di lingkungannya setelah
keluar dari rumah sakit. Memberi penjelasan kepada keluargamengenai keadaan yang
dialami pasien sehingga keluarga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi
pemulihan pasien, menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi terutama pada keluarga
dan masyarakat sekitar. Keluarga perlu diberi edukasi dalam upaya mendukung
penyembuhan pasien berupa terapi pasien yang akan membutuhkan waktu lama
sehingga diharapkan dapat berperan sebagai PMO bagi pasien.
V. Prognosis
Faktor pendukung:
14

a. Keluarga mau membantu kesembuhan pasien
Faktor penghambat:
a. Faktor pencetus tidak jelas
b. kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa yang
dialami pasien
c. tilikan derajat satu
Berdasarkan faktor-faktor di atas, prognosis pasien ini adalah:
Ad Vitam :dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
VI. Diskusi dan Pembahasan
Pada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara
klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan
penderitaan dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala, kejang, hipertensi atau penyakit lainnya yang dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh
karena itu diagnosis gangguan mental organik (F00 F09) dapat disingkirkan. Tidak
didapatkan riwayat penggunaan alkohol dan penggunaan zat sehingga diagnosis
gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10 F19) dapat
disingkirkan.
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan mood berupa kesedihan
yang mendalam atau kegembiraaan yang berlebihan sehingga kemungkinan adanya
gangguan afektif juga dapat disingkirkan (F30-39).
Pada Aksis II tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi
mental. Pada Aksis III tidak ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada pasien
ini, untuk Aksis IV ditemukan adanya masalah Keluarga, Ekonomi dan Lingkungan
Sosial. Keluarga memiliki pengetahuan yang kurang terhadap gangguan jiwa yang
diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus diberikan, terutama dalam hal
pentingnya pasien minum obat dan kontrol secara teratur. Keadaan ekonomi keluarga
pasien yang pas-pasan juga menjadi masalah untuk pasien berobat kerumah sakit,
selain itu di lingkungan rumah pasien juga banyak anak-anak kecil yang mengganggu
15

pasien dan mengolok-ngolok pasien gila. Ketiga masalah ini dapat dijadikan sebagai
hal yang dapat meningkatkan risiko kekambuhan pada pasien.
Pada Aksis V berdasarkan Penilaian Fungsi Secara Global/GAF, saat ini
pasien berada pada nilai 40-31 (adanya disabilitas dalam hubungan dengan realitas
dan komunikasi) dan nilai tertinggi untuk sekurangnya satu bulan selama satu tahun
terakhir yaitu 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik).
Pilihan terapi farmakologis untuk pasien ini sesuai dengan tatalaksana fase
akut pada skizofrenia paranoid. Terapi medikamentosa yang diberikan di awal adalah
Haloperidol dengan dosis awal 1 x 5 mg, dinaikkan secara cepat setiap 2-3 hari dalam
1-3 minggu untuk mencapai dosis efektif dalam pengendalian gejala. Setelah tercapai
dosis efektif, terapi dievaluasi setelah 2 minggu, kemudian dinaikkan menjadi dosis
optimal pengendalian gejala yang dipertahankan selama 8 10 minggu dalam fase
stabilitasi, kemudian pada fase pemeliharaan dosis dapat diturunkan sampai dosis
minimal yang dapat mengendalikan gejala. Terapi dilakukan minimal selama dua
tahun.
Pada penggunaan Haloperidol atau antipsikosis tipikal lainnya dapat terjadi
efek samping berupa gejala ekstrapiramidal (akatisia, distonia akut, parkinsonisme),
yang sering terjadi. Namun efek samping ini timbul secara individual pada pasien,
artinya tidak setiap pasien akan mengalaminya. Pada pasien ini yang dominan
mendominasi adalah gejala halusinasi. Pasien berperilaku agresif namun tidak sampai
melukai diri sendiri atau orang lain, pasien mengamuk karena kesal dipaksa minum
obat. Untuk mengatasi gejala halusinasi yang dominan maka dipilihlah haloperidol
dibandingkan antipsikotik lainnya. Bila kemudian timbul gejala efek samping pada
pasien, ini dapat diatasi dengan pemberian Trihexifenidil dosis 3 x 2 mg.
Haloperidol adalah antipsikosis tipikal dari golongan nonfenotiazin dengan
potensi terapi tinggi, dengan sasaran kerja adalah reseptor dopamin D2 di sistem
nigrostriatal, mesolimbokortikal, dan tuberoinfundibuler pada otak. Obat yang bekerja
pada reseptor dopamin dipilih karena gejala positif pada pasien skizofrenia
diperkirakan terjadi akibat aktivitas dopamin berlebih. Pada terapi pertama pasien,
karena reaksi obat masih baik dan rentan terjadi efek samping, maka dosis awal
diberikan mulai dosis terkecil yaitu 1 x 5 mg.
Obat antipsikosis atipikal tidak dipilih walaupun dengan kemungkinan efek
samping ekstrapiramidal lebih kecil (efek terhadap reseptor adrenergik lebih kecil)
16

karena obat atipikal memiliki afinitas terhadap reseptor serotonin 10 kali lebih besar
dibandingkan pada reseptor dopamin sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi
untuk pasien ini. Disamping itu, peningkatan aktivitas serotonin akan menimbulkan
gejala negatif pada skizofrenia, yang tidak terjadi pada pasien ini. Dengan
pertimbangan ini, maka haloperidol dipilih sebagai terapi lini pertama pada pasien ini.
Bila kemudian terjadi efek samping pada pasien, alur pertama dalam
tatalaksana efek samping adalah penurunan dosis. Bila tetap terjadi, maka diberi obat
antikolinergik yaitu trihexifenidil dosis 3 x 2 mg di awal, dapat dinaikkan sampai 15
mg/hari untuk mengatasi gejala. Bila pasien kaku sampai tidak bisa menelan, dapat
diberi injeksi difenhidramin 25 50 mg/hari secara IM atau IV.
Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu mendapat
psikoterapi dan sosioterapi. Psikoterapi bertujuan membantu menguatkan pikiran
pasien mengenai mana realita mana bukan realita sehingga dapat melawan gejalanya
sendiri, menjelaskan mengenai penyakitnya secara perlahan, sehingga pasien mengerti
pentingnya minum obat secara teratur dan tidak putus. Psikoedukasi juga perlu
diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak terjadi stigmatisasi
terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang kuat untuk menunjang
perbaikkan pasien.
Sosioedukasi mengajarkan pada pasien bagaimana cara untuk kembali pada
masyarakat. Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk tidak malu dengan
penyakitnya, dan cara bermasyarakat yang benar sehingga dirinya dapat diterima.
Sosioedukasi juga seharusnya dilakukan pada keluarga untuk dapat menerima pasien
tanpa stigmatisasi, dan membantu meningkatkan rasa penghargaan dirinya.

17


VII. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien









Tabel 1. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Sejak + 1990 2001 2007 2 minggu SMRS
Pencetus: peristiwa
pencurian yang membuat
semua harta pasien habis
diambil oleh pencuri

Dirawat di RSJP karena
terlihat berbicara sendiri,
cepat marah dan
mengamuk
Mendengar suara-suara yang
ingin membunuh pasien
Dirawat karena
mengamuk dan
berusaha melukai orang
lain.
Dirawat selama 2 bulan
Pulang dalam keadaan
baik, kontrol diawal
pengobatan beberapa
kali lalu berhenti.
Pasien tidak mau
minum obat.
Tidak kontrol,
tidak minum
obat
Berbicara sendiri,
suka bengong,
terkadang marah-
marah sendiri
Mengamuk
namun tidak
pernah melukai
diri atau orang
lain
Melihat sosok
mahluk halus

Pencetus: tidak
diketahui
Keluyuran
Marah-marah,
berkata kasar,
sulit tidur
Merusak
barang,
memukuli
orang lain
Merusak rumah
tetangga dan
melempar orang
yang lewat di
jalan
Tidak pernah
kontrol dan
minum obat

+2001
2 minggu
SMRS
+1990 + 2007

You might also like