DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2014
2
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien Nama Pasien : Tn I Umur : 58 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Saksari, Cakranegara. Agama : Hindu Suku : Bali Pendidikan : SD Pekerjaan : - Status : Belum Menikah MRS : 19 Juni 2014 Pemeriksaan : 22 Juni 2014 Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSJP NTB pada hari Kamis, 19 Juni 2014, pukul 10.25 WITA. Ini adalah Kedua kali pasien dirawat inap di RSJP.
II. Identitas Keluarga Pasien Nama Keluarga : Tn. IB Umur : 63 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Hubungan : Kakak kandung pasien Alamat : Saksari, Cakranegara Agama : Hindu Suku : Bali Pendidikan : SMP Pekerjaan : Wiraswasta Status : Menikah
III. Riwayat Psikiatri Data diperoleh dari: Wawancara dengan pasien (Autoanamnesis) Wawancara dengan kakak kandung pasien (Aloanamnesis) 3
1. Keluhan Utama Pasien mengamuk dan merusak barang
2. Riwayat Gangguan Sekarang Aloanamnesis: Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB karena mengamuk dan merusak barang-barang. Keluhan dirasakan memberat dalam dua minggu terakhir sebelum dibawa ke RSJ. Pasien juga memukuli orang-orang disekitarnya, dua hari sebelum kejadian, pasien berusaha memukuli kakaknya.Tadi pagi sebelum dibawa ke RSJ pasien sempat ingin melukai orang-orang disekitarnya dengan benda tajam, melempar rumah tetangga dengan batu dan melempar orang-orang dijalan hal inilah yang menyebabkan keluarga segera membawa pasien ke RSJ. Keluarga tidak mengetahui pencetus dari kambuhnya pasien. Pasien juga dikeluhkan sering keluyuran dan jarang berada dirumah. Pasien hanya sesekali pulang kerumah untuk makan minum ataupun mandi. Pasien juga jarang tidur pada malam hari dan biasanya pergi keluyuran. Menurut keluarga, pasien sering berbicara sendiri atau tertawa sendiri tetapi pasien masih bisa mengurus dirinya sendiri. Pasien bisa makan dan minum sendiri dan untuk BAB dan BAK pasien melakukannya di kamar mandi.
Autoanamnesis Pasien mengatakan dibawa ke RSJ karena ia suka pusing dan sakit kepala sehingga keluarganya membawa dirinya ke RSJ. Pasien mengatakan dirinya tidak pernah mengamuk dan merusak barang-barang, pasien mengatakan pasien memang marah karena anak-anak kecil disekitar rumahnya menyuruhnya untuk menari dan menganggap pasien gila. Pasien mengatakan merasa senang dirumah sakit karena dirumah sakit tempatnya bagus, tidak seperti dirumahnya sering terjadi gempa bumi yang mengancurkan rumah pasien, pasien mengatakan rumahnya terkena gempa bumi tetapi hanya rumah pasien yang terkena gempa sedangkan rumah tetangganya tidak terkena gempa.Walapun terkena gempa, rumah pasien masih bisa ditinggali tetapi kondisinya sangat jelek. 4
Pasien mengatakan bahwa ada orang yang iri dan ingin membunuh pasien. Orang tersebut bernama Tangeq , orang tersebut iri kepada pasien dan tidak suka kepada pasien dan ingin membunuh pasien. Pasien mengatakan pernah dibawakan golok oleh orang tersebut. Pasien mengatakan tidak tau kenapa orang tersebut iri kepada pasien. Pasien juga mengatakan Dayu putri yang merupakak kakak ipar pasien juga orang yang jahat dan gila karena orang tersebut ingin merusak rumah pasien. Tetapi dayu putri tidak pernah berusaha ingin membunuh pasien. Pasien juga mengatakan sering mendengar suara-suara dari alam yang mengatakan ada orang yang ingin membunuh pasien, pasien sering mendengar suara-suara tersebut terutama ketika gelap dan tidak ada lampu, menurut pasien suara tersebut merupakan peringatan langsung dari tuhan. Tetapi pasien mengatakan tidak pernah berbicara langsung dengan tuhan. Pasien juga mengatakan bahwa pasien sering melihat bayangan putih terutama ketika malam hari, menurut pasien bayangan itu cuma muncul tetapi tidak pernah berbicara dengan pasien. Pasien tidak pernah merasakan perasaan sedih yang berlebihan dan berkepanjangan. Pasien juga tidak pernah merasakan gembira berlebihan.
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya a. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien mengalami keluhan pertama sekitar tiga puluh enam tahun yang lalu. Saat itu pasien mengalami pencurian dirumahnya dimana semua barang dan uang pasien dicuri oleh maling, sejak saat itu pasien terlihat sering melamun dan suka berbicara sendiri. Pasien juga sering terlihat keluyuran dan cepat marah jika keinginannya tidak diikuti, sejak saat itu pasien sering masuk kerumah sakit jiwa, ini adalah keempat kalinya pasien masuk RSJ. Pasien MRS tahun 1990, tahun 2001 dan tahun 2007 Keluarga pasien mengatakan pasien teratur minum obat dan kontrol ke poli, tetapi sudah lima tahun terakhir pasien putus obat dan tidak pernah kontrol. Karena menurut keluarga keadaan pasien sudah membaik.
5
b. Riwayat Gangguan Medis Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat ini seperti kejang atau trauma kepala. c. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain Pasien merupakan perokok aktif. Merokok sekitar 4 batang dalam sehari sejak masih muda. Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol. Pasien menyangkal pernah menggunakan zat psikoaktif. 4. Riwayat Kehidupan Pribadi a. Riwayat prenatal dan perinatal Pasien merupakan anak ke-4 dari 6 bersaudara. Saat hamil ibu pasien tidak pernah memeriksakan diri ke bidan. Pasien lahir di rumah dibantu dukun beranak. Keterangan tentang riwayat kelahiran dan kehamilan yang lain tidak diketahui oleh keluarga pasien. b. Masa kanak-kanak awal (<3 tahun) Pasien diasuh oleh ibu kandungnya. Riwayat pemberian ASI eksklusif dan makanan tambahan waktu kecil tidak diketahui oleh keluarga pasien. Sejak kecil badan pasien selalu terlihat sama dan sehat dibandingkan teman sebayanya. Pasien cukup aktif untuk bermain. Pasien tampak mulai merangkak, berjalan, dan berbicara sama dibandingkan teman seusianya dan saudara-saudaranya, yaitu sekitar usia 1 hingga 1,5 tahun. keluarga pasien mengatakan tidak tau apakah pasien mendapat imunisasi lengkap atau tidak. c. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun) Pasien tampak sebagai pribadi yang aktif dan mudah bergaul dengan teman sebayanya. Pasien tidak pernah mencari masalah dengan siapapun, dengan keluarga penurut dan sangat sopan, dan hubungannya baik dengan teman-teman sebaya. Pasien masuk SD pada usia 7 tahun. Pasien dapat mengikuti pelajaran di sekolah dan bergaul dengan teman-teman sebayanya. Prestasi pasien tidak ada yang menonjol, tetapi pasien bisa mengikuti pelajaran dengan baik di kelasnya. d. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun) Pasien sekolah hanya sampai SD dan setelah itu pasien diam dirumah dan membantu pekerjaan orang tua, pasien sejak remaja sudah mandiri dan sudah bisa mencari uang sendiri dengan menari dan menjual berbagai kerajinan tangan. 6
e. Masa Dewasa Riwayat Pendidikan Pasien hanya bersekolah sampai SD dan setelah itu pasien berhenti sekolah karena keterbatasan biaya pada saat itu. Riwayat Pekerjaan. Pasien sebelumnya bekerja sebagai penjahit, menurut keluarga sebagai seorang penjahit pasien termasuk cukup sukses, pasien memiliki banyak pelanggan dan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Riwayat Perkawinan Pasien belum pernah menikah. Riwayat Agama Pasien beragama Hindu, pendidikan agama didapatkan dari orang tua, kakak- kakak pasien dan guru selama disekolah. Selama ini pasien rajin beribadah dan menjalankan kewajiban agamanya. Riwayat Psikoseksual Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan tentang pendidikan seksual didapat dari teman-temannya. Menurut keluarga, pasien tidak pernah berpacaran. Pasien pun mengatakan tidak pernah berpacaran. Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual. Aktivitas Sosial Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya. Pasien adalah orang yang sopan, mudah bergaul terkadang mempunyai sifat yang lucu sehingga mempunyai cukup banyak teman. Riwayat Pelanggaran Hukum Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.
5. Riwayat Keluarga Dikeluarga inti ada yang menunjukan tanda-tanda masalah kejiwaan. Hubungan pasien dengan keluarganya baik. Genogram keluarga pasien :
7
6. Situasi Sosial-Ekonomi Sekarang Pasien tinggal dengan dua orang saudara kandung dan anak serta istri saudaranya. Orang tua pasien sudah meninggal dunia. Kebutuhan hidup keluarga tersebut dipenuhi oleh saudara pasien. Penghasilan ini dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga pasien termasuk kelas ekonomi menengah kebawah.
7. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya Pasien tidak merasa dirinya memiliki gangguan jiwa. Menurut pasien, keadaan masuk RSJ saat ini disebabkan oleh karena sakit kepala sehingga harus berobat dirumah sakit. + A + + + Pasien, 58 tahun
: Pria : Wanita : Pasien : Tinggal serumah : Meninggal : Keluarga dengan keluhan serupa serupa 8
Awalnya pasien menolak dibawa ke RSJ karena merasa dirinya tidak sakit, saat dibawa ke IGD RSJ pun pasien sempat marah dan mengancam akan merusak RSJ jika ia tidak dibawa pulang.
IV. Status Mental 1. Deskripsi Umum a. Penampilan Pasien seorang laki-laki berusia 58 tahun, tampak sesuai usianya, penampilan kurang rapi, kesan rawat diri kurang. b. Kesadaran Jernih. c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Pasien tampak tenang saat wawancara tetapi perhatian pasien sangat mudah teralih jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya namun dapat mengikuti wawancara sampai akhir. d. Sikap terhadap Pemeriksa Kooperatif. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik. e. Pembicaraan Spontan, lancar, banyak, volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi jelas, menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan pemeriksa. 2. Alam Perasaan dan Hidup Emosi a. Mood Eutimia b. Afek Menyempit c. Keserasian Serasi 3. Fungsi Intelektual a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan Pengetahuan dan kecerdasan sesuai tingkat pendidikannya. b. Daya Konsentrasi dan perhatian Cukup, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik namun perhatiannya mudah teralih jika ada sesuatu yg menarik perhatiannya. c. Orientasi 9
Waktu: baik Tempat: baik Orang: baik d. Daya ingat Daya ingat jangka panjang : cukup Daya ingat masa lalu belum lama : cukup Daya ingat baru saja : cukup Daya ingat segera : cukup e. Pikiran Abstrak Baik. f. Kemampuan Membaca dan Menulis : kesan baik, pasien dapat membaca dengan baik. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat menuliskan namanya dan beberapa kalimat. g. Kemampuan visuospasial : kesan baik, pasien dapat menggambar segitiga, menggambar bujur sangkar dan menggambar segienam. h. Kemampuan menolong diri sendiri Cukup, pasien mampu mengurus dirinya sendiri. 4. Gangguan Persepsi a. Halusinasi Halusinasi auditorik (+ ) : mendengar suara alam yang mengatakan ada orang yang mau membunuh pasien. Halusinasi visual (+) : sering melihat bayangan putih. Halusinasi penghidu (-), halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-). b. Ilusi: tidak ada. c. Depersonalisasi: tidak ada. d. Derealisasi : tidak ada. 5. Proses Pikir a. Bentuk Pikir Non-realistik. b. Arus Pikir Asosiasi longgar c. Isi Pikiran Preokupasi: (-) 10
Waham: o Waham Bizar (+): pasien merasa rumahnya saja yang terkena gempa bumi sedangkan rumah tetangganya tidak ada yang terkena gempa. o Waham Kejar (+) : pasien merasa kakak iparnya orang jahat dan ingin merusak rumah pasien. Pasien juga merasa tetangga pasien ingin membunuh pasien. 6. Pengendalian Impuls Cukup. 7. Daya Nilai a. Daya nilai sosial : kurang. b. Uji daya nilai : cukup. 8. Tilikan Tilikan derajat 1. 9. Penilaian Daya Realita (Reality Test Ability-RTA) Terganggu dengan adanya waham kejar, waham bizar. 10. Taraf Dapat Dipercaya Secara umum pasien cukup dapat dipercaya.
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut 1. Status Generalis a. Tanda vital Tekanan darah: 120/70 mmHg Nadi: 88 x/menit Pernapasan: 20x/menit Suhu: 36,0 0 C b. Kepala-leher Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor. THT: telinga dbn, hidung tampak jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-). Leher: struma (-), pembesaran KGB (-). c. Thoraks Cor: S 1 S 2 tunggal, regular, murmur (-), gallop(-). Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-).
11
d. Abdomen Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R :tidak teraba. e. Sistem urogenital: tidak dievaluasi. f. Ekstremitas: akral hangat (+), oedem (-). 2. Status Neurologis a. Pupil: bentuk bulat, isokor(+/+), refleks cahaya (+/+). b. Gejala rangsangan selaput otak: tidak ditemukan. c. Gejala peningkatan tekanan intrakranial: tidak didapatkan. d. Motorik: Normal. e. Tonus: Normal. f. Koordinasi: Baik. g. Turgor: Normal. h. Refleks: Tidak dievaluasi. i. Sensibilitas: Baik. j. Susunan saraf vegetatif: Baik. k. Fungsi-fungsi luhur: Baik. l. Gangguan khusus: Tidak ada. I. Ikhtisar Penemuan Bermakna Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 58 tahun, agama Hindu, suku Bali, saat ini tidak bekerja, status belum menikah. Datang dengan keluhan mangamuk, merusak barang- barang, banyak bicara dan emosi yang meningkat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga memukuli orang-orang disekitarnya, dua hari sebelum kejadian, pasien berusaha memukuli kakaknya.Tadi pagi sebelum dibawa ke RSJ pasien sempat ingin melukai orang-orang disekitarnya dengan benda tajam,melempar rumah tetangga dengan batu dan melempar orang-orang dijalan hal inilah yang menyebabkan keluarga segera membawa pasien ke RSJ. Keluarga tidak mengetahui pencetus dari kambuhnya pasien. Pasien juga dikeluhkan sering keluyuran dan jarang berada dirumah. Pasien hanya sesekali pulang kerumah untuk makan minum ataupun mandi. Pasien juga jarang tidur dan pada malam hari lebih banyak berbicara dari biasanya dan pergi keluyuran. Tidak didapatkan penyakit medis atau trauma kepala yang secara fisiologis berhubungan dengan gangguan jiwa yang dialami pasien. Tidak juga didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif yang secara klinis bermakna. Sampai saat ini pasien belum pernah 12
merasakan perasaan sedih yang mendalam dan perkepanjangan. Didapatkan adanya riwayat gangguan jiwa dalam keluarga yaitu keponakan pasien. Pada status mental ditemukan seorang laki-laki, sesuai usia, perawatan diri kurang, status gizi cukup. Bicara spontan, Psikomotor tenang tetapi perhatiannya mudah teralih bila ada orang yang lewat ataupun terdapat hal yang menarik perhatiannya. Sikap kooperatif. Mood eutimia, Afek menyempit, kesan serasi. Adanya gangguan persepsi yaitu terdapat halusinasi auditorik dan visual. Proses pikir : asosiasi longgar, isi pikir terdapat waham bizar dan waham kejar, kesadaran compos mentis. Orientasi terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian cukup dan kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan baik. Daya nilai sosial dan uji daya nilai kurang. RTA terganggu, tilikan derajat 1. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis dalam batas normal. II. Diagnosis Multiaksial Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0) Aksis II : Tidak ada diagnosis Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Masalah Keluarga, Ekonomi dan Lingkungan sosial Aksis V : GAF 40 31 (current) : GAF 70 61 (HLPY) III. Daftar Permasalahan Organobiologik: Ketidakseimbangan neurotransmitter. Psikologis/Perilaku:keluyuran, mengamuk, sering marah-marah, banyak bicara,merusak barang dan mengganggu orang lain, kurang tidur,waham kejar (+), waham bizare (+), halusinasi visual (+), halusinasi auditorik (+) Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya: Ekonomi keluarga yang termasuk kelompok ekonomi menengah ke bawah. IV. Rencana Terapi 1. Psikofarmasi Halopreridol 2x5 mg Trihexyphenidyl 2x2mg (jika ada sindrom ekstrapiramidal) 2. Psikoedukasi Psikoedukasi pada pasien bertujuan untuk mendukung proses terapi, membantu pasien dalam menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang sama saat pasien mendapat stressor psikologis. Edukasi terhadap pasien, yaitu: 13
Secara bertahap sesuai dengan kembalinya kemampuan penilaian realitas pada pasien, memberi informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari. Meyakinkan bahwa semua gejala yang muncul dapat dihilangkan dengan minum obat secara teratur. Memotivasi pasien untuk berobat teratur. Edukasi terhadap keluarga : Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor- faktor pemicu, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan di kemudian hari. Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar pasien dapat mengalami sembuh remisi. 3. Psikoterapi Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu yang bertujuan untuk memperkuat fungsi defensif pasien terhadap keyakinannya yang non-realistik, memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru, memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan pendekatan bimbingan dan reassurance. 4. Sosioterapi Mengembalikan fungsi sosial pasien melalui latihan kembali untuk berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya selama perawatan, dan memberi pengertian pada pasien bahwa tujuan perawatannya adalah untuk menghilangkan gejala penyakitnya dan berlatih untuk bisa kembali bermasyarakat di lingkungannya setelah keluar dari rumah sakit. Memberi penjelasan kepada keluargamengenai keadaan yang dialami pasien sehingga keluarga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi pemulihan pasien, menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi terutama pada keluarga dan masyarakat sekitar. Keluarga perlu diberi edukasi dalam upaya mendukung penyembuhan pasien berupa terapi pasien yang akan membutuhkan waktu lama sehingga diharapkan dapat berperan sebagai PMO bagi pasien. V. Prognosis Faktor pendukung: 14
a. Keluarga mau membantu kesembuhan pasien Faktor penghambat: a. Faktor pencetus tidak jelas b. kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa yang dialami pasien c. tilikan derajat satu Berdasarkan faktor-faktor di atas, prognosis pasien ini adalah: Ad Vitam :dubia ad bonam Ad Functionam : dubia ad bonam Ad Sanationam : dubia ad malam VI. Diskusi dan Pembahasan Pada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala, kejang, hipertensi atau penyakit lainnya yang dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karena itu diagnosis gangguan mental organik (F00 F09) dapat disingkirkan. Tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol dan penggunaan zat sehingga diagnosis gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10 F19) dapat disingkirkan. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan mood berupa kesedihan yang mendalam atau kegembiraaan yang berlebihan sehingga kemungkinan adanya gangguan afektif juga dapat disingkirkan (F30-39). Pada Aksis II tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi mental. Pada Aksis III tidak ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada pasien ini, untuk Aksis IV ditemukan adanya masalah Keluarga, Ekonomi dan Lingkungan Sosial. Keluarga memiliki pengetahuan yang kurang terhadap gangguan jiwa yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus diberikan, terutama dalam hal pentingnya pasien minum obat dan kontrol secara teratur. Keadaan ekonomi keluarga pasien yang pas-pasan juga menjadi masalah untuk pasien berobat kerumah sakit, selain itu di lingkungan rumah pasien juga banyak anak-anak kecil yang mengganggu 15
pasien dan mengolok-ngolok pasien gila. Ketiga masalah ini dapat dijadikan sebagai hal yang dapat meningkatkan risiko kekambuhan pada pasien. Pada Aksis V berdasarkan Penilaian Fungsi Secara Global/GAF, saat ini pasien berada pada nilai 40-31 (adanya disabilitas dalam hubungan dengan realitas dan komunikasi) dan nilai tertinggi untuk sekurangnya satu bulan selama satu tahun terakhir yaitu 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik). Pilihan terapi farmakologis untuk pasien ini sesuai dengan tatalaksana fase akut pada skizofrenia paranoid. Terapi medikamentosa yang diberikan di awal adalah Haloperidol dengan dosis awal 1 x 5 mg, dinaikkan secara cepat setiap 2-3 hari dalam 1-3 minggu untuk mencapai dosis efektif dalam pengendalian gejala. Setelah tercapai dosis efektif, terapi dievaluasi setelah 2 minggu, kemudian dinaikkan menjadi dosis optimal pengendalian gejala yang dipertahankan selama 8 10 minggu dalam fase stabilitasi, kemudian pada fase pemeliharaan dosis dapat diturunkan sampai dosis minimal yang dapat mengendalikan gejala. Terapi dilakukan minimal selama dua tahun. Pada penggunaan Haloperidol atau antipsikosis tipikal lainnya dapat terjadi efek samping berupa gejala ekstrapiramidal (akatisia, distonia akut, parkinsonisme), yang sering terjadi. Namun efek samping ini timbul secara individual pada pasien, artinya tidak setiap pasien akan mengalaminya. Pada pasien ini yang dominan mendominasi adalah gejala halusinasi. Pasien berperilaku agresif namun tidak sampai melukai diri sendiri atau orang lain, pasien mengamuk karena kesal dipaksa minum obat. Untuk mengatasi gejala halusinasi yang dominan maka dipilihlah haloperidol dibandingkan antipsikotik lainnya. Bila kemudian timbul gejala efek samping pada pasien, ini dapat diatasi dengan pemberian Trihexifenidil dosis 3 x 2 mg. Haloperidol adalah antipsikosis tipikal dari golongan nonfenotiazin dengan potensi terapi tinggi, dengan sasaran kerja adalah reseptor dopamin D2 di sistem nigrostriatal, mesolimbokortikal, dan tuberoinfundibuler pada otak. Obat yang bekerja pada reseptor dopamin dipilih karena gejala positif pada pasien skizofrenia diperkirakan terjadi akibat aktivitas dopamin berlebih. Pada terapi pertama pasien, karena reaksi obat masih baik dan rentan terjadi efek samping, maka dosis awal diberikan mulai dosis terkecil yaitu 1 x 5 mg. Obat antipsikosis atipikal tidak dipilih walaupun dengan kemungkinan efek samping ekstrapiramidal lebih kecil (efek terhadap reseptor adrenergik lebih kecil) 16
karena obat atipikal memiliki afinitas terhadap reseptor serotonin 10 kali lebih besar dibandingkan pada reseptor dopamin sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk pasien ini. Disamping itu, peningkatan aktivitas serotonin akan menimbulkan gejala negatif pada skizofrenia, yang tidak terjadi pada pasien ini. Dengan pertimbangan ini, maka haloperidol dipilih sebagai terapi lini pertama pada pasien ini. Bila kemudian terjadi efek samping pada pasien, alur pertama dalam tatalaksana efek samping adalah penurunan dosis. Bila tetap terjadi, maka diberi obat antikolinergik yaitu trihexifenidil dosis 3 x 2 mg di awal, dapat dinaikkan sampai 15 mg/hari untuk mengatasi gejala. Bila pasien kaku sampai tidak bisa menelan, dapat diberi injeksi difenhidramin 25 50 mg/hari secara IM atau IV. Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu mendapat psikoterapi dan sosioterapi. Psikoterapi bertujuan membantu menguatkan pikiran pasien mengenai mana realita mana bukan realita sehingga dapat melawan gejalanya sendiri, menjelaskan mengenai penyakitnya secara perlahan, sehingga pasien mengerti pentingnya minum obat secara teratur dan tidak putus. Psikoedukasi juga perlu diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak terjadi stigmatisasi terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang kuat untuk menunjang perbaikkan pasien. Sosioedukasi mengajarkan pada pasien bagaimana cara untuk kembali pada masyarakat. Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk tidak malu dengan penyakitnya, dan cara bermasyarakat yang benar sehingga dirinya dapat diterima. Sosioedukasi juga seharusnya dilakukan pada keluarga untuk dapat menerima pasien tanpa stigmatisasi, dan membantu meningkatkan rasa penghargaan dirinya.
17
VII. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien
Tabel 1. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien
Sejak + 1990 2001 2007 2 minggu SMRS Pencetus: peristiwa pencurian yang membuat semua harta pasien habis diambil oleh pencuri
Dirawat di RSJP karena terlihat berbicara sendiri, cepat marah dan mengamuk Mendengar suara-suara yang ingin membunuh pasien Dirawat karena mengamuk dan berusaha melukai orang lain. Dirawat selama 2 bulan Pulang dalam keadaan baik, kontrol diawal pengobatan beberapa kali lalu berhenti. Pasien tidak mau minum obat. Tidak kontrol, tidak minum obat Berbicara sendiri, suka bengong, terkadang marah- marah sendiri Mengamuk namun tidak pernah melukai diri atau orang lain Melihat sosok mahluk halus
Pencetus: tidak diketahui Keluyuran Marah-marah, berkata kasar, sulit tidur Merusak barang, memukuli orang lain Merusak rumah tetangga dan melempar orang yang lewat di jalan Tidak pernah kontrol dan minum obat