Perubahan spesifikasi umum bina marga 2010 revisi 2 mencakup perubahan istilah, penambahan jenis pekerjaan, dan penjelasan lebih lanjut mengenai lingkup pekerjaan penyedia jasa. Perubahan mencakup pengaturan lalu lintas sementara, kajian teknis lapangan, serta ketentuan pembayaran untuk berbagai pekerjaan seperti manajemen lalu lintas, jembatan sementara, dan investigasi tanah.
Perubahan spesifikasi umum bina marga 2010 revisi 2 mencakup perubahan istilah, penambahan jenis pekerjaan, dan penjelasan lebih lanjut mengenai lingkup pekerjaan penyedia jasa. Perubahan mencakup pengaturan lalu lintas sementara, kajian teknis lapangan, serta ketentuan pembayaran untuk berbagai pekerjaan seperti manajemen lalu lintas, jembatan sementara, dan investigasi tanah.
Perubahan spesifikasi umum bina marga 2010 revisi 2 mencakup perubahan istilah, penambahan jenis pekerjaan, dan penjelasan lebih lanjut mengenai lingkup pekerjaan penyedia jasa. Perubahan mencakup pengaturan lalu lintas sementara, kajian teknis lapangan, serta ketentuan pembayaran untuk berbagai pekerjaan seperti manajemen lalu lintas, jembatan sementara, dan investigasi tanah.
PERUBAHAN SPESIFIKASI UMUM BINA MARGA 2010 REVISI 2
(kecuali Seksi 1.17 dan Divisi 7)
PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN 1.1.1.6) Menghapus istilah pekerjaan utama, dan pekerjaan minor. Menegaskan bahwa pekerjaan konsultan selama periode pelaksanaan termasuk pemeliharaan rutin, dan hanya pekerjaan perbaikan cacat mutu setelahnya sampai kontrak berakhir Penyedia Jasa harus melaksanakan semua pekerjaan yang diperlukan untuk dan memperbaiki cacat mutu untuk Lingkup kelompok Pekerjaan Utama dan Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Minor yang terkait dan merupakan bagian tak terpisahkan dalam pekerjaan utama dalam selama Periode Pemeliharaan Kontrak dan yang harus dapat diselesaikan sebelum tanggal berakhirnya Periode Pemeliharaan waktu yang diberikan untuk memperbaiki cacat mutu dalam Periode Pemeliharaan, termasuk pekerjaan Pemeliharaan Rutin yang dilaksanakan selama Periode Pelaksanaan sebagaimana ditentukan dari Syarat-Syarat Kontrak. 1.1.1.7) Penegasan kembali lingkup pekerjaan Kontraktor termasuk K3, pengamanan lingkungan, dan manajemen mutu. Lingkup pekerjaan termasuk, tetapi tidak terbatas, seluruh pekerjaan yang terkait dengan : (a) Penanganan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Konstruksi (termasuk penyuluhan HIV/AIDs, jika disebutkan dalam Kontrak) yang dituangkan dalam RK3K (Rencana Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja), serta (b) Pengamanan Lingkungan Hidup, dan (c) Manajemen Mutu 1.1.2.3)d)vi) Istilah pengatur lalu lintas diganti menjadi APILL. Penyediaan dan pemasangan Lampu Pengatur Lalu Lintas APILL (Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas) dan Lampu Penerangan Jalan. 1.1.2.4) Penambahan jenis pekerjaan pemeliharaan rutin pada bahu jalan lama, yakni pemotongan rumput 4) Pekerjaan Pemeliharaan Rutin b) Bahu Jalan Lama dan Pemotongan Rumput iii) Pemotongan rumput pada Ruang Milik Jalan 1.1.3 Penggantian istilah : Rekayasa = Kajian Teknis KETENTUAN REKAYASA KAJIAN TEKNIS (ENGINEERING)
1.3.2.1) Penegasan bahwa fasilitas kantor harus memperhatikan aspek gender. Penyedia Jasa harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok dan meme-nuhi kebutuhan kegiatan sesuai Seksi dari Spesifikasi ini serta mempertimbangkan aspek gender. 1.4.2.1) Penghapusan ketentuan K3 untuk pengujian, karena K3 bersifat wajib untuk semua jenis pekerjaan termasuk pengujian. Penyedia Jasa harus menyediakan pelayanan pengujian dan/atau fasilitas laboratorium sebagaimana disyaratkan untuk memenuhi seluruh ketentuan pengendalian mutu dari Spesifikasi ini. Ketentuan K3 (Pedoman 004/BM/2006) merupakan hal yang wajib dipenuhi dalam penyediaan pelayanan pengujian dan/atau fasilitas laboratorium sesuai dengan ketentuan pada Seksi 1.19. 1.6.1.3)c) Penghapusan detail dokumen pendukung yang dibutuhkan untuk MC agar tidak bersifat mengikat. Usulan Sertifikat Bulanan yang sudah dilengkapi dengan dokumen pendukung, termasuk laporan pelaksanaan kegiatan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan, harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan sesuai dengan waktu yang disyaratkan di bawah ini. PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN 1.8.1.1) Perlengkapan jalan sementara yangharus disediakan mengacu pada Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Perbaikan bahasa dan istilah Pemindahan ketentuan pre marking ke pasal 1.8.2.2) a) Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan dan pelayanan lalu lintas perlengkapan jalan sementara untuk mengendalikan dan melindungi karyawan Penyedia Jasa,Direksi Pekerjaan para pekerja, dan pengguna jalan yang melalui daerah konstruksi, termasuk lokasi sumber bahan dan rute pengangkutan, sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam seksi ini dan sesuai dengan rencana detail manajemen dan keselamatan lalu lintas memenuhi detil dan lokasi yang ditunjukkan dalam Denah atau yang diterbitkan oleh yang telah disusun atau atas perintah Direksi Pekerjaan.
b) Penyedia Jasa harus menyediakan, memasang dan memelihara rambu lalu lintas yang diperlukan, barikade, rel pengaman lentur atau kaku, lampu, sinyal, marka jalan sementara dan perlengkapan lalu lintas lainnya perlengkapan jalan sementara dan harus menyediakan petugas bendera (flagmen) dan/atau petunjuk lalu lintas dengan cara lain alat pemberi isyarat lalu lintas lainnya sepanjang ZONA kerja pada setiap saat diperlukan selama Periode Pelaksanaan Kontrak. Manajemen lalu lintas harus dilakukan sesuai dengan perundangan dan peraturan yang berlaku.
c) Sebelum Jalan dibuka untuk lalu lintas umum, Penyedia Jasa harus membuat marka sementara atau pre marking setelah pekerjaan penghamparan perkerasan aspal selesai.
d) Pengaturan lalu litas selama masa konstruksi harus dituangkan dalam Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL) yang disusun oleh Penyedia Jasa berdasarkan tahapan dan metoda pelaksanaan pekerjaan. RMKL harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan panduan dari Direktorat Jenderal Bina Marga dan peraturan terkait lainnya yang berlaku. Jumlah dan jenis rambu lalu lintas dan perlengkapan jalan sementara yang diperlukan disediakan harus sesuai dengan Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas penutupan jalan (jumlah lokasi kerja dan volume lalu lintas yang ada) dan memenuhi ketentuan-ketentuan dan panduan dari Direktorat Jenderal Bina Marga dan peraturan terkait lainnya yang berlaku.
1.8.2.2) Ketentuan pre marking tidak hanya setelah pekerjaan selesai tapi setiap saat jika jalan dibuka untuk umum. Bilamana pekerjaan belum selesai, dan jalan atau lajur dibuka untuk lalu lintas umum, Penyedia Jasa wajib memasang marka sementara (pre marking), dan rambu sementara atau perlengkapan jalan lainnya yang dibutuhkan untuk menjamin keselamatan pengguna jalan. 1.8.2.6) Penambahan ketentuan mengenai bahan dan peralatan. Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan jalan sementara sesuai RMKL atau sesuai perintah Direksi Pekerjaan bila dianggap perlu. Perlengkapan jalan sementara, dapat berupa : 1. alat pemberi isyarat lalu lintas sementara; PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN 2. rambu lalu lintas sementara, 3. marka jalan sementara, 4. alat penerangan sementara, 5. alat pengendali pemakai jalan sementara, terdiri atas - alat pembatas kecepatan; dan - alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan. 6. alat pengaman pemakai jalan sementara, terdiri atas: - pagar pengaman; - cermin tikungan; - tanda patok tikungan (delineator); - pulau-pulau lalu lintas: dan - pita penggaduh Penyediaan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas dan rambu lalu lintas sementara sekurang- kurangnya harus sesuai dengan pedoman Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan No. Pd-T-12-2003 1.8.2.14) Penegasan kembali mengenai APILL dan rambu tambahan. Rambu-rambu Lalu Lintas dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Tambahan untuk Pekerjaan Jalan Penyedia Jasa harus menyediakan rambu jalan atau perlengkapan penanganan lalu lintas. Penyediaan dan penempatan rambu ini sekurang-kurangnya harus sesuai dengan pedoman Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan No. Pd-T-12-2003. Atas permintaan Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan tambahan rambu-rambu lalu lintas sementara atau alat pemberi isyarat lalu lintas. Peralatan tersebut harus sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan tersebut dalam waktu 48 jam dan memasang serta memelihara peralatan tersebut selama Periode Pelaksanaan. 1.8.6.1) Penambahan ketentuan jembatan sementara untuk manajemen lalu lintas sementara, termasuk mata pembayarannya. Pengukuran Jembatan Sementara dilakukan berdasarkan gabungan mobilisasi dan demobilisasi. Mata Pembayaran : 1.8.(2) Jembatan Sementara (Lump Sum)
1.8.6.2) Pendetailan mengenai ketentuan pembayaran manajemen lalu lintas dan keselamatan jalan dan jembatan sementara. Bilamana kuantitas tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas yang dilaksanakan sesuai dengan seksi dari Spesifikasi ini. Biaya untuk pekerjaan ini harus sudah termasuk dalam harga satuan dari semua Mata Pembayaran yang terdapat dalam Kontrak. PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN Tahapan pembayaran biaya Lump Sum untuk Jembatan Sementara adalah sebagai berikut : 75 % (dua puluh lima persen) bilamana Jembatan Sementara telah terpasang di lapangan, diterima dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 25 % (tujuh puluh lima persen) bilamana Jembatan Sementara telah dibongkar dan lokasinya telah dibersihkan dan dikembalikan kedalam kondisi asal. 1.9 Perubahan judul seksi 1.9 REKAYASA KAJIAN TEKNIS LAPANGAN 1.9.7.2)b) Penegasan mengenai pembayaran investigasi tanah dalam pekerjaan kajian teknis lapangan. Investigasi tanah dan/atau perkerasan yang diperlukan untuk pengujian pengeboran sebagaimana yang diuraikan dalam Seksi 1.20 tujuan selain dari yang disebutkan diatas, jika diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan akan dibayar atas dasar Pekerjaan Harian sesuai dengan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 9.1 1.20 dari Spesifikasi ini. 1.12.2.1) Penegasan bahwa Penyedia Jasa harus membuat jadwal yang didasarkan pada analisis jaringan. Analisis Jaringan (Network Analysis). Penyedia Jasa harus menyediakan Analisis Jaringan yang menunjukkan urutan dan saling ketergantungan dari seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak. Seluruh kegiatan harus berada di dalam jaringan tertutup yang diawali dengan satu kutub MULAI dan diakhiri dengan satu kutub SELESAI. Informasi setiap kegiatan harus meliputi tanggal mulainya dan durasi kegiatan sehingga dapat diperoleh suatu jalur kritis (critical path) yang merupakan rangkaian kegiatan yang keterlambatan penyelesaiannya secara langsung berdampak terhadap tanggal selesainya pekerjaan. Berdasarkan Analisis Jaringan tersebut Penyedia Jasa harus menyediakan Jadwal-jadwal sebagaimana disebutkan di bawah ini. 1.13 Perubahan judul seksi 1.13 Perubahan istilah : Variasi = Perintah Perubahan Addenda = Adendum PROSEDUR VARIASI PERINTAH PERUBAHAN 1.13.1.1) Penjelasan mengenai perlunya dilakukan perubahan kontrak. Perubahan-perubahan atas pekerjaan dapat terjadi karena terdapat perbedaan signifikan antara kondisi lokasi pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan Gambar dan Spesifikasi yang ditentukan dalam Kontrak maka Direksi Pekerjaan bersama Penyedia Jasa dapat melakukan perubahan kontrak sebagaimana disebutkan dalam Syarat-syarat Umum diprakarsai baik oleh Direksi Pekerjaan maupun oleh Penyedia Jasa, dan harus disepakati serta ditandatangani oleh kedua belah pihak yang dituangkan dalam Variasi. Bilamana dasar PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN pembayaran yang dituangkan dalam Variasi tersebut mengakibatkan variasi dalam Struktur Harga Satuan Mata Pembayaran atau variasi dalam Jumlah Harga Kontrak, maka Variasi tersebut harus dinegosiasi dan dituangkan dalam Amandemen Kontrak 1.13.1.a) Penjelasan mengenai ketentuan perintah perubahan. Variasi Perintah Perubahan :
Perintah tertulis yang dibuat oleh Direksi Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Awal. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara sebagai dasar penyusunan Adendum Kontrak. dan ditandatangani pula oleh Penyedia Jasa, menunjukkan bahwa Penyedia Jasa menerima perubahan-perubahan dalam Pekerjaan atau Dokumen Kontrak, persetujuan Penyedia Jasa atas dasar pembayaran dan penyesuaian waktu, jika ada, untuk pelaksanaan atas perubahan-perubahan tersebut. Variasi harus diterbitkan dalam format standar dan harus mencakup semua perintah yang dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan yang akan mempengaruhi perubahan Dokumen Kontrak atau perintah sebelumnya yang telah dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan. 1.16.2.3) Penegasan bahwa pembersihan rumput untuk yang berada di dalam rumija. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa rumput yang tumbuh pada berm lama atau yang baru dikerjakan dan pada talud samping Ruang Milik Jalan dipangkas dan dipelihara sedemikian rupa sehingga ketinggiannya maksimum 5 cm 1.18 Relokasi utilitas dan pelayanan yang ada dihapuskan, dan jika diperlukan diakomodasi dengan Spesifikasi Khusus. Dihapuskan : Kecuali disebutkan lain dalam Spesifikasi Khusus maka Relokasi Utilitas dan Pelayanan Yang Ada tidak termasuk dalam Kontrak ini 1.19.8.2) Penegasan bahwa untuk K3 biayanya sudah masuk ke masing- masing harga satuan pekerjaan atau ke overhead. Perhitungan biaya penangananan K3 tersebut sudah merupakan satu kesatuan dengan biaya pelaksanaan konstruksi, yang diperhitungkan dalam masing-masing Harga Satuan atau Biaya Tak Terduga (Overhead) sebagaimana peraturan yang berlaku biaya overhead (permen PU No.7 tahun 2011) pada setiap jenis pekerjaan yang mengandung risiko K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum 1.21.2.2) Penegasan posisi dari QC manager. Manager Kendali Mutu (QC Manager) haruslah berada di luar dari bagian produksi dalam organisasi Penyedia Jasa dan terutama tidak boleh merangkap Manager Kegiatan atau Pelaksana Kegiatan (tidak berada di bawah dan tidak bertanggung-jawab kepada Kepala Pelaksana/General Superintendent). 3.1.11.d) Penghapusan ketentuan jarak untuk pembuangan bahan galian tidak Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN terpakai. termasuk pembuangan bahan galian yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1 8) a) ii) dan iii), juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak melebihi yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.3 2) f) dan perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan 3.1.3.2)b) Penghapusan ketentuan tentang bahan galian yang tidak digunakan sebagai timbunan untuk tidak akan dibayar. Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Penyedia Jasa sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Penyedia Jasa dengan exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan dibayar. 3.1.3.4) Pemasukan biaya pembuangan bahan galian ke dalam mata pembayaran. Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian dan pembuangan bahan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini 3.2.1.1)b) Penggantian istilah tanah lunak atau tanah organik atau tanah gambut menjadi tanah rawa. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, dan Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa lunak atau tanah organik atau tanah gambut 3.2.1.1)e) Penjelasan mengenai tanah rawa Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara permanen berada di bawah permukan air, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan metoda yang dapat dipertimbangkan dalam Spesifikasi ini. 3.2.2.2)d Penambahan lampiran mengenai klasifikasi tanah Van Der Merwe Lihat Lampiran 3.2.A 3.2.3.1)f) Penjelasan bahwa lapis penopang harus dihampar segera setalah persetujuan penggalian atau pembersihan. Dan untuk lapis penopang tidak berlaku ketentuan kepadatan timbunan. Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah lunak rawa harus dihampar sesegera mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan setiap penggalian atau pembersihan dan pengupasan oleh Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang dapat dihampar satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagimana diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Ketentuan Pasal 3.2.4.(2) tidak digunakan. 4.2.2. Menegaskan bahwa jenis perkerasan untuk bahu jalan adalah semua jenis yang terdapat dalam divisi 5 dan 6. Dan bahwa agregat Ketentuan bahan yang disyaratkan dalam Divisi 5 dan Divisi 6 Pasal 5.1.2, 5.4.2, 6.1.2, dan 6.2.2 masing- masing untuk Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Semen Tanah, Lapis Resap Pengikat, Burtu, harus berlaku juga untuk Seksi ini. Umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A digunakan di bawah bahu jalan dengan penutup aspal, sedangkan Lapis Pondasi Agregat Kelas S dapat hanya digunakan di bawah untuk bahu jalan tanpa PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN jelas S hanya untuk bahu jalan tanpa penutup. penutup aspal. 4.2.4 Penambahan mata pembayaran dari Divisi 5 dan Divisi 6 untuk bahu jalan
Tabel 5.1.2.(2) Perubahan nilai Indeks Plastisitas untuk agregat kelas B. Indek Plastisitas Kelas B : 0 - 10 6 - 12 5.1.3.2)d) Penghapusan ketentuan mengenai tebal padat minimum. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain digunakan peralatan khusus yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4.2.(8) Lapis Resap Perekat Liter
4.2.(9) Laston Lapis Antara (AC-BC) (gradasi halus/kasar) Ton
4.2.(10) Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) (gradasi halus/kasar) Ton
4.2.(11) Laston Lapis Pondasi (AC-Base) (gradasi halus/kasar) Ton
4.2.(12) Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC-Base Mod) (gradasi halus/kasar) Ton
4.2.(13) Aspal Keras
Ton 4.2.(14) Aspal Modifikasi Ton
4.2.(15) Bahan Anti Pengelupasan Kg
4.2.(16) Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Kapur Kg
4.2.(17) Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Semen Kg
4.2.(18) Asbuton (bitumen dan mineral) sebagai Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Ton
PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN Tabel 5.3.2.(2)
Perubahan sifat dari agregat kasar untuk perkerasan beton semen Sifat Ketentuan Metoda Pengujian Kehilangan akibat Abrasi Los Angeles tidak melampaui 25% 40% untuk 500 putaran SNI 2417 : 2008 Berat Isi Lepas minimum 1.200 kg/m 3 SNI 03-4804-1998
Berat Jenis minimum 2,1 2.100 kg/m 3 SNI 1970 : 2008
Penyerapan oleh Air ampas besi: maks 6% lainnya: maks. 2,5% SNI 1970 : 2008
Bentuk partikel pipih dan lonjong dengan rasio 3:1 dan 5:1 masing-masing maks 25% dan 10% ASTM D-4791 Bidang Pecah (2 atau lebih) minimum 80% ASTM D-5821 5.3.2.4) Penegasan mengnai penggunaan abu terbang untuk perkerasan beton semen Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25 % dari berat bahan pengikat hanya untuk pemakaian Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I dan tidak dapat digunakan untuk pemakaian semen tipe Portland Composite Cement (PCC) dan Portland Pozzolana Cement (PPC). Tabel 5.3.2.(3) Penghapusan ketentuan kuat tekan sehingga kekuatan untuk perkerasanbeton semen hanya dilihat dari kuat lentur. Uraian Syarat Kuat Tekan Syarat Kuat Lentur (kg/cm2, MPa) Beton Percobaan Campuran fc35 (K400) (1) @ 28 hari Fx Fs 47 @ untuk 28 hari Perkerasan Beton Semen (pengendalian produksi) fc30 (K350) (1) @ 28 hari Fx Fs 45 @ untuk 28 hari Metoda Pengujian SNI 03-1974-1990
SNI 03-4431-1997 Ukuran Benda Uji silinder diameter 150 mm tinggi 300 mm balok 500x150x150 mm
5.3.2.11)c) Untuk Lapis Lean Concrete kuat tekan diubah satuannya. Kuat tekan rata-rata Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus pada umur 28 hari dari produksi harian tidak boleh kurang dari K50 80 110 kg/cm 2
5.3.2.11.f) Ketentuan penerimaan pekerjaan Untuk setiap lot, dua pasang benda uji silinder balok harus dicetak untuk pengujian kuat lentur tekan, PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN dari kuat lentur yang tidak tercapai maka coring dapat dilakukan. sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28 hari.
Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur yang disyaratkan dalam Tabel 5.3.2.(3) maka pengambilan benda uji inti (core) di lapangan, minimum 4 benda uji, untuk pengujian kuat tekan dapat dilakukan. Jika kuat tekan benda uji inti (core) yang diperoleh ini mencapai kuat tekan yang diperoleh dari campuran beton yang sama, yang digunakan untuk pengujian kuat lentur sebelumnya, maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran.
5.3.4.4) Perubahan istilah Sambungan Kontruksi Susut Melintang
5.3.4.4).c) Perubahan waktu maksimum penggergajian. Penggergajian untuk membentuk sambungan harus dilakukan sesegera mungkin setelah beton cukup mengeras agar pengergajian dapat dilakukan dengan hasil yang rapih tanpa menimbulkan keretakan, dan umumnya tidak kurang dari 4 jam tetapi dalam segala hal tidak lebih dari 8 10 jam setelah pemadatan akhir beton, diambil mana yang lebih pendek waktunya
5.3.4.4)e) Peubahan ketentuan mengenai sambungan Konstruksi melintang Sambungan ini harus dibuat bila pekerjaan beton berhenti lebih dari 30 menit. (sebelum terjadinya pengikatan awal). Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 1,8 meter dari sambungan muai ekspansi, sambungan susut kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya. Bilamana dalam waktu penghentian tersebut campuran beton belum cukup untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 1,8 3 meter, maka kelebihan beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal sambungan konstruksi melintang tidak boleh kurang dari sepertiga panjang segmen.
5.3.4.5) Pendetailan ketentuan mengenai toleransi pemasangan dowel Sebelum menghampar beton, toleransi alinyemen dari masing-masing dowel pada lokasi manapun sebagaimana yang diukur pada rakitan dowel haruslah 2 mm untuk dua per tiga bagian jumlah dowel dalam sambungan, 4 mm untuk satu dari sisa sepertiga jumlah dowel dalam sambungan, dan 2 mm antar dowel yang berdampingan dalam arah vertikal maupun horisontal. Pada pelat yang telah selesai, toleransi alinyemen pada lokasi dowel haruslah 3 mm. Pada saat pengecoran posisi dowel harus bisa dijamin tidak berubah 5.3.5.10) Perubahan ketentuan pengkasaran perkerasan beton, termasuk arah, ukuran kawat, dan kedalaman tekstur. Setelah sambungan dan tepian selesai dikerjakan, dan sebelum bahan perawatan pada permukaan perkerasan beton digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat sejajar tegak lurus dengan garis sumbu (centreline) jalan.
Pengkasaran ini dilakukan dengan menggunakan sikat kawat dengan lebar tidak kurang dari 450 mm. Sikat tersebut harus terdiri dari dua baris kawat dengan panjang kawat 100 mm dan ukuran kawat per 32 gauge serta jarak kawat dari as ke as adalah 25 mm. Kedua baris kawat harus mempunyai susunan PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN berselang-seling (zig-zag) sehingga jarak kawat pada baris kedua dengan kawat pada baris pertama adalah 12,5 mm. Masing-masing baris harus mempunyai 14 kawat dan harus diganti bila panjang kawat terpendek telah mencapai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75 3 mm. 5.3.5.13) Perubahan kalimat tentang penanganan penghamparan beton bersebalahan yang kurang 7 hari. Lagi pula, setiap Perkerasan Beton Semen Portland yang telah mengeras dengan umur kurang dari 7 hari yang bersebelahan dengan perkerasan yang akan dihampar harus disemprot ulang dengan satu kali penyemprotan dengan panjang minimum 7 m dan diperluas ke lokasi yang sering dilalui orang selama pengecoran pada sambungan konstruksi. Sebagai tambahan, apabila melakukan penghamparan pada segmen baru baik arah melintang atau arah memanjang, maka pada perkerasan beton yang telah dicor sebelumnya dengan umur kurang dari 7 hari harus dilakukan penyemprotan ulang minimum 2 m pada sisi yang bersebelahan baik melintang atau memanjang, dan dapat diperluas pada lokasi yang sering dilalui orang selama pengecoran pada sambungan konstruksi.
5.3.8 Perubahan ketentuan kekuatan perkerasan beton semen sebelum dibuka terhadap lalu lintas. Direksi Pekerjaan harus menentukan kapan Perkerasan Beton Semen dapat dibuka untuk lalu lintas. Perkerasan beton tidak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum hasil pengujian terhadap benda uji yang dicetak dan dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998 mencapai kuat tekan silinder minimum atau 90% kuat lentur minimum pada umur 28 hari masing-masing sebesar 350 kg/cm 2 and 45 kg/cm 2 . Bilamana pengujian belum dilakukan, perkerasan beton tidak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum 14 hari saat beton dihamparkan. Sebelum dibuka untuk lalu lintas, perkerasan beton harus dibersihkan dan penutup (sealing) sambungan harus telah selesai dikerjakan.
5.3.10.1)b) Perubahan ketentuan pengurangan pembayaran akibat kekurangan kekuatan. Jika kuat tekan silider lentur dalam 28 hari untuk setiap lot kurang dari 90% dari kuat tekan lentur beton minimum yang disyaratkan maka lot yang diwakili pengujian silinder balok ini harus dibongkar dan diganti.
Beton dengan kuat tekan silinder lentur dalam 28 hari antara 90 dan 100% dari kuat tekan lentur beton minimum yang disyaratkan dapat diterima dengan pengurangan 4% Harga Satuan untuk Perkerasan Beton Semen untuk setiap 5 1 kg/cm 2 (0,1 MPa) atau bagian daripadanya, kekurangan kekuatan terhadap kekuatan rancangan dalam lot tersebut terhadap Harga Satuan. 5.3.10.1)c) Penambahan tentang ketebalan dan kekuatan kurang Ketebalan dan Kekuatan Kurang Bilamana ketebalan dan kekuatan perkerasan beton kurang dari yang disyaratkan tetapi masih dalam batas-batas toleransi sesuai Pasal 5.3.10.(1).(a) dan 5.3.10.(1).(b) maka pengurangan pembayaran dilakukan sesuai Tabel 5.3.10.(1) dikalikan dengan faktor pengurangan kekuatan sebagaimana Pasal 5.3.10.(1).(b). Kriteria penerimaan untuk pembayaran diatur dalam Pasal 5.3.2.(11).(f).
PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN 5.4.2.1)a) Penegasan memgenai jenis semen yang boleh digunakan untuk lapis pondasi semen tanah. Semen yang harus digunakan untuk Lapis Pondasi Semen Tanah adalah Semen Portland biasa Tipe I yang memenuhi ketentuan SNI 15-2049-2004 Semen Portland Type I atau semen tipe lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
5.4.3.1) Perubahan ketentuan kadar semen maksimum untuk lapis pondasi semen tanah. Campuran Lapis Pondasi Semen Tanah terdiri dari tanah yang telah disetujui, semen dan air. Kadar semen akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan data pengujian laboratorium dan Percobaan Lapangan Awal, tetapi harus dalam rentang 3 % sampai dengan 12 8 % dari berat tanah asli (yaitu, sebelum dicampur dengan semen) dalam keadaan kering oven.
5.5.1.1)
5.5.1.8)
5.5.2.1)a)
5.5.2.3)
5.5.3.3) Seksi 5.5. Lapis Beton Semen Pondasi Bawah (CTSB) dijadikan satu seksi dengan Lapis Pondasi Atas Bersemen (CTB)
CTB dan CTSB pencampuran dilakukan di site.
Perubahan jarak waktu penghamparan lapis atas setelah CTB.
Penegasan memgenai jenis semen yang boleh digunakan untuk CTB/CTSB. Penegasan bahwa CTB dan CTSB adalah LPA dan LPB yang distabilisasi sehingga persyaratan ketentuan gradasi dan sifat agregat dalam seksi CTB dan CTSb dihapuskan. Perubahan syarat kuat tekan CTB SEKSI 5.5 5.6 LAPIS PONDASI AGREGAT ATAS BERSEMEN DAN LAPIS PONDASI BAWAH BERSEMEN DENGAN CEMENT TREATED BASE (CTB & CTSB)
Pekerjaan Lapis Pondasi Atas Bersemen (Cement Treated Base) dan Lapis Pondasi Bawah Bersemen (Cement Treated Sub-Base) ini meliputi penyediaan material, pencampuran dengan alat pencampur berpenggerak sendiri (self propelled mixer) di plant. a) Sebaiknya, 14 7 hari setelah penghamparan Cement Treated Base (CTB), penghamparan lapis penutup atas (Asphalt Base Course, Binder Course, Wearing Course) harus dilaksanakan. b) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa di lokasi pekerjaan, lalu lintas tidak ada lalu lintas diijinkan lewat di atas Cement Treated Base (CTB), minimum 4 hari sesudah pemadatan terakhir dan mengalihkan lalu lintas dan membuat jalan alternatif. Semen harus sesuai dengan Standar Industri Indonesia, SII-13-1977 Semen Tipe-1. Semen yang digunakan adalah Semen Portland Type I yang memenuhi ketentuan SNI 15-2049-2004 atau semen tipe lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Syarat syarat agregat untuk CTB mengikuti ketentuan pada Seksi 5.1, Tabel 5.1.2.(1) dan Tabel 5.1.2.(2) untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A, sedangkan agregat untuk CTSB harus sesuai dengan persyaratan pada Tabel 5.1.2.(1) dan Tabel 5.1.2.(2) untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B.
Selama proses penghamparan Cement Treated Base (CTB) dan Cement Treated Sub-Base (CTSB), percobaan silinder minimum 4 benda uji harus dilakukan. PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN
5.5.4.a)
5.5.6.3)a)
5.5.6.3)e)
5.5.6.3)f) dan CTSB.
Perubahan panjang untuk trial mix CTB dan CTSB.
Perubahan waktu minimum pemadatan CTB dan CTSB. Penegasan mengenai ketentuan kadar air saat pemadatan. Perubahan waktu maksimum pemadatan CTB dan CTSB. Persyaratan kuat tekan (unconfine compressive strength) dari Cement Treated Base (CTB) dan Cement Treated Sub-Base (CTSB) dalam umur 7 hari masing-masing 45 55 kg/cm 2 dan 35 45 kg/cm 2 Desain campuran dalam Pasal 5.5.3.(1) harus dicoba di lapangan dengan luas pekerjaan Cement Treated Base (CTB) atau Cement Treated Sub-Base sepanjang 50 m 500 m 2 , dengan tebal berdasarkan instruksi dari Direksi Pekerjaan. Pemadatan Cement Treated Base (CTB) dan Cement Treated Sub-Base (CTSB) harus telah dimulai dilaksanakan paling lambat 60 30 menit semenjak pencampuran material dengan air. Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan haruslah 70 100% kadar air optimum dan maksimal sama dengan kadar air optimum 2 %. Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 60 menit semenjak semen dicampur dengan air. 6.1.1.1) Perbaikan kalimat dari penggunaan tack coat dan prime coat. Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal (misalnya Lapis Pondasi Agregat, Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat aspal (seperti : Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, dll). 6.3.1.4) Penegasan kembali mengenai penerimaan pekerjaan dari tebal aspal : - tebal aktual adalah tebal rata2 dari hasil core - tebal aktual harus sama atau lebih besar dari tebal desain - tebal individu dari hasil core tidak boleh kurang dari tebal minimum dengan toleransi pada butir f. - bila lebih ari satu lapis maka tebal indivisu dapat kurang dari tebal minimum namun tebal keseluruhan harus sama dengan jumlah tebal b) Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut.
d) Tebal aktual hamparan lapis beraspal individual yang dihampar, harus sama dengan atau lebih besar dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar [untuk keperluan desain tebal perkerasan] dengan toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f). Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui dan menerima tebal aktual hamparan lapis pertama yang kurang dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar karena adanya perbaikan bentuk.
e) Bilamana campuran beraspal yang dihampar lebih dari satu lapis, Tebal individu masing-masing tiap lapisan jenis campuran beraspal tidak boleh kurang dari tebal nominal minimum rancangan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar pada tabel 6.3.1.(1) dan dengan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f) dan tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana. Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis dan tebal individu PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN desain masing2 campuran. - perubahan kalimat toleransi desain salah satu jenis campuran tidak memenuhi toleransi jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f), maka seluruh tebal campuran aspal tidak boleh kurang dari jumlah tebal rancangan dari masing-masing jenis campuran yang ditunjukkan dalam Gambar dengan mempertimbangkan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f)
f) Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal : Latasir tidak kurang lebih dari 2,0 mm, Lataston Lapis Aus tidak kurang lebih dari 3,0 mm Lataston Lapis Pondasi tidak kurang lebih dari 3,0 mm Laston Lapis Aus tidak kurang lebih dari 3,0 mm Laston Lapis Antara tidak kurang lebih dari 4,0 mm Laston Lapis Pondasi tidak kurang lebih dari 5,0 mm
Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal campuran aspal tidak boleh kurang jumlah tebal rancangan yang ditunjukan dalam Gambar dengan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(a).
6.3.2.a) Perubahan ukuran ayakan untuk menentukan agregat kasar. Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan No.8 4 (2,36 4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.(1a). 6.3.3.a) Perubahan ukuran ayakan untuk menentukan agregat halus. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 4 (2,36 4,75 mm). 6.3.3.d) Penegasan ketentuan mengenai pencucian agregat halus dari hasil stone crusher. Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir sesuai Tabel 6.3.2.(2a), maka fraksi agregat harus dipisahkan dengan scalping screen sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) atau harus diperoleh melalui proses pencucian secara mekanis dan tidak diperkenankan untuk campuran aspal jenis apapun. 6.3.4.4) Penghapusan penjelasan mengenai kandungan kimia debu kapur padam karena tidak dapat diujikan. Debu kapur padam haruslah terdiri dari kapur padam berkalisum tinggi (high calcium hydrate lime) dengan kadar Magnesium tidak lebih dari 4% (terhadap berat) atau debu kapur dolomite (dolomite lime) dengan kadar magnesium lebih dari 4% (terhadap berat) tetapi tida belih dari 36% (terhadap berat). 6.3.4.d) Perubahan kadar dari filler added. Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) tidak kurang dari 1% harus dalam rentang 1 - 2% dari agregat berat total agregat. PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN Tabel 6.3.2.(5) Perubahan spesifikasi aspal : - penetrasi, titik lembek dan indeksi penetrasi aspal tipe IIA - perubahan metode pengujian viskositas tidak lagi dengan brookfield tapi dengan cara kinematik. No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Tipe I Aspal Pen. 60-70 Tipe II Aspal yang Dimodifikasi A (1) B C Asbuton yg diproses Elastomer Alam (Latex) Elastomer Sintetis 1. Penetrasi pada 25C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 40-55 Min.50 50-70 Min.40 2. Viskositas 135C (cSt) SNI 06-6441-2000 AASHTO T201-03 300 385 2000 < 2000 (4) < 3000 (4)
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-03-6835-2002) :
- 10. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 11. Penetrasi pada 25C (%) SNI 06-2456-1991 > 54 > 54 > 54 54 12. Indeks Penetrasi 2) - > -1,0 > 0,0 -0,5 > 0,0 > 0,4 13. Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T 301-98 - - > 45 > 60 14. Daktilitas pada 25C (cm) SNI 062432-1991 > 100 > 50 > 50 - 15. Partikel yang lebih halus dari 150 micron (m) (%) Min. 95 (1) - - Pabrik pembuat bahan pengikat Tipe II dapat mengajukan metoda pengujian alternatif untuk viskositas bilamana sifat-sifat elastomerik atau lainnya didapati berpengaruh terhadap akurasi pengujian penetrasi, titik lembek atau standar lainnya. Metoda pengujian viskositas Brookfield harus digunakan untuk Tipe II PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN C. Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan AASHTO T201-03 maka hasil pengujian harus dikonversikan ke satuan cSt. 6.3.2.7) Penegasan mengenai penggunaan bahan anti pengelupasan Bahan anti pengelupasan hanya digunakan jika stabilitas Marshall sisa campuran beraspal sebelum ditambah bahan anti pengelupasan minimum 75%. Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran aspal di timbangan aspal AMP dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) pada saat akan sesaat sebelum dilakukan proses pencampuran basah di pugmil. Tabel 6.3.3.(1c) Perubahan ketentuan untuk sifat campuran Laston Rongga dalam campuran (%) pada
Kepadatan membal (refusal) (4) = 2 2,5 Catatan tabel Penambahan catatan untuk stablitas marshall sisa pada tabel sifat campuran. Direksi Pekerjaan dapat atau menyetujui AASHTO T283-89 sebagai alternatif pengujian kepekaan terhadap kadar air. Pengkondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Nilai Indirect Tensile Strength Retained (ITSR) minimum 80% pada VIM (Rongga dalam Campuran) 8%. 6.3.4.1.j) Penegadan mengenai bahan bakar pemanasan agregat. Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan agregat haruslah minyak tanah atau gas. Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar untuk memanaskan agregat diperkenankan bilamana sistem pemanasannya adalah tidak langsung dimana batu bara harus diolah menjadi gas terlebih dahulu. Batu bara yang digunakan dalam proses gasifikasi haruslah min. 5.500 K.Cal/kg. 6.3.4.1).k) Penembahan syarat untuk agregat hasil dari pemanasan. Agregat yang diambil dari pemasok panas (hot bin) atau pengering (dryer) tidak boleh mengandung jelaga dan atau sisa minyak yang tidak habis terbakar. Tabel 6.3.5.(1) Pemisahan mengenai perkiraan temperatur aspal, untuk Tipe II disempitkan hanya untuk Tipe IIB dan Tipe IIC, dan untuk Tipe IIA harus ditentukan dari gambar menggunakan data viskositas aspal. No. Prosedur Pelaksanaan Viskositas Aspal (PasA.S) Perkiraan Temperatur Aspal (C) Tipe I Tipe IIB & C 1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 1 165 1 2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 1 155 1 3 Pencampuran, rentang temperatur sasaran 0,2 - 0,5 145 155 155 165 4 Menuangkan campuran aspal dari alat pencampur ke dalam truk 0,5 135 150 145 160 5 Pemasokan ke Alat 0,5 - 1,0 130 150 140 160 PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN Penghampar 6 Pemadatan Awal (roda baja) 1 - 2 125 145 135 155 7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 125 110 135 8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 > 95 > 105 Catatan : 1 Pas = 100 cSt dimana : Pas : Pascal Seconds cSt : Centistokes
Temperatur pencampuran dan pemadatan untuk setiap jenis aspal yang digunakan sesuai Pasal 6.3.2.(5) adalah berbeda. Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan masing-masing jenis aspal Tipe IIA harus dilakukan berdasarkan nilai viskositas seperti yang tertera dalam Tabel 6.3.5.(1). Nilai viskositas masing-masing aspal didapat dari hasil pengujian laboratorium sesuai SNI 03-6721-2002. Contoh grafik hubungan antara viskositas dan temperatur ditunjukkan pada Gambar 6.3.5.(1). 6.3.8.1)a)iv) Penjelasan mengenai pembayaran untuk mineral di dalam asbuton yang diproses. Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran Mineral yang dikandung dalam Aspal Modifikasi Tipe Asbuton yang Diproses diperoleh dari hasil ekstraksi terhadap Aspal Modifikasi Tipe Asbuton yang Diproses. Kadar Bitumen dari Aspal Modifikasi Tipe Asbuton yang Diproses yang diperoleh dari hasil ektraksi campuran aspal. merupakan Kadar Aspal Modifikasi Asbuton yang Diproses final adalah kadar bitumen ditambah kadar mineral agregat dalam Aspal Modifikasi Tipe Asbuton yang Diproses dan dibayar menurut mata pembayaran 6.3.(8b). 6.3.8.1)a)v) Penjelasan mengenai pembayaran untuk mineral di dalam asbuton yang diproses. Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran bitumen yang berasal dari Baik kandungan bitumen maupun mineral agregat yang dikandung Asbuton yang digunakan sebagai bahan pengisi tambahan (filler added) diperoleh dari hasil ekstraksi bahan Asbuton. Kadar aspal yang diperoleh dari hasil ektraksi campuran aspal merupakan gabungan Kadar Keras (Pen.60/70) dan kadar bitumen Asbuton. final dan Kadar Aspal Keras merupakan selisih kadar bitumen total hasil ekstraksi dan kadar bitumen Asbuton dan dibayar menurut mata pembayaran 6.3.(8a) dan kadar bitumen Asbuton tidak dibayar terpisah tetapi sudah termasuk dalam mata pembayaran 6.3.10.(c). 6.3.8.1.f) Perubahan ketentuan pengukuran Lebar hamparan campuran beraspal yang akan dibayar. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan per 25 meter atau lebih rapat sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan dan tidak termasuk lokasi hamparan yang tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan. 8.3.2.1)c) Penghapusan penjelasan detail mengenai VS Tanaman rumput VS yang digunakan untuk stabilisasi lereng dan penahan terhadap erosi air permukaan adalah dari spesies vetiveria zizanioides atau dikenal sebagai rumput akar wangi, selanjutnya disebut Vetiver PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN System (VS). VS berdaun kaku, berbentuk panjang dan sempit, lebar daun tidak lebih dari 8mm, tumbuh tegak dengan tinggi 1,5 m hingga 2,5 m setelah berumur 2 tahun, terbentuk rumpun-rumpun besar, permukaan daun licin tidak berbulu, tepian ramping, runcing, rapat, dan tegak sepanjang tangkai bunga. Bentuk tangkai bunganya beruas-ruas. Gugusan bunganya berukuran panjang 15 40 cm. Bunga yang langsung menempel pada batang berkelamin ganda (hermaphrodite), bentuknya menyirip dan memiliki duri- duri kecil pendek, memiliki mahkota dengan permukaannya licin serta tiga benang sari dan dua putik sari. Bunga yang bertangkai dibagian tengah bersifat jantan, namun VS yang dibudidayakan biasanya jarang berbunga. Memiliki akar memanjang kebawah yang panjangnya bisa mencapai lebih dari 2m pada umur 1 tahun. 8.4.1.1) Penggabungan Seksi 8.6 Beton Pemisah Lajur, Seksi 8.7 Penerangan Jalan dan Pekerjaan Elektrikal, Seksi 8.8 Pagar Pemisah Pedestrian ke Seksi 8.4 Perlengkapan Jalan dan Pengatur Lalu Lintas Pekerjaan ini meliputi memasok, merakit dan memasang perlengkapan jalan baru atau penggantian perlengkapan jalan lama seperti rambu jalan, patok pangarah, patok kilomater, rel pengaman, paku jalan, mata kucing, kerb beton, trotoar perkerasan blok beton, beton pemisah jalur, alat pengendali isyarat lampu pengatur lalu lintas (APILL), lampu penerangan jalan dan sistem kelistrikan lainnya dan modifikasi sistem yang ada jika disebutkan, pagar pemisah pedestrian dan pengecatan marka jalan baik pada permukaan perkerasan lama maupun yang selesai di-overlay, pada lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 8.4.1.6) Penegasan bahwa pemasangan marka pada permukaan perkerasan lama selama periode pelaksanaan tidak dibatasi dalam 6 bulan pertama namun harus dilakukan sedini mungkin. Agar dapat memelihara keamanan jalan lama sebaik mungkin selama Periode Pelaksanaan, pemasangan baru atau penggantian rambu jalan, patok pengaman, patok kilometer, patok hektometer dan rel pengaman, paku jalan, mata kucing, kerb beton, blok beton, beton pemisah jalur, alat pengendali isyarat lalu lintas (APILL), lampu penerangan jalan, pagar pemisah pedestrian harus dilaksanakan dan marka jalan harus dicat pada permukaan jalan dalam waktu 6 bulan pertama atau sedini mungkin dalam Periode Pelaksanaan.
Untuk pengecatan marka pada permukaan perkerasan lama, Direksi Pekerjaan akan menerbitkan detil dan lokasi sesuai Pasal 8.4.1.(2) di atas, dilaksanakan dalam waktu enam bulan pertama periode pelaksanaan atau bilamana pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan juga diperlukan, setelah operasi pekerjaan pengembalian kondisi selesai dikerjakan.
Untuk ruas-ruas perkerasan lama yang dirancang untuk di-overlay (pelapisan ulang) telah diberi marka jalan pada permukaan perkerasan maka marka jalan tersebut harus dicat kembali setelah pekerjaan pelapisan ulang selesai dikerjakan dalam batas waktu yang disyaratkan pada Pasal 8.4.3.4).b). Dalam hal ini, Penyedia Jasa juga akan menerima pembayaran untuk lokasi ini, termasuk pengecatan marka jalan yang kedua PASAL PERUBAHAN DESKRIPSI PERUBAHAN 8.3.4.4)b) Perubahan bahwa pengecatan marka untuk permukaan yang baru diaspal adalah 1 bulan setelah pelaksanaan. Pengecatan tidak boleh dilaksanakan pada suatu permukaan yang baru diaspal kurang dari 3 1 bulan setelah pelaksanaan lapis permukaan, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Selama masa tunggu yang disebutkan di atas, pengecatan marka jalan sementara (pre-marking) pada permukaan beraspal harus dilaksanakan segera setelah pelapisan