Professional Documents
Culture Documents
2. Simpangan baku relatif atau koefisien variansi
(KV) adalah :
Uji linieritas
Uji ini dilakukan dengan membuat kurva
kalibrasi standar dengan 6 macam konsentrasi
yaitu untuk standar formalin adalah 0,5; 1,0; 2,0;
4,0; 6,0; 7,0 bpj, kemudian diukur serapannya
pada panjang gelombang maksimum (
max
). Koe-
fisien korelasi (r) dihitung dari analisis regresi linier
Y = a + bX pada kurva kalibrasi.
Uji akurasi dan perolehan kembali
Larutan formalin dengan konsentrasi akhir
3,0; 5,0 dan 7,0 bpj masing-masing sebanyak 5
mL ditambahkan pada 5 g bahan tahu yang tidak
mengandung formalin, kemudian dihomogenkan.
Campuran dipanaskan selama 1 jam di penangas
air (40 2C) kemudian didinginkan dan disaring
ke dalam labu ukur 100 mL. Larutan dipipet seba-
nyak 5,0 mL ke dalam labu ukur 10 mL, ditambah
pereaksi Nash hingga tanda batas. Campuran ter-
sebut dikocok kemudian diukur serapannya pada
panjang gelombang serapan maksimum. Akurasi
dapat dihitung melalui % perolehan kembali (%
recovery) dengan rumus:
C
F
= konsentrasi sampel + baku formalin
C
A
= konsentrasi sampel sebenarnya
C
A
=konsentrasi baku formalin yang ditambahkan
Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Setelah kurva kalibrasi diperoleh, konsen-
trasi terkecil yang masih dapat terdeteksi (LOD)
dan terdeteksi secara kuantitatif (LOQ) dihitung
secara statistik melaui garis linier dari kurva stan-
dar, setelah diperoleh data simpangan baku res-
pon analitik dari blanko dan slope (b) pada per-
samaan garis y = a + bx. Batas deteksi dan batas
kuantitas dihitung berdasarkan rumus:
Keterangan :
k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas
kuantitas
= Simpangan baku respon analitik dari blanko
b = Slope persamaan garis y = a + bx
HASIL DAN PEMBAHASAN
Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual, di-
ukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-
rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada
sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen.
Tabel 1. Hasil Uji Presisi Larutan Standar For-malin
Replikasi
Konsentrasi
Formalin
(bpj)
Serapan
(A)
1 1,00 0,132
2 1,00 0,132
3 1,00 0,133
4 1,00 0,136
5 1,00 0,133
6 1,00 0,135
Rata-rata 0,1335
SD 0,0016
RSD (KV) 1,198
28 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 1 Maret 2011, hlm. 26 29
Uji dilakukan dengan mengukur larutan
standar formalin tertentu yaitu sebesar 1,00 bpj
sebanyak 6 kali pengulangan. Dari hasil pengujian
presisi menunjukkan nilai RSD (relative standard
deviation atau simpangan baku relatif) pada larut-
an sampel adalah 1,198 %. Nilai RSD yang diper-
oleh lebih kecil dari 2% yang ditentukan (1). De-
ngan demikian analisis formalin dalam tahu secara
spektrofotmetrik sinar tampak ini sangat baik.
Linieritas
Linieritas adalah suatu koefisien korelasi
antara konsentrasi larutan standar dengan serap-
an yang dihasilkan yang merupakan garis lurus.
Metode analisis yang menggambarkan kemampu-
an suatu alat untuk memperoleh hasil pengujian
yang sebanding dengan kadar analitik alat dalam
sam-pel uji pada rentang konsentrasi tertentu. Uji
linieritas dilakukan dengan membuat kurva kali-
brasi yang dapat menghasilkan persamaan garis
regresi serta nilai koefisien determinasi yaitu untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan
baku dengan nilai serapan yang dihasilkan. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kurva serapan larutan formalin standar pada
beberapa konsentrasi
Dari hasil pengujian diperoleh persamaan
regresi 0,128 0,0013 dengan koefisien kore-
lasi (r) 0,999. Koefisien korelasi ini memberikan
hasil yang linier karena memenuhi kriteria peneri-
maan yaitu 0,98, sehingga penggunaan metode
tersebut dapat digunakan untuk analisis formalin
dengan hasil yang baik (1).
Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan
derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar ana-
lit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan seba-
gai persen perolehan kembali (% recovery) analit
yang ditambahkan. Untuk mengukur ketepatan
hasil dari analisis yang telah dilakukan, dalam hal
ini perlu dilakukan uji perolehan kembali. Sebagai
contoh, tahu ditambahkan dengan beberapa kon-
sentrasi formalin, lalu dibagi menjadi 3 kelompok
yang masing-masing berisi larutan standar yaitu
3,00 bpj, 5,00 bpj dan 7,00 bpj dengan 3 kali
ulangan. Hasil pengukuran menunjukkan rata-rata
nilai sebesar 102,84 %.
Nilai perolehan kembali ini memenuhi per-
syaratan persen perolehan kembali yaitu berkisar
antara 97 103 % (14). Hal ini menunjukkan bah-
wa metode analisis formalin dalam tahu dengan
metode spektrofotometri mampu dengan baik
memberikan hasil yang akurat.
Tabel 2. Hasil uji akurasi
No
Baku yang
ditambahkan
(Bpj)
Serapan
(A)
Kadar (bpj)
%
recovery
Sampel
Sampel
+ baku
1 3,0 0,412 0,00 3,117 103,90
2 3,0 0,412 0,00 3,117 103,90
3 3,0 0,415 0,00 3,140 104,68
4 5,0 0,675 0,00 5,171 103,43
5 5,0 0,677 0,00 5,187 103,75
6 5,0 0,670 0,00 5,132 102,65
7 7,0 0,914 0,00 7,039 100,55
8 7,0 0,922 0,00 7,101 101,45
9 7,0 0,921 0,00 7,093 101,33
Rata-rata 102,84
Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi
(LOQ)
Batas deteksi adalah konsentrasi analit
terendah dalam contoh yang dapat dideteksi. Se-
dangkan batas kuantitasi adalah konsentrasi teren-
dah dalam contoh yang dapat diukur secara kuan-
titatif dengan akurasi dan presisi yang dapat di-
terima. Penentuan batas deteksi dan batas kuan-
titas untuk metode spektrofotometri sinar tampak
berdasarkan simpangan respon dan kemiringan
(slope) kurva kalibrasi.
Hasil pengujian batas deteksi menunjuk-
kan nilai LOD sebesar 0,0375 bpj. Hasil pengujian
batas kuantitasi menunjukkan nilai LOQ sebesar
0,1250 bpj. Dari hasil tersebut terlihat bahwa kon-
sentrasi terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat memenuhi kriteria presisi dan akurasi adalah
0,1250 bpj.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, diper-
oleh nilai parameter validasi untuk metode analisis
formalin dalam tahu dengan menggunakan spek-
trofotometri yakni akurasi sebesar 102,84 %; pre-
sisi 1,198%; linearitas 0,999; batas deteksi 0,0375
bpj dan batas kuantitasi 0,1250 bpj. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa metode analisis
formalin dalam tahu dengan metode spektrofoto-
metri sinar tampak dinyatakan valid.
y = 0,1281x + 0,0135
R = 0,9994
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 5 10
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
(
A
)
Konsentrasi formalin standar (bpj)
Muhammad Aswad, Validasi Metode Spektrofotmetri Sinar Tampak Untuk Analisis Formalin dalam Tahu 29
DAFTAR PUSTAKA
1. Priyambodo, B., 2007, Manajemen farmasi
industri. Penerbit Global Pustaka Utama :
Yogyakarta,
2. Wegscheider, 1996, Validation of analytical
methods, in Accreditation and quality assu-
rance in analytical chemistry : Berlin.
3. Purwanti, R., dan Widowati D., 2003, Deteksi
Formalin Dan Penentuan Total Angka Kuman
Pada Tahu Yang Dijual di Pasar Kartasura.
Pharmacon Pharmaceutical Journal Of Indone-
sia.
4. Sarwono, B, dan Saragih, Y.P., 2001, Mem-
buat Aneka Tahu, Penebar Swadaya, Jakarta.
5. Winarno, F.G, dan Rahayu, T.S. 1994, Bahan
Tambahan Untuk Makanan Dan Kontaminan,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
6. Anonim, 1999, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/PER/
X/1999 tentang Bahan Tambahan Pangan
Yang Dilarang, Depkes RI, Jakarta
7. Cahyadi, W., 2006, Bahan Tambahan Pangan,
Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta
8. Nurheti, Y., 2008, Racun Di Sekitar Kita.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
9. Suryadi, H., Hayun, dan Harsono, F.D., 2008,
Pemilihan Metode Analisis Berdasarkan Pada
Reaksi Warna Dan Spektrofotometri UV-
Tampak. Prosiding Kongres Ilmiah XVI ISFI :
Jakarta
10. Riyadi, T., 1992, Pengolahan Kedelai. BPTTG
Puslitbang Fisika Terapan, Subang.
11. Mulja, M., dan Syahrani, A., 1990, Aplikasi
Analisis Spektrofotometri UVVisibel. Mespico
Grafika, Surabaya.
12. Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia
Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
13. Soekarto, S.T., 1990, Dasar-Dasar Pengawas-
an Dan Standarisasi Mutu Pangan. PAU
Pangan dan Gizi. IPB Press, Bogor
14. Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi
Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah
Ilmu Kefarmasian Vol.I, No.3,
15. Nash T., 1953, The Colorometric Estimation Of
Formaldehyde By Means Of The Hantzch
Reaction. Journal of Biochemisrty .
16. Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia,
ed.3, Departemen Kesehatan Republik Indo-
nesia, Jakarta
17. Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia,
ed.4, Departemen Kesehatan Republik Indo-
nesia, Jakarta