You are on page 1of 4

26

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK


UNTUK ANALISIS FORMALIN DALAM TAHU



Muhammad Aswad
1
, Aisyah Fatmawaty
1
, Nursamsiar
2
, dan Rahmawanti
2


1
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
2
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA) Kebangsaan Makassar


ABSTRACT
The research about validation of visible spectrophotometry method to analyze formalin in tofu had
been carried out. The aim of this research was to determine several validation parameters such as
precision, linearity, accuracy, Limit of detection (LOD) and Limit of quantification (LOQ). Formalin was
added Nash reagent then detected using spectrophotometer at wave length 412 nm.The results of the
research showed that validation parameters values for accuracy was 102,84%; standard deviation value
for formalin was 1,198%; linearity value for formalin was 0,9994; LOD was 0,0375 g/mL and LOQ was
0,1250 g/mL, respectively. Due to the result of the research, visible spectrophotometry method to analyze
formalin in tofu was valid.

Key words : Validation, spectrophotometry, LOQ, LOD



PENDAHULUAN

Validasi adalah suatu proses pembuktian
melalui pengujian analisis di laboratorium untuk
memberikan data tentang kehandalan suatu meto-
de dari suatu prosedur yang digunakan. Validasi
merupakan bagian dari program penjaminan mutu
sebagai upaya untuk memberikan jaminan terha-
dap khasiat, kualitas, dan keamanan produk-
produk industri farmasi. Salah satu jenis validasi
adalah validasi metode analisis. Tujuan validasi
metode analisis adalah untuk membuktikan bahwa
semua metode analisis (cara/prosedur pengujian)
yang digunakan dalam pengujian maupun peng-
awasan mutu senantiasa mencapai hasil yang di-
inginkan secara konsisten. Parameter validasi me-
tode analisis yaitu akurasi, presisi, linearitas, LOD,
LOQ, selektivitas, kekasaran, dan ketahanan (1,2).
Industri makanan di Indonesia telah ber-
kembang dengan pesat, ditandai dengan banyak-
nya industri kecil dan rumah tangga yang mempro-
duksi berbagai macam produk dan jenis makanan.
Salah satu di antaranya adalah industri tahu. Tahu
adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh
dari hasil penyarian kedelai yang telah digiling
dengan penambahan air. Tahu dikenal sebagai
makanan rakyat karena harganya murah, terjang-
kau oleh masyarakat lapisan bawah sekalipun.
Selain murah, tahu disukai karena dapat diolah
menjadi berbagai macam menu masakan (3,4).
Sejalan dengan perkembangan tersebut
sering ditemui adanya tindakan penyalahgunaan
bahan tambahan makanan. Penggunaan bahan
tambahan makanan diperbolehkan bila diperlukan
untuk memperoleh bentuk, konsistensi dan rupa
yang menarik serta rasa dan aroma yang enak, te-
tapi dilarang jika bertujuan untuk menutupi mutu
yang rendah, menyembunyikan cara pengolahan
yang satu contoh penyalahgunaan pada produk
makanan adalah penggunaan pengawet sintetik
misalnya formalin dan boraks (3,5).
Formalin merupakan bahan tambahan pa-
ngan yang penggunaannya dilarang dalam makan-
an menurut peraturan Menteri Kesehatan No.
1168/Menkes/PER/X/1999. Formalin termasuk ba-
han berbahaya kelas III golongan iritan, cairan
mudah menyala serta bersifat karsinogenik, muta-
genik dan teratogenik (6). Formalin pada konsen-
trasi 45 bpj pada umumnya tidak dapat ditole-
ransi oleh manusia (7,8).
Kebutuhan akan suatu pereaksi kimia un-
tuk pengujian formalin dalam makanan sangat di-
perlukan. Pemilihan pereaksi untuk analisis kuali-
tatif didasarkan pada beberapa kriteria yaitu spe-
sifik, reaksi stabil dan memiliki sensitivitas tinggi.
Pereaksi Nash merupakan yang terbaik untuk
analisis kuantitatif formalin (9)
Tujuan penelitian ini adalah melakukan va-
lidasi metode spektrofotometri sinar tampak untuk
analisis formalin dalam tahu dengan menggunakan
Pereaksi Nash sebagai reagen spesifik, dengan
harapan metode ini dapat dipilih menjadi suatu
metode untuk analisis formalin dalam tahu.


METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan antara lain nera-
ca analitik, penangas air, spektrofotometer ultra-
violet-visibel (Novaspec

II), sentrifus, dan alat-alat


gelas (Pyrex).
Bahan-bahan yang digunakan adalah air
suling, asam asetat glasial, formalin 37 %, amo-
nium asetat, asetil aseton dan sampel tahu putih.
Muhammad Aswad, Validasi Metode Spektrofotmetri Sinar Tampak Untuk Analisis Formalin dalam Tahu 27

Penyiapan Sampel

Sampel tahu putih diambil dari pasar Daya
Makassar. Sampel yang dianalisis berupa tahu
putih, kemudian dihaluskan untuk pemeriksaan.

Pembuatan pereaksi Nash (18)

Sebanyak 2 mL asetil aseton, 3 mL asam
asetat dan 150 g amonium asetat dilarutkan
dengan air suling dan dicukupkan volumenya
hingga 1 L

Pembuatan kurva kalibrasi.

Larutan formalin dengan konsentrasi 0,5;
1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 7,0 bpj dibuat dengan pelarut air
suling. Masing-masing larutan dipipet 5 mL ke-
mudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan
ditambah dengan pereaksi Nash hingga tanda
batas. Campuran dikocok dan dipanaskan pada
penangas air (40 2C) selama 30 menit, lalu di-
dinginkan pada suhu kamar selama 30 menit. Se-
rapannya diukur pada panjang gelombang maksi-
mum. Untuk larutan blanko digunakan campuran 5
mL air suling dengan pereaksi Nash hingga batas
di dalam labu ukur 10 mL.

Validasi metode analisis

Uji presisi

Formalin dengan konsentrasi 1,0 bpj di-
ukur serapannya pada panjang gelombang mak-
simum (
max
) dengan 6 kali replikasi. Presisi
dihitung dengan cara sebagai berikut
1. Hasil analisis adalah X
1
,X
2
,X
3
,_X
n
, maka
simpangan bakun adalah :
SD =


2. Simpangan baku relatif atau koefisien variansi
(KV) adalah :



Uji linieritas

Uji ini dilakukan dengan membuat kurva
kalibrasi standar dengan 6 macam konsentrasi
yaitu untuk standar formalin adalah 0,5; 1,0; 2,0;
4,0; 6,0; 7,0 bpj, kemudian diukur serapannya
pada panjang gelombang maksimum (
max
). Koe-
fisien korelasi (r) dihitung dari analisis regresi linier
Y = a + bX pada kurva kalibrasi.

Uji akurasi dan perolehan kembali

Larutan formalin dengan konsentrasi akhir
3,0; 5,0 dan 7,0 bpj masing-masing sebanyak 5
mL ditambahkan pada 5 g bahan tahu yang tidak
mengandung formalin, kemudian dihomogenkan.
Campuran dipanaskan selama 1 jam di penangas
air (40 2C) kemudian didinginkan dan disaring
ke dalam labu ukur 100 mL. Larutan dipipet seba-
nyak 5,0 mL ke dalam labu ukur 10 mL, ditambah
pereaksi Nash hingga tanda batas. Campuran ter-
sebut dikocok kemudian diukur serapannya pada
panjang gelombang serapan maksimum. Akurasi
dapat dihitung melalui % perolehan kembali (%
recovery) dengan rumus:




C
F
= konsentrasi sampel + baku formalin
C
A
= konsentrasi sampel sebenarnya
C
A
=konsentrasi baku formalin yang ditambahkan

Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Setelah kurva kalibrasi diperoleh, konsen-
trasi terkecil yang masih dapat terdeteksi (LOD)
dan terdeteksi secara kuantitatif (LOQ) dihitung
secara statistik melaui garis linier dari kurva stan-
dar, setelah diperoleh data simpangan baku res-
pon analitik dari blanko dan slope (b) pada per-
samaan garis y = a + bx. Batas deteksi dan batas
kuantitas dihitung berdasarkan rumus:




Keterangan :
k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas
kuantitas
= Simpangan baku respon analitik dari blanko
b = Slope persamaan garis y = a + bx


HASIL DAN PEMBAHASAN

Presisi

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual, di-
ukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-
rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada
sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen.


Tabel 1. Hasil Uji Presisi Larutan Standar For-malin

Replikasi
Konsentrasi
Formalin
(bpj)
Serapan
(A)
1 1,00 0,132
2 1,00 0,132
3 1,00 0,133
4 1,00 0,136
5 1,00 0,133
6 1,00 0,135
Rata-rata 0,1335
SD 0,0016
RSD (KV) 1,198


28 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 1 Maret 2011, hlm. 26 29

Uji dilakukan dengan mengukur larutan
standar formalin tertentu yaitu sebesar 1,00 bpj
sebanyak 6 kali pengulangan. Dari hasil pengujian
presisi menunjukkan nilai RSD (relative standard
deviation atau simpangan baku relatif) pada larut-
an sampel adalah 1,198 %. Nilai RSD yang diper-
oleh lebih kecil dari 2% yang ditentukan (1). De-
ngan demikian analisis formalin dalam tahu secara
spektrofotmetrik sinar tampak ini sangat baik.

Linieritas

Linieritas adalah suatu koefisien korelasi
antara konsentrasi larutan standar dengan serap-
an yang dihasilkan yang merupakan garis lurus.
Metode analisis yang menggambarkan kemampu-
an suatu alat untuk memperoleh hasil pengujian
yang sebanding dengan kadar analitik alat dalam
sam-pel uji pada rentang konsentrasi tertentu. Uji
linieritas dilakukan dengan membuat kurva kali-
brasi yang dapat menghasilkan persamaan garis
regresi serta nilai koefisien determinasi yaitu untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan
baku dengan nilai serapan yang dihasilkan. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 1.



Gambar 1. Kurva serapan larutan formalin standar pada
beberapa konsentrasi

Dari hasil pengujian diperoleh persamaan
regresi 0,128 0,0013 dengan koefisien kore-
lasi (r) 0,999. Koefisien korelasi ini memberikan
hasil yang linier karena memenuhi kriteria peneri-
maan yaitu 0,98, sehingga penggunaan metode
tersebut dapat digunakan untuk analisis formalin
dengan hasil yang baik (1).

Akurasi

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan
derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar ana-
lit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan seba-
gai persen perolehan kembali (% recovery) analit
yang ditambahkan. Untuk mengukur ketepatan
hasil dari analisis yang telah dilakukan, dalam hal
ini perlu dilakukan uji perolehan kembali. Sebagai
contoh, tahu ditambahkan dengan beberapa kon-
sentrasi formalin, lalu dibagi menjadi 3 kelompok
yang masing-masing berisi larutan standar yaitu
3,00 bpj, 5,00 bpj dan 7,00 bpj dengan 3 kali
ulangan. Hasil pengukuran menunjukkan rata-rata
nilai sebesar 102,84 %.
Nilai perolehan kembali ini memenuhi per-
syaratan persen perolehan kembali yaitu berkisar
antara 97 103 % (14). Hal ini menunjukkan bah-
wa metode analisis formalin dalam tahu dengan
metode spektrofotometri mampu dengan baik
memberikan hasil yang akurat.


Tabel 2. Hasil uji akurasi
No
Baku yang
ditambahkan
(Bpj)
Serapan
(A)
Kadar (bpj)
%
recovery
Sampel
Sampel
+ baku
1 3,0 0,412 0,00 3,117 103,90
2 3,0 0,412 0,00 3,117 103,90
3 3,0 0,415 0,00 3,140 104,68
4 5,0 0,675 0,00 5,171 103,43
5 5,0 0,677 0,00 5,187 103,75
6 5,0 0,670 0,00 5,132 102,65
7 7,0 0,914 0,00 7,039 100,55
8 7,0 0,922 0,00 7,101 101,45
9 7,0 0,921 0,00 7,093 101,33
Rata-rata 102,84


Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi
(LOQ)

Batas deteksi adalah konsentrasi analit
terendah dalam contoh yang dapat dideteksi. Se-
dangkan batas kuantitasi adalah konsentrasi teren-
dah dalam contoh yang dapat diukur secara kuan-
titatif dengan akurasi dan presisi yang dapat di-
terima. Penentuan batas deteksi dan batas kuan-
titas untuk metode spektrofotometri sinar tampak
berdasarkan simpangan respon dan kemiringan
(slope) kurva kalibrasi.
Hasil pengujian batas deteksi menunjuk-
kan nilai LOD sebesar 0,0375 bpj. Hasil pengujian
batas kuantitasi menunjukkan nilai LOQ sebesar
0,1250 bpj. Dari hasil tersebut terlihat bahwa kon-
sentrasi terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat memenuhi kriteria presisi dan akurasi adalah
0,1250 bpj.


KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, diper-
oleh nilai parameter validasi untuk metode analisis
formalin dalam tahu dengan menggunakan spek-
trofotometri yakni akurasi sebesar 102,84 %; pre-
sisi 1,198%; linearitas 0,999; batas deteksi 0,0375
bpj dan batas kuantitasi 0,1250 bpj. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa metode analisis
formalin dalam tahu dengan metode spektrofoto-
metri sinar tampak dinyatakan valid.


y = 0,1281x + 0,0135
R = 0,9994
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 5 10
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

(
A
)

Konsentrasi formalin standar (bpj)
Muhammad Aswad, Validasi Metode Spektrofotmetri Sinar Tampak Untuk Analisis Formalin dalam Tahu 29

DAFTAR PUSTAKA

1. Priyambodo, B., 2007, Manajemen farmasi
industri. Penerbit Global Pustaka Utama :
Yogyakarta,
2. Wegscheider, 1996, Validation of analytical
methods, in Accreditation and quality assu-
rance in analytical chemistry : Berlin.
3. Purwanti, R., dan Widowati D., 2003, Deteksi
Formalin Dan Penentuan Total Angka Kuman
Pada Tahu Yang Dijual di Pasar Kartasura.
Pharmacon Pharmaceutical Journal Of Indone-
sia.
4. Sarwono, B, dan Saragih, Y.P., 2001, Mem-
buat Aneka Tahu, Penebar Swadaya, Jakarta.
5. Winarno, F.G, dan Rahayu, T.S. 1994, Bahan
Tambahan Untuk Makanan Dan Kontaminan,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
6. Anonim, 1999, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/PER/
X/1999 tentang Bahan Tambahan Pangan
Yang Dilarang, Depkes RI, Jakarta
7. Cahyadi, W., 2006, Bahan Tambahan Pangan,
Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta
8. Nurheti, Y., 2008, Racun Di Sekitar Kita.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
9. Suryadi, H., Hayun, dan Harsono, F.D., 2008,
Pemilihan Metode Analisis Berdasarkan Pada
Reaksi Warna Dan Spektrofotometri UV-
Tampak. Prosiding Kongres Ilmiah XVI ISFI :
Jakarta
10. Riyadi, T., 1992, Pengolahan Kedelai. BPTTG
Puslitbang Fisika Terapan, Subang.
11. Mulja, M., dan Syahrani, A., 1990, Aplikasi
Analisis Spektrofotometri UVVisibel. Mespico
Grafika, Surabaya.
12. Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia
Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
13. Soekarto, S.T., 1990, Dasar-Dasar Pengawas-
an Dan Standarisasi Mutu Pangan. PAU
Pangan dan Gizi. IPB Press, Bogor
14. Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi
Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah
Ilmu Kefarmasian Vol.I, No.3,
15. Nash T., 1953, The Colorometric Estimation Of
Formaldehyde By Means Of The Hantzch
Reaction. Journal of Biochemisrty .
16. Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia,
ed.3, Departemen Kesehatan Republik Indo-
nesia, Jakarta
17. Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia,
ed.4, Departemen Kesehatan Republik Indo-
nesia, Jakarta

You might also like