You are on page 1of 68

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA



JAKARTA 2008
PPK DEPKES
DAFTAR ISI

HALAMAN

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................... 2
C. Sasaran ......................................................................................... 2
D. Landasan Hukum .......................................................................... 3
E. Definisi .......................................................................................... 4
II. KEBIJAKAN DAN STRATEGI............................................................ 7
A. Kebijakan ...................................................................................... 7
B. Strategi .......................................................................................... 7
III. PERMASALAHAN KESEHATAN AKIBAT BENCANA GUNUNG API
DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA............................................. 9
A. Gunung Api di Indonesia ................................................................. 9
B. Bahaya Akibat Letusan Gunung Api................................................ 10
C. Permasalahan Kesehatan yang timbul akibat letusan gunung api 12
D. Upaya Penanggulangan Bidang Kesehatan.................................... 13
E. Sistem Informasi.............................................................................. 14
F. Prinsip-prinsip Evakuasi Medik Pada Saat Terjadi Bencana Gunung
Api ................................................................................................ 15
IV. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA JALUR EVAKUASI BIDANG
KESEHATAN..................................................................... .................. 18
A. Tersedianya Peta Daerah Rawan Bencana Gunung Api........... ..... 19
B. Penyusunan Peta Penduduk Rentan dan Kelompok Risiko
Tinggi............................................................................................... 20
C. Penyusunan Peta Sumber Daya Kesehatan ................................... 21
D. Menentukan Lokasi Penampungan Dan Pos Kesehatan ............... 22
D.1. Tempat Penampungan Sementara ...................................... 24
D.2. Tempat Penampungan Aman .............................................. 25
E. Menyusun Skema J alur Evakuasi ................................................... 26
F. Menentukan J alur Lintas Kendaraan Evakuasi Bidang
Kesehatan/Ambulans....................................................................... 29
G. Langkah-Langkah Penyusunan Peta J alur Evakuasi Bidang
Kesehatan Pada Bencana Gunung Api .......................................... 29
H. Sumber Informasi Lintas Program .................................................. 32
I. Sumber Informasi Lintas Sektor ..................................................... 32

V. MONITORING DAN EVALUASI ........................................................... 37
A. Monitoring ........................................................................................ 37
B. Evaluasi ........................................................................................... 38
PPK DEPKES
VI. PENUTUP ............................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 40

LAMPIRAN - LAMPIRAN .......................................................................... 41































PPK DEPKES
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang paling rawan terhadap bencana di
kawasan Asia Tenggara, hal ini terkait dengan kondisi geografis, geologis,
hidrologis dan demografi yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang
disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia.
Bencana gunung api adalah salah satu jenis bencana alam yang dapat
menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta bendadan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu
dapat menghambat pembangunan nasional.
Salah satu kegiatan pada periode pra bencana adalah mitigasi (pengurangan
resiko bencana/peredaman bencana) yaitu segala upaya yang dilakukan
untuk meminimalkan masalah kesehatan yang timbul sebelum terjadi
bencana. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan struktural (pembangunan dan
rehabilitasi fisik sarana kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dsb) dan
non struktural (penetapan lokasi pembangunan sarana kesehatan di daerah
aman, pengaturan konstruksi sarana kesehatan baru, pembuatan pedoman
cara penguatan dan desain ulang bangunan sarana kesehatan yang sudah
ada sesuai dengan kondisi wilayah, pengaturan jalur evakuasi di setiap
pelayanan kesehatan, dsb).
Sebagaimana diketahui bahwa di Indonesia terdapat sekitar 129 Gunung Api
dan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 beberapa diantaranya
menunjukkan peningkatan aktivitasnya dari status waspada sampai siaga
seperti Gunung Merapi, Gunung Slamet dan Gunung Dieng di J awa Tengah,
Gunung Semeru, Gunung Kelud dan Gunung Bromo di J awa Timur, Gunung
Papandayan, Gunung Guntur di J awa Barat, Gunung Krakatau di Lampung
dan Banten, Gunung Kerinci di J ambi, Gunung Talang di Sumatra Barat,
Gunung Soputan, Gunung Karangetang, Gunung Lokon di Sulawesi Utara,
Gunung Dempo di Sumatera Selatan, Gunung Ibu di Maluku Utara dan
Gunung Batu Tara di Nusa Tenggara Timur. Bahkan Gunung Merapi pada
tanggal 13 Mei sampai 21 J uni 2006 berada dalam kondisi Status Awas.
1
PPK DEPKES
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam upaya penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana maka perlu dibuat sebuah pedoman peta jalur
evakuasi pada daerah gunung api terutama bidang kesehatan, yang
bermanfaat untuk mempermudah evakuasi penduduk rentan menuju tempat
penampungan yang aman, pos kesehatan, puskesmas dan rumah sakit
setempat. Dengan adanya jalur tersebut diharapkan akan mempermudah
bagi petugas kesehatan untuk menolong korban bencana menuju pos
kesehatan, puskesmas serta rumah sakit, selain itu akan menjadi acuan bagi
masyarakat dalam menentukan ke arah atau jalur lintas yang harus mereka
lalui ketika terjadi bencana sehingga penduduk dapat sampai di daerah yang
aman.
B. Tujuan
Tujuan umum Pedoman ini adalah memberikan panduan umum bagi
institusi kesehatan di daerah dalam menyusun peta jalur evakuasi bidang
kesehatan pada bencana gunung api.
Tujuan khusus Pedoman ini adalah memberikan panduan untuk :
- Menyusun peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi
- Menyusun peta sumber daya kesehatan
- Menentukan lokasi tempat penampungan dan pos kesehatan
- Membuat skema jalur evakuasi
- Menentukan jalur lintas kendaraan evakuasi bidang kesehatan
- Melakukan monitoring dan evaluasi
C. Sasaran
Sasaran Pedoman Peta J alur Evakuasi bidang kesehatan adalah petugas
kesehatan di daerah yang mempunyai risiko terhadap bahaya gunung api
di Indonesia.


2
PPK DEPKES
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 No. 100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495).
2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
3. Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian
Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah.
4. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tahun 2007 tahun Pedoman
Umum Mitigasi Bencana.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 46 tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan tata kerja PBBD.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/SK/I/1995 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban
Bencana.
9. Kepmendagri 131/2003 : Pedoman Pencegahan Penanggulangan
Bencana di Daerah.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/Menkes/SK/II/2006 tentang
Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 783/Menkes/SK/X/2006 tentang
Regionalisasi Pusat Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/Menkes/SK/XI/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah
Kesehatan Lain.
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/Menkes/SK/I/2007 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.
14. Pedoman Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana di Daerah
Tahun 2007.

3
PPK DEPKES
E. Definisi
1. Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan, yang disebabkan baik oleh faktor alam, non alam, sosial,
ataupun kegagalan teknologi yang mengakibatkan timbulnya korban
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta faktor
psikologis.
2. Gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di
permukaan yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat
munculnya batuan lelehan (magma)/rempah lepas/gas yang berasal
dari bagian dalam bumi.
3. Bencana gunung api adalah salah satu jenis bencana alam akibat
erupsi gunung api.
4. Daerah rawan bencana adalah suatu daerah yang memiliki kondisi
atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk
jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
5. Evakuasi adalah upaya untuk memindahkan korban secara aman dari
lokasi yang tertimpa bencana ke wilayah yang lebih aman untuk
mendapatkan pertolongan.
6. Evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api adalah upaya
untuk memindahkan korban atau pasien ke sarana kesehatan terdekat
yang berada di luar kawasan rawan bencana gunung api untuk
mendapatkan pertolongan atau pelayanan kesehatan lebih baik.
7. Evakuasi medik adalah upaya untuk memindahkan penderita gawat
darurat dari suatu tempat ke tempat lain namun mempunyai fasilitas
yang dibutuhkan oleh penderita yang dirujuk.
8. J alur Evakuasi Bidang Kesehatan adalah jalur yang dapat dilalui untuk
memindahkan korban (kelompok risti) ke lokasi pengungsian atau
pasien ke sarana kesehatan yang telah ditentukan untuk mendapatkan
pertolongan atau pelayanan kesehatan lebih baik.
9. Peta Daerah Rawan Bencana Gunung Api adalah peta petunjuk yang
menggambarkan TINGKAT KERAWANAN suatu daerah terhadap
bencana gunung api disertai J ALUR EVAKUASI yang telah ditentukan.
4
PPK DEPKES
10. Kawasan rawan bencana gunung api adalah kawasan yang
diidentifikasi berpotensi terlanda bencana erupsi gunung api
11. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi
pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu
12. Kerawanan adalah suatu kondisi dalam masyarakat tertentu yang
menggambarkan tingkat ketidakmampuan masyarakat tersebut untuk
menanggulangi masalah kedaruratan.
13. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor
atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup yang
meningkatkan kerawanan suatu masyarakat terhadap dampak
ancaman.
14. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat penampungan
pengungsi yang terletak dalam kawasan rawan bencana yang
digunakan sebagai meeting point atau titik kumpul untuk
mempermudah proses evakuasi ke TPA pada saat terjadi peningkatan
status aktivitas gunung api dan diutamakan untuk menampung
penduduk yang tidak termasuk kelompok risti (kel. risti sangat
dianjurkan untuk segera dievakuasi ke TPA).
15. Tempat Penampungan Aman (TPA) adalah tempat penampungan
pengungsi yang berada di luar wilayah rawan bencana yang biasanya
lebih luas dan memiliki fasilitas lebih baik daripada TPS.
16. Skema J alur Evakuasi adalah skema yang menggambarkan
pengaturan ALUR MOBILISASI penduduk rentan dan kel. risti selama
proses evakuasi.
17. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
18. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
5
PPK DEPKES
19. Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah serangkaian
kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakkan (mitigasi)
ancaman/bahaya yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat,
mensiapsiagakan sumber daya kesehatan, menanggapi kedaruratan
kesehatan, memulihkan (rehabilitasi), mengumpulkan data,
menganalisis dan menyajikan informasi serta membangun kembali
(rekonstruksi) infrastruktur kesehatan yang rusak akibat bencana
secara lintas program dan lintas sektor.
20. Penduduk rentan terhadap bencana adalah kondisi penduduk yang
karena faktor-faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup berada
dalam kerawanan dampak bencana.
21. Kelompok risiko tinggi adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi atau
rentan untuk mengalami permasalahan kesehatan yaitu bayi, balita, ibu
hamil, ibu menyusui, lanjut usia dan orang cacat.
22. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau
dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum
pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.
23. Pusat Penanggulangan Krisis Regional adalah unit fungsional di
daerah yang ditunjuk mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan
pelayanan kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan pada
kejadian bencana.
24. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah
suatu sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari
unsur pelayanan pra rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan
pelayanan antar rumah sakit.
25. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai
hidung (saluran atas) sampai alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga bawah dan pleura.
26. Sistem peringatan dini adalah sistem yang menghasilkan informasi
mengenai keadaan darurat/kedaruratan melalui rangkaian proses
pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta diseminasi informasi
tentang keadaan darurat atau kedaruratan.


6
PPK DEPKES
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Kebijakan
1. Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana lebih difokuskan
kepada upaya sebelum terjadi bencana.
2. Penyebarluasan informasi mengenai penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana gunung api pada masyarakat perlu dilakukan dengan
memantapkan sistem informasi dan jejaring komunikasi.
3. Peta jalur evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api
menjadi panduan untuk mengarahkan penduduk rentan ke sarana
kesehatan terdekat yang aman dan merupakan kegiatan lintas program
serta lintas sektor.
4. Pemerintah Daerah berperan dalam menentukan kebijakan untuk
penyusunan peta jalur evakuasi khususnya bidang kesehatan.
5. Pengaturan jalur lintas evakuasi ditentukan untuk menciptakan
keteraturan dalam pelaksanaan evakuasi bidang kesehatan.
6. Peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan dan masyarakat.
7. Monitoring dan evaluasi

B. Strategi
1. Meningkatkan upaya pengurangan dampak kesehatan dan jatuhnya
korban sebelum terjadi bencana.
2. Memperkuat sistem informasi dan jejaring komunikasi penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana gunung api.
3. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk
menyusun peta jalur evakuasi bidang kesehatan.
4. Melakukan penyusunan peta penduduk rentan dan kelompok risiko
tinggi
5. Mendukung tersusunnya jalur lintas evakuasi bidang kesehatan di
setiap wilayah rawan bencana gunung api.

7
PPK DEPKES
6. Menyiapkan sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi
dampak kesehatan akibat bencana gunung api.
7. Mengaktifkan pelayanan kesehatan di daerah rawan gunung api.
8. Memperhatikan sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana
gunung api.
9. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, pelatihan dan gladi
lapang.
10. Mendorong terciptanya kesadaran masyarakat terhadap bahaya
gunung api dan upaya penanggulangannya.






8

Erupsi eksentrik
Lapisan
batuan
Pipa
kepundan
Dapur
magma
Erupsi
samping
Lubang kepundan
Erupsi
samping
Leleran
lava
28
Kawah
BAB III
PERMASALAHAN KESEHATAN AKIBAT BENCANA GUNUNG API DAN
UPAYA PENANGGULANGANNYA

A. Gunung Api di Indonesia
Di Indonesia terdapat 129 gunung api aktif dan 500 gunung api tidak aktif
di wilayah Indonesia. Sebagian besar (61%) dari gunung api aktif tersebut
merupakan tipe A yaitu gunung api yang pernah mengalami erupsi
magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Sebanyak
23% merupakan tipe B, yaitu gunung api yang sesudah tahun 1600 belum
lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala
kegiatan. Dan 16% merupakan tipe C, yaitu gunung api yang erupsinya
tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-
tanda kegiatan masa lampau pada tingkat lemah.
Gambar 1.
Penampang suatu gunung api dan bagian-bagiannya.(Modifikasi dari Krafft, 1989)










9

Sebaran gunung api di Indonesia berdasarkan tipenya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Daerah Tipe-A Tipe-B Tipe-C Jumlah
1. Sumatera 13 12 6 31
2. J awa 21 9 5 35
3. Bali 2 - - 2
4. Lombok 1 - - 1
5. Sumbawa 2 - - 2
6. Flores 16 3 5 24
7. Laut Banda 8 1 - 9
8. Sulawesi 6 2 5 13
9. Kep. Sangihe 5 - - 5
10 Halmahera 5 2 - 7
Jumlah 79 29 21 129
Sumber : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi DESDM

Gunung api ini membentuk sabuk memanjang dari Pulau Sumatera, J awa,
Bali, Nusa Tenggara pada satu rangkaian dan menerus ke arah utara
sampai Laut Banda dan bagian utara Pulau Sulawesi. Rangkaian ini
sangat panjang mencapai kurang lebih 7.000 kilometer di mana di
dalamnya terdapat gunung api dengan karakter yang beragam. Saat ini
lebih dari 10% populasi penduduk Indonesia berada di daerah kawasan
rawan bencana gunung api. Selama 100 tahun terakhir, lebih dari 175
ribu jiwa manusia menjadi korban akibat letusan gunung api.

B. Bahaya Akibat Letusan Gunung Api
Bahaya letusan gunung api dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya.
Yaitu bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder). Bahaya
primer adalah bahaya yang langsung terjadi ketika proses peletusan
sedang berlangsung. Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya yang
10

terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Kedua jenis bahaya
tersebut masing-masing mempunyai risiko merusak dan mematikan.
1. Bahaya langsung (primer) letusan gunung api yaitu:
a. Leleran lava (lava flow)
Lava adalah magma yang mencapai permukaan, berupa cairan
kental dan bersuhu tinggi (antara 700 1.200C). Karena cair,
maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng/lembah dan
membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava tersebut sudah
dingin, maka berubah wujud menjadi batu (batuan beku) dan
daerah yang dilaluinya menjadi ladang batu.
b. Awan panas (piroclastic flow)
Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan
bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitasnya
yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara
turbulensi bagaikan gulungan awan yang menyusuri lereng.
Suhunya sangat tinggi antara 300 - 700C dan kecepatan luncurnya
pun sangat tinggi yaitu >70 km/jam.
c. Hujan abu lebat
Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) diterbangkan
angin dan jatuh sebagai hujan abu dengan arah yang tergantung
pada arah angin. Karena ukurannya halus, maka berbahaya bagi
pernafasan dan mata serta dapat mencemari air tanah, merusak
tetumbuhan (terutama daun), korosif pada atap seng karena
mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam.
d. Lontaran material (bom vulkanik)
J atuhnya lontaran bisa mencapai ratusan meter jauhnya, sangat
bergantung dari besarnya energi letusan. Suhunya tinggi (>200C)
dan ukurannya besar (garis tengah >10 cm) sehingga dapat
membakar sekaligus melukai bahkan mematikan mahluk hidup.


11

e. Lahar letusan/ lahar primer
Lahar letusan/ lahar primer terjadi pada gunung api yang
mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup
besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan
menumpahkan lumpur panas.
f. Gas racun
Gas racun yang muncul dari gunung api tidak selalu didahului oleh
letusan tetapi dapat keluar dengan sendirinya melalui celah
bebatuan yang ada meskipun kerap kali diawali oleh letusan. Gas
utama yang biasa muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2 dan CO.
Yang paling sering dan merupakan penyebab utama kematian
adalah CO2. Sifat gas jenis ini lebih berat dari udara sehingga
cenderung menyelinap di dasar lembah atau cekungan terutama
bila malam hari dan cuaca kabut atau tidak berangin, karena dalam
suasana tersebut konsentrasinya akan bertambah besar.
g. Tsunami gunung api
Umumnya terjadi pada gunung api pulau. Ketika terjadi letusan,
materialnya masuk ke dalam laut dan mendorong air laut ke arah
pantai sehingga menimbulkan gelombang pasang.
2. Bahaya sekunder yaitu :
Lahar hujan yaitu bila suatu gunung api meletus, akan terjadi
penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng
bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut
akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke
lembah sebagai banjir bebatuan yang disebut lahar.
C. Permasalahan Kesehatan yang timbul akibat letusan gunung api
Masalah kesehatan yang timbul akibat letusan gunung api antara lain :
1. luka bakar
2. gangguan napas
3. gejala keracunan gas
4. penyakit mata
5. ISPA
12

Melihat besar dan luasnya potensi bahaya yang ditimbulkan maka apapun
yang berada dekat dengan gunung api rentan terhadap bahaya, termasuk
manusia, tanaman pangan dan ternak, bangunan, ekologi dan sumber air
bersih. Oleh karena itu masyarakat dan khususnya petugas kesehatan
yang bertugas di daerah yang rawan bencana gunung api seharusnya
sadar dengan bahaya yang dihadapi. Sosialisasi mengenai bahaya yang
dapat diakibatkan oleh aktivitas gunung api dan upaya
penanggulangannya perlu digiatkan.
D. Upaya Penanggulangan Bidang Kesehatan
Penentuan status gunung api ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Berkaitan dengan tingkatan aktivitas gunung api (Level I IV), kegiatan
yang dapat dilakukan oleh jajaran kesehatan antara lain:
TINGKAT AKTIVITAS
GUNUNG API
KEGIATAN BIDANG KESEHATAN
Level I
(Normal)
Kegiatan gunung api
berdasarkan pengamatan
dari hasil visual, kegempaan
dan gejala vulkanik lainnya
tidak memperlihatkan
adanya kelainan.
- Melaksanakan dan mengikuti pelatihan
penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana
- Menyusun jalur evakuasi bidang kesehatan
- Berperan serta dalam gladi penanggulangan
bencana gunung api di daerahnya
- Melakukan surveilans kesehatan terhadap
penduduk rentan
- Melakukan koordinasi dengan lintas sektor

Level II
(Waspada)
Terjadi peningkatan kegiatan
berupa kelainan yang
tampak secara visual atau
hasil pemeriksaan kawah,
kegempaan dan gejala
vulkanik lainnya.
- Berkoordinasi dengan sektor terkait
- Menyiagakan sarana kesehatan
- Mempersiapkan logistik kesehatan
- Melakukan supervisi Tempat Penampungan
- Memperhatikan sistem peringatan dini yang
sudah dibentuk
13

Level III
(Siaga)
Peningkatan semakin nyata
dimana hasil pengamatan
visual/pemeriksaan kawah,
kegempaan dan metoda lain
saling mendukung.
Berdasarkan analisis,
perubahan kegiatan
cenderung diikuti letusan.
- Menyiagakan sarana kesehatan seperti
membuka pelayanan kesehatan di Puskesmas
selama 24 jam
- Mendirikan pos kesehatan di tempat-tempat
penampungan
- Melakukan surveilans kedaruratan
- Melakukan evakuasi medik
- Berkoordinasi dengan sektor terkait dalam
memantau perkembangan aktivitas gunung api
Level IV
(Awas)
Menjelang letusan utama,
letusan awal mulai terjadi
berupa abu/asap.
Berdasarkan analisis data
pengamatan, segera akan
diikuti letusan utama.
- Mengaktifkan Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT)
- Melakukan pelayanan kesehatan lapangan
- Melakukan evakuasi medik
- Melakukan surveilans kedaruratan
- Berkoordinasi dengan sektor terkait dalam
penanggulangan krisis kesehatan
E. Sistem informasi
Informasi status gunung api ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Departemen Energi Sumber
Daya Mineral. Setiap ada informasi tentang peningkatan status gunung
api, akan disampaikan kepada Pemerintah Daerah Setempat. Setelah
menerima informasi siaga gunung api, Dinas Kesehatan segera
menyiagakan sumber daya yang dibutuhkan dalam penanggulangan
bencana dan menyebarluaskan informasi tersebut secara cepat kepada
jajaran kesehatan setempat (Tim Penanggulangan Bencana) selanjutnya
melaporkan informasi kesiapsiagaan kepada Departemen Kesehatan
dengan menggunakan tata cara yang telah ditetapkan sebelumnya.
(Lampiran 1)
Informasi yang dibutuhkan pada awal terjadinya bencana (Lampiran 2 dan
Lampiran 5) disampaikan segera setelah kejadian awal diketahui dan
dikonfirmasi kebenarannya. Penilaian kebutuhan cepat penanggulangan
krisis (Lampiran 3) dilakukan segera setelah informasi awal diterima.
Informasi perkembangan penanggulangan krisis (Lampiran 4)
14

disampaikan untuk memberikan informasi selanjutnya tentang dampak
bencana dan upaya penanggulangannya.
F. Prinsip-prinsip Evakuasi Medik Pada Saat Terjadi Bencana Gunung
Api
J ika terjadi bencana letusan gunung api dan terdapat korban, maka
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
1. Melokalisasi korban
2. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat penampungan
yang aman
3. Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian)
4. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan
5. Mempersiapkan korban untuk transportasi ke pos medis lanjutan
6. Menghubungi pos medis lanjutan untuk persiapan menerima korban
7. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.

Agar lebih jelas, alur proses pemindahan korban tersebut di atas dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Tempat Penampungan Korban









Sumber:Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Daerah
Kerja
Daerah
Kerja
Daerah
Kerja
Tempat penampungan sementara :
Perawatan dilapangan
Daerah Pusat Bencana
Pos pelayanan medis lanjutan, RS rujukan
15


Di bawah situasi tertentu di mana lokalisasi korban sulit dilakukan (seperti
korban yang terjebak dalam bangunan runtuh), pembebasan korban akan
membutuhkan waktu yang lebih lama. J ika kondisi korban memburuk, maka
tenaga medis lapangan diturunkan untuk melakukan stabilisasi korban
selama proses pembebasan dilakukan. Tenaga medis yang melakukan
prosedur ini harus sudah dilatih khusus untuk itu dan prosedur ini hanya boleh
dilakukan pada situasi-situasi yang sangat mendesak.
Memindahkan korban ke pos pelayanan medis lanjutan/rumah sakit rujukan
harus dilakukan dengan berhati-hati. Perjalanan yang dilakukan dapat
berbahaya, kecuali apabila terhadap penderita telah dilakukan stabilisasi,
tenaga yang mendampingi terlatih dan telah diperhitungkan kemungkinan
yang akan terjadi selama transportasi.
Dalam melaksanakan tugasnya, petugas kesehatan dianjurkan untuk
memperhatikan faktor-faktor keselamatan diri sehingga tidak menjadi korban.
Bagi petugas kesehatan yang bekerja pada saat terjadinya peningkatan
akitivitas gunung api harus menggunakan alat pelindung diri antara lain
masker, kacamata pelindung (gogle), sepatu pelindung dan jaket pelindung
panas. Selain itu petugas kesehatan juga dituntut untuk mampu
mengidentifikasi lokasi apakah aman atau tidak sebelum masuk ke dalam
suatu area bencana.
Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area aman atau terlarang
adalah sebagai berikut : (lihat gambar 3)
a. Daerah Pusat Bencana : terbatas hanya untuk tim penolong profesional
yang dilengkapi dengan peralatan memadai.
b. Area sekunder : hanya diperuntukkan bagi petugas yang ditugaskan untuk
operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan kontrol,
16

komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos medis lanjutan,
pusat evakuasi dan tempat parkir bagi kendaraan yang dipergunakan
untuk evakuasi dan keperluan teknis.
c. Area tersier : Area ini berfungsi sebagai penahan untuk mencegah
masyarakat memasuki daerah berbahaya.
Gambar 3. Area Terlarang

Sumber: Penatalaksanaan Korban Bencana Massal










Area Tersier





Area Sekunder
Area Pusat Bencana
17

BAB IV
TAHAPAN PENYUSUNAN PETA JALUR EVAKUASI
BIDANG KESEHATAN
Sebagaimana yang telah dibahas pada sebelumnya, bahwa peningkatan
aktivitas gunung api dapat membahayakan semua yang berada disekitarnya
termasuk manusia dan lingkungannya sehingga mengakibatkan krisis
kesehatan. Oleh karena itu, untuk menghindari dampak kesehatan dan
jatuhnya korban maka perlu dilakukan penyusunan peta jalur evakuasi bidang
kesehatan pada bencana gunung api. Peta jalur evakuasi ini tidak saja
berguna bagi masyarakat dan petugas kesehatan yang bermukim dan bekerja
di lokasi rawan bencana tapi juga sebagai informasi bagi pendatang yang
belum mengenal baik daerah tersebut. Oleh karena itu peta evakuasi ini
harus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat yang berada di daerah
rawan bencana gunung api.
Di pemukiman penduduk dan tempat penampungan sekitar gunung api juga
sebaiknya terdapat suatu alat peringatan dini yang dapat menginformasikan
kepada masyarakat jika terjadi kecenderungan peningkatan aktivitas gunung
api. Alat peringatan dini ini dapat berupa perangkat canggih (misalnya
alarm/sirene) atau tradisional (misalnya kentongan) yang mudah dipakai dan
dipahami maksudnya. Segera setelah diperoleh informasi mengenai aktivitas
gunung api yang membahayakan dari sektor terkait, alat peringatan dini baik
yang dikelola oleh petugas berwenang maupun oleh masyarakat secara
mandiri akan memberikan tanda untuk bersiap dievakuasi.
Komponen dalam Penyusunan Peta J alur Evakuasi Bidang Kesehatan pada
Bencana Gunung Api adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya peta daerah rawan bencana gunung api dengan jalur
evakuasinya.
2. Penyusunan peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi .
3. Penyusunan peta sumber daya kesehatan
4. Penetapan lokasi tempat penampungan dan pos kesehatan
5. Menyusun skema jalur evakuasi
6. menentukan jalur lintas kendaraan evakuasi bidang kesehatan/ambulans
18

A. Tersedianya Peta Daerah Rawan Bencana Gunung Api
Peta daerah rawan bencana gunung api adalah peta petunjuk yang
menggambarkan tingkat kerawanan suatu daerah apabila terjadi letusan
atau peningkatan aktivitas gunung api pada suatu daerah disertai gambar
jalur yang telah ditentukan untuk melakukan proses evakuasi ke tempat
penampungan yang aman.
Di dalam peta tersebut juga dituliskan istilah Kawasan Rawan Bencana
(KRB) yang menggambarkan tingkat kerawanan terhadap bencana
gunung api dari tingkatan rendah ke tinggi, yaitu:
1. Kawasan Rawan Bencana I (KRB I)
Adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir. Selama letusan
membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa
hujan abu dan lontaran batu. Pada kawasan ini masyarakat perlu
meningkatkan kewaspadaan jika terjadi erupsi atau hujan abu .
2. Kawasan Rawan Bencana II (KRB II)
Adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran massa berupa awan
panas, aliran lava, lahar dan terlanda lontaran berupa jatuhan
piroklastik dan lontaran batu. Pada kawasan ini masyarakat diharuskan
mengungsi jika terjadi peningkatan aktivitas gunung api.
3. Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)
Adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber bahaya yang
sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu dan lontaran
batu. Pada kawasan ini tidak diperkenankan untuk hunian tetap.
Peta daerah rawan yang dilengkapi dengan petunjuk mengenai jalur
evakuasi dapat diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Departemen Energi Sumber Daya Mineral. +90% gunung api
di Indonesia telah dibuatkan peta daerah rawan bencana gunung api
Bila kita ingin melengkapi peta tersebut dengan kondisi topografi suatu
wilayah, maka dapat diperoleh dari Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional
19

Gambar 4. Contoh peta rawan bencana gunung api
oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana DESDM

B. Penyusunan Peta Penduduk Rentan dan Kelompok Risiko Tinggi
Langkah selanjutnya adalah membuat peta demografi yang memberikan
informasi mengenai data penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi.
Penyusunan peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi pada
bencana gunung api berguna untuk :
1. Memperkirakan jumlah penduduk rentan bencana
2. Memperkirakan jumlah kelompok risiko tinggi dalam penduduk rentan
(bayi, anak dibawah lima tahu (balita), ibu hamil (bumil), ibu meneteki
(buteki), lanjut usia (lansia), cacat dan sakit berat)
3. Mengetahui tingkat kesehatan penduduk rentan
4. Mengetahui mobilitas penduduk rentan
5. Mengetahui pemukiman yang rawan terkena dampak bahaya gunung
api
6. Memperkirakan distribusi evakuasi penduduk rentan dan kelompok
risiko tinggi ke tempat penampungan dan sarana kesehatan jika terjadi
peningkatan aktivitas gunung api .
20

Informasi yang dibutuhkan dalam menyusun peta penduduk rentan
bencana gunung api, yaitu:
1. J umlah penduduk rentan
2. J umlah kelompok risiko tinggi dalam penduduk rentan
3. Tingkat kesehatan penduduk
4. Aktivitas penduduk
5. Kultur/budaya
Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas dapat
memberikan data jumlah kelompok risiko tinggi dalam satu desa/dusun,
terutama yang rawan bencana gunung api. Selain itu, cakupan imunisasi
dan status gizi penduduk di daerah rawan juga sangat diperlukan untuk
mengetahui tingkat kerentanan terhadap masalah kesehatan jika terjadi
pengungsian.
C. Penyusunan Peta Sumber Daya Kesehatan
Penyusunan peta sumber daya kesehatan merupakan komponen penting
dalam Penyusunan Peta J alur Evakuasi Bidang Kesehatan pada Bencana
Gunung Api. Penyusunan peta ini berguna untuk:
1. Mengetahui letak/lokasi sarana kesehatan
2. Mengetahui jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan di setiap sarana
kesehatan
3. Mengetahui kesiapan logistik kesehatan
4. Mengetahui akses penduduk rentan ke fasilitas kesehatan
5. Mengetahui sarana kesehatan yang rawan terkena dampak bahaya
bencana gunung api.
Informasi yang dibutuhkan mengenai sumber daya kesehatan antara lain:
1. Lokasi sarana kesehatan:
a. Pos Pelayanan Terpadu (posyandu)
b. Pondok Bersalin Desa (polindes)
c. Puskesmas Pembantu (pustu)
d. Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas)
21

e. Rumah Sakit (RS)
f. Rumah Bersalin
g. Klinik 24 jam
h. Apotik
2. J umlah dan kompetensi tenaga kesehatan:
a. dokter spesialis
b. dokter umum
c. perawat
d. bidan
e. surveilans
f. sanitarian
g. tenaga SAR
h. tenaga PMI
i. tenaga farmasi
j. masyarakat umum terlatih, dll
3. Sarana komunikasi:
a. komunikasi radio
b. komunikasi telepon
c. komunikasi satelit
d. email dan handphone
4. Sarana transportasi:
a. ambulance
b. puskemas keliling (pusling)
c. transportasi sungai atau laut
5. Logistik kesehatan:
a. buffer stok obat dan bahan habis pakai
b. emergency kit
c. alat dan bahan sanitasi / kesling
d. makanan pendamping air susu ibu (MP ASI)
D. Menentukan Lokasi Penampungan dan Pos Kesehatan
Ketika status gunung api aktif berada dalam kondisi normal, perlu
dilakukan perencanaan tempat penampungan yang aman bagi para
penduduk yang bermukim di daerah rawan bencana gunung api. Hal ini
untuk mengantisipasi bila terjadi peningkatan aktivitas gunung api dan
22

diberlakukan status SIAGA, sehingga penduduk harus dievakuasi dari
wilayah tersebut. Penetapan area ini sebagai salah satu tindakan
penyelamatan untuk memberi perlindungan kepada masyarakat di daerah
rawan dari segala risiko potensial yang diperkirakan dapat terjadi
(perluasan bencana, material berbahaya, dll).
Dalam menentukan lokasi penampungan pengungsi ada beberapa hal
yang perlu dinilai yaitu :
1. Tempat tersebut tidak berpotensi dialiri lava atau lahar dan awan
panas atau material berbahaya lain akibat bencana gunung api. Untuk
itu perlu dikoordinasikan dengan sektor terkait seperti Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi Sumber
Daya Mineral.
2. Terdapat fasilitas jalan dari pemukiman ke tempat penampungan untuk
memudahkan evakuasi. Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum
diperlukan untuk memperoleh data mengenai infrastruktur di daerah
rawan gunung api.
3. Terdapat fasilitas publik seperti sekolah, rumah ibadah, puskesmas dll.
Koordinasi dengan Pemda setempat diperlukan untuk memperoleh
data tersebut.
4. Tersedia sarana air bersih, MCK, penerangan/listrik, dll yang
mencukupi (penjelasan pada lampiran 6).
Tidak jarang terjadi kesulitan dalam proses evakuasi penduduk menuju
tempat penampungan dengan alasan yang beraneka ragam. Masyarakat
di sekitar gunung api terkadang kurang merespon bahkan bersikap apatis
karena menganggap getaran-getaran kecil dari gunung api adalah hal
yang biasa. Sehingga himbauan untuk mengungsi ke tempat yang berada
jauh dari lokasi tempat tinggal mereka terkadang tidak mendapat
tanggapan yang baik. Selain itu, berada jauh dari tempat mereka
bermukim dan bekerja dianggap kurang menguntungkan dari segi
ekonomi keluarga.

23

Salah satu solusi untuk menghadapi situasi tersebut adalah dengan
mendirikan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yaitu tempat
penampungan pengungsi yang terletak di sekitar pemukiman dalam
wilayah rawan bencana. Tentu saja jika terjadi kecenderungan
peningkatan yang lebih membahayakan maka pengungsi yang berada di
TPS harus dievakuasi ke tempat penampungan yang berada diluar daerah
rawan yaitu Tempat Penampungan Aman (TPA). Dan jika terjadi
penurunan aktivitas gunung api, masyarakat dapat dengan mudah kembali
ke rumah masing-masing.

Di setiap tempat penampungan baik TPS maupun TPA dibentuk Pos
Kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan dan memantau
perkembangan kesehatan pengungsi. Pembentukan Pos Kesehatan di
tempat penampungan dapat pula berfungsi sebagai pusat informasi
kesehatan di lapangan untuk melaporkan segala permasalahan kesehatan
ke Puskesmas atau jenjang diatasnya.

Oleh karena itu, Pos Kesehatan yang berada di tempat penampungan
dilengkapi dengan sarana komunikasi. Selain itu sarana transportasi
seperti ambulans juga dibutuhkan untuk melakukan pelayanan rujukan.
J elasnya mengenai tempat penampungan akan diurai sebagai berikut:
D.1. Tempat Penampungan Sementara
Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat
penampungan pengungsi yang terletak dalam kawasan rawan
bencana. TPS berfungsi sebagai meeting point atau titik kumpul
untuk mempermudah proses evakuasi ke TPA pada saat status
aktivitas gunung api meningkat. Yang harus diperhatikan adalah
bahwa TPS diutamakan untuk menampung penduduk yang tidak
termasuk kelompok risiko tinggi, sedangkan bagi kelompok risiko
tinggi sangat dianjurkan untuk segera dievakuasi ke TPA.

Selain itu, keberadaan TPS juga memudahkan bagi petugas
kesehatan untuk memantau perkembangan kesehatan penduduk
rentan mengingat banyaknya kemungkinan dampak kesehatan yang
timbul akibat peningkatan aktivitas gunung api.
24

Di TPS sebaiknya tersedia :
1. Pos Kesehatan untuk pelayanan kesehatan pengungsi.
2. Pos Komunikasi dengan sarana yang mudah digunakan (HT,
telepon).
3. Pos Keamanan untuk melindungi dan mengatur proses evakuasi
pengungsi
4. Sarana air bersih dan air minum.
5. Sarana sanitasi dan MCK.
6. Sarana pendukung lain seperti listrik dan dapur umum.
7. Sarana transportasi baik ambulans maupun truk/kendaraan lain.
8. Alat peringatan dini
D.2. Tempat Penampungan Aman
Tempat Penampungan Aman (TPA) merupakan tempat
penampungan pengungsi yang berada diluar wilayah rawan bencana.
TPA biasanya lebih luas untuk menampung pengungsi dalam jumlah
yang lebih banyak dan memiliki fasilitas lebih baik dari TPS.
Di Tempat Penampungan Aman sebaiknya tersedia:
1. Pos Koordinasi dengan alur komando yang jelas untuk
mengkoordinir semua hal yang terkait penanganan pengungsi.
2. Pos Kesehatan untuk pelayanan kesehatan pengungsi.
3. Pos Komunikasi dengan sarana yang lebih lengkap (radio
komunikasi, telepon, satelit).
4. Pos Keamanan untuk memberikan perlindungan bagi pengungsi
di tempat penampungan.
5. Sarana air bersih dan air minum.
6. Sarana sanitasi dan MCK baik yang bersifat temporer maupun
permanen.
7. Sarana transportasi baik ambulans maupun truk/kendaraan lain.
8. Sarana pendukung lain seperti listrik dan dapur umum.
25

9. Gudang logistik termasuk terdapat bahan dan alat kesling seperti
bahan-bahan desinfektan dan alat vektor kontrol.
Adapun standar minimal untuk memenuhi kebutuhan pengungsi pada
saat emergensi dapat dilihat di Lampiran 6.
E. Menyusun Skema Jalur Evakuasi
Meningkatnya aktivitas gunung api terutama pada status awas seringkali
menimbulkan kepanikan masyarakat di sekitar gunung api dan dapat
berakibat pada terjadinya bencana kedua seperti kemacetan, kecelakaan
lalu lintas atau kendaraan evakuasi tersesat ke daerah yang tidak aman.
Untuk menanggulangi hal tersebut perlu dibuat suatu skema evakuasi dan
jalur lintas kendaraan evakuasi bidang kesehatan. Skema evakuasi
menggambarkan pengaturan alur mobilisasi penduduk rentan termasuk
kelompok risiko tinggi selama proses evakuasi. Sedangkan jalur lintas
kendaraan evakuasi/ambulans merupakan akses yang aman bagi
evakuasi penduduk yang memiliki permasalahan kesehatan dan petugas
kesehatan menuju ke sarana kesehatan yang telah ditentukan jika terjadi
peningkatan aktivitas gunung api.
Contoh skema jalur evakuasi gunung api dapat dilihat pada Gambar 5
yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Penduduk rentan yang berada di
Kawasan Rawan Bencana (KRB) II harus dievakuasi langsung ke TPA jika
terjadi peningkatan aktivitas gunung api pada level SIAGA. Di KRB II TPS
hanya sebagai titik kumpul dan penduduk harus segera dievakuasi
(maksimal 2 x 24 jam).
Penduduk rentan yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) I
dievakuasi ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) jika status gunung
api dinyatakan SIAGA. Namun perlu diperhatikan bahwa kelompok risiko
tinggi yang berada di KRB I harus dievakuasi ke TPA mengingat
kerentanan kelompok tersebut terhadap masalah kesehatan. Selain itu,
pembentukan TPS sebagai titik kumpul akan memudahkan proses
evakuasi jika terjadi peningkatan ke level AWAS.
26

STATUS SIAGA
STATUS AWAS
STATUS SIAGA
Kawasan Rawan Bencana I
Tempat Penampungan Aman






Kawasan Rawan Bencana II
Tempat
Penampungan
Sementara
Gambar 5.
Skema J alur Evakuasi ke TPS dan TPA
Saat Terjadi Peningkatan Status Gunung Api







































DESA SIAGA A

Penduduk rentan



Kelompok Risti
DESA SIAGA B

Penduduk rentan



Kelompok Risti
Tempat
Penampungan
Sementara
DESA SIAGA C

Penduduk Rentan


DESA SIAGA C

Penduduk Rentan


27





























C
O
N
T
O
H

S
K
E
M
A

J
A
L
U
R

E
V
A
K
U
A
S
I

G
U
N
U
N
G

M
E
R
A
P
I


D
I

K
A
B
.

M
A
G
E
L
A
N
G

J
A
W
A

T
E
N
G
A
H


SKEMATIK ARAH EVAKUASI BENCANA ALAM GUNUNG MERAPI
DIKECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG
WILAYAH
PALING
RAWAN/TITIK
KUMPUL
DESA SENGI
1. Dsn Gowok Sabrang 503jw
2. Dsn Gowok Pos 611 jw
3. Dsn Gowok Ringin 463 jw
4. Dsn Ngampel 616 jw
5. Dsn Sengi 864 jw
6. Dsn Candi Tengah 224 jw
7. Dsn Candi Pos 173 jw
Jumlah : 3.454 jiwa
DESA PATEN
1. Dsn Babadan 1260 jw
2. Dsn Jombong 291 jw
3. Dsn Gondang 526 jw
4. Dsn Paten 747 jw
5. Dsn Bandung 464 jw
Jumlah : 3.288 jw
DESA KRINJING
1. Dsn. Trono 262 jw 6. Dsn Semen 139 jw
2. Dsn. Pugeran 212 jw 7. Dsn Gendalan 140 jw
3. Dsn. Trayem 131 jw 8. Dsn Kepil 206 jw
4. Dsn. Tempel 143 jw 9. Dsn Dadapan 111 jw
5. Dsn. Krajan 247 jw 10. Dsn Ngaglik 260 jw
Jumlah : 1.851 jw
DESA KALIBENING
1. Dsn,Windusari 519 jw
2. Dsn. Ngentak 269 jw
3. Dsn. Argosono 132 jw
4. Dsn. Cepek 202 jw
5. Dsn. Gintung 91 jw
6. Dsn. Gendangan 212 jw
7. Dsn. Kalibening KL 494 jw
8. Dsn. Kalibening WT 250 jw
9. Dsn. Demo 325 jw
Jumlah : 2.494 jw
DESA NGARGOMULYO
1. Dsn Ngandong 125 jw
2. Dsn Karanganyar 106 jw
3. Dsn Batur Ngisor 159 jw
4. Dsn Gemer 208 jw
5. Dsn Batur Duwur 218 jw
6. Dsn Tanen 531 jw
7. Dsn Kembang 202 jw
8. Dsn Tangkil 198 jw
9. Dsn Braman 223 jw
10.Dsn Sabrang 299 jw
1 11.Dsn Bojong 209 jw
Jumlah : 2.478 jw

DESA TLOGOLELE
BOYOLALI (8 Dsn)
Jumlah : 2.529 jw
DESA MANGUNSUKO
1. Dsn Dukuh 278 jw
2. Dsn Mangunsuko 312 jw
3. Dsn Bendo 297 jw
4. Dsn Grogol 291 jw
5. Dsn Kajangkoso 268 jw
Jumlah : 1.476 jw
DESA KENINGAR
1. Dsn Gondang Rejo 103 jw
2. Dsn Banaran 358 jw
Jumlah : 461 jw
WILAYAH
RAWAN
TPS
1. Balai Desa Paten
2. Gedung SD Paten

1. Balai Desa Sumbar
2. Gedung SD Mangunsoko
3. Gd. SLTP Kanisius Sbr
1. Balai Desa Kalibening
2. Gedung SD Kalibening
WILAYAH
AGAK AMAN
TPS 2

1. Aula Kantor Kec Sawangan
2. Gedung. SD Krogowanan
3. Balai Desa Krogowanan
4. Balai Desa Sawangan
5. SLTP Sawangan
1. Balai Desa Dukun
2. Gedung SD BanyodonoI,II,III&IV
3. Gedung KPRI Widodo Dukun
4. SLTPN Dukun
5. PAY Dukun
6. Gedung SD Banyubiru
7. Balai Desa Banyubiru
8. Gedung SDN Dukun II
9. Balai Desa Ngadipuro
1. BD Mangunsuko
2. Gd M Mangunsuko

1. Balai Desa Sengi
1. Gedung SD Sengi

2. Balai Desa Sewukan
2. Gedung SD Sewukan

WILAYAH
LEBIH AMAN
TPA

1. Gedung KPRI Mungkid
2. Aula Kantor Kec. Mungkid
3. Balai Muslimin Citram Mungkid (Cadangan TPA)
Tempat Penampungan Akhir (TPA):
1. Gd. Pengungsian Desa Tanjung Muntilan
2. Gd. Pengungsian Desa Pucungrejo Muntilan (cadangan tetap)
3. Gd. Perikanan Muntilan
4. Balai Desa Gunungpring (cadangan)
5. Balai Desa Tanjung (cadangan)
6. Aula kantor Kec. Mungkid (cadangan tetap)
7. Gd MWC NU Gunungpring(cadangan)
Ket : Jumlah Penduduk Kec. Dukun
Jumlah Desa paling rawan : 7 Desa
Jumlah Dusun paling rawan : 45 Desa
Jumlah Jiwa paling rawan : 14.180 jiwa
2
8


J alur evakuasi pasien ke sarana kesehatan mengikuti jalur evakuasi yang
telah ditetapkan. Sedangkan alur rujukan pasien dimulai dari Puskesmas
terdekat atau Pos Kesehatan yang ada di tempat penampungan ke Rumah
Sakit dan jika diperlukan perawatan lebih baik maka dirujuk .

Semua komponen (A-F) diatas bila digabungkan akan tersusun suatu
Peta Jalur Evakuasi Bencana Gunung Api Bidang Kesehatan yang
menyajikan:
1. Informasi Kawasan Rawan Bencana
2. Data Penduduk Rentan Dan Kelompok Risiko Tinggi
3. Data Sumber Daya Kesehatan
4. Lokasi Tempat Penampungan Dan Pos Kesehatan
5. Al ur mobilisasi dan jalur lintas kendaraan evakuasi bidang
kesehatan ke sarana kesehatan


F. Menentukan Jalur Lintas Kendaraan Evakuasi Bidang Kesehatan/
Ambulans
Penentuan jalur lintas kendaraan evakuasi dengan mempetimbangkan
jalur evakuasi yang telah ditentukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana. Agar jalur lintas kendaraan evakuasi tersebut mudah dilihat dan
diikuti oleh masyarakat dan petugas kesehatan perlu disiapkan petunjuk
arah berupa rambu yang harus memiliki ukuran sesuai dan warna yang
terang serta penempatan yang tepat. Hal ini perlu dikoordinasikan dengan
lintas sektor seperti Dinas Perhubungan/LLAJ .

G. Langkah-Langkah Penyusunan Peta Jalur Evakuasi Bidang
Kesehatan Pada Bencana Gunung Api

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka pembuatan
peta jalur evakuasi untuk adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi gunung api aktif yang berada di wilayahnya.
2. Menentukan gunung api aktif yang akan dibuat peta jalur evakuasi.
29

3. Melakukan identifikasi kebutuhan data dan informasi dari subdin/
bidang/ bagian yang bertanggung jawab terhadap program-program
kesehatan untuk penanggulangan bencana gunung api.
4. Melengkapi data tersebut di atas (poin 3) dengan meminta
informasi/data pendukung ke sektor-sektor lain.
5. Melakukan pertemuan lintas program dan lintas sektor untuk
mendiskusikan data/informasi yang akan dipergunakan dalam
penyusunan peta jalur evakuasi bidang kesehatan. Misalnya : data
kawasan rawan bencana dan jalur evakuasi, data penduduk rentan dan
kelompok risiko tinggi, data sumber daya kesehatan, data tempat
penampungan pengungsi/titik pos kesehatan dan skema evakuasi.
6. Menyusun peta jalur evakuasi bidang kesehatan yang terdiri dari : peta
daerah rawan dan jalur evakuasi (berpedoman pada data dari Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen ESDM),
penyusunan peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi,
penyusunan peta sumber daya kesehatan, penyusunan peta titik-titik
lokasi pengungsian dan pos kesehatan serta penentuan skema
evakuasi dan jalur lintas kendaraan evakuasi bidang
kesehatan/ambulans.
7. Membuat proposal yang ditujukan pada sektor yang berwenang untuk
mengaplikasikan peta jalur evakuasi bidang kesehatan tersebut.
8. Melakukan sosialisasi pada instansi masing-masing dan masyarakat di
lokasi bencana.
Bagan penyusunan Peta J alur Evakuasi Bencana Gunung Api dapat dilihat
pada Gambar 6.









30

Gambar 6.
Bagan Penyusunan Peta J alur Evakuasi
Identifikasi Gunung api aktif
Menetapkan Gn api
yg akan dibuat peta jalur
evakuasi bidang kesehatan
Koordinasi lintas
program
Koordinasi lintas
sektor
Data penduduk
rentan dan
kelompok risti
Mengumpulkan
data dan informasi
pendukung ke
sektor-sektor lain
Identifikasi data
dan informasi dari
tiap program
Data daerah
rawan bencana
gunung api dan
jalur evakuasi
Data sumber
daya
kesehatan
Data tempat
penampungan
dan titik poskes
Skema
Evakausi
Menyusun peta jalur
evakuasi bidang
kesehatan
Peta jalur evakuasi
bdiang kesehatan
Membuat proposal untuk
mengaplikasikan peta
jalur evakuasi
Mensosialisasikan peta
jalur evakuasi






31

H. Sumber Informasi Lintas Program
Informasi yang didapat dari unit/program bidang kesehatan antara lain :
No Unit / Program Informasi yang diperoleh
1. Pelayanan Medik
- data lokasi dan jumlah rumah sakit
- data fasilitas pelayanan di rumah sakit
- data jumlah dan kompetensi SDM rumah
sakit
- Keunggulan rumah sakit (spesifikasi)
- sistem rujukan (SPGDT)
2. Bina Kesehatan
Masyarakat
- lokasi dan data jumlah puskesmas
/pustu /polindes /posyandu /sarana
kesehatan lainnya.
- lokasi dan data jumlah dan kompetensi
SDM puskesmas/
pustu/polindes/posyandu
- lokasi dan data kelompok risiko tinggi
3. Pelayanan farmasi
- lokasi gudang farmasi
- lokasi apotik
- lokasi toko obat
I. Sumber Informasi Lintas Sektor
Berikut ini adalah beberapa instansi yang dapat dilibatkan dalam
penyusunan Peta J alur Evakuasi Bidang Kesehatan pada Bencana
Gunung Api dan informasi yang dapat diperoleh :
No Institusi Informasi yang diperoleh
1. SEKRETARIS
DAERAH
database kecamatan, kelurahan, dan
dusun
informasi daerah seperti : status
kawasan, tata ruang dan aset-aset
pemerintah daerah lainnya

32

No Institusi Informasi yang diperoleh
2. BADAN
PENANGGULANGAN
BENCANA DAERAH
(BPBD)
organisasi BPBD (Propinsi) dan
(Kabupaten): Ketua, kontak person,
jumlah personil, fasilitas dan
kemampuan
data sejarah bencana
3. Pusat Vulkanologi &
Mitigasi Bencana
Geologi, Badan
Geologi, D ESDM
peta rawan bencana gunung api
zona kawasan rawan bencana
jalur evakuasi eksisting
pos pengamatan gunung
infrastruktur teknologi pengamatan
kegunungapian
4. BAKOSURTANAL - peta dasar topografi (Rupa Bumi)
pada skala operasional 1:25.000 atau
lebih besar
- peta tematik dasar (penutupan lahan,
lereng dll)
5. Dinas Kesehatan - distribusi puskesmas & RS
- distribusi posyandu, fasilitas
kesehatan lain
- informasi fasilitas kesehatan :
ambulance, stok darah, stok obat, dll.
- jumlah dokter, perawat, dan tenaga
medis
- jumlah kelompok risiko tinggi
- cakupan imunisasi dan status gizi
6. Dinas Perhubungan - distribusi terminal ; besar-sedang-
kecil
- sarana angkutan
- pe-rambuan
- kondisi lalu lintas
7. Dinas Pekerjaan
Umum
- data fasilitas infrastruktur di tiap
lokasi
- jumlah alat berat dan kendaraan
operasional
33

No Institusi Informasi yang diperoleh
- fasilitas mobile infrastruktur (jembatan
darurat, dll)
- peta jalur SABO (tanggul lahar) pada
tiap gunung dll
- status kelas jalan, jembatan
- pembangunan barak penampungan
- ruas-ruas jalan alternatif untuk
evakuasi atau pengalihan rute
- ruas-ruas jalan rawan bencana
- informasi mengenai metode survei
kondisi jalan
- ketersedian peralatan disaster relief
unit (DRU) di daerah rawan bencana
8. Dinas Sosial berkaitan dengan SATLAK &
SATKORLAK
perlengkapan untuk penanggungan
bencana gunung berapi: mobil
pengangkut, kendaraan operasional,
jumlah tenda, radio, kantong mayat,
dapur umum, mobil tangki, jadup,
beras dll
9. Dinas Pendidikan - distribusi sekolah ; SD-SMP-SMA dst
- distribusi sekolah berdasar kategori
(swasta atau negri)
- statistik jumlah guru dan murid
- data fasilitas tiap sekolah
10. Departemen Agama - distribusi tempat peribadatan (alokasi
tempat penampungan sementara
pengungsi), tempat ini biasanya
memiliki fasilitas sanitasi dan sumber
air dll yang lebih baik
- distribusi pesantren dan
kelompok/yayasan keagamaan
lainnya
34

No Institusi Informasi yang diperoleh
11 BUMN PLN: fasilitas penerangan
telkom: fasilitas komunikasi
12. BUMD instalasi air bersih
distribusi pasar-pasar PEMDA
13. TNI (AD-AL-AU) distribusi Koramil, Korem
fasilitas tiap kesatuan; personil,
jumlah peleton, kendaraan
operasional lapangan, dll
perlengkapan yang dimiliki untuk
tindakan penyelamatan korban di
lapangan
14. Polisi - distribusi Polsek dan Polres
(database berisi jumlah personil,
jumlah kendaraan operasional,
satuan wilayah tugas dll)
- sistem koordinasi lapangan
15. PMI & LSM personil relawan
stok darah dan obat
dapur umum
perlengkapan untuk tindakan evakuasi
dan preventif
16. RAPI/ORARI pos Komunikasi
penyebarluasan informasi
perkembangan dan aktivitas gunung
api
17. SAR tenaga dan peralatan










35

Gambar 7.
Contoh Peta J alur Evakuasi Bencana Gunung Merapi oleh Pemda
Kabupaten Sleman
































36

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Setelah peta jalur evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api
disusun maka perlu dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang
merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
berkoordinasi dengan lintas sektor terkait. Kegunaannya adalah untuk
menilai apakah peta yang dibuat telah sesuai dengan kondisi di lapangan.
A. Monitoring
Daerah yang berpotensi dilalui material gunung api dapat berubah seiring
dengan perubahan lingkungan baik oleh alam maupun aktivitas manusia.
Lava yang dierupsikan sangat mempengaruhi lingkungan yang dilaluinya
misalnya lava yang mengalir melalui aliran sungai dapat menyebabkan
pendangkalan. Oleh karena itu, koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana mengenai kondisi terbaru peta daerah rawan dan jalur
evakuasi perlu selalu dilakukan.
Monitoring terhadap pertambahan jumlah dan perpindahan penduduk
seharusnya dilakukan secara berkala sehingga penyusunan peta
penduduk rentan merupakan informasi terbaru yang bisa mengakomodir
situasi terkini. Demikian pula dengan data kelompok risiko tinggi dalam
penduduk rentan. Dengan data terbaru dan akurat akan menentukan
penyusunan langkah penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
secara cepat, tepat dan efisien.
Pemantauan tempat penampungan yang telah ditetapkan juga dilakukan
untuk menilai terutama ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi serta
kelayakan bangunan fisik jika digunakan sebagai tempat penampungan.
Penilaian yang dilakukan mengacu kepada Standar Minimal yang telah
ditetapkan. (Lihat Lampiran 6)
Pemantauan terhadap perkembangan aktivitas gunung api dan peta jalur
evakuasi sebelum terjadi bencana dilakukan dengan lintas sektor yang
terkait. Monitoring terhadap masalah kesehatan di daerah rawan dilakukan
pertemuan lintas program secara berkala sehingga setiap kekurangan
37

dapat segera diketahui dan diperbaiki, sedangkan melalui evaluasi dapat
ditentukan perbaikan strategi penyusunan perencanaan.
Penilaian sistem informasi dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi
antara lain:
a. Apakah sistem informasi telah terselenggara dengan baik.
b. Apakah sistem informasi telah mencakup semua jenjang dan semua
tingkat mulai dari Pos Kesehatan. (Lihat Lampiran 1)
c. Apakah sistem informasi mampu menyajikan indikator status
kesehatan, ketersediaan sumber daya dan faktor penyebab timbulnya
masalah kesehatan.
Monitoring tidak monoton hanya dilakukan dengan memantau
perkembangan data yang ada. Namun bisa juga diimplementasikan
dengan kegiatan gladi peta evakuasi sehingga dapat dinilai efektifitas
suatu peta jalur evakuasi gunung api. Selain itu kegiatan gladi juga bisa
dimanfaatkan untuk mensosialisasikan peta tersebut pada masyarakat dan
petugas kesehatan sehingga membangun kesadaran akan bahaya
gunung api sekaligus memberikan pengetahuan mengenai jalur evakuasi
yang ada di daerahnya.
Bagi daerah yang berpotensi terhadap bencana letusan gunung api,
Pemerintah Daerah seyogyanya membuat rencana kontigensi.
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai efektifitas peta jalur evakuasi bidang
kesehatan akibat bencana gunung api yang telah disusun sehingga
dihasilkan peta yang tepat guna. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai
kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing program kesehatan dalam
membangun kemandirian penduduk rentan bencana dalam mewaspadai
masalah kesehatan yang timbul akibat bencana gunung api.


38

BAB VI
P E N U T U P

Pedoman penyusunan peta jalur evakuasi bidang kesehatan pada bencana
gunung api merupakan salah satu elemen penting untuk meminimalisir
permasalahan kesehatan yang timbul akibat bahaya peningkatan aktivitas
gunung api. Dengan adanya peta ini, masyarakat dan petugas kesehatan
diarahkan untuk melalui jalur lintasan yang aman serta tujuan yang tepat
selama berlangsungnya proses evakuasi.

Buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi panduan jajaran kesehatan di
daerah rawan bencana gunung api mengenai penyusunan peta jalur evakuasi
bidang kesehatan sehingga dapat berkontribusi sesuai dengan tupoksinya.
Selain itu, buku ini juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang menjadi
sasaran proses evakuasi karena pengaplikasian peta jalur evakuasi di
lapangan membutuhkan kerja sama dengan masyarakat sehingga sosialisasi
peta evakuasi dan masukan dari masyarakat merupakan satu hal yang tidak
dapat diabaikan.

Demikian buku Pedoman Penyusunan Peta J alur Evakuasi Bidang Kesehatan
pada Bencana Gunung Api disusun dan masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu semua masukan baik saran mapun kritik dibutuhkan untuk
menutupi kekurangan yang ada.
















39

DAFTAR PUSTAKA


1. A.W. Coburn, R.J.S. Spence, A. Pomonis. Mitigasi Bencana - Program
Pelatihan Manajemen Bencana. UNDP-DHA. Cambridge United
Kingdom. 1994.

2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana - Panduan bagi Petugas Kesehatan yang
Bekerja dalam Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di
Indonesia. J akarta. 2007.

3. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Pedoman Penyusunan
peta Dalam Penanggulangan Bencana di Puskesmas. J akarta. 2006.

4. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen
ESDM. Pengenalan Gunung Api.

5. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen
ESDM. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Merapi, J awa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2002

6. Paturusi Idrus A, Pusponegoro Aryono D, Hamurwono Guntur B.
Penatalaksanaan Korban Bencana Massal. Departemen Kesehatan RI.
J akarta. 2004.

7. Wikipedia Indonesia

8. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Badan Koordinasi
Nasional Penanganan Bencana. Rencana Aksi Nasional Pengurangan
Risiko Bencana. 2006.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Dasar. .
Pedoman Evakuasi Medik. 2002

10. Sekretariat Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana
dan Penanganan Pengungsi. Panduan Pengenalan Karakteristik
Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. 2005.


40

LAMPIRAN 1
DAFTAR GUNUNG API DI INDONESIA
YANG DI PANTAU
PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
BADAN GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

LOKASI
NO NAMA GUNUNG
KECAMATAN KAB/KOTA PROVINSI
1
Gunung Seulawah
Agam Kec. Seulimeum Kab. Aceh Besar NAD
2 Gunung Puet Sague Kec. Meureudeu Selatan Kab. Sigli NAD
3 Gunung Tutong Kab. Aceh Tengah NAD
4
Kec. Kotanopan, Kec.
Napal Kab. Tapanuli Selatan Sumut
5 Gunung Marapi Kab. Agam, Kab. Batusangkar Sumbar
6 Gunung Tandikat Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam Sumbar
7 Gunung Talang Kec. Kota Anau Kab. Solok Sumbar
Kab. Kerinci J ambi
8 Gunung Kerinci
Kab. Solok Sumbar
9 Gunung Sumbing Kab. Sarolangun -Bangko J ambi
10 Gunung Kaba Kec. Curup Kab. Rejang Lebong Bengkulu
11 Gunung Dempo
Kec. Pagaralam, Kec.
J erai, Kec. Muaropinang,
Kec. Tanjungsakti
Kab. Lahat Sumsel
12 Gunung Krakatau Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan Lampung.
13 Gunung Sibayak Kab. Karo Sumut
14 Gunung Rajabasa
Kec. Penengahan, Kec.
Kalianda Kab. Lampung Selatan Lampung.
15 Gunung Gede Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi J abar
16
Gunung
Tangkubanparahu Kab. Subang, Kab. Bandung J abar
17 Gunung Papandayan Kab. Garut J abar
18 Gunung Guntur Kab. Garut J abar
19 Gunung Galunggung Kab. Tasikmalaya dan Kab. Garut J abar
20 Gunung Patuha Kec. Ciwidey Kab. Bandung J abar
21 Gunung Salak Kab. Sukabumi, Kab. Bogor J abar
22 Gunung Ciremai
Kab. Cirebon, Kab. Kuningan, Kab.
Majalengka J abar
23 Gunung Lawu
J atim dan
J ateng

24 Gunung Slamet

Kab. Pemalang, Kab. Banyumas,
Kab. Brebes, Kab. Tegal, Kab.
Pubalingga
J ateng
25 Gunung Dieng Kab. Banjarnegara J ateng
26 Gunung Sundoro Kab. Temanggung, Kab. Wonosobo J ateng

27 Gunung Sumbing

Kab. Magelang, Kab. Temanggung,
Kab. Wonosobo, Kab. Purworejo.
J ateng
28 Gunung Merbabu
Kab. Magelang, Kab. Salatiga, Kab.
Boyolali J ateng
29 Gunung Kelut Kab. Kediri, Kab. Blitar, Kab. Malang
J atim
41

LOKASI
NO NAMA GUNUNG
KECAMATAN KAB/KOTA PROVINSI
31 Gunung Bromo Kec. Sukapura Kab. Probolinggo J atim
32 Gunung Lamongan Kec.Klakah Kab. Lumajang J atim
33 Gunung Raung
Kab. Bondowoso, Kab. J ember, Kab.
Banyuwangi
J atim
34 Gunung Ijen Kec.Licin, Kec. Sempol Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso J atim
35 Gunung Batur Kec. Kintamani Kab. Bangli Bali
36 Gunung Anak Ranakah Kab. Manggarai NTT
37 Gunung Agung Kec. Rendang Kab. Karangasem Bali
38 Gunung Rinjani Kac. Aikmel Kab. Lombok Timur NTB
39 Gunung Tambora Kab. Dompu, Kab. Bima NTB
40 Gunung Sangeang Api Kecamatan Wera Timur Kab. Bima NTB
41 Gunung Inie Lika Kab. Flores Tengah NTB
42 Gunung Ebulobo
Kec. Wae dan
Mauponggo Kab. Ngada NTT
43 Gunung Iya Kab. Ende NTT
44 Gunung Kalimutu Kab. Ende NTT
45 Gunung Rokatenda kecamatan Awa Kab. Sikka NTT
46 Gunung Egon Kecamatan waigete Kab. Sikka NTT
47
Gunung Lewotobi Laki-
laki Kac. Wolanggitang Kab. Flores Timur NTT
48
Gunung Lewotobi
Perempuan Kac. Wolanggitang Kab. Flores Timur NTT
49 Gunung Lereboleng Kec. Wulanggitang Kab. Flores Timur NTT
50 Gunung Ili Boleng
Kec. Adonora Timur, Kec.
Adonora Barat Kab. Larantuka NTT
51 Gunung Inie Rie Kab. Ngada NTT
52 Gunung Ili Werung Kec. Atedai Kab. Flores Timur NTT
53 Gunung Batutara Kab. Flores Timur NTT
54 Gunung Sirung Kec. Pantar Barat Kab. Kalabahi NTT
55 Gunung Hobal Kec. Atedai Kab. Flores Timur NTT
56 Gunung Niuwerkerk Kepulauan Banda Maluku
57 Gunung Api Kepulauan Banda Maluku
58 Gunung Wurlali Kec. Kisar Kab. Maluku Tenggara Maluku
59
Gunung Emperor of
China Kepulauan Banda Maluku
60 Gunung Serawerna Kab. Maluku Tengah. Maluku
61 Gunung Lawarkawra Kab. Maluku Tengah Maluku
62 Gunung Serua Kab. Seram Maluku
63 Gunung Banda Api Kab. Maluku Tengah Maluku
64 Gunung Manuk Banda Neira Maluku
65 Gunung Colo Kab. Poso Sulteng
66 Gunung Ambang
Kab. Bolaang Mongondow, Kab.
Minahasa Sulut
67 Gunung Soputan Kec. Tombatu Kota Minahasa Sulut
68
Gunung Lokon
Empung Kec. Tomohon Kota Minahasa Sulut
69 Gunung Mahawu Kec. Tomohon Kota Minahasa
Sulut
42

LOKASI
NO NAMA GUNUNG
KECAMATAN KAB/KOTA PROVINSI
71 Gunung Ruang Kec. Tagulandang Sulut
72 Gunung Karangetang
Kec. Siau Barat, Kec.
Siau Timur Kab. Sangir Talaud Sulut
73 Gunung Banua Wuhu Kab. Kepulauan Sangihe Sulut
74 Gunung Awu Kab. Sangir Talaud Sulut
75 Gunung Ibu Kec. Ibu Utara Kab. Halmahera Barat Malut
76 Gunung Gamalama Malut
77 Gunung Gamkonora Kec. Ibu Kab. Maluku Utara Malut

Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Badan Geologi, Departemen ESDM
































43

LAMPIRAN 2

Alur penyampaian dan konfirmasi informasi
awal kejadian bencana



















Keterangan :
Arus Penyampaian Informasi
Arus Konfirmasi












Menteri
Kesehatan
Puskesmas/
Masyarakat
Lokasi Bencana
Dinkes
Kab/Kota
Dinkes
Provinsi
PPK
Eselon II
Eselon I
44

LAMPIRAN 3
FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA
(FORM B-1)

A. JENIS BENCANA
.

B. DESKRIPSI BENCANA
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................

C. LOKASI BENCANA

1. Dusun : ..................................
2. Desa/Kelurahan : ..................................
3. Kecamatan : ..................................
4. Kabupaten/Kota : ..................................
5. Provinsi : ..................................
6. Letak Geografi :
a. Pegunungan
b. Pulau/Kepulauan
c. Pantai
d. Lain-lain (sebutkan) : .......................

D. WAKTU KEJADIAN BENCANA

............../ ............../200..... Pukul .............

E. JUMLAH KORBAN

1. Meninggal : .......................... jiwa
2. Hilang : .......................... jiwa
3. Luka Berat : .......................... jiwa
4. Luka Ringan : .......................... jiwa
5. Pengungsi : .......................... jiwa ........... KK
6. Lokasi pengungsian : ..........................

F. FASILITAS UMUM

1. Akses ke lokasi kejadian bencana :
Mudah dijangkau, menggunakan ..............................
Sukar, karena ...................................

2. J alur komunikasi yang masih dapat digunakan : ......................

3. Keadaan jaringan listrik :
Baik
Terputus
Belum tersedia/belum ada

G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK

1. J umlah dan J enis Fasilitas Kesehatan

Kondisi Bangunan Fungsi Pelayanan Sarana Kesehatan
Rusak Tidak Ya Tidak
a. RS
b. Puskesmas
c. Pustu
d. Gudang Farmasi
e. Polindes

2. Sumber air bersih yang digunakan
Cukup
Tidak cukup

45

H. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
1. .............................................................................................................................................
2. .............................................................................................................................................
3. .............................................................................................................................................
4. dst


I. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN
1. .............................................................................................................................................
2. .............................................................................................................................................
3. .............................................................................................................................................
4. dst

............../............/200.....

Kepala
Puskesmas ....................

(.................................)
NIP.

















































46

LAMPIRAN 4

FORM PELAPORAN PENILAIAN KEBUTUHAN CEPAT KESEHATAN
KEJADIAN BENCANA
(FORM B-2)
A. JENIS BENCANA :
.

B. DESKRIPSI BENCANA :
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................

C. LOKASI BENCANA

1. Dusun : ..................................
2. Desa/Kelurahan : ..................................
3. Kecamatan : ..................................
4. Kabupaten/Kota : ..................................
5. Provinsi : ..................................
6. Letak Geografi : a. Pegunungan c. Pulau/Kepulauan
b. Pantai d. Lain-lain (sebutkan) : .......................

D. WAKTU KEJADIAN BENCANA : ............../......../200..... Pukul .............

E. JUMLAH PENDUDUK YANG TERANCAM : ............. J iwa ......... KK

F. JUMLAH KORBAN

1. Meninggal : .............. jiwa, Balita : ............... jiwa
2. Hilang : .............. jiwa
3. Luka Berat : .............. jiwa
4. Luka Ringan : .............. jiwa
5. Pengungsi : .............. jiwa ........... KK
Lokasi pengungsian : ..........................
J umlah kelompok rentan pada pengungsi :
Bayi : ........... jiwa
Balita : ........... jiwa
Ibu Hamil : ........... jiwa
Ibu Menyusui : ........... jiwa
Lansia : ........... jiwa
6. J umlah korban yang dirujuk ke :
Puskesmas .................
J umlah : ................... jiwa
Rumah Sakit ...............
J umlah : .................... jiwa

G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK

1. J umlah dan J enis Fasilitas Kesehatan

Kondisi Bangunan Fungsi Pelayanan Sarana Kesehatan
Rusak Tidak Ya Tidak
a. RS
b. Puskesmas
c. Pustu
d. Gudang Farmasi
e. Polindes

2. Sumber Air Bersih :
a. Sumur Gali : ............ buah
b. SPT : ............. buah
c. PMA : ............ buah
d. PAH : ............ buah
47


e. Perpipaan : ............. buah
f. PDAM
g. Lain-lain (sebutkan) : ............. buah

3. Sarana Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
a. J amban Keluarga : ............ buah
b. MCK : ............. buah
c. Lain-lain (sebutkan) :.............. buah

H. FASILITAS UMUM

1. Akses ke lokasi kejadian bencana :
Mudah dijangkau, menggunakan ..............................
Sukar, karena ...................................

2. J alur komunikasi yang masih dapat digunakan : ......................

3. Keadaan jaringan listrik :
Baik
Terputus
Belum tersedia/belum ada

I. KONDISI SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI LOKASI PENAMPUNGAN
PENGUNGSI

No. J enis Fasilitas Kondisi
1. J enis tempat penampungan bangunan permanen bangunan darurat
2. Kapasitas penampungan pengungsi memadai (min. 10 m
3
/or) tidak memadai
3. Kapasitas penyediaan air bersih memadai (min. 20 L/or/hr) tidak memadai
4. Sarana MCK memadai (min. 20 or/1 MCK) tidak memadai
5. Tempat pembuangan sampah memadai (min. 3 m
3
/ 60 or) tidak memadai
6. Sarana SPAL
memadai (min. 4 m dari
penampungan)
tidak memadai
7. Penerangan Ada Tidak ada

J. KESIAPAN LOGISTIK

1. Obat dan Bahan Habis Pakai : Tidak ada Kurang Cukup

2. Alat Kesehatan : Tidak ada Kurang Cukup

3. Bahan Sanitasi
a. Desinfektan air : Tidak ada Kurang Cukup
b. PAC : Tidak ada Kurang Cukup
c. Kantong sampah : Tidak ada Kurang Cukup
d. Repellent lalat : Tidak ada Kurang Cukup
e. Repellent nyamuk : Tidak ada Kurang Cukup
f. Insektisida : Tidak ada Kurang Cukup

4. Ketersediaan Pangan : Tidak ada Kurang Cukup


K. SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN

1. Transportasi operasional pelayanan kesehatan : Tidak ada Kurang Cukup

2. Alat komunikasi : Tidak ada Kurang Cukup

3. Sarana listrik untuk pelayanan kesehatan : Tidak ada Kurang Cukup




48

L. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
1. ........................................
2. ........................................
3. .........................................
4. dst

M. BANTUAN YANG DIPERLUKAN
1. ........................................
2. ........................................
3. .........................................
4. dst

N. RENCANA TINDAK LANJUT
1. ........................................
2. ........................................
3. .........................................
4. dst





............../............../200......

Petugas yang melaporkan Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota ........................


____________________ ____________________
NIP. NIP.




















49

LAMPIRAN 5

FORM PELAPORAN PERKEMBANGAN KEJADIAN BENCANA
(FORM B-3)
Tanggal/Bulan/Tahun : ...
J enis Bencana : ......
Lokasi Bencana :
Waktu Kejadian Bencana :

A. JUMLAH KORBAN KEADAAN TERAKHIR
1. Meninggal : .............. jiwa, Balita : ............... jiwa
2. Hilang : .............. jiwa
3. Luka Berat : .............. jiwa
4. Luka Ringan : .............. jiwa
5. Pengungsi : .............. jiwa ........... KK
Lokasi pengungsian : ..........................
J umlah kelompok rentan pada pengungsi :
Bayi : ........... jiwa
Balita : ........... jiwa
Ibu Hamil : ........... jiwa
Ibu Menyusui : ........... jiwa
Lansia : ........... jiwa
6. J umlah korban yang dirujuk ke :
Puskesmas .................
J umlah : ...................... jiwa
Rumah Sakit ...............
J umlah : ...................... jiwa

B. PERKEMBANGAN KONDISI KESEHATAN KORBAN
1. J umlah Korban

Fasilitas
Kesehatan
Korban Masih
Dirawat
Korban
Meninggal
Korban
Pulang
Korban
Dirujuk
Ket.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

J umlah

2. J enis Penyakit Rawat J alan di Fasilitas Kesehatan
(RS, Puskesmas, Posko Kesehatan)

Umur Sex
No. Diagnosa
0-5 th >5 th J umlah L P J umlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

J umlah

3. J enis Penyakit Rawat Inap di Fasilitas Kesehatan
(RS, Puskesmas, Posko Kesehatan)

Umur Sex
No. Diagnosa
0-5 th >5 th J umlah L P J umlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

J umlah


50

C. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
1. ........................................
2. ........................................
3. .........................................
4. dst

D. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN
1. ........................................
2. ........................................
3. .........................................
4. dst

E. RENCANA TINDAK LANJUT
1. ........................................
2. ........................................
3. dst

............/................./200....
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan Petugas yang melaporkan



____________________ ____________________
NIP. NIP.





















51

LAMPIRAN 6


FORM PELAPORAN KEJADIAN BENCANA
MELALUI SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)
(FORM B-4)


Tanggal/Bulan/Tahun (TBT) :

J enis bencana (JB) :

Lokasi bencana (LOK) :

Waktu kejadian bencana (PKL) :

J umlah penduduk terancam (PAR) :

J umlah Korban

a. Meninggal (MGL) : Orang
b. Hilang (HLG) : Orang
c. Luka berat (LB) : Orang
d. Luka ringan (LR) : Orang
e. Dirawat
- Puskesmas (RWP) : Orang
- Rumah Sakit (RWS) : Orang
































52

LAMPIRAN 7

PETUNJUK PENGISIAN
FORM: PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA
(FORM B-1)


A. J ENIS BENCANA:

J enis bencana diisi dengan bencana yang terjadi seperti:
1. Banjir
2. Banjir Bandang
3. Tanah longsor
4. Gempa bumi
5. Angin Puyuh
6. Gunung Meletus
7. Tsunami
8. Kebakaran hutan
9. Kerusuhan
10. Ledakan bom
11. Kegagalan teknologi
12. Terorism
13. Kecelakaan lalu lintas
14. Lain-lain

B. DESKRIPSI BENCANA: gambaran singkat mengenai kejadian bencana
dilengkapi dengan skala pengukuran dan luas daerah yang terkena
bencana, misalnya banjir terjadi dengan ketinggian ..... kemudian luas
daerah yang terkena ....

C. LOKASI BENCANA: No. 1 s/d 6 sudah jelas

D. WAKTU KEJ ADIAN BENCANA: sudah jelas

E. J UMLAH KORBAN: sudah jelas

F. FASILITAS UMUM:
1. Akses ke lokasi kejadian bencana adalah transportasi ke lokasi
bencana:
Bila mudah dijangkau, sebutkan sarana transportasi yang dapat
digunakan
Bila sukar dijangkau, sebutkan apa masalahnya, contoh: jembatan
putus
2. Sebutkan jalur komunikasi yang dapat digunakan untuk berhubungan
dengan pihak lain
3. Keadaan jaringan listrik: sudah jelas
53


G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK:
1. Diisi dengan jumlah sarana kesehatan yang mengalami kerusakan
akibat bencana dan yang masih berfungsi
2. Sumber air bersih yang digunakan:
Adalah sumber air yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari

H. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN:
Diisi dengan upaya penanggulangan masalah kesehatan yang sudah
dilakukan oleh jajaran kesehatan sampai saat ini, seperti mendirikan pos
kesehatan di lokasi bencana, mobilisasi tenaga kesehatan, dll.

I. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN
Diisi dengan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan yang tidak dapat
dipenuhi oleh Kab/Kota atau Dinas Kesehatan setempat, seperti tenaga,
peralatan, obat-obatan, dll.

Keterangan:
Laporan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas atau pejabat yang ditunjuk.

























54

LAMPIRAN 8

PETUNJUK PENGISIAN
FORM: PELAPORAN PENILAIAN KEBUTUHAN CEPAT KESEHATAN
KEJADIAN BENCANA
(FORM B-2)

A. J ENIS BENCANA:

J enis bencana diisi dengan bencana yang terjadi seperti:
1. Banjir
2. Banjir Bandang
3. Tanah longsor
4. Gempa bumi
5. Angin Puyuh
6. Gunung Meletus
7. Tsunami
8. Kebakaran hutan
9. Kerusuhan
10. Ledakan bom
11. Kegagalan teknologi
12. Terorism
13. Kecelakaan lalu lintas
14. Lain-lain

B. Deskripsi bencana: gambaran singkat mengenai kejadian bencana
dilengkapi dengan skala pengukuran dan luas daerah yang terkena
bencana, misalnya banjir terjadi dengan ketinggian ..... kemudian luas
daerah yang terkena ....

C. LOKASI BENCANA: No. 1 s/d 6 sudah jelas

D. WAKTU KEJ ADIAN BENCANA: sudah jelas

E. J UMLAH PENDUDUK YANG TERANCAM:
Adalah semua penduduk yang berada di lokasi bencana

F. J UMLAH KORBAN:
Pengisian No. 1 s.d. 5 sudah jelas
Pengisian No. 6 sebutkan nama Puskesmas dan Rumah Sakit yang
ditunjuk sebagai tempat rujukan (dapat lebih dari satu tempat rujukan)





55

G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK:
1. Diisi dengan jumlah sarana kesehatan yang mengalami kerusakan
akibat bencana dan yang masih berfungsi
2. Sumber air bersih yang digunakan:
Adalah sumber air yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari
3. Sarana Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Adalah sarana sanitasi dan kesehatan lingkungan yang digunakan di
lokasi kejadian bencana

H. FASILITAS UMUM:
1. Akses ke lokasi kejadian bencana adalah transportasi ke
lokasi bencana:
Bila mudah dijangkau, sebutkan sarana transportasi yang dapat
digunakan
Bila sukar dijangkau, sebutkan apa masalahnya, contoh: jembatan
putus
2. Sebutkan jalur komunikasi yang dapat digunakan untuk berhubungan
dengan pihak lain
3. Keadaan jaringan listrik: sudah jelas

I. KONDISI SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI LOKASI
PENAMPUNGAN
Diisi sesuai dengan keadaan lingkungan di lokasi penampungan
pengungsi yang meliputi sarana MCK, TPS, air bersih, SPAL, dll.

J . KESIAPAN LOGISTIK
Pilih sesuai dengan keadaan ketersediaan masing-masing logistik yang
dimiliki saat itu

K. SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN
Pilih sesuai dengan keadaan ketersediaan masing-masing logistik yang
dimiliki saat itu

L. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
Diisi dengan upaya penanggulangan masalah kesehatan yang sudah
dilakukan oleh jajaran kesehatan sampai saat ini, seperti mendirikan pos
kesehatan di lokasi bencana, mobilisasi tenaga kesehatan, dll.

M. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN
Diisi dengan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan yang tidak dapat
dipenuhi oleh Kab/Kota atau Dinas Kesehatan setempat, seperti tenaga,
peralatan, obat-obatan, dll.



56

N. RENCANA TINDAK LANJ UT
Diisi dengan rencana yang akan dilakukan dalam rangka penanggulangan
masalah kesehatan akibat bencana.

Keterangan:
Laporan ditandatangani oleh Petugas yang bertanggung jawab dan diketahui
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota.






































57

LAMPIRAN 9

PETUNJUK PENGISIAN
FORM: PELAPORAN PERKEMBANGAN KEJADIAN BENCANA
(FORM B-3)


- Tanggal/bulan/tahun diisi sesuai dengan waktu kejadian bencana

- J enis bencana:

Diisi dengan bencana yang terjadi seperti:
1. Banjir
2. Banjir Bandang
3. Tanah longsor
4. Gempa bumi
5. Angin Puyuh
6. Gunung Meletus
7. Tsunami
8. Kebakaran hutan
9. Kerusuhan
10. Ledakan bom
11. Kegagalan teknologi
12. Terorism
13. Kecelakaan lalu lintas
14. Lain-lain

- Lokasi Bencana
Diisi sesuai dengan tempat kejadian bencana

- Waktu Kejadian Bencana
Diisi dengan pukul berapa kejadian bencana tersebut terjadi

A. J UMLAH KORBAN KEADAAN TERAKHIR
Pengisian No. 1 s.d. 5 sudah jelas
Pengisian No. 6 sebutkan nama Puskesmas dan Rumah Sakit yang
ditunjuk sebagai tempat rujukan (dapat lebih dari satu tempat rujukan)

B. PERKEMBANGAN KONDISI KESEHATAN KORBAN
1. J umlah korban
Kolom 1. Fasilitas kesehatan diisi dengan nama Puskesmas/Rumah
Sakit sebagai tempat pelayanan korban
Kolom 2,3,4 diisi dengan jumlah korban dengan kondisi yang dirawat,
meninggal, pulang atau dirujuk menurut fasilitas kesehatan
Kolom 5 diisi dengan jumlah korban yang dirujuk
Kolom Keterangan diisi dengan keterangan tempat Puskesmas/Rumah
Sakit rujukan pasien/korban

58

2. J enis Penyakit Rawat J alan di Fasilitas Kesehatan
Kolom 2. Diisi dengan jenis penyakit yang diderita oleh korban
bencana yang mengalami rawat jalan
Kolom 3,4,5,6. Diisi dengan jumlah penderita menurut jenis penyakit
yang diderita oleh korban bencana yang mengalami rawat jalan

3. J enis Penyakit Rawat Inap
Kolom 2. Diisi dengan jenis penyakit yang diderita oleh korban
bencana yang mengalami rawat inap
Kolom 3,4,5,6. Diisi dengan jumlah penderita menurut jenis penyakit
yang diderita oleh korban bencana yang mengalami rawat inap

C. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
Diisi dengan upaya penanggulangan masalah kesehatan yang sudah
dilakukan oleh jajaran kesehatan sampai saat ini, seperti mendirikan pos
kesehatan di lokasi bencana, mobilisasi tenaga kesehatan, dll.

D. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN
Diisi dengan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan yang tidak dapat
dipenuhi oleh Kab/Kota atau Dinas Kesehatan setempat, seperti tenaga,
peralatan, obat-obatan, dll.

E. RENCANA TINDAK LANJ UT
Diisi dengan rencana yang akan dilakukan dalam rangka penanggulangan
masalah kesehatan akibat bencana.

Keterangan:
Laporan ditandatangani oleh Petugas yang bertanggung jawab dan diketahui
oleh Kepala Dinas Kesehatan.
















59

LAMPIRAN 10

FORM PELAPORAN KEJADIAN BENCANA MELALUI
SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)
(FORM B-4)

- Tanggal/bulan/tahun diisi sesuai dengan waktu kejadian bencana

- J enis bencana:

Diisi dengan bencana yang terjadi seperti:
1. Banjir
2. Banjir Bandang
3. Tanah longsor
4. Gempa bumi
5. Angin Puyuh
6. Gunung Meletus
7. Tsunami
8. Kebakaran hutan
9. Kerusuhan
10. Ledakan bom
11. Kegagalan teknologi
12. Terorism
13. Kecelakaan lalu lintas
14. Lain-lain

- Lokasi Bencana
Diisi sesuai dengan tempat kejadian bencana

- Waktu Kejadian Bencana
Diisi dengan pukul berapa kejadian bencana tersebut terjadi

- J umlah Penduduk Terancam
Diisi dengan jumlah penduduk yang berada di lokasi bencana

- J umlah korban: sudah jelas

Keterangan:
Dilengkapi dengan identitas pengirim pesan.












60

LAMPIRAN 11

Nilai Referensi untuk Keadaan Emergensi


Indikator Suatu Keadaan Emergensi

Nilai Batasan untuk Emergensi Lebih dari
Status Kesehatan
Angka Kematian Kasar per hari 1 x 10.000 penduduk
Angka Kematian usia <5 tahun
per hari
2 X 10.000 anak usia <5
tahun
Status Gizi
Malnutrisi Akut (BB/TB atau LLA)
usia <5 tahun
10 15 % anak usia <5
tahun
Angka Pertumbuhan usia <5
tahun
30% anak-anak yang
dimonitor
Berat Badan Lahir Rendah (<2,5
kg)
7% dari lahir hidup


Standar struktur penduduk

Kelompok Umur Rata-rata di Penduduk (%)
0- 12 bulan 2,9
1- 4 tahun 14
5-9 tahun 11,7
10-14 tahun 10,5
15-19 tahun 9,5
20-55 tahun 37,1
>55 tahun 7,5
Ibu Hamil 3


Yang dibutuhkan saat emergensi

Air Indikator Rata-rata Kebutuhan
Kuantitas
Hari ke 1 2 Liter/orang/hari 5
Hari berikutnya Liter/orang/hari 15 20
Puskesmas dan RS Liter/orang/hari 50
Bagian Bedah dan
Kebidanan
Liter/orang/hari 100
Dapur RS Liter/orang/hari 10
Kualitas 200
Fisik J ernih, tidak berbau,
tidak berasa
100%
Mikrobiologis J umlah E.Coli/ LPB <10
Kimia pH 6,8 7,5
61

Yang dibutuhkan saat emergensi

Air Indikator Rata-rata Kebutuhan
Tangki penampungan
J arak tangki dari hunian Meter Minimum 30 m,(max 500m)
Kran air Buah 6 - 8 buah kran
Kapasitas Orang 250 orang/ kran

Makanan Indikator Ransum/orang/hari
Dewasa
Karbohidrat K.Kalori 2.100
Protein Gram 50
Lemak Gram 40
(anak)
Karbohidrat K.Kalori 850
Protein Gram 15
Lemak Gram 10

Sanitasi Indikator Kebutuhan

J amban

Unit
Idealnya 1 WC/keluarga;
Hari ke 1 minimal 1 WC 50-
100 orang, hari selanjutnya
1 WC untuk 20 orang (Maks
50 meter dari hunian, Min
10 meter dari sumber air)
Sabun gram 250gr/orang/bulan
Tempat Pembuangan
Sampah
Kantong

Tempat sampah

1 Kantong (1m x 0,6m) per
1-3 keluarga
50-100 lt untuk 2550
orang/ hari

3.5 Ruangan untuk
akomodasi
Rata-rata kebutuhan
Kebutuhan Individual
(hanya di tempat
pengungsian)
4m2/orang
Kebutuhan Kolektif,
termasuk tempat
pengungsian, sanitasi,
pelayanan, kegiatan
masyarakat, gudang dan
akses
30m2/orang







62

LAMPIRAN 12

DATA J UMLAH PENDUDUK DAN
KELOMPOK RESIKO TINGGI (RISTI)

KAPUPATEN :
PROVINSI :

DESA J UMLAH KELOMPOK RISTI
NO KECAMATAN
KELURAHAN PENDUDUK
BAYI BALITA BUMIL BUTEKI LANSIA CACAT SAKIT




















J UMLAH

KETERANGAN
1. BALITA : anak dibawah lima tahun
2. BUMIL : ibu hamil
3. BUTEKI : ibu meneteki
4. LANSIA : lanjut usia












63

LAMPIRAN 13

DATA POSISI GEOGRAFIS
PROVINSI:
Kabupaten:
NO NAMA TEMPAT LINTANG BUJ UR ALAMAT
1 Kantor Dinkes..
2 RS
3 Puskesmas
4 Pustu
5 Polindes..
6 Gudang farmasi..
7 TPS .
8 TPA.
9 Kantor Kecamatan..
10 dan seterusnya
11
12
13




























64


Penyusun


Kapus PPK Depkes: Dr. Rustam S. Pakaya, MPH
Kabag TU PPK Depkes: Drg. Els Mangundap,MM
Kasubid Informasi PPK Depkes: Yuniyati, S.Sos, MSi
Kasubid Pemantauan PPK Depkes: Edi.S.Purba, SKM, MKM


Penyunting


Dr. Ina Agustina Isturini
Vanda Roza, S.Kom
Dr. M. Imran Saleh
Zulkarnaen, SSi
Antonius




J akarta, 2008






65

You might also like