You are on page 1of 55

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id










































ommit to user
PENGARUH JUS BUAH DELIMA (Punica granatum) TERHADAP KADAR
KOLESTEROL LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)



SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran











AMANDHA BOY TIMOR RANDITA
G0006001








FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul Pengaruh Jus Buah Delima (Punica Granatum)
Terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
Amandha Boy Timor Randita, NIM: G0006001, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari , April 2010

Pembimbing Utama

Nama : Ida Nurwati, dr., M.Kes. ( .. )
NIP : 19650203 19702 2 001

Pembimbing Pendamping

Nama : Kustiwinarni, Dra, Apt. ( .. )
NIP : 19520308 198503 2 001

Penguji Utama

Nama : J arot Subandono, dr., M.Kes. ( .. )
NIP : 19680704 199903 2 001

Anggota Penguji

Nama : Dian Ariningrum, dr., M.Kes, Sp. PK. ( .. )
NIP : 19710720 200604 2


Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS



Sri Wahjono, dr, M.Kes Prof. DR. A.A. Subijanto, dr., MS.
NIP : NIP :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
vi
PRAKATA

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh J us
Buad Delima (Punica granatum) terhadap Kadar LDL Darah Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik
berkat bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS
3. Ida Nurwati, dr., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah dengan sabar
membimbing dan memberikan pencerahan penyusunan skripsi ini.
4. Kustiwinarni, Dra, Apt selaku Pembimbing Pendamping yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan guna
penyusunan skripsi ini.
5. J arot Subandono, dr., M.Kes selaku Penguji Utama yang telah memberikan
evaluasi, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Dian Ariningrum dr., M.Kes, Sp.PK selaku Anggota Penguji yang telah
memberikan evaluasi, kririk dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
7. Seluruh dosen dan staf Bagian Biokimia FK UNS
8. Bagian skripsi FK UNS (Pak Nardi dan Bu Enny), yang turut memberi
kelancaran pembuatan skripsi ini.
9. Keluarga di Malang (Papa, Mama, Mas Welly, Dek Dicky) yang tercinta atas
semua doa, semangat dan dukungan yang selalu diberikan.
10. Pak Agung yang telah membantu penulis dalam proses penelitian skripsi ini.
11. Rista Ria Febriani, teman seperjuangan dalam penelitian skripsi ini.
12. Teman-teman kelompok PBL C4, yang selalu memberikan pencerahan.
13. Teman-teman angkatan 2006 FK UNS atas kebersaman dan persaudaraan
selama ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kebaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi dunia kedokteran umumnya dan pembaca khususnya.


Surakarta, April 2010


Amandha Boy Timor Randita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
iv
ABSTRAK

Amandha Boy Timor Randita, G0006001, 2009, PENGARUH J US BUAH
DELIMA (Punica granatum) TERHADAP KADAR LDL DARAH TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus), Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Tujuan : Penelitian tentang pengaruh jus buah delima (Punica granatum)
terhadap kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) bertujuan untuk
mengetahui pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar
kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus).
Metode : Penelitian pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar
kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) bersifat eksperimental
laboratorik dengan desain Randomized Controlled Trial (RCT) yaitu pre and post
test control group design, dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Objek penelitian adalah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) sebanyak 32 ekor, strain Wistar, umur 3 bulan, berat badan kurang
lebih 200 gram. Pembuatan jus buah delima (Punica granatum) menggunakan
juicer. Tikus-tikus dibagi menjadi 4 kelompok secara random, masing-masing
kelompok terdiri 8 ekor tikus. Semua kelompok diberi pakan hiperkolesterol.
Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II diberi Simvastatin sebanyak 0,001
gram, kelompok III diberi jus buah delima dosis 3,6 ml, dan kelompok IV diberi
jus buah delima dosis 5,4. Semua tikus diperiksa kadar kolesterol LDL darahnya
setelah masa perlakuan selama 21 hari. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah
tikus putih dilakuakn di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT)
Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Data kadar kolesterol LDL darah
tikus dianalisa menggunakan uji one-way ANOVA dengan bantuan program SPSS
for Windows versi 16.
Hasil : Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan perbedaan kadar kolesterol
LDL total darah yang tidak signifikan dengan nilai p= 0,148 pada keempat
kelompok sampel.
Simpulan : Kesimpulan pada penelitian adalah tidak ada pengaruh jus buah
delima (Punica granatum) terhadap kadar kolesterol LDL darah tikus putih
(Rattus norvegicus). Penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan metode yang lebih baik.

Kata kunci : J us buah delima, kolesterol LDL, tikus putih.









perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
v

ABSTRACT

Amandha Boy Timor Randita, G0006001, 2009, THE EFFECT OF
POMEGRANATE J UICE (Punica granatum) ON LDL CHOLESTEROL
BLOOD LEVEL OF WHITE RAT (Rattus norvegicus), Medical Faculty, Sebelas
Maret University, Surakarta.
Objective: The research about the effect of pomegranate juice (Punica granatum)
on LDL cholesterol blood level of white rat (Rattus norvegicus), is to know the
effect of pomegranate juice (Punica granatum) on LDL cholesterol blood level of
white rat (Rattus norvegicus)
Methods: The research about the effect of pomegranate juice (Punica granatum)
on LDL cholesterol blood level of white rat (Rattus norvegicus) is an
eksperimental laboratoric research with randomized controlled trial design, pre
and post test control group design, have done in Biochemistry Laboratorium of
Sebelas Maret University, Surakarta, Indonesia. The research subject are 32 male
white rats, Wistar strain, 3 months old, and their weight is about 200 gram. Rats
are divided into 4 groups, each group consists of 8 rats. All groups were feed with
high cholesterol food. Group I as control, group II was added with 0,001 gram of
Simvastatin, group III was intervention group with pomegranate juice 3,6 ml and
group IV was intervention group with pomegranate juice 5,4 ml. LDL cholesterol
blood level of all rats were examined after treatment period during 21 days. The
examination of LDL cholesterol blood level of white rat were doing in Lembaga
Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Gajah Mada University (GMU)
Yogyakarta .The data of LDL cholesterol blood level of rats were analyzed with
one-way ANOVA test with SPSS for Windows 16 version program.
Result: The result of one-way ANOVA test showed no significant LDL
cholesterol blood level difference between 4 groups of rats with p=0,148.
Conclusion: The conclusion of the research is there is no effect of intervention
with pomegranate juice on LDL cholesterol blood level of white rat. Researcher
suggests to do similar researchs with better methode.

Keywords : Pomegranate juice, cholesterol LDL, white rat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
vii
DAFTAR ISI

PRAKATA ..........................................................................................................vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
1. Buah Delima ............................................................................... 5
2. Simvastatin ................................................................................. 9
3. Low Density Lipoprotein (LDL) ................................................ 11
4. Peran buah delima dengan kadar Low Density Lipoprotein
(LDL) ........................................................................................ 14
B. Kerangka Pemikiran ..........................................................................18
C. Hipotesis ............................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 20
A. J enis Penelitian ................................................................................. 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
viii
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 20
C. Subjek Penelitian .............................................................................. 20
D. Teknik Sampling .............................................................................. 21
E. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 21
F. Definisi Operasional Variabel............................................................ 22
G. Rancangan Penelitian ........................................................................ 27
H. Instrumen Penelitian ......................................................................... 27
I. Bahan Penelitian ............................................................................... 28
J . J alannya Penelitian............................................................................ 28
K. Teknik Analisis Data .........................................................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 33
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................... 40
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 45
A. Simpulan............................................................................................. 45
B. Saran ................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 46
LAMPIRAN






perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kadar LDL darah tikus putih sebelum perlakuan (pre test) 35
Tabel 2. Kadar LDL darah tikus putih setelah perlakuan (post test) . 36
Tabel 3. Hasil T-test kadar LDL darah tikus putih sebelum dan setelah
perlakuan... 38

















perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rerata kadar LDL darah tikus putih sebelum perlakuan (pre test)
pada Kelompok I, II, III, dan IV .. 35
Gambar 2. Rerata kadar LDL darah tikus putih setelah perlakuan (post test)
pada Kelompok I, II, III, dan IV ... 37
Gambar 3. Rerata kadar LDL darah tikus putih sebelum dan setelah
perlakuan ... 39















perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Volume Maksimum Larutan Obat yang Dapat
Diberikan pada Berbagai Hewan ................................................... 50
Lampiran 2. Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan ........................ 51
Lampiran 3. Hasil Test Normalitas dan Homogenitas ... 52
Lampiran 4. Hasil Uji ANOVA dan T-Test. .. 53

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Penyakit kardiovaskuler akhir-akhir ini memiliki insidensi yang cukup
tinggi. Data epidemiologis telah mengindikasikan bahwa penyakit
kardiovaskuler masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun
1990, di negara sedang berkembang termasuk Indonesia, dilaporkan telah
menduduki sekitar 63% dari kematian dunia akibat penyakit kardiovaskuler
(Gatot, 2006). Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan
penyakit kardiovaskuler akan menjadi satu dari 3 penyebab tersering
morbiditas dan mortalitas pada akhir tahun 2020 (Rustika, 2005).
Etiologi dari penyakit kardiovaskuler adalah multifaktorial, antara lain
kolesterol tinggi, merokok, diabetes, hipertensi, obesitas, usia, riwayat
keluarga (herediter) dan aktifitas fisik yang kurang (J anti, 2006). Tingginya
kadar kolesterol total terutama fraksi LDL (low density lipoprotein) dalam
darah merupakan salah satu faktor pemicu penyakit kardivaskuler (Faisal,
2008). Peningkatan LDL dalam plasma menyebabkan retensi LDL dalam
dinding arteri, lalu teroksidasi dan menyebabkan sekresi dari mediator
inflamasi sehingga menginisiasi pertumbuhan plak atherosklerosis (Wardana,
2009). LDL oksidasi (LDL-ox) adalah pemegang peranan penting terjadinya
arterosklerosis (Buhler and Cristobal, 2000)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
2

Penurunan kadar kolesterol darah, termasuk LDL, dapat dilakukan
dengan pengaturan diet dan aktifitas fisik seperti olahraga. Pemberian obat
dilakukan jika diet telah dilakukan selama 3-6 bulan, tanpa hasil yang
memadai. Preparat farmakologis yang sering digunakan Simvastatin (Suyatna,
2007).
Simvastatin adalah obat hipolipidemik golongan statin yang bekerja
dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat
enzim hydroksi methyl glutaryl CoA (HMG CoA) reduktase (Suyatna, 2007).
Saat ini, simvastatin masih cukup efektif dan aman untuk pencegahan faktor
risiko penyakit kardiovaskuler seperti PJ K (Bahri, 2004). Namun, pengobatan
dengan simvastatin memiliki beberapa efek samping, seperti disfungsi saraf
kranial, tremor dan neuropati perifer (Suyatna, 2007).
Akhir-akhir ini, berkembang juga pengobatan herbal untuk penyakit
kardiovaskuler. Salah satunya yang saat ini dikembangkan adalah buah delima
(Punica granatum) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Pomegranate.
Penelitian di Amerika Serikat, konsumsi jus buah delima sebanyak 200
mL/hari akan meningkatkan aktivitas antioksidan dalam tubuh sebanyak
sembilan persen (Kaplan et al., 2001). Banyak senyawa yang terkandung di
buah delima dapat dijadikan obat. Misal senyawa alkaloid peletierin yang
dapat berfungsi sebagai pengobatan terhadap cacing pita (Sumati, 2008),
adapula sebagai obat anti inflamasi (Meenakshi et al, 2008) dan dapat juga
berfungsi sebagai pengobatan penyakit kardiovaskuler dengan antioksidan
yang dikandungnya (R. P. Singh et al, 2002). Kandungan antioksidan buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
3

delima yang pernah diteliti adalah polifenol flavonoid yang termasuk juga
katekin, ellagic, tannins, gallic dan ellagic acids (Frank, 2009). Dalam
penelitian Bahrial dan Cristobal (2000) menunjukan bahwa flavonoid dapat
mencegah terbentuknya LDL-ox.
Berdasarkan fakta-fakta tentang pengobatan penyakit kardiovaskuler,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pengaruh jus buah delima
(Punica granatum) terhadap kadar kolesterol LDL. Penelitian ini
menggunakan tikus putih (Rattus novergicus) sebagai tahap uji eksperimental.

B. Perumusan Masalah
Apakah pengaruh jus buah delima dapat mencegah (Punica
granatum) terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL darah tikus putih
(Rattus norvegicus) ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
jus buah delima (Punica granatum) dalam mencegah terhadap peningkatan
kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus).





perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
4

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini memberikan manfaat informasi ilmiah tentang
adanya pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap kadar
kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus novergicus).
2. Manfaat aplikatif
Penelitian ini dapat menjadikan pedoman pengolahan maupun
penelitian lebih lanjut dari buah delima untuk menurunkan kadar kolesterol
LDL darah yang merupakan elemen penyakit kardivaskuler.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Buah Delima
a. Deskripsi Buah Delima
Buah delima adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah
Iran Himalaya bagian utara India dan pada abad pertama telah menyebar
luas di daerah Asia, Eropa dan Afrika (Kilham, 2006). Pada sekitar tahun
1400, para pedagang Iran dan India membawa buah delima masuk ke
Indonesia (Kilham, 2006). Dalam bahasa Inggris, buah delima dikenal
dengan kata Promegranate, atau dalam bahasa latin disebut dengan
Punica granatum, yang memiliki arti buah dengan banyak biji (Shari,
2008). Delima umumnya ditanam di dataran rendah dan tumbuh baik
pada berbagai keadaan iklim. Ukuran buahnya lebih kurang sebesar jeruk
atau apel, dengan kulit keras warna merah gelap atau kecoklatan (Yuga,
2009).
Klasifikasi buah delima :
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Angiospermae
Order : Myrtales
Family : Punicaceae
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
6

Genus : Punica
Species : Punica granatum
(Shanty, 2007)
Buah delima adalah tanaman yang dapat tumbuh hingga 20
sampai 30 kaki, tetapi pada umumnya mencapai 12 sampai 16 kaki.
Tanaman ini termasuk long life plants atau tanaman yang dapat tumbuh
lama. Beberapa tanaman yang tumbuh di Eropa telah diketahui berumur
lebih dari 200 tahun. Pohon delima dapat memproduksi setidaknya 2
hingga 5 buah dalam satu musim. Penampakan kulitnya umumnya
kuning yang berpaduan dengan warna merah muda atau merah gelap. Di
bagian dalam buah terdiri dari dinding yang bermembran dan jaring putih
berbentuk seperti spons yang membagi isi buah dalam kompartemen-
kompartemen dengan kantong-kantong berisi daging buah berwarna
kemerahan. Setiap kantong tersebut berisi dengan biji buah yang angular
(Kilham, 2006).
Delima merupakan jenis subtropik yang dapat bertahan hidup
pada suhu musim dingin yang rendah (-10 C). Buah berkualitas paling
baik dihasilkan dari daerah yang beriklim dingin yang sejuk dan, musim
panas yang panas dan kering. J enis ini tidak akan berbuah dengan baik di
daerah-daerah yang beriklim sangat lembap. Pada keadaan lingkungan
yang kering diperlukan pengairan untuk mempertahankan tingkatan hasil
yang tinggi. Pohon delima toleran terhadap tanah yang bagi kebanyakan
tanaman buah-buahan lain tidak dapat tumbuh subur, termasuk tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
7

berkapur dan tanah basa. Di Asia Tenggara, pohon delima tumbuh
dengan baik sampai ketinggian 1600 m dpl. pada berbagai tipe tanah
dengan kisaran yang luas; di wilayah yang lebih basah pohon delima
akan selalu hijau, pembungaan dan pembuahan menjadi berkepanjangan
dan kualitas buah menjadi lebih rendah (Kilham, 2006)

b. Morfologi
Habitus : perdu, tinggi 2 sampai 5 meter.
Batang : berkayu, bulat, bercabang, berduri, masih muda coklat setelah
tua hijau kotor.
Daun : tunggal, bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, pangkal
tumpul, panjang 1-8 cm, lebar 5-15 mm, pertulangan
menyirip, permukaan mengkilat dan berwarna hijau.
Bunga : tunggal, di ujung cabang, tangkai pendek, kelopak berlekatan,
merah atau kuning pucat, mahkota membulat, tangkai sari
melengkung, berwarna kuning, putik putih, merah atau
kuning.
Buah : buni, bulat, diameter 5-12 cm dan berwana hijau kekuningan.
Biji : bulat, keras, kecil dan berwarna merah.
Akar : tunggang, kuning kecoklatan.



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
8

c. Komponen dalam buah delima
Sebagian besar fitokemikal yang terdapat dalam buah delima
adalah antioksidan (Kilham, 2006). Antioksidan yang telah diketahui
dalam berbagai penelitian adalah polyfenol, fitosterol, vitamin C dan beta
karoten. Polifenol dalam buah delima yaitu flavonoid, katekin,
gallokatekins dan antosianin seperti prodelphinidins, delphinidin,
sianidin dan pelargonidin (Kilham, 2006). Pada jus buah delima segar,
terdapat 0,2-1 % polifenol flavonoid (Frank, 2009).
Buah delima juga merupakan sumber vitamin C yang baik,
karena sekitar 10-20% asupan harian vitamin C dapat diperoleh dari buah
delima (Shari, 2008). Selain vitamin C, buah delima juga mengandung
vitamin B
5
atau asam pantotenat (Frank, 2009).
Selain antioksidan, buah delima juga mengandung serat, gula,
anti inflamasi dan agen inhitor virus serta asam amino seperti glutamat
dan asam aspartat. Dalam biji buah, terdapat estron yang berguna dalam
proses fungsional seksual dan aktivitas reproduksi (Kilham, 2006).
Dalam jus buah segar, terdapat 85% air, 10% gula, 1,5% pectin dan asam
askorbat (Frank, 2009). Dalam penelitian lain, menyebut anti proliferatif
dan efek proapoptotik juga dimiliki buah delima (Shari, 2008). Dalam
studi Ipteknet, komposisi per 100 gram buah delima adalah air 78 g,
protein 1,6 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 14,5 g, serat 5,1 g dan mineral 0,7
g. Analisis lain menunjukkan suatu kandungan gula inversi mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
9

20%, yang 5-10 % berupa glukosa, asam sitrat (05-3,5%), asam borat
(sedikit sekali) dan vitamin C (4 mg/ 100 g) (Frank, 2009).

2. Simvastatin
Simvastatin merupakan hipolipidemik yang berasal dari golongan
statin. Obat ini juga dapat digunakan untuk pencegahan komplikasi penyakit
jantung pada pasien dengan risiko tinggi terhadap penyakit jantung
(Mircomedex, 2009). Statin didapat dari jamur, untuk simvastatin adalah
derivat sintetik dari produk fermentasi Aspergillus terreus (Wolozin, 2007).
Golongan statin merupakan inhibitor kuat HMG CoA (3-hidroksi-3-
metilglutaril koenzim A) reduktase yaitu suatu enzim yang mengatur
biosintesis kolesterol (Suyatna dan Handoko, 2005).
a. Farmakodinamik.
Secara in vitro simvastatin akan dihidrolisis menjadi metabolit
aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut dengan cara
menghambat kerja 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase
(HMG Co-A reduktase), di mana enzim ini mengkatalisis perubahan
HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari
sintesis kolesterol. Obat golongan statin jelas menginduksi suatu
peningkatan reseptor LDL (Low Density Lipoprotein) dengan afinitas
tinggi. Efek tersebut meningkatkan katabolisme LDL oleh hati, sehingga
mengurangi simpanan LDL plasma. Obat ini mengalami pemekatan
yang besar lintas pertama oleh hati, sehingga efek utamanya terjadi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
10

hati. Obat ini menurunkan kolesterogenesis secara de novo sehingga
sangat efektif untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Katzung,
2001).

b. Farmakokinetik
Simvastatin adalah prodrug dalam bentuk lakton dan harus
dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk asam -hidroksi. Statin
diabsorpsi hampir sempurna dan mengalami metabolisme lintas pertama
di hati. Waktu paruh rata-rata obat statin, termasuk simvastatin, adalah 1-
3 jam. Di dalam plasma, obat ini diikat oleh protein plasma. Sebagian
besar diekskres oleh hati ke dalam cairan empedu dan sebagian kecil
lewat ginjal (Suyatna, 2007).

c. Efek Samping dan Interaksi
Efek samping statin yang potensial berbahaya adalah miopati
dan rabdomiolisis (Suyatna, 2007). Pada kasus tertentu terjadi
angioneurotic edema. Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada
golongan obat ini disfungsi saraf kranial tertentu, pusing, vertigo, hilang
ingatan, parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf perifer. Reaksi
hipersensitif juga dapat terjadi, seperti anafilaksis, angiodema,
trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik (Katzung, 2001).
Simvastatin dikombinasikan dengan siklosporin, eritromisin,
gemfibrozil dan niacin dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
11

myopathy dan rhabdomyolisis. Bila simvastatin dikombinasikan dengan
warfarin akan meningkatkan aktivitas warfarin sebagai antikoagulan.
Pemberian simvastatin bersamaan waktu dengan digoksin dapat
menyebabkan aktivitas jantung akan meningkat (Dexa, 2009).

d. Posologi
Pemberian obat golongan statin sebaiknya dimulai dengan dosis
kecil lalu ditingkatkan hingga dosis lebih tinggi sampai didapatkan efek
yang diinginkan. Dosis simvastatin dapat dimulai dari 5 mg/hari hingga
80 mg/hari (Suyatna, 2007). Obat golongan statin merupakan terapi
utama untuk penderita hiperkolesterolemia, yang juga menderita penyakit
koroner atau ada faktor-faktor risiko lain. Obat ini dikontraindikasikan
pada wanita hamil karena mempunyai efek teratogenik pada hewan
(Suyatna dan Handoko, 1995).

3. Low Density Lipoprotein (LDL)
a. Definisi
Lipid diangkut dalam plasma sebagai komponen dari lipoprotein
kompleks. Liporpotein adalah partikel kompleks yang berbentuk
spherical yang terbuat dari ratusan molekul lipid dan protein. Protein
yang dikenal dengan sebutan apolipoprotein menempati permukaan
lipoprotein (Anwar, 2004). Ada beberapa jenis lipoprotein, berdasarkan
densitas, komposisi, ukuran dan mobilitas elektroforesisnya , lipoprotein
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
12

diklasifikasikan menjadi Kilomikron, Very Low Density Lipoprotein
(VLDL), High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density Lipoprotein
(LDL). LDL adalah lipoprotein yang mengangkut kolesterol ke reseptor
LDL pada sel hepar dan sel jaringan perifer, sehingga kolesterol dapat
digunakan untuk kepentingan sel-sel tersebut (Mayes, 2003).
LDL merupakan lipoprotein yang menjadi penentuan utama
insiden hiperkolesterolemia maupun dislipidemia (Anwar, 2004). LDL
merupakan hasil dari katabolisme terakhir VLDL, memiliki diameter 20-
25 nm dan densitas 1, 019-1,063 nm. Komposisi LDL terdiri dari 21%
dan total lipid 79%, yaitu triasilgliserol 13%, fosfolipid 28%, kolesteril
ester 48%, kolesterol 10% dan asam lemak bebas 1% (Mayes, 2003).
Penilaian terhadap kadar LDL akan memberikan interpretasi
terhadap suatu insidensi dari penyakit yang dipengaruhi oleh LDL.
Berikut adalah angka penilaian LDL
Kurang dari 100 mg/dL : yang dikehendaki
100 hingga 129 mg/dL : mendekati optimal atau melebihi
optimal
130 hingga 159 mg/dL : batas tinggi
160 hingga 189 mg/dL : tinggi
190 mg/d dan lebih : sangat tinggi
(American Association for Clinical Chemistry, 2008)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
13

b. Metabolisme
Low Density Lipoprotein (LDL) pada umumnya berasal dari
katabolisme Very Low Density Lipoprotein (VLDL) (Mayes, 2003),
tetapi dapat juga berasal dari sekresi hepar (Wilson, 2003). Dalam
sirkulasi, VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
(LPL) menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian VLDL menjadi
Intermediate Density Lipoprotein (IDL), suatu lipoprotein yang lebih
kecil dan lebih padat. Sebagian dari IDL akan kembali ke hepar
ditangkap oleh reseptor LDL, partikel IDL yang lainnya dihidrolisis
menjadi LDL. LDL merupakan pembawa utama kolesterol dalam
sirkulasi tubuh (Anwar, 2004)
Apolipoprotein B (Apo B) adalah apolipoprotein utama dari
LDL dalam regulasi dan degradasi serta memiliki peranan penting dalam
metabolisme LDL-kolesterol (Goldstein, 2002). Untuk eliminasi LDL-
kolesterol dari plasma diperankan oleh LDL reseptor. Selain itu, dapat
juga berupa scavenger reseptor. LDL reseptor merupakan glikoprotein
transmembran rantai tunggal yang spesifik mengikat 2 macam protein,
Apo B dan Apo E. Reseptor LDL terutama berada di hepar, tetapi juga
berada permukan sel normal yang pengambilan plasma LDL termasuk
juga kolesterol oleh sel tersebut untuk sintesis membran sel. Setelah
terjadi pengikatan lipoprotein-reseptor, kompleks ini akan memicu
endositosis LDL. Vesikel-vesikel yang mengandung LDL bergabung
dengan lisosom dan dengan enzim lisosom menghidrolisis ester-ester
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
14

kolesterol yang terdapat dalam inti LDL. Kolesterol bebas ini akan
berdifusi ke dalam membran sel, yang kemudian akan diambil oleh HDL
yang akan mengirim kembali ke hati. Sebagian kolesterol ini bersiklus
kembali ke dalam VLDL, tetapi sebagian besar juga masuk ke dalam
empedu dan diekskresikan dalam feses (Mayes, 2003).

4. Peran buah delima dengan kadar Low Density Lipoprotein (LDL).
Buah delima telah diketahui merupakan buah yang kaya akan
antioksidan. Antioksidan yang terdapat dalam buah delima dapat
menurunkan kadar LDL dalam plasma. Antioksidan tersebut yaitu :
a. Flavonoid
Buah delima memiliki kandungan antioksidan flavonoid yang
cukup tinggi. Flavonoid adalah suatu senyawa fenol yang banyak
terdapat pada sayuran, buah dan biji-bijian (Andrew et al., 2008).
Flavonoid dalam buah delima dapat berfungsi sebagai
penghambat radikal bebas dari aktivitas scavenging. Selain itu, penelitian
pada pasien dengan stenosis arteri carotis dengan pemberian jus buah
delima selama 3 tahun menunjukan data pada periode satu tahun, terjadi
peningkatan antioksidan dalam darah, penurunan tekanan sistolik darah
dan penurunan ion Cu yang menginduksi oksidasi dari LDL serum. Data
lain juga membuktikan bahwa buah delima dapat meningkatkan aktivitas
paraoxonase serum, suatu molekul yang melindungi peroksidasi lipid,
sebanyak 20% (Frank, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
15

Flavonoid telah terbukti memiliki efek anti inflamasi. Efek
antioksidan dan anti inflamasi ini dapat membantu sistem sirkulasi darah
dengan mekanisme penurunan agegrasi platelet, memperkuat membran
vaskuler dan melindungi membran sel. Sehingga dapat mencegah
kerusakan jaringan dan dapat memperbaiki pembuluh darah yang rusak
dan mencegah kerusakan kembali pembuluh darah (Andrew et al., 2008).
Metabolit flavonoid yaitu anthocyanins memiliki fungsi
mencegah oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein). J adi, antioksidan
flavonoid dapat mengurangi risiko terjadinya atherosclerosis dan
penyakit kardiovaskuler lainnya (Andrew et al., 2008)

b. Fitosterol
Buah delima merupakan salah satu tanaman yang kaya akan
fitosterol. Fitosterol merupakan komponen fitokimia yang mempunyai
fungsi berlawanan dengan kolesterol. Pada tahun 1970-an, fitosterol
diketahui berfungsi menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan
mencegah penyakit jantung, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan
manusia (Made Astawan, 2007). Fitosterol merupakan sterol yang
terdapat dalam tumbuhan yang memiliki struktur yang mirip dengan
kolesterol. Perbedaan dengan kolesterol adalah fitosterol mengandung
gugus etil (-CH2-CH3) pada rantai cabang sterolnya (J ansen, 2007).
Efek fitosterol dalam menurunkan kadar kolesterol darah
melalui berbagai mekanisme. Fitosterol berfungsi menghambat absopsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
16

kolesterol dari usus dan meningkatkan ekskresi kolesterol dalam garam
empedu sehingga adapat menurunkan kadar kolesterol darah (Faisal
Anwar, 2007). Di samping itu, fitosterol kemungkinan memiliki
pengaruh terhadap metabolisme kolesterol, yaitu berperan pada
modifikasi Acetyl-CoA carboxysilase dan aktivitas cholesterol 7-
hydroxylase, enzim yang berperan dalam metabolisme kolesterol (J ansen,
2007).
Menurut Food and Drugs Administration (FDA), fitosterol
terbukti tidak akan mempengaruhi kadar kolesterol total dan efektif
terhadap penurunan kadar LDL darah. Fitosterol telah terbukti secara
klinis dapat menurunkan kadar LDL darah 10 sampai 14 persen.
Kombinasi fitosterol dengan komponen bioaktif lainnya, seperti
flavonoid, dapat berefek ganda menurunkan kadar kolesterol darah dan
meningkatkan ekskresi dalam feses (Faisal Anwar, 2007).

c. Vitamin C
Buah delima merupakan sumber vitamin C yang baik, karena
sekitar 10-20% asupan harian vitamin C dapat diperoleh dari buah delima
(Shari, 2008). Vitamin C merupakan zat yang memiliki banyak manfaat.
Vitamin yang larut dalam air ini, berperan penting dalam imun manusia,
sebagai anti histamin, anti inflamsi, anti alergi, sintesis kolagen dan
memiliki pengaruh terhadap neurotransmitter dopamine dan serotonin
(Anderson, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
17

Vitamin C juga memiliki peran terhadap kadar kolesterol dalam
darah. Sebagai antioksidan, vitamin C memiliki peran mencegah
timbulnya penyakit kardiovaskuler. Pada penyakit arterosklerosis,
Vitamin C berperan mencegah oksidasi LDL dalam pembuluh darah
(Adam, 2008). Dengan efek tersebut, mencegah timbulnya efek
aterosklerotik dan meningkatkan faktor kemotaktik (Hans, 2005). Selain
itu, dengan bantuan sintesis kolagen, vitamin C berguna menjaga
stabilitas dinding pembuluh darah yang akan mencegah gangguan
sirkulasi (Anderson, 2007). Di samping itu, vitamin C berperan dalam
pencegahan ambilan LDL oleh arteri, sehingga metabolisme LDL tidak
terganggu (Hans, 2005).

d. Katekin
Antioksidan yang cukup penting dalam buah delima adalah
katekin. Katekin merupakan antioksidan turunan polifenol yang berperan
penting dalam menurunkan kolesterol darah. Dalam penelitian
sebelumnya, katekin meningkatkan jumlah reseptor LDL dan
menghambat proses absorbsi kolesterol dalam usus. Katekin mampu
meningkatkan jumlah dan aktifitas reseptor LDL di hepar dan
menyebabkan peningkatan ekskresi kolesterol dan asam empedu ke
dalam feses (Christina et al., 2006).


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
18

B. Kerangka Pemikiran

























Keterangan :
=Mengandung
=Memicu
=Menghambat

Pakan
hiperkolesterolemik
Kolesterol darah
LDL darah
HMG Co-A Reduktase
SIMVASTATIN
Flavonoid
Ambilan LDL oleh
arteri
BUAH DELIMA
Vitamin C
Absorpsi Kolesterol
Katekin
Absorpsi Kolesterol
Ekskresi kolesterol
dalam garam empedu
Reseptor LDL
Fitosterol
Absorpsi Kolesterol
Ekskresi kolesterol
dalam garam empedu
Modifikasi Acetyl-CoA
carboxysilase &
cholesterol 7-
hydroxyl se
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
19

C. Hipotesis
J us buah delima (Punica granatum) dapat mencegah peningkatan
kadar kolesterol LDL pada tikus putih (Rattus norvegicus).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
20

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan
desain Randomized Controlled Trial (RCT) yaitu pre and posttest control
group design.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

C. Subjek Penelitian
1. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, tidak kawin,
berumur kira-kira 3 bulan dengan berat kira-kira 200 gr, diperoleh dari
Laboratorium Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.
2. Banyaknya sampel: tiga puluh dua (32) ekor tikus putih
Banyaknya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Rumus Federer :
(n-1) (t-1) >15
n : besar sampel
t : jumlah kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
21

Banyaknya jumlah sampel yang diperlukan dihitung dengan
rumus:
(n-1) (t-1) >15 ; t =4
(n-1) (4-1) >15
3n-3 >15
3n >18
n >6
J adi, jumlah sampel tiap kelompok harus lebih dari 6 ekor
tikus. Pada penelitian ini digunakan 8 ekor tikus setiap kelompok,
sehingga sudah memenuhi syarat dalam banyaknya sampel yang
digunakan.

D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel sebanyak 32 ekor dilakukan secara purposive
random sampling. Hewan coba dibagi dalam 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 8 ekor tikus. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol sedangkan
kelompok 2, 3 dan 4 sebagai kelompok perlakuan.

E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : J us buah delima, Simvastatin
Skala variabel : ordinal
2. Variabel terikat : Kadar kolesterol LDL darah tikus putih
Skala variabel : Rasio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
22

3. Variabel pengganggu :
a. Dapat dikendalikan : Jenis makanan, jenis kelamin, umur dan berat badan.
b. Tidak dapat dikendalikan : Kondisi psikologis tikus, penyakit hati dan
kadar hormon.

F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas
a. Jus buah delima
Buah delima yang digunakan untuk penelitian ini adalah buah
delima putih yang masak, diperoleh dari Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada. Untuk pembuatan jus, dilakukan di Laboratorium Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta,
dengan menggunakan juicer.
Untuk dosis jus buah delima pada tikus, menggunakan faktor
konversi dosis untuk manusia dengan berat badan 70 kg pada tikus
dengan berat badan 200 gram adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991). Menurut
American Journal of Clinical Nutrition dosis jus buah delima yang
diajurkan untuk manusia adalah 200 ml. sehingga dosis untuk tikus putih
adalah :
200 mL x 0,018 =3,6 mL/200grBB
Kemudian untuk mengetahui dosis yang paling efektif dalam
mencegah kenaikan kolesterol darah dipakai dosis 1,5 kalinya yaitu 5,4
mL/200grBB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
23

J adi, dalam penelitian ini dipakai dua dosis jus buah delima,
yaitu dosis pertama 3,6 mL/200gramBB per hari dan dosis kedua 5,4
mL/200gramBB per hari.

b. Simvastatin
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Simvastatin diberikan
dalam bentuk tablet yang sudah dihaluskan. Dosis yang biasa digunakan
pada manusia adalah 5-80 mg perhari. Dosis pada manusia seberat 70 kg
tersebut dikonversi untuk tikus seberat 200 gram.
0,018 x 5 mg =0, 09 mg
0,018 x 80 mg =1,44 mg
J adi, Simvastatin diberikan untuk tikus dengan dosis 1
mg/200gramBB tikus perhari bersama dengan makanan tikus.

2. Variabel terikat : Kadar Kolesterol LDL darah tikus putih
Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) akan diamati dan dicatat
dalam satuan mg/dL. Pengukuran kolesterol LDL darah tikus putih pada
semua kelompok penelitian dilakukan dua kali, yaitu setelah adaptasi 7 hari
dan setelah perlakuan 21 hari. Pengukuran kadar kolesterol LDL dilakukan
di Unit Pra-Klinik LPPT UGM, Yogyakarta. Hasil tiap kelompok
dibandingkan dengan uji-ANOVA


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
24

3. Variabel pengganggu dapat dikendalikan
a. Makanan
Makanan merupakan faktor pengganggu dalam penelitian ini,
namun dapat dikendalikan dengan mengatur porsi makanan. Selama satu
minggu adaptasi (7 hari), tikus putih diberi pakan standar pellet BR-2.
Pada hari perlakuan (hari ke-8 hingga hari ke-28), tikus putih diberikan
pakan hiperkolesterolemik.
Komposisi pakan hiperkolesterolemik yang dipakai adalah :
Kuning telur itik : 5 ml
Minyak babi : 10 ml
Minyak kelapa : 1 ml
Serbuk kolesterol : 0,1 gram
Pembuatan pakan hiperkolesterolemik dilakukan dengan cara
mencampur kuning telur itik, minyak babi, minyak kelapa dan serbuk
kolesterol sehingga didapatkan suatu campuran berbentuk cair.
Pembuatan pakan hiperkolesterolemik dilakukan tiga hari sekali. Pakan
hiperkolesterolemik diberikan secara oral menggunakan sonde lambung
dua kali sehari pada pukul 07.00 dan pukul 15.00, masing-masing 2,5
ml/200gram BB.




perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
25

b. Jenis kelamin
Tikus putih yang digunakan adalah berjenis kelamin jantan.
Penelitian menggunakan satu jenis kelamin dikarenakan untuk
homogenitas sampel.

c. Umur
Tikus putih yang digunakan berumur 3 bulan, karena
metabolisme dan sistem organ pada tikus putih sudah sempurna dan
melaksanakan fungsinya dengan optimal.

d. Berat badan
Berat badan akan mempengaruhi faktor-faktor yang dapat
memicu peningkatan kolesterol. Sehingga, untuk homogenitas sampel,
dipilih tikus putih yang memiliki berat badan 200 gram.

4. Variabel pengganggu yang tidak dapat dikendalikan
a. Keadaan psikologis
Kondisi psikologis tikus putih sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, pemberian perlakuan berulang kali dan keadaan kandang.
Untuk mengurangi keadaan tersebut, penelitian mengatur tempat
kandang tikus putih di tempat yang tidak ramai oleh manusia.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
26

b. Penyakit hati
Penyakit hati merupakan variabel pengganggu yang sulit
dikendalikan karena sukar untuk dilakukan deteksi dan pemeriksaannnya
yang mahal

c. Hormonal
Tikus putih merupakan hewan yang resisten terhadap kenaikan
kolesterol sebab kadar hormon tiroid cenderung tinggi dan menurunkan
kadar kolesterol serum. Tiroidektomi atau pemberian preparat tiourasil
akan menurunkan hormon tiroid dan mempermudah timbulnya
peningkatan kolesterol pada tikus (Mayes, 2000).
PTU (Propiltiourasil) diberikan pada tikus melalui air
minumnya. Air minum dicampur dengan PTU sehingga didapatkan
konsentrasi PTU adalah 0,01%, artinya dalam satu liter air terlarut 10
gram PTU. Air minum tersebut disediakan dalam tempat air minum tikus
dan diberikan ad libitum (Phyto medica, 1993).







perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
27

G. Rancangan Penelitian
Sampel
32 ekor tikus putih
umur 3 bulan, BB 200 gram
8 ekor 8 ekor 8 ekor 8 ekor
Adaptasi
7 hari
Adaptasi
7 hari
Adaptasi
7 hari
Adaptasi
7 hari
Pretest
Kadar LDL darah
Pretest
Kadar LDL darah
Pretest
Kadar LDL darah
Pretest
Kadar LDL darah
Kelompok 1
hiperkolesterolemik
Kelompok 1
hiperkolesterolemik
dan Simvastatin
Kelompok 1
hiperkolesterolemik
dan jus buah delima
dosis 3,6 ml/200gramBB
Kelompok 1
hiperkolesterolemik
dan jus buah delima
dosis 5,4 ml/200gramBB
Dipuasakan
selama 12 jam
Dipuasakan
selama 12 jam
Dipuasakan
selama 12 jam
Dipuasakan
selama 12 jam
Perlakuan
21 hari
Perlakuan
21 hari
Perlakuan
21 hari
Perlakuan
21 hari
Post test
Kadar LDL darah
Post test
Kadar LDL darah
Post test
Kadar LDL darah
Post test
Kadar LDL darah
Uji
Statistik
Purposive random sampling
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Dipuasakan
selama 12 jam
Dipuasakan
selama 12 jam
Dipuasakan
selama 12 jam
Dipuasakan
selama 12 jam

H. Instrumen Penelitian
1. Kandang hewan percobaan beserta kelengkapan pemberian pakan dan
minum
2. Juicer
3. Gelas ukur
4. Pipet ukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
28

5. Pipet volume
6. Cawan petri
7. Timbangan neraca
8. Timbangan digital
9. Tabung centrifuge
10. Centrifuge
11. Pipa kapiler
12. Spuit needle feeding
13. Mortar dan alu penumbuk

I. Bahan Penelitian
1. Buah delima putih
2. Simvastatin
3. Pakan hiperkolesterolemik (serbuk kolesterol, kuning telur itik, minyak
babi, minyak goreng)
4. Pellet BR-2
5. Aquadest
6. PTU (Propiltiourasil)

J. Jalannya Penelitian
1. Penelitian dilaksanakan selama 28 hari yang terbagi dalam dua fase, 7 hari
pertama sebagai fase adaptasi dan hari ke-8 hingga ke-28 adalah fase
perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
29

2. Sebelum memulai perlakuan, sampel tikus putih (Rattus norvegicus)
sebanyak 32 ekor ditimbang, kemudian seluruh sampel dibagi menjadi 4
kelompok secara purposive random sampling, masing-masing terdiri dari 8
ekor. Kemudian dimasukkan ke dalam kandang untuk diadaptasikan
dengan lingkungan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta selama tujuh hari. Selama
adaptasi, sampel diberikan pakan pallet BR-2 dan minum aquadest.
3. Semua tikus diambil darahnya pada hari ketujuh untuk pretest pemeriksaan
kolesterol LDL darah. Sebelum diambil darahnya, sampel dipuasakan
selama 12 jam. Pengambilan darah dilakukan dengan cara menusukkan
pipa kapiler di daerah saccus medianus orbitalis, maka darah akan mengalir
melalui pipa kapiler dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. Darah
dipusingkan selama 10-15 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga
didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar kolesterol LDL. Kemudian
serum dikirim ke Unit Pra-Klinik LPPT UGM, Yogyakarta untuk diketahui
hasil kadar kolesterol LDL darah tikus.
4. Pembuatan jus buah delima menggunakan juicer. Bagian buah delima yang
digunakan adalah biji dan daging buah delima.
5. Pada hari ke-8, dimulai diberikan perlakuan masing-masing kelompok,
yaitu :
a. Kelompok 1 : Kontrol hiperkolesterolemik
Pada hari ke-8 tikus putih diberikan pakan tinggi kolesterol dengan
dosis 2,5 mL/200gramBB dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
30

07.00 WIB dan pada sore hari pukul 15.00 WIB. Pemberian secara oral
menggunakan sonde selama tiga minggu.
b. Kelompok 2 : Hiperkolesterolemik dengan Simvastatin
Pada hari ke-8 tikus putih diberikan pakan tinggi kolesterol dengan
dosis 2,5 mL/200gramBB dan ditambahkan Simvastatin 1
mg/200gramBB dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB
dan pada sore hari pukul 15.00 WIB. Pemberian secara oral
menggunakan sonde selama tiga minggu.
c. Kelompok 3 : Hiperkolesterolemik dengan perlakuan jus buah delima
dosis pertama.
Pada hari ke-8 tikus putih diberikan pakan tinggi kolesterol dengan
dosis 2,5 mL/200gramBB dan ditambahkan jus buah delima 1,8
mL/200gramBB dua kali sehari (total dalam satu hari 3,6
mL/200gramBB), yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan pada sore
hari pukul 15.00 WIB. Pemberian secara oral menggunakan sonde
selama tiga minggu.
d. Kelompok 4 : Hiperkolesterolemik dengan perlakuan jus buah delima
dosis kedua.
Pada hari ke-8 tikus putih diberikan pakan tinggi kolesterol dengan
dosis 2,5 mL/200gramBB dan ditambahkan jus buah delima 2,7
mL/200gramBB dua kali sehari (total dalam satu hari 5,4
mL/200gramBB), yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan pada sore
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
31

hari pukul 15.00 WIB. Pemberian secara oral menggunakan sonde
selama tiga minggu.
6. Setiap minggu dilakukan pengukuran berat badan. Bila terjadi kenaikan
badan yang signifikan maka dilakukan penyesuaian dosis jus delima.
7. Setelah tiga minggu perlakuan, dilakukan pengambilan darah seluruh tikus
putih untuk pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah posttest. Sebelumnya
subjek dipuasakan selama 12 jam. Pengambilan darah dilakukan dengan
cara menusukkan pipa kapiler di daerah saccus medianus orbitalis, maka
darah akan mengalir melalui pipa kapiler dan dimasukkan ke dalam tabung
sentrifuge. Darah dipusingkan selama 10-15 menit dengan kecepatan 3000
rpm sehingga didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar kolesterol
LDL. Kemudian serum dikirim ke Unit Pra-Klinik LPPT UGM,
Yogyakarta untuk diketahui hasil kadar kolesterol LDL darah tikus.
8. Membandingkan hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih
pretest dan posttest. Kemudian data dianalisis dan dilakukan uji statistik.

K. Teknik Analisis Data
Data pre dan posttest masing masing kelompok dianalisis secara statistik
menggunakan T paired test untuk mengetahui adanya perbedaan yang
bermakna antara kadar kolesterol LDL darah tikus putih pre dan posttest.
Perbedaan rerata pada penurunan kadar kolesterol LDL darah pada keempat
kelompok tikus putih dianalisis dengan ANOVA test dengan derajat
kemaknaan a =0,05. J ika terdapat perbedaan yang bermakna dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
32

dengan uji komparatif Post Hoc Test. Semua analisis data dibantu dengan
software SPSS for Windows versi16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
33

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap
kadar kolesterol LDL menggunakan sampel tikus putih sebanyak 32 ekor, strain
Wistar, kelamin jantan, berumur kira-kira 3 bulan dan berat badan 200 gram. Sampel
tikus tersebut dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan, sehingga masing-
masing kelompok terdapat 8 ekor sampel tikus. Kelompok I diberi perlakuan
pemberian pakan hiperkolesterolemik, kelompok II diberi perlakuan pakan
hiperkolesterolemik dan Simvastatin, kelompok III diberi pakan hiperkolesterolemik
dan jus buah delima dosis 3,6 mL/200gramBB dan kelompok IV diberi pakan
hiperkolesterolemik dan jus buah delima dosis 5,4 mL/200gramBB.
Seluruh sampel tikus sebelum diberi perlakuan diadaptasikan selama 7 hari
dan ditimbang berat badannya untuk penentuan dosis perlakuan. Kemudian, pada hari
ke-7, seluruh sampel dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol LDL, sebagai pretest.
Perlakuan pada sampel dimulai dari hari ke-8 hingga hari ke-28. Pada hari ke-28,
seluruh sampel dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol LDL, sebagai posttest.
Penelitian ini menggunakan uji normalitas untuk mengetahui distribusi data
apakah normal atau tidak, bila nilai p>0,05 maka distribusi data normal. Pada uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
34

normalitas kelompok sebelum perlakuan (lampiran 3), seluruh kelompok memiliki
nilai p>0,05, sehingga distribusi data pretest normal. Pada uji normalitas kelompok
setelah perlakuan (lampiran 3), seluruh kelompok juga memiliki nilai p>0,05,
sehingga distribusi data posttest normal.
Untuk uji homogenitas, sebagai syarat uji ANOVA, menilai apakah varian
populasi homogen atau tidak. Bila p>0,05 maka diasumsikan bahwa varian dari dua
atau lebih kelompok data adalah homogen. Hasil uji pada kelompok pretest dan
posttest (lampiran 3), menunjukan nilai p=0,26 dan p=0,91, sehingga hasil tersebut
diasumsikan varian data homogen.
Pada hasil statistik seluruh kelompok dengan sampel 8 ekor tikus putih tiap
kelompok, memiliki nilai simpang baku yang cukup tinggi. Sehingga dieliminasi 1
sampel yang memiliki nilai jauh dari rata-rata kelompok. Pengambilan sampel tiap
kelompok menjadi 7 sampel ini masih memenuhi persyaratan subjek penelitian
menurut perhitungan Rumus Federer, yaitu sampel lebih dari 6 ekor.
Pada pemeriksaan kadar LDL darah sebelum perlakuan, yaitu setelah seluruh
sampel diaptasikan selama 7 hari, didapatkan nilai kolesterol LDL sebagai berikut :



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
35

Tabel 1. Kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum perlakuan (pretest)
Kelompok N Rerata kadar kolesterol LDL SB (mg/dl)
Kelompok I 7 18,27 8,81
Kelompok II 7 14,25 6,35
Kelompok III 7 17,61 6,77
Kelompok IV 7 14,30 2,40

Hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum perlakuan
yang tertera dalam tabel 1 digambarkan lebih jelas perbedaan antar kelompok dalam
grafik berikut ini :

Gambar 1. Rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum perlakuan
(pretest) pada Kelompok I, II, III dan IV.

0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Kelompok
I
Kelompok
II
Kelompok
III
Kelompok
IV
K
a
d
a
r

L
D
L

d
a
r
a
h

(
m
g
/
d
l
)

Kadar kolesterol LDL
darah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
36

Berdasarkan hasil pada tabel 1, perbedaan rerata kadar kolesterol LDL
sebelum perlakuan pada keempat kelompok sampel dilakukan uji analisis secara
statistic dengan uji ANOVA (lampiran 4) dan didapatkan nilai p=0,533. Dengan nilai
p=0,533 (p>0,05), maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan bermakna rerata
kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan diantara keempat kelompok sampel
perlakuan tersebut.
Kemudian sampel diukur lagi kadar kolesterol LDL darah setelah masa
perlakuan selama 21 hari, didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Tabel 2. Kadar kolesterol LDL darah tikus putih setelah perlakuan (posttest)
Kelompok N Rerata kadar kolesterol LDL SB (mg/dl)
Kelompok I 7 31.17 5,18
Kelompok II 7 29,97 8,27
Kelompok III 7 26,15 4,90
Kelompok IV 7 35,74 10,22

Hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih setelah perlakuan
yang tertera dalam tabel 2 digambarkan lebih jelas perbedaan antar kelompok dalam
grafik berikut ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
37


Gambar 2. Rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih setelah perlakuan
(posttest) pada Kelompok I, II, III dan IV.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tabel 2, perbedaan rerata kadar kolesterol
LDL setelah perlakuan pada keempat kelompok sampel dilakukan uji analisis secara
statistic dengan uji ANOVA (lampiran 4) dan didapatkan nilai p=0,148. Dengan nilai
p=0,148 (p>0,05), maka Ho diterima sehingga perbedaan rerata kadar kolesterol LDL
setelah perlakuan diantara keempat kelompok sampel perlakuan tersebut yang tidak
signifikan secara statistik.
Dari hasil rerata sebelum dan setelah perlakuan di atas, dilakukan uji statistik
T-Paired Test untuk menilai ada atau tidaknya perbedaan kadar kolesterol LDL darah
pada pemeriksaan sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai kemaknaan p<0,05.
Hasilnya sebagai berikut :
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Kelompok
I
Kelompok
II
Kelompok
III
Kelompok
IV
K
a
d
a
r

L
D
L

d
a
r
a
h

(
m
g
/
d
l
)

Kadar kolesterol LDL
darah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
38

Tabel 3. Hasil T-test kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum dan setelah
perlakuan.
Kelompok Rerata Kadar
kolesterol LDL
sebelum perlakuan
SB (mg/dl)
Rerata Kadar
kolesterol LDL
setelah perlakuan
SB (mg/dl)
Nilai p
Kelompok 1 18,27 8,81 31.17 5,18 0,02
Kelompok 2 14,26 6,35 29,97 8,27 0,01
Kelompok 3 17,61 6,78 26,16 4,91 0,01
Kelompok 4 14,30 2,40 35,74 10,22 0,00

Pada tabel 3 menunjukan bahwa keempat kelompok menunjukan peningkatan
kadar kolesterol LDL darah yang signifikan (p<0,05). Perbedaan rerata hasil
pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum dan sesudah perlakuan
yang tertera dalam tabel 1 dan 2 digambar dalam grafik sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
39


Gambar 3. Rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum dan setelah
perlakuan.

Rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih yang terlihat di grafik gambar 3
menunjukan adanya peningkatan kadar kolesterol LDL darah antara sebelum dan
sesudah perlakuan. Peningkatan kadar kolesterol LDL darah tertinggi terlihat pada
kelompok IV, sedangkan peningkatan kadar kolesterol LDL darah terendah yaitu
kelompok III. Pada pemeriksaan kolesterol LDL darah setelah perlakuan, kelompok
III memiliki kadar kolesterol LDL darah yang terendah dibandingkan dengan ketiga
kelompok yang lain. Sedangkan kelompok IV memiliki kadar kolesterol LDL darah
tertinggi pada pemeriksaan setelah perlakuan.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
K
a
d
a
r

k
o
l
e
s
t
e
r
o
l

L
D
L

d
a
r
a
h

(
m
g
/
d
l
)

pre test
post test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
40


BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian mengenai pengaruh jus buah delima (Punica granatum) terhadap
kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus), menggunakan sampel
tikus putih sebanyak 32 ekor, strain Wistar, kelamin jantan, berumur kira-kira 3
bulan dan berat badan 200 gram. Sampel tikus tersebut dibagi secara acak menjadi 4
kelompok perlakuan, sehingga masing-masing kelompok terdapat 7 ekor sampel
tikus. Kelompok I diberi perlakuan pemberian pakan hiperkolesterolemik, kelompok
II diberi perlakuan pakan hiperkolesterolemik dan Simvastatin, kelompok III diberi
pakan hiperkolesterolemik dan jus buah delima dosis 3,6 mL/200gramBB dan
kelompok IV diberi pakan hiperkolesterolemik dan jus buah delima dosis 5,4
mL/200gramBB. Penelitian dilakukan selama 28 hari, dengan 7 hari pertama untuk
adaptasi sampel dan 21 hari berikutnya sebagai hari perlakuan sampel.
Seluruh sampel dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol LDL darah dua kali,
yaitu setelah adaptasi (hari ke-7) sebagai pretest dan setelah perlakuan (hari ke-28)
sebagai posttest. Setiap pemeriksaan kadar kolesterol LDL, sampel dipuasakan 12
jam sebelum pengambilan sampel darah. Pakan hiperkolesterolemik yang diberikan
dengan komposisi dan dosis yang sama kepada semua sampel. Induksi eutiroid juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
41


diberikan secara ad libitum dengan menggunakan Propiltiourasil (PTU) dosis 1%
dicampur dengan air minum, mulai hari ke-8 hingga ke-28.
Hasil rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum perlakuan
menunjukan nilai p>0,05, sehingga tidak ada perbedaan signifikan secara statistik
rerata kadar kolesterol LDL dari keempat kelompok sampel. Penelitian dapat
dilanjutkan untuk diberikan perlakuan. Hal ini diharapkan hasil penelitian merupakan
murni disebabkan oleh perlakuan yang diberikan ke sampel penelitian. Pemberian
perlakuan tidak dapat diberikan bila terdapat perbedaan secara signifikan pada
pemeriksaan sebelum perlakuan.
Hasil rerata kadar kolesterol LDL darah tikus putih setelah perlakuan
menunjukan hasil yang tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Hal ini memberikan
hasil bahwa tidak ada pengaruh secara bermakna atas perlakuan yang sudah diberikan
kepada masing-masing kelompok.
Pada analisis statistik dengan T-Test pada tiap kelompok didapatkan
perbedaan secara bermakna kadar kolesterol LDL darah tikus putih sebelum dan
sesudah perlakuan (p<0,05). Perbedaan tersebut terjadi karena terdapat peningkatan
kadar LDL darah tikus putih. Hal ini menunjukan pemberian pakan
hiperkolesterolemik mampu menaikkan kadar kolesterol LDL darah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
42


Dari hasil analisis data tersebut, kedua dosis jus buah delima, 3,6 ml/gramBB
dan 5,4mL/gramBB, belum mampu menunjukan penurunan kadar kolesterol LDL
darah tikus putih secara signifikan menurut statistik. Waktu perlakuan yang pendek
(21 hari) belum menunjukan hasil. Pada penelitian lain, diperlukan waktu 24 minggu
untuk terapi anti oksidan (Filomena et al., 2005).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dosis jus buah delima berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Aviram et al., yang menggunakan anjuran dosis pada
manusia adalah 200 ml. Selain itu, dalam pembuatan jus buah delima, penelitian
tersebut menggunakan reaksi kimiawi enzimatis yang kompleks, yang dapat
mendukung kerja antioksidan buah delima. Sedangkan pada penelitian dari peneliti
ini, menggunakan cara yang sederhana, menggunakan juicer. Cara demikian ini tidak
bisa dipastikan komposisi anti oksidan tetap utuh atau rusak. Disamping itu,
pembuatan jus buah delima oleh peneliti dibuat untuk perlakuan selama 3 hari,
sehingga dimungkinan fase penyimpanan jus buah delima dapat merusak kandungan
antioksidan buah delima, karena antioksidan akan berfungsi dengan baik bila
diberikan dalam bentuk segar atau langsung dari proses pembuatan jusnya..
Penyimpanan jus buah delima segar harus harus disimpan dalam suhu yang dingin
dan digunakan dalam waktu 2 hari (Peggy, 2007). Sedangkan yang dilakukan oleh
peneliti adalah jus buah delima yang telah disimpan dalam lemari es dengan suhu
yang tidak ditentukan. Suhu ideal penyimpanan jus buah delima adalah 0
0
C 5
o
C
(Morton, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
43


Bila ditinjau dari segi aktifitas antioksidan yang terkandung di dalam jus buah
delima, yaitu fitosterol, katekin, flavonoid dan vitamin C, mayoritas bekerja pada
kolesterol eksogen dan pencegahan oksidasi LDL. Kadar kolesterol tubuh paling
banyak adalah kolesterol endogen. Sehingga kerja buah delima, dalam rentang waktu
yang pendek dan dosis yang belum maksimal, menjadikan kerja antioksidan tidak
dapat mengimbangi kenaikan kolesterol tubuh yang juga menaikan kadar kolesterol
LDL darah. Hal ini karena induksi pakan hiperkolesterolemik selain menimbulkan
peningkatan kolesterol eksogen, dapat juga terserap oleh tubuh sehingga
meningkatkan kadar kolesterol endogen. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut,
mengenai mekanisme antioksidan jus buah delima terhadap aborbsi kolesterol dan
transport LDL.
Bila dilihat perbandingan rerata hasil kadar kolesterol LDL darah tikus putih
setelah perlakuan pada kelompok II dan III, menunjukan bahwa dosis jus buah delima
3,6 ml/200gramBB pada kelompok III cukup ideal dan lebih baik untuk menurunkan
kadar kolesterol LDL tikus putih dibandingkan dengan kelompok II dengan perlakuan
Simvastatin. Sedangkan pada kelompok IV, terjadi kenaikan kadar LDL yang cukup
tinggi, dimungkinan bahwa dosis jus buah delima 5,4 ml/200gramBB pada tikus
putih dimungkinkan memiliki efek toksik.
Pada kelompok II, yaitu induksi hiperkolesterolemik dan pemberian
Simvastatin menunjukan rerata kadar kolesterol LDL cukup tinggi dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
44


dengan kelompok yang lain. Hal ini dikarenakan efek terapi simvastatin masih belum
tercapai saat dilakukan pemeriksaan. Diperlukan waktu minimal 4 minggu sebagai
terapi hipolipidemik pada kasus hiperkolestrolemik ringan (Hapsari, 2007) dan juga
dosis dinaikan secara bertahap dengan pemeriksaan kadar kolesterol total dan LDL
yang berkala (Suyatna, 2007). Selain itu, pemberian simvastatin dalam bentuk serbuk,
yang kemudian dicampur dengan pakan hipekolesterolemik, memungkinkan serbuk
tidak merata, obat menjadi rusak dan penyimpanan yang kurang baik., sehingga
didapat kelompok dengan pemberian simvastatin ini belum menunjukan efek
terapinya.
Hasil rerata pemeriksaan kolesterol LDL antar kelompok, menunjukan data
yang memiliki simpangan antar kelompok yang cukup besar. Hal ini merupakan
kelemahan yang terjadi di dalam penelitian ini. Penelitian ini masih banyak variabel-
variabel luar yang belum bisa dikendalikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
45

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat simpulkan bahwa jus buah delima dengan dosis
3,6 ml/200gramBB dan 5,4 ml/200gram BB tikus putih tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap pencegahan peningkatan kadar kolesterol LDL darah tikus
putih.

B. Saran
Mengingat keterbatasan dan kekurangan pada penelitian ini, maka diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai efek buah delima terhadap kadar kolesterol LDL
darah. Untuk penelitian selanjutnya, perlu diperhatikan mengenai teknis perlakuan
dan proses pembuatan jus buah delima. Pemberian pakan hiperkolesterolemik dan
tidak menggunakan pakan tikus yang lain seperti pallet BR-2, supaya hasil yang
didapat saat pemeriksaan merupakan hasil induksi pakan hiperkolesterolemiknya.
Pada pemberian Simvastatin sebaiknya tidak dicampur dengan pakan
hiperkolesterolemik, melainkan diberikan per sonde. Pada proses pembuatan jus
buah delima, perlu diperhatikan mengenai fase penyimpanan dan fase pemberian
jus buah delima. Penyimpanan jus buah delima harus pada suhu yang ideal dan
waktu penyimpanan tidak lama. Pemberian jus buah delima ke sampel disarankan
dalam bentuk segar atau sesaat setelah buah delima dibuat dalam bentuk jus.

You might also like