You are on page 1of 17

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. M
dengan RETENSI URIN
Di Ruang 8
DEPARTEMEN MATERNITAS








Disusun Oleh :
Stefani Yulita S.
105070201111012




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. M
dengan RETENSI URIN
Di Ruang 8
DEPARTEMEN MATERNITAS




Stefani Yulita Sari



NIM : 105070201111012



Ns. Ayut Merdikawati, S. Kep Indah Y. Amk



NIK : 120187488 NIP : 1978 0626 2008 01 2021



Tjitjik Sri. E. SST



NIP : 1969 0902 1991 03 2008

SEPSIS

1. Defenisi Sepsis
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah
atau jaringan lain atau dapat dikatakan suatu keadaan yang berhubungan dengan
keadaan tersebut. Septikemia adalah penyakit sistemik yang berhubungan dengan
adanya dan bertahannya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah.
Bakteremia adalah adanya bakteri di dalam darah. Viremia adalah adanya virus didalam
darah.
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat
infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat
menyebabkan sepsis bayi baru lahir (DEPKES, 2007).
Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi
sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan. Dalam sepuluh
tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan barumengenai definisi sepsis. Salah
satunya menurut The International SepsisDefinition Conferences (ISDC) sepsis adalah
sindroma klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan
infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis
berat, renjatan / syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.

2. Klasifikasi Sepsis Neonatorum
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi
dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan
sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis).
Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam
periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero. Incidence rate sepsis neonatorum awitan dini adalah 3,5 kasus
per 1.000 kelahiran hidup dan 15-50% pasien tersebut meninggal.
Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi pascanatal (lebih dari 72 jam)
yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Proses
infeksi pasien semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal. Angka
mortalitas SAL lebih rendah daripada SAD yaitu kira-kira 10-20%. SAD sering
dihubungkan dengan infeksi intranatal, sedangkan SAL sering dihubungkan dengan
infeksi postnatal terutama nosokomial.



3. Etiologi
Berdasarkan data based perinatologi RSHAM (Rumah Sakit H.AdamMalik)
tahun 2008 sampai tahun 2010 didapatkan pola kuman berdasarkan hasil kultur darah
Staphylococus sp 33%, Klebsiela 23%, Pseudomonas 28% untuk tahun 2008, tahun
2009 staphylococus 27%, enterobacter 18%, pseudomonas 16% dan tahun 2010
staphylococus 34%, pseudomonas 20%, enterobacter 14%.
Pada cairan serebrospinal yang terjadi pada meningitis neonatus awitan dini
banyak ditemukan bakteri gram negatif terutama Klebsiella sp dan E. Coli, sedangkan
pada awitan lambat selain bakteri gram negatif juga ditemukan Streptococcus
pneumoniae sero tipe 2. E.coli biasa ditemukanpada neonatus yang tidak dilahirkan di
rumah sakit serta pada usap vagina wanita di daerah pedesaan. Sementara Klebsiella
sp biasanya diisolasi dari neonatus yang dilahirkan di rumah sakit. Selain
mikroorganisme diatas, patogen yang sering ditemukan adalah Pseudomonas,
Enterobacter,dan Staphylococcus aureus.

4. Faktor resiko
Terjadinya sepsis neonatorum dipengaruhi oleh faktor risiko pada ibu, bayi dan
lain-lain.
a. Faktor risiko ibu:
1) Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban pecah
lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1% dan bila
disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat menjadi 4 kalinya.
2) Infeksi dan demam (lebih dari 38C) pada masa peripartum akibat
korioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup
B (SGB), kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya.
3) Cairan ketuban hijau keruh dan berbau.
4) Kehamilan multiple
5) Persalinan dan kehamilan kurang bulan.
6) Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu.

b. Faktor risiko pada bayi:
1) Prematuritas dan berat lahir rendah
2) Asfiksia neonatorum
3) Resusitasi pada saat kelahiran, misalnya pada bayi yang mengalami fetal
distress dan trauma pada proses persalinan.
4) Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator,kateter, infus,
pembedahan, akses vena sentral, kateter intratorakal
5) Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli), defek imun,
atau asplenia.

c. Faktor risiko lain:
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa sepsis neonatorum lebih sering
terjadi pada bayi laki-laki daripada perempuan, pada bayi kulit hitam daripada kulit
putih, pada bayi dengan status ekonomi rendah, dan sering terjadi akibat prosedur
cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota keluarga
pasien, serta buruknya kebersihan diruang perawatan bayi. Faktor-faktor di atas
sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan masih menjadi masalah sampai saat
ini. Hal ini merupakan salah satu penyebab tidak adanya perubahan pada angka
kejadian sepsis neonatal dalam dekade terakhir ini. Faktor-faktor risiko ini walaupun
tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan perhatian khusus
terutama bila disertai gambaran klinis.

5. Patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman
karena terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion,
dan beberapa faktor anti infeksi dari cairan amnion. Infeksi pada neonatus dapat terjadi
antenatal, intranatal dan pascanatal. Lintas infeksi perinatal dapat digolongkan sebagai
berikut:
a. Infeksi Antenatal.
Infeksi antenatal pada umumnya infeksi transplasenta, kuman berasal dari
ibu, kemudian melewati plasenta dan umbilikus dan masuk ke dalam tubuh bayi
melalui sirkulasi bayi. Infeksi bakteri antenatal antara lain oleh Streptococcus Group
B. Penyakit lain yang dapat melalui lintas ini adalah toksoplasmosis, malaria dan
sifilis. Pada dugaan infeksi tranplasenta biasanya selain skrining untuk sifilis, juga
dilakukan skrining terhadap TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes).

b. Infeksi Intranatal
Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi asendens yaitu
infeksiyang berasal dari vagina dan serviks. Karena ketuban pecah dini maka
kuman dari serviks dan vagina menjalar ke atas menyebabkan korionitis dan
amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi menjalar terus melalui umbilikus dan
akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan amnionitis dan liquor amnion
yang terinfeksi inimasuk ke traktus respiratorius dan traktus digestivus janin
sehingga menyebabkan infeksi disana.
Gambar 2.1. Infeksi akibat chorioamnionitis

Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat
melewati jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada umumnya
infeksiini adalah akibat kuman Gram negatif yaitu bakteri yang menghasilkan warna
merah pada pewarnaan Gram dan kandida. Menurut Centers for Diseases Control
and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau
rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi
selama melahirkan.

c. Infeksi Pascanatal
Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang diperoleh
bayi dari lingkungannya di luar rahim ibu, seperti kontaminasi oleh alat-alat, sarana
perawatan dan oleh yang merawatnya. Kuman penyebabnya terutama bakteri,
yang sebagian besar adalah bakteri Gram negatif. Infeksi oleh karena kuman Gram
negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu intranatal dan pascanatal.
Lintas infeksi perinatal dapat dilihat pada gambar berikut:






Infeksi
Intranatal










Infeksi
Intranatal

Gambar 2.2. Lintas infeksi pada neonatus di dalam kandungan
Bila paparan kuman ini berlanjut dan memasuki aliran darah, akan terjadi
respons tubuh yang berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh. Berbagai
reaksi tubuh yang terjadi akan memperlihatkan pula bermacam gambaran gejala
klinis pada pasien. Tergantung dari perjalanan penyakit, gambaran klinis yang
terlihat akan berbeda. Oleh karena itu, pada penatalaksanaan selain pemberian
antibiotika, harus memperhatikan pula gangguan fungsi organ yang timbul akibat
beratnya penyakit.

6. Manifestasi Klinis
Gejala klinik infeksi sistemik pada neonatus tidak spesifik dan seringkali sama
dengan gejala klinik gangguan metabolik, hematologik dan susunan saraf pusat.
Peningkatan suhu tubuh jarang terjadi dan bila ada umumnya terdapat pada bayi cukup
bulan. Hipotermia lebih sering ditemukan daripada hipertermia. Leukosit pada neonatus
mempunyai rentang yang luas yaitu antara 4.000 s/d 30.000 per mm.
Gejala klinik sepsis neonatorum pada stadium dini sangat sulit ditemukan karena
tidak spesifik, tidak jelas dan seringkali tidak terobservasi. Karena itu, dibutuhkan suatu
dugaan keras terhadap kemungkinan ini agar diagnosa dapat ditegakkan. Gejala klinik
sepsis pada neonatus dapat digolongkan sebagai:
a. Gejala umum: bayi tidak kelihatan sehat (not doing well), tidak mau minum,
kenaikan suhu tubuh, penurunan suhu tubuh dan sclerema.
b. Gejala gastrointestinal: muntah, diare, hepatomegali dan perut kembung
c. Gejala saluran pernafasan: dispnea, takipne dan sianosis.
d. Gejala sistem kardiovaskuler: takikardia, edema, dan dehidrasi.
e. Gejala susunan saraf pusat: letargi, irritable, dan kejang.
f. Gejala hematologik: ikterus, splenomegali, petekie, dan perdarahan lain.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hematologi
Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan
hitung jenis, trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN <1800/ml,
trombositopeni <150.000/ml (spesifisitas tinggi, sensitivitas rendah), neutrofil muda
meningkat >1500/ml, rasio neutrofil imatur : total >0,2. Adanya reaktan fase akut
yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri, kenaikan sedang
didapatkan pada kondisi infeksi kronik), LED, GCSF (granulocyte colonystimulating
factor), sitokin IL-1, IL-6 dan TNF (tumour necrosis factor).
b. Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi,
pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang
menderita kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur
darah positip.
c. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
d. Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan liquor, serta urin.
e. Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).
f. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas
indikasi, dan ginjal. Pemeriksaan USG ginjal, skaning ginjal, sistouretrografi
dilakukan atas indikasi.
g. Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya
korioamnionitis, yang merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.


8. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme
tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk
kebutuhan nutrisi. Pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak toksik,
dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang memisahkan
darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan
ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau
sefalasporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200 mg/kgBB/hari, dibagi 3
atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 pemberian;
Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian; Sefalasporin 100
mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian; ritromisin500 mg/kg BB/hari,dibagi dalam
3 dosis.
Pada sepsis nosokomial, sebaiknya diberikan :
a. Vankomisin dengan dosis tergantung umur dan berat badan:
<1,2kg umur 0-4 minggu: 15mg/kg/kali tiap 24jam
1,2-2kg umur 0-7 hari: 15mg/kg/kali tiap 12-18jam
1,2-2kg umur >7 hari: 15mg/kg/kali tiap 8-12jam
>2kg umur 0-7 hari: 15mg/kg/kali tiap 12jam
>2kg umur >7 hari: 15mg/kg/kali tiap 8jam ditambah aminoglikosid atau
sefalosporin generasi ketiga
b. Terapi lanjutan disesuaikan dengan hasil biakan dan uji resistensi.
c. Pengobatan komplikasi
Pernapasan: kebutuhan oksigen meningkat, yang harus dipenuhi dengan
pemberian oksigen, VTP atau kemudian dengan ventilator.
Kardiovaskular: menunjang tekanan darah dan perfusi jaringan,
mencegah syok dengan pemberian volume ekspander 10-20ml/kg (NaCl
0,9%, albumin dan darah). Catat pemasukan cairan dan pengeluaran
urin. Kadang diperlukan pemakaian dopamin atau dobutamin.
Hematologi: untuk DIC (trombositopeni, protrombin time memanjang,
tromboplastin time meningkat), sebaiknya diberikan FFP 10ml/kg, vit K,
suspensi trombosit, dan kemungkinan transfusi tukar. Apabila terjadi
neutropeni, diberikan transfusi neutrofil
Susunan syaraf pusat: bila kejang beri fenobarbital (20mg/kg loading
dose) dan monitor timbulnya sindrom inappropriate antidiuretic hormon
atau SIADH, ditandai dengan ekskresi urin turun, hiponatremi,
osmolaritas serum turun, naiknya berat jenis urin dan osmolaritas.
Metabolik: monitor dan terapi hipo dan hiperglikemia. Koreksi asidosis
metabolik dengan bikarbonat dan cairan.

Pada saat ini imunoterapi telah berkembang sangat pesat dengan
diketemukannya berbagai jenis globulin hiperimun, antibodi monoklonal untuk
patogen spesifik penyebab sepsis neonatal.

9. Pencegahan
a. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila
diperlukan.

b. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya
dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik.
Tindakanintervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-
benardiperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses
persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari
perlukaan kulitdan selaput lendir.

c. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal,pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap
bersih,setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus
secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-
prinsipaseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan
denganmenggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap
bayi.Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang
benar danbaik. Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi
harus sehat.Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara
rasional,sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi
(Sarwono,2004).

























10. Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain:
a. Meningitis
b. Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan/atau
leukomalasia periventrikular
c. Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi acut
respiratory distress syndrome (ARDS).
d. Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti
ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal.
e. Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari
gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental
f. Kematian

II. Asuhan Keperawatan Pasien Anak dengan Penyakit Infeksius Sepsis
1. Pengkajian
a. Pengakjian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu
dikaji adalah :
Sosial ekonomi
Riwayat perawatan antenatal
Ada/tidaknya ketuban pecah dini
Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit
infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)
b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
Regurgitasi
Peka rangsang
Pucat
Hipotoni
Hiporefleksi
Gerakan putar mata
BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
Sianosis
Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
Hipotermi
Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau
Kulit lembab dan dingin
Pucat
Pengisian kembali kapiler lambar
Hipotensi
Dehidrasi
Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
c. Tanda dan Gejala Umum
Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal.
Aktivitas lemah atau tidak ada
Tampak sakit
Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.
d. Sistem Pernafasan
Dispenu
Takipneu
Apneu
Tampak tarikan otot pernafasan
Merintik
Mengorok
Pernapasan cuping hidung
Sianosis
e. Sistem Kardiovaskuler
Hipotensi
Kulit lembab dan dingin
Pucat
Takikardi
Bradikardi
Edema
Henti jantung
f. Sistem Pencernaan
Distensi abdomen
Anoreksia
Muntah
Diare
Menyusu buruk
Peningkatan residu lambung setelah menyusu
Darah samar pada feces
Hepatomegali
g. Sistem Saraf Pusat
Refleks moro abnormal
Intabilitas
Kejang
Hiporefleksi
Fontanel anterior menonjol
Tremor
Koma
Pernafasan tidak teratur
High-pitched cry
h. Hematologi
Ikterus
Petekie
Purpura
Prdarahan
Splenomegali
Pucat
Ekimosis
i. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
Bilirubin
Kadar gular darah serum
Protein aktif C
Imunogloblin IgM
Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga,
pus dari lesi, feces dan urine.
Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi
dan jumlah leukosit.
2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
a. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum,
selama dan sesudah kelahiran.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau
intoleran terhadap minuman.
c. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea.
d. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi
pada bayi oleh petugas.
e. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-
kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang berhubungan dengan penu;aran ifneksi
pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
Tujuan 1 : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi.
Kriteria evaluasi : penularan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi :
Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.
Nilai apgar dibawah normal
Bayi mengalami tindakan operasi
Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus
Bayi yang megalami prosedur invasif
Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini,
dan infeksi yang diderita ibu.
b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus,
refleks mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau
iritablitas.
c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena,
sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus,
ubun-ubun cembung, muntah diare.
d. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
e. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur.
Tujuan 2 : Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi
keperawatan.
a. Berikan suhu lingkungan yang netral
b. Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan melalui infus intravena sesuai berat
badan, usia dan kondisi.
c. Pantau tanda vital secara berkelanjutan
d. Berikan antibiotik sesuai pesanan
e. Siapkan dan berikan cairan plasma segar intravena sesuai pesanan
f. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed sel darah merah atas indikasi
sepsis.

Diagnosa Keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.
Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan,
menunjukkan kenaikan berat badan.
Kriteria hasil : nutrisi dan cairan adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji intoleran terhadap minuman
b. Hitung kebutuhan minum bayi
c. Ukur masukan dan keluaran
d. Timbang berat badan setiap hari
e. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat
f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
g. Ukur berat jenis urine
h. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi
i. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan dengan
apnea.
Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.
Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung,
gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau
bradikardia dan perubahan tekanan darah.
c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk
menjaga pengeluaran energi dan panas.
d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik
e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati
f. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai
kebutuhan.
g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan
dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.
Tujuan : menceghah terjadinya infeksi nasokomial
Kriteria hasil : cedera pada bayi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan :
a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan
kamar bayi.
b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur
dinyatakan negatif.
c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya menderita
infeksi dan beri tahu tentang penyakitnya.
d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat
bayi tidak menderita demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal, luka
terbuka dan penyakit menular lainnya.
e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier dengan
yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.
f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya
dengan larutan anti septik tiap minggu atau sesudah digunakan.
g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya dengan
larutan antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan.
h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan
perawatan.
i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap
sebelum dan sesudah merawat atau memegang bayi.
j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak bahan
lain yang terkontaminasi diruang perawatan.
k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat
mengunjungi bayi.








DAFTAR PUSTAKA

- Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
- Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan,
Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.
- Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

You might also like

  • Askep Kejang
    Askep Kejang
    Document20 pages
    Askep Kejang
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Gangguan Proses Berpikir
    Gangguan Proses Berpikir
    Document8 pages
    Gangguan Proses Berpikir
    wawasatria
    100% (5)
  • Tetralogi Fallot
    Tetralogi Fallot
    Document2 pages
    Tetralogi Fallot
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Laporan HT
    Laporan HT
    Document20 pages
    Laporan HT
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Document15 pages
    Infeksi Saluran Kemih
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Document5 pages
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • LP Retensi Urin
    LP Retensi Urin
    Document8 pages
    LP Retensi Urin
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • LP CKD +Gnc+Hemodialisa
    LP CKD +Gnc+Hemodialisa
    Document27 pages
    LP CKD +Gnc+Hemodialisa
    Reza Fitra Kusuma Negara
    No ratings yet
  • Askep Bayi Lahir Sakit
    Askep Bayi Lahir Sakit
    Document20 pages
    Askep Bayi Lahir Sakit
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Document23 pages
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Cornelius Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Document5 pages
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Infeksi Post Partum
    Infeksi Post Partum
    Document41 pages
    Infeksi Post Partum
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Sepsis
    Sepsis
    Document16 pages
    Sepsis
    Cornelius Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Infeksi Post Partum
    Infeksi Post Partum
    Document41 pages
    Infeksi Post Partum
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Infeksi Post Partum
    Infeksi Post Partum
    Document41 pages
    Infeksi Post Partum
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Penyakit Asma Pada Anak
    Penyakit Asma Pada Anak
    Document7 pages
    Penyakit Asma Pada Anak
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Document12 pages
    Pneumonia
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Sepsis
    Sepsis
    Document17 pages
    Sepsis
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Document23 pages
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Cornelius Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Batu Kalsium
    Batu Kalsium
    Document2 pages
    Batu Kalsium
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Askep ALO
    Askep ALO
    Document25 pages
    Askep ALO
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    100% (1)
  • Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Document23 pages
    Tinjauan Pustaka CA Bronkho
    Cornelius Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Document15 pages
    Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Benny Afriansyah
    No ratings yet
  • Retinopati Diabetik
    Retinopati Diabetik
    Document7 pages
    Retinopati Diabetik
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • LP Retensi Urin
    LP Retensi Urin
    Document8 pages
    LP Retensi Urin
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Document5 pages
    Tanda Bahaya Pada Kehamilan
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • LP Retensi Urin
    LP Retensi Urin
    Document16 pages
    LP Retensi Urin
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Document12 pages
    Pneumonia
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Document15 pages
    Infeksi Saluran Kemih
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    No ratings yet
  • Infeksi Post Partum
    Infeksi Post Partum
    Document42 pages
    Infeksi Post Partum
    Ciecilia Stefanny Sistandria Mahesta
    100% (1)