You are on page 1of 81

Rasmul Qur'an

Click here to download



I. PENDAHULUAN
Puji syukur pertama-tama saya haturkan ke hadirat Allah SWT yang dengan rahmat inayah-
Nya saya bisa menyelesaikan makalah sederhana ini yang berjudul ilmu tauhid dan ruang lingkupnya.
Semoga bisa bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi kita semua pada umumnya.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Rasmul Quran merupakan ilmu yang sangat
penting di dalam agama Islam. Sebab, Rasmul Quran adalah bagian sebagian dari tanda-tanda
agama sejati dan murni yang diturunkan Allah Yang Maha kuasa dan bijaksana. Tanpa mengetahui
Rasmul Quran, kita tidak akan mengetahui tujuan hidup sebenarnya. Sebab, seorang hamba harus
tahu benar siapa yang disembah dan dimana kita akan hidup setelah mati.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasmul Qur'an
Istilah rasmul al-Quran terdiri dari dua kata yaitu rasm dan al-Qur'an. Kata rasm berarti
bentuk tulisan. Dapat juga diartikan dengan `atsar dan alamah. Sedangkan al-Qur'an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., dengan perantaraan malaikat Jibril, ditulis
dalam mushaf-mushaf dan disampaikan kepada umat manusia secara mutawatir (oleh banyak
orang) dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat al-Patiihah dan diakhiri
dengan surat an-Nas. (Chirzin, 1998: 106).
Jadi ilmu rasm Al-Qur'an yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Qur'an
yang di lakukan dengan cara khusus baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk
huruf yang di gunakannya. Adapun yang di maksud rasm al-mushaf dalam bahasa yaitu : ketentuan
atau orang yang di gunakan oleh usman ibn affan bersama sahabat-sahabat lainnya dalam Al-Qur'an
berkaitan dengan susunan huruf-hurufnya, yang terdapat dalam mushaf yang di kirim berbagai
daerah dana kata serta mushaf al-iman yang berada di tangan usman ibn affan sendiri
Sementara ulama yang lebih mempersempit rasm al-mushaf yaitu : apa yang di tulis oleh
para sahabat Nabi menyangkut sebagian lafaz-lafaz Al-Qur'an dalam mushaf usmani dengan pola
tersendiri yang menyalahi kaidah-kaidah penulisan Bahasa Arab.
Bagaimana ragam pendapat berkaitan permasalahan rasmul Qur'an. Apakah rasmul Qur'an
merupakan tauqif (ketetapan) dari Nabi Muhammad SAW. ataukah bukan. Mengenai permasalahan
ini, muncul dua pendapat di kalangan ulama. Kelompok pertama menyatakan bahwa, rasmul Quran
adalah tauqifi dari Nabi Muhammad saw. Sedangkan kelompok kedua menyatakan bahwa, rasmul
Quran adalah bukan taugifi dari Nabi Muhammad SAW.
Menurut Kelompok pertama, bahwa rasmul Qur'an adalah tauqifi dan metode penulisannya
dinyatakan sendiri oleh Rasulullah SAW. Pendapat ini dianut dan dipertahankan oleh Ibnu Mubarak
yang sependapat dengan gurunya Abdul Aziz ad-Dabbagh. la menyatakan bahwa, tidak seujung
rambutpun huruf al-Qur'an yang ditulis atas kehendak seorang sahabat nabi atau yang lainnya. (as-
Shalih, 1990:361)
Sedangkan kelompok kedua berpandangan bahwa, rasmul Qur'an tersebut tidak masuk akal
kalau dikatakan tauqifi. Pendapat ini dipelopori oleh Qadhi Abu al-Bagilani. la mengatakan bahwa
mengenai tulisan al-Qur'an, Allah swt. sama sekali tidak mewajibkan kepada umat Islam dan tidak
melarang para penulis al-Qur'an untuk menggunakan rasam selama itu (baca; Utsman bin Affan).
Yang dikatakan kewajiban hanyalah diketahui dari berita-berita yang didengar. (as-Shalih, 1990:366)

B. Pola Penulisam Al-Qur'an Dalam Mushaf Usmani
Terdapat beberapa pola penulisan Al-Qur'an versi mushaf usamni yang menyimpang dari
kaidah penulisan bahasa arab.
1. Penghilangan huruf (al-hadzf)







Al-Hadzf ini terdiri dari enam bagian, yaitu:
a. Menghilangkan huruf, alif yaitu dari ya al-nida ( ) dari ha' al-tanbih ( ); dari
dhamir() lajazh jalalah () dari dua kata () dan (); sesudah huruf lam ( ); sesudah
dua huruf lam dari semua mustanna (); dari semua jama' shahih baik mudzakkar maupun
muannats () dan ( ) dari semua jamak yang satu pola dengan () dan dari semua
kata bilangan ( ) dari basmallah dan sebagainya.
b. Menghilangkan huruf ya, vaitu huruf ya dibuang dari manqush munawwan (bertanwin), baik ketika
berharakat rafa' maupun jar ( ); menghilangkan huruf ya' pada kata
dan, selain yang dikecualikan.
c. Menghilangkan huruf lam jika dalam keadaan idqham () dan () selain yang dikecualikan.
d. Menghilangkan huruf waw, yaitu jika terletak bergandengan ( ) dan ( ).
Di samping itu, ada beberapa penghilangan huruf yang tidak masuk kaidah. Misalnya
penghilangan huruf alif pada kata dan menghilangkan ya' dari kata serta menghilangkan waw
dari empat kata kerja (al-fil) dan
2. Penambahan huruf(al-ziyadah)
Penambahan ini, yaitu alif setelah waw pada akhir isim jamak atau yang mempunyai hukum
jamak. Misalnya , dan Di samping itu menambah alif setelah Hamzah
marsumah waw (Hamzah yang terletak di atas tulisan waw). Misalnya, Yang asalnya di tulis
Demikian pada kata , dalam ayat, kata Dalam ayat
dan , dalam ayat . Demikian juga penambahan huruf ya pada kata atau
penambahan huruf waw pada kata Dan .
3. Kaidah Hamzah
Yaitu apabila hamzah berharakat suku, maka di tulis dengan huruf yang beharakat
sebelumnya. Misalnya Dan , selain yang dikecualikan. Adapun Hamzah yang berharakat, jika





ia berada di awal kata dan bersambung dengan Hamzah itu huruf tambahan, maka ia harus di tulis
dengan alif secara mutlak, baik berharakat fathah maupun berharakat kasrah. Misalnya
selain yang dikecualikan. Sedangkan apabila Hamzah terletak di tengah maka ia tulis sesuai
dengan huruf harakatnya, yakni fathah dengan alif dan kasrah dengan ya serta dlamah dengan waw.
Misalnya Tetapi apabila huruf yang sebelum Hamzah itu sukun, maka tidak ada
tambahan. Misalnya dan selain yang dikecualikan.
Di samping itu, jika Hamzah itu terletak di ujung, Makkah ia di tulis dengan huruf dari jenis
harakat huruf sebelumnya. Misalnya, kata dan .
4. Menggantikan Huruf Dengan Huruf Lain
Badl ini ada beberapa macam yaitu :
a. Huruf alif di tulis dengan waw sebagai penghormatan pada kata dan selain yang
dikecualikan.
b. Huruf alif yang di tulis dengan huruf ya pada kata-kata seperti Yang berarti
(bagaimana) dan selain kata dalam surat Yusuf.
c. Huruf alif di ganti dengan nun tawkid khafifah pada kata .
d. Huruf ta tanits () di ganti dengan ta maftuhah () pada kata sebagai yang terdapat dalam
surat al-baqarah, al-araf, hud, maryam, al-rum dan al-zukhruf. Di samping itu huruf tatanits () di
tulis dengan ta maftuhah () pada kata sebagai terdapat dalam surat al-baqarah, ali imran, al
maidah, ibrahim dan sebagainya.
5. Menyambungkan dan memisahkan huruf (al washl dan al fashl)
Washl dan fashl banyak ragamnya yaitu :
a. Kata dengan harakat fathah pada hamzahnya, di susul dengan maka penulisannya bersambung
dengan menghilangkan huruf nun, misalnya tidak di tulis kecuali pada kata dan
.
b. Kata Yang bersambung dengan penulisannya disambungkan kata dan huruf nun pada mimnya
tidak di tulis, seperti kecuali pada kalimat Sebagai terdapat dalam Al-Qur'an
surat an-nisa dan ar-rum dan kata dalam surat al-munafiqun.
c. Kata yang bersambung dengan ditulis bersambung dengan menghilangkan-min, sehingga
menjadi kata bukan
d. Kata yang bersambung dengan ditulis bersambung dengan menghilangkan nun, sehingga
menjadi bukan kecuali dalam kalimat
e. Kata yang bersambung dengan ditulis bersambung dengan menghilangkan nun, sehingga
menjadi
f. Kata yang bersambung dengan ditulis bersambung dengan menghilangkan nun, sehingga
menjadi
g. Kata yang diiringi Di sambung sehingga menjadi Kecuali pada firman Allah SWT
dan

6. Kata yang bisa dibaca dengan dua bunyi (ma fih qiratani)
Apabila ada dua ayat Al-Qur'an yang memiliki versi qiraat yang berbeda yang dimungkinkan
ditulis dalam bentuk tulis dalam bentuk tulisan yang sama, maka pola penulisannya sama dalam
setiap Mushaf Ustmaniy. Dalam Mushaf Ustmaniy, kata tersebut di tulis dengan menghilangkan alif
Misalnya, kalimat dan
Ayat-ayat tersebut boleh dibaca dengan menetapkan alif (dibaca dua harakat) dan bisa
dibaca sebagai haknya lafzh (dibaca 1 harakat). Akan tetapi, apabila tidak memungkinkan ditulis
dalam bentuk tulisan yang sama, maka ditulis dalam Mushaf `Utsmaniy dengan rasm al-mushaf yang
berbeda. Misalnya kalimat Dalam sebagian mushaf ustmaiy di tulis dan di baca
sedangkan dalam sebagian mushaf lainnya di tulis dan dibaca Dan sebagainya.

C. Hukum Penulisan Al-Qur'an Dengan Rasmul Usmani
Pada ulama juga berbeda pendapat tentang hal ini apakah kaum muslimin di wajibkan
mengikuti rasm usmani dalam penulisan Al-Qur'an ataukah di bolehkan dengan rasm imlai (pola
penulisan konvensional).
Beberapa pendapat para ulama mengenai hal ini yaitu sebagai berikut.
a. Para ulama mengakui bahwa rasm usmani berhifat tauqifi wajib mengikuti rasm usmani dalam
penulisan Al-Qur'an dan tidak boleh menyalahinya, sehubungan dengan itu ahmad ibn hambal
berkata :

Haram hukumnya menyalahi rasm usmani (dalam penulisan Al-Qur'an) seperti huruf wawu
alif, ya atau yang selainnya.
Sementara itu ketika Imam Malik di tanya mengenai penulisan Al-Qur'an dengan kaidah
hijaiyah (kaidah imla) Malik berkata :

Saya tidak berpendapat demikian. Akan tetapi hendaklah di tulis menurut tulisan pertama.
b. Para ulama tidak mengetahui bahwa rasm usmani itu bersifat tawqifi, tidak mesti kita mengikuti
rasm usmani dalam penulisan Al-Qur'an, dengan kata lain kita di bolehkan menulisnya dengan rasm
imlai
Sehubungan dengan ini mereka menyatakan sebagai berikut :
Sesungguhnya bentuk dan model tulisan tidak lain hanyalah merupakan tanda atau simbol,
karena itu segala bentuk serta model tulisan Al-Qur'an yang menunjukkan arah bacaan yang benar,
dapat dibenarkan. Sedangkan rasm usmani yang menyalahi rasm imla sebagaimana kita kenal,
menyulitkan banyak orang serta bisa mengakibatkan berat dan kacau (bagi pembacanya).
c. Sebagian ulama berpendapat boleh bahkan wajib mengikuti rasm imlai dalam Al-Qur'an yang di
runtuhkan bagi orang-orang awam dan tidak boleh menulisnya dengan rasm usmani. Namun rasm
usmani pun wajib di pelihara dan di tertarikan.








D. Faedah Penulisan-Penulisan Al-Qur'an Dengan Rasm Usmani
Penulisan Al-Qur'an dengan mengikuti atau berpedoman kepada rasm usmani yang di
lakukan pada masa khalifah usman sangat berfaedah bagi umat Islam.
a. Memelihara dan melestarikan penulisan al-Quran sesuai dengan pola penulisan al-Quran pada awal
penulisan dan pembukuannya.
b. Memberi kemungkinan pada lafazh yang sama untuk dibaca dengan versi qiraat yang berbeda,
seperti dalam firman Allah berikut ini:
( 9:2 )
Lafazh ( ) dalam ayat di atas, bisa dibaca menurut versi qira'at lainnya yaitu
Sementara kalau ditulis ( ) tidak memberi kemungkinan untuk dibaca ( )
c. Kemungkinan dapat menunjukkan makna atau maksud yang tersembunyi, dalam ayat-ayat tertentu
yang penulisannya menyalahi rasm imla'i, seperti dalam firman Allah berikut ini:
( \ 74:15 )
Menurut sementara ulama. lafaz ( ) ditulis dengan huruf ganda (), karena memberi
isyarat akan kebesaran kekuasaan Allah SWT. khususnya dalam penciptaan langit dan alam semesta.
d. Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat (syakl) suatu lafaz, seperti penambahan huruf
ayat () pada ayat ( ) dan penambahan huruf () pada ayat (
).
E. Perkembangan Penulisan Al-Quran
Sebagian disebutkan dalam sejarah bahwa mushaf ustmaniy yang di tulis oleh panitia empat
(Abd Allah bin Zubair, Sa'id al-Rahman bin al-Hants dan Zaid bin Tsabit) belum bertitik dan bersyakal.






Hal ini dikarenakan tanda-tanda seperti itu belum dikenal pada waktu itu. Sekalipun Al-Qur'an di
tulis demikian, akan tetapi dan kaum muslimin dapat membaca Al-Qur'an dengan benar. Mushaf
utsmaniy sebagai di ungkapkan al ashari (w. 382 H) di baca oleh kaum muslimin selama sekitar 40
tahun.
Ketika Islam berkembang ke berbagai wilayah yang selanjutnya terjadi akulturasi budaya
(perpaduan budaya) antara masyarakat Arab dan non-Arab, pertumbuhan tanda baca dalam
penulisan Al-Qur'an merupakan hal yang sangat layak, khususnya untuk melestarikan bahasa Arab.
Ziyad Ibn Samiyyah, Gubernur Basrah pada masa pemerintahan Muawiyyah (661 -680 M), salah
seorang yang mempunyai atensi besar terhadap pembubuhan tanda baca (syakal). Hal ill] tidak
terlepas dari pemantauannya terhadap kaum Muslim"" yang melakukan kesalahan dalam membaca
Al-Qur'an. Misalnya, mereka melakukan kesalahan dalam membaca firman Allah SWT (Allah
berlepas diri dari orang-orang Musyirikin). Melihat kenyataannya ini, ziyad bin sammiyah meinta
Abu al-Aswad al-Dualliy untuk memubuhkan tanda baca (syakal) dalam mushaf agar tidak terjadi
kekeliruan dalam membaca Al-Qur'an di kalangan kaum Muslimin. Kendati demikian, Abu al-Aswad
belum meletakkan syakal untuk setiap huruf, kecuali syakal huruf akhir saja. Misalnya untuk tanda
fathah. (a) ia membubuhkan tanda titik satu yang terletak di atas burnt (_._), tanda kasrah (i) dengan
membubuhkan titik satu di bawah huruf ()dan tanda dhamah (u) dengan titik satu yang terletak di
antara bagian-bagian huruf () Sedangkan untuk sukun (mati) tidak diberi tanda apa-apa.
Pertumbuhan tanda baca (syakal) selanjutnva dikembangkan oleh murid al-Dualliy, al-Khalil
bin Ahmad. Pada masa Abasiah. Ia telah membuat fathah, dengan membubuhkan huruf alif kecil (')
terletak di atas huruf(_), tanda/kasrah dengan membubuhkan huruf ya' kecil () di bawah huruf ()
dan tanda dhamah dengan membubuhkan tanda kepada huruf waw kecil () di atas huruf ().
Adapun tanda sukun (mati) yaitu dengan membubuhkan tanda kepala huruf ha () yang terletak di
atas huruf () dan tasydid dengan membubuhkan tanda kepala huruf sin () yang terletak di atas
huruf ().
Seiring dengan ekspansi Islam ke berbagai wilayah dan semakin banyaknya masyarakat non
Arab rang masuk Islam, maka timbal upaya untuk membuat tanda-tanda huruf Al-Qur'an. Upaya
tersebut tampak pada masa Khalifah Abd al-Malik bin Marwan (685-705 M). Kemudian beliau
menugaskan seorang ulama, al-Hajjaj bin Yusuf Al-Tsaqafi untuk menyusun tanda-tanda baca Al-




quran (nugath al-'Ajam). al-Hajj, selanjutnya menugaskan Nashr bin Ibn Ashim dan Yahya bin
Yamur (keduanya murid al-Dualliy) untuk menyusun tanda-tanda baca tersebut. Atas titah al-Hajjaj
kepala dua orang ahli ini, make terdapatlah tanda-tanda huruf dalam Al-quran dengan cara
membubuhkan tanda titik (.) pada huruf-huruf yang serupa untuk membedakan antara huruf yang
satu dengan huruf yang lain. Misalnya huruf dal () dengan dzal () huruf ha (), jim() dan kha ()
dan sebagainya. Menurut sebuah riwayat, al-Hajjaj telah melakukan perubahan Rasm `Utsmaniy di
11 tempat.
Tokoh-tokoh lain yang membubuhkan tanda huruf Al-quran adalah `Ubaidillah bin Zayyad
(67 H), yang memerintahkan seorang Persia meletakkan huruf alif, yang pada Rasm `Utsmaniy justru
dibuang misalnya, kata yang dalam Rasm `Utsmaniy ditulis al-Zanjani, seorang warga
Madinah, menciptakan bentuk melengkung. Kemudian pengikut al-Dualliy menambahkan tanda-
tanda lainnya yaitu dengan meletakkan garis horizontal di atas huruf yang terpisah, baik hamzah
maupun bukan hamzah. Sebagai tanda alif washal, mereka meletakkan garis vertikal jika
sebelumnya fathah dan ke bawah jika sebelumnya dhamah.
Adanya pembubuhan tanda-tanda huruf tersebut menimbulkan pro dan koma di kalangan
ulama paling tidak sampai generasi tabi'in. Untuk selanjutnya, para ulama banyak yang mendukung
upaya tersebut. Pertimbangan mereka, banyak kaum Muslimin yang merasa kesulitan membaca Al-
quran disebabkan mereka bukan penduduk di wilayah Arab.


III. KESIMPULAN
Ilmu rasm quran yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Qur'an dengan
baik. Pola penulisan rasm quran dalam mushaf usmani menurut kaidah bahasa araba :
1. Penghilangan huruf (al hadzf)
2. Penambahan huruf (al ziyadah)
3. Kaidah hamzah
4. Menggantikan huruf dengan huruf lain (al hadl)



5. Menyambungkan dan memisahkan huruf (al washl dan al fashl)
6. Kata yang bisa di baca dengan dua bunyi (ma fih qiraatani)
Berbagai pendapat tentang hukum penulisan Al-Qur'an dengan rasm usmani para ulama
mengetahui bahwa rasm usmani bersifat taufiqi, namun ada juga ulama yang tidak mengetahui
rahm imlai dalam Al-Qur'an faedah penulisan Al-Qur'an dalam rasm usmani pada masa usman
a. Memelihara dan melestarikan penulisan Qur'an
b. Memberi kemungkinan pada lafad yang sama
c. Dapat menunjukkan makna atau maksud yang tersembunyi
d. Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat
Seiring dengan ekspresi Islam berbagai wilayah dan semakin banyaknya masyarakat non
arab masuk Islam, maka timbul upaya untuk membuat huruf Al-Qur'an.


IV. PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun dan masih banyak kekurangannya. Penulis yakin bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalahan oleh karenanya saran dan kritik
anda yang membangun dan masukan buat kami yang akan menjadikan makalah ini akan lebih baik.
Amin


Makalah Tentang Rasm Al Qur'an

A. Muqaddimah
Al-Quran diturunkan secara bertahap. Setiap kali ada ayat turun, Rasulullah SAW segera
menyampaikannya kepada umat, dan memerintahkan untuk menulisnya. Diantara sahabat,
ada yang langsung menghafal ayat al-Qur'an setiap kali turun. Ada pula yang hanya
menulisnya, dan Rasulullah menuntun penulisan itu sesuai dengan urutan surat dan ayat.

Ketika Rasulullah SAW wafat, Al-Qur'an tidak terkumpul dalam satu buku (mushaf),
melainkan tersimpan dalam dada para sahabat, terukir diatas lembar-lembar para penulis
wahyu. Pada saat itu para penghafal al-Qur'an sangat banyak, dan ada yang hafal secara
keseluruhan.

Ketika Abu Bakar --khalifah pertamamemberantas kaum murtadin dan pendukung nabi
palsu; Musailamah, banyak dari penghafal al-Qur'an gugur sebagai Syahid, hingga Abu
Bakar khawatir hal ini akan mengakibatkan lenyapnya al-Qur'an dari muka bumi.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah, Umar bin Al-Khattab adalah sahabat yang mempunyai
banyak keistimewaan, diantaranya adalah sesuainya pendapat Umar dengan wahyu yang akan
diturunkan, seperti masalah disunahkannya shalat sunah di maqam Ibrahim. Dalam masalah
ini beliau menyarankan agar segera dilakukan pengumpulan Al-Quran dalam sebuah buku.
Melalui usaha keras akhirnya saran Umar ini diterima Abu Bakar menerimanya dan segera
memerintahkan Zaid bin Tsabit, pemuda cerdas penulis wahyu untuk Rasulullah SAW, untuk
membukukan al-Qur'an. Dengan pembukuan Al-Qur'an ini maka sempurnalah apa yang
terkandung dalam firman Allah:



"Sesunggunya kami telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya kami akan
melindunginya".

Al-Quran yang telah dikumpulkan berdasar hafalan-hafalan para sahabat, tulisan-tulisan yang
tercerai berai di atas bebatuan, kulit-kulit unta dan lembar-lembar daun kurma, disimpan di
kediaman Abu Bakar, lalu Hafshah binti Umar. Mushaf Abu Bakar ini adalah mushaf Al-
Qur'an yang memasukkan 7 bacaan, sesuai dengan riwayat shahih tentang bacaan al-Quran,
Mushaf ini dikenal dengan mushaf bakriyah.

Pada saat Utman bin Affan RA memerintah Islam, beliau melihat banyaknya perbedaan
dalam bacaan dan penulisan al-Qur'an, sebabkan tersebarnya para qari'in di berbagai kota,
hingga menimbulkan bacaan al-Qur'an dengan bermacam-macam dialek. Kemudian beliau
memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin al-'Ash, dan Abdurrahman bin
Harits bin Hasyim untuk menulis kembali Al-Qur'an dengan rujukan mushaf al-bakriyah
yang berada di kediaman Hafshah. Penulisan kedua ini didasarkan pada dialek arab suku
Quraisy dan berarti Utsman menyisakan hanya satu bacaan dari tujuh bacaan al-Qur'an yang
diturunkan. Alasannya ialah karena memang Al-Qur'an diturunkan dengan lughat bangsa
Quraisy. Dengan tindakan ini seluruh mushaf al-Qur'an yang berbeda dengan tulisan keempat
sahabat tersebut dibakar untuk menghindari perbedaan yang akan menimbulkan perpecahan.
Sementara Mushaf Bakriyah dikembalikan lagi ke Sayyidah Hafshah.

Mushaf ini diperbanyak dan dikirim diberbagai kota penting di wilayah kekuasaan Islam.
Mushaf ini terkenal dengan sebutan mushaf utsmani atau rasm utsmani. Kejadian ini terjadi
pada tahun 25 Hijriyah.

B. Pengertian Rasm Al-Qur'an
Rasm al-Quran yang disebut juga rasm utsmani ialah penulisan al-Qur'an oleh para sahabat
dengan kaidah khusus yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Arab. Kaidah ini
teringkas dalam enam kaidah;
1. AlHadzf (membuang,menghilangkan, atau meniadakan huruf). Contohnya,
menghilangkan huruf alif pada ya nida (

).
2. Al-Ziyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang
mempunyai hukum jama ( ) dan menambah alif setelah hamzah marsumah
(hamzah yang terletak di atas lukisan wawu ( ).
3. Al-Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis
dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh ( ).
4. Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada
kata ().
5. Washal dan fashl (penyambungan dan pemisahan),seperti kata kul yang diiringi
dengan kata ma ditulis dengan disambung ( ).
6. Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua
bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf
ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif,
contohnya,( ). Ayat ini boleh dibaca dengan menetapkan alif (yakni dibaca
dua alif), boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).

C. Susunan Ayat Dan Surah Dalam Rasm Utsmani
Dalam Al-Itqan, As-Suyuthi mengatakan bahwa berdasarkan Ijma dan nash-nash yang ada,
susunan surat dan ayat dalam al-Qur'an adalah tawqifi. Ijma' tentang urutan ayat dan surat ini
telah dinukil oleh sebagian besar ulama, diantaranya adalah Az-Zarkasyi dalam kitab "Al-
Burhan", dan Abu Ja'far bin Zubair dalam kitab "Al-Munasabat".

Sedangkan dari nash diantaranya adalah hadits riwayat Zaid bin Tsabit, ia berkata:



"Kami menulis al-quran dari riqa', yakni mengumpulkannya untuk menertibkannya"

Dan banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan.

Nama surat juga tawqifi. Dalilnya ialah hadits Muslim dari Abuh Hurairah:



"Sesungguhnya rumah yang dibacakan surat al-Baqarah tidak akan kemasukan syetan".
(HR. Muslim)

Ulama yang mengatakan bahwa urutan surah bukan tawqifi, tetapi hasil ijtihad para sahabat
menggunakan dalil dari hadits riwayat Muslim dari Hudzaifah yang menceritakan bahwa
Rasulullah SAW dalam sebuah shalat pada rakaat pertama membaca surat An Nisa dan pada
rakaat kedua membaca surat Ali Imran. Ini membuktikan bahwa urutan surat dalam al-Qur'an
adalah hasil ijtihad para sahabat, seperti yang dikatakan al-Qadli 'Iyadl.

D. Perbedaan Ulama Tentang Kedudukan Rasm Utsmani
Mushaf-mushaf yang dikirim Utsman ke seluruh penjuru negeri yang disebut sebagai rasm
utsmani, adalah mushaf yang wajib diikuti berdasar kesepakatan para ulama, meskipun kita
tidak begitu mengerti apa hikmah dibalik perbedaan metode penulisan Rasm Utsmani dengan
kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa Arab. Hukum wajib ini bukan tanpa alasan. Menurut
sebagian ulama rasm utsmani telah disepaki oleh 12000 sahabat. Kesepakatan ini menjadikan
sebuah kewajiban bagi kita untuk ittiba'. Rasulullah SAW memerintahkan kita berpegang
teguh terhadap sunnah beliau dan sunnah-sunnah khulafa'ur rasyidin.

Imam Al-Baihaqi dalam kitab haditsnya "Syu'bul Iman", mengatakan bahwa hendaknya kita
membaca dan menulis Al-Qur'an sesuai dengan apa yang telah ditulis para sahabat. Karena
mereka lebih banyak ilmunya, lebih benar hati dan lisannya, dan lebih besar amanahnya.

Syeikh Abduraahman bin Al-Qadli al-Magrabi mengatakan bahwa hukum menulis al-Qur'an
tidak sesuai dengan rasm utsmani adalah haram. Alasan yang dijadikan dalil
memperbolehkan penulisan Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan rasm utsmani berupa ketidak
mengertian kalangan awam atas rasm utsmani dan akan mengakibatkan mereka keliru dalam
membaca al-Qur'an dan alasan-alasan yang lain, adalah alasan yang tidak dapat diterima
karena ini bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh sebagian besar sahabat dan
para ulama sesudahnya.

Jika ditanya, mengapa kita tidak memakai mushaf Abu Bakar saja, padahal mushaf tersebut
ada sebelum mushaf utsman? Jawabannya adalah bahwa mushaf Abu Bakar mengumpulkan
ketujuh wajah qira'ah di mana di dalam penulisannya mengakibatkan adanya perbedaan antar
satu qira'ah dengan qari'ah yang lain, untuk menghindari kerancuan. Lagi pula mushaf Abu
Bakar telah sirna karena ikut tercuci saat Hafshah binti Umar ummul mukminin meninggal.
Sedangkan mushaf utsman dinukil dari mushaf Abu Bakar yang hanya menuliskan satu
qiraah yakni qiraah dengan dialek bahasa bangsa Quraisy.

E. Rasm Utsmani Diantara Qira'ah-Qira'ah Yang Lain
Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abbas, beliau berkata bahwa Rasulullah
bersabda:



"Jibril membacakan kepadaku satu huruf (bacaan) al-Qur'an lalu saya mengikutinya. Tidak
henti-hentinya saya memintanya mengulangi. Dan dia mengulanginya hingga sampai tujuh
(macam) bacaan". (HR. Bukhari).

Hadits ini adalah dalil bahwa Al-Qur'an memang diturunkan dengan tujuh macam qira'ah.
Ketujuhmacam qiraah tadi adalah shahih berdasar pengajaran Jibril kepada Rasulullah dan
ketujuh macam qiraah tadi juga disampaikan semuanya kepada sahabat.

Sebagaimana dijelaskan di atas mengikuti rasm utsmani adalah wajib. Hukum wajib ini akan
bertentangan dengan status shahih dari qiraah yang lain dan bisa mengharamkan qiraah sahih
dan mutawatir lain yang tidak sesuai dengan rasm utsmani. Syeikh Muhammad Ali Ad
Dlibagh mengatakan bahwa, rasm utsmani adalah salah satu rukun dari rukun-rukun ketujuh
qira'ah al-Qur'an, maka setiap qira'ah sama sekali tidak bertentangan dengan rasm utsmani.
Beliau menambahkan bahwa ketika seseorang menulis al-Qur'an yang di dalamnya ada qiraah
yang berbeda dan harus menggunakan tulisan yang berbeda pula, maka yang harus dilakukan
menulisnya sesuai dengan rasm utsmani lalu memberinya harakat atau tanda-tanda lain,
sehingga ia tidak dikatakan menyalahi mushaf utsmani. Sebab yang diharuskan mengikuti
rasm utsmani ialah hanya bentuk penulisan.

F. Pendapat Ulama Tentang Status Tawqifi Pada Rasm Utsmani
Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Sebagian mereka berpendapat bahwa rasm
utsmani adalah tauqifi, dan diajarkan oleh rasulullah SAW. Hal ini berdasarkan riwayat
bahwa Rasulullah membacakan ayat al-Quran di hadapan Zaid bin Tsabit untuk ditulis
(imla'), seperti penulisan dengan menggunakan ya' pada surat Al-Baqarah dan tanpa
ya' dalam surat Al-Maidah. Contoh-contoh lain banyak di dalam al-Quran, yang semuanya
disaksikan sekelompok besar sahabat. Semua dasar itu membuktikan rasm al-Qur'an adalah
tawqifi bukan hasil hasil ijtihad para sahabat. Alasan lain adalah sudah ditulisnya al-Qur'an
sejak zaman Rasulullah SAW, meski tidak terkumpul dalam satu tempat dan urutan surat
yang belum ditertibkan.

Pendapat yang mengatakan rasm utsmani bukan tauqifi melainkan hasil ijtihad sahabat
memberikan alasan sebagai berikut:
1. Rasulullah adalah seorang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, meskipun ini
merupakan mukjizat bagi beliau.
2. Zaid bin Tsabit tidak akan berbeda pendapat dengan sahabat yang lain pada kalimah
apakah ditulis dengan ta' atau ha' (tak ta'nits), hingga akhirnya sampai ke
telinga Utsman dan beliau memerintahkan menulisnya dengan ta'.
3. Jika rasm utsmani tawqifi, maka tidak akan terjadi perbedaan diantara mushaf-mushaf
yang beliau kirim ke berbagai daerah.
4. Jika tawqifi, maka Imam Malik tidak akan memperbolehkan penulisan al-Qur'an
untuk bahan pelajaran anak-anak yang tidak sesuai dengan rasm utsmani
Meskipun para ulama ini mengatakan demikian, bukan berarti berika meremehkan para
sahabat penulis al-Qura'n, menganggap mereka telah berbuat teledor atau menganggap
mereka bodoh dan tidak paham akan kaidah-kaidah penulisan bahasa Arab, seperti yang
didengungkan para orientalis atau kaum Syiah yang menganggap para sahabat penulis al-
Qur'an telah berkhianat dengan melakukan tahrif dan taghyir pada al-Qur'an serta membuang
banyak ayat al-Qur'an diantaranya adalah ayat yang menjelaskan keberhakan 'Ali bin Abi
Thalib atas kursi khalifah sesudah Rasulullah SAW. Ingatlah Allah menjamin Al-Quran
melalui firmanNya:



"Sesunggunya kami telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya kami akan
melindunginya".

G. Usaha Ulama dalam menerjemahkan Gaya Penulisan Mushaf
Banyak para ulama yang berusaha menerjemahkan gaya penulisan mushaf utsmani yang
tidak sesuai dengan kaidah penulisan arab yang baku. Banyak alasan-alasan dan hikmah-
hikmah yang mereka kemukakan dibalik tulisan mushaf itu. Namun hal ini hanya sebagai
penghibur dan pemanis, karena alasan-alasan dan hikmah itu diciptakan jauh sesudah para
sahabat wafat, dimana mereka meninggalkan rasm yang tidak diketahui hikmahnya dan tidak
dipahami petunjuknya, tanpa memandang alasan-alasan nahwiyah atau sharfiyah yang sudah
tercipta.

Diantara hikmah-hikmah itu ialah:
1. Pembuangan alif dalam adalah untuk mempermudah dan meringankan, karena
sering digunakan. Ada yang mengatakan bahwa karena alif dibuang maka sebagai
petunjuk pembuangan alif, awal penulisan ba' dibuat panjang.
2. Pembuangan wawu pada ayat berfungsi sebagai petunjuk akan cepat
hilangnya kebatilah.
3. Penambahan ya' pada berfungsi untuk membedakan lafadz yang
bermakna kekuatan dan yang bermakna tangan.
4. Penambahan Alif pada berfungsi sebagai petunjuk bahwa penyembelihan tidak
terjadi, seolah-olah dalam ayat itu adalah nafiyah.

H. Penambahan Titik dan Harokat
Titik dan harokat pada zaman sebelum Islam tidak dikenal, begitu pula saat munculnya rasm
utsmani. Ketika agama Islam tersebar bukan hanya ke wilayah Arab saja, maka terjadi
kesalahan dalam pembacaan al-Qur'an oleh orang-orang non Arab. Orang yang memprakarsai
pertama kali penambahan harokat, titik, tanda waqaf dan tanda-tanda yang lain seperti yang
kita kenal saat ini adalah Gubernur Mekah Al-Hajjaj Yusuf Ats Tsaqafi, gubernur dzalim
pada zaman khalifah Abbasiyah Abdul Malik bin Marwan. Dialah yang telah membunuh
banyak ulama dan sahabat dan menghancurkan Ka'bah.

I. Penutup
Bagaimanapun, rasm utsmani adalah sebuah prestasi gemilang dalam sejarah perkembangan
Islam, meredam perbedaan dan menghindarkan Al-Qur'an dari kesirnaan. Jika rasm utsmani
tidak ada, mungkin al-Qur'an tidak akan pernah sampai ke tangan kita. Dan apapun pendapat
ulama tentang rasm utsmani, ia adalah maha karya sahabat dan khulafaur rasyidin, di mana
kita dianjurkan berpegang teguh kepada sunnahnya dan sunnah khulafaur rasyidin, jika
menginginkan keselamatan di saat perpecahan umat semakin menjadi yang menjadikan Islam
semakin penuh warna, dan semakin meningkatnya kecenderungan manusia terhadap dunia.

Semoga Allah menetapkan kita sebagai orang yang mampu mencicipi air segar telaga
Rasulullah SAW dan sebagai orang yang bisa memandang wajah Allah yang maha agung.
Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Khudlari, Muhammad, Tarikh At-Tasyri' al-Islami, Maktabah Dar Ihya' al Kutub al-
Arabiah, Surabaya, Cet. Tahun 1981
Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Al-Mushannaf, Dar El Fikr, Beirut
Al-Suyuthi, Abdur Rahman bin Al-Kamal Jalaluddin, Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an
Al-Kurdi, Muhammad Tahir, 'Ulum al-Qur'an
http://fadliyanur.multiply.com/journal/item/27
http://id.wikipedia.org/wiki/Rasm_al-Qur%27an
Wizarah Al-Awqaf li As-Syu'un Al-Islamiyah, Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah, Darul Wizarah,
Kuwait


29 April 2008
RASM AL-QURAN (Ulumul Qur'an)
RASM AL-QURAN (Ulumul Qur'an)
RASM AL-QURAN

BAB I

PENDAHULUAN


Pada zaman sekarang ini yang katanya zaman modern atau zaman yang sudah maju, sehingga hal-
hal yang berbau klasik atau lama sepertinya sudah jarang diperhatikan. Bahkan terkesan sepertinya
harus dihilangkan dan dilupakan. Karena kataya sudah tidak sesuai dengan zamannya lagi.
Begitu juga dengan kitab suci kita yaitu Al-quran karim yang oleh banyak pihak mulai dan sudah
diganggu ke-autentikannya dari segi manapun, termasuk juga dari segi tulisannya dan perbedaan
antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Dan hal ini merupakan hal yang sangat
mengganggu dan meresahkan di kalangan umat Islam. Sebagai contonya adalah dari kalangan
orientalisme.
Dalam banyak penelitan mereka, para orientalis menyebarkan berbagai syubhat batil seputar Al-
Quran. Seorang orientalis bernama Noeldeke dalam bukunya, Tarikh Al-Quran, menolak keabsahan
huruf-huruf pembuka dalam banyak surat Al-Quran dengan klaim bahwa itu hanyalah simbol-simbol
dalam beberapa teks mushaf yang ada pada kaum muslimin generasi awal dulu, seperti yang ada
pada teks mushhaf Utsmani. Ia berkata bahwa huruf mim adalah simbol untuk mushhaf al-Mughirah,
huruf Ha adalah simbol untuk mushhaf Abu Hurairah. Nun untuk mushhaf Utsman. Menurutnya,
simbol-simbol itu secara tidak sengaja dibiarkan pada mushhaf-mushhaf tersebut sehngga akhirnya
terus melekat pada mushhaf Al-Quran dan menjadi bagian dari Al-Quran hingga kini. Berkaitan
dengan sumber penulisan Al-Quran, kaum orientalis menuduh bahwa isi Al-Quran berasal dari ajaran
Nasrani, seperti tuduhan Brockelmann. Sedangkan Goldziher menuduhnya berasal dari ajaran
Yahudi. Kaum orientalis yakin bahwa Al-Quran adalah buatan Muhammad.[1]
Disinilah perlunya dan harusnya kita mempelajari kembali tentang ilmu Al-quran dari awal sehingga
tidak terjadi putusnya sejarah awal Al-quran diturunkan dan dibukukan dalam bentuk mushaf
seperti yang telah ada di zaman sekarang ini.
BAB II

RASM AL-QURAN


1. Definisi Rasm Al-quran Dan Rasm Utsmani
Rasm quran yaitu penulisan mushaf Al-quran yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam
penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya.
Penulisan Al-quran pada masa Nabi SAW dilakukan oleh para sahabat-sahabatnya. Nabi juga
membentuk tim khusus untuk sekretaris (juru tulis) Al-quran guna mencatat setiap kali turun
wahyu. Diantara mereka ialah; zaid binTsabit, Ubai bin Kaab dan Tsabit bin Qais.*2+
Pada waktu itu mereka menulis Al-quran berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Baik dalam penulisannya
maupun dalam urutannya. Pada masa khalifah Abu Bakar sedikitnya ada 70 hafidz Al-quran yang
mati syahid dalam suatu peperangan meluruskan orang-orang yang murtad dari agama Islam.
Kemudian ketika itu Umar bin Khattab mengajukan usul kepada khalifah untuk mengumpulkan
catatan-catatan Al-quran menjadi satu. Dengan berbagai pertimbangan Abu Bakar menerima usulan
Umar, sehingga dibentuklah tim penuls Al-quran yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Tim menulis
ayat-ayat Al-quran dengan berpegangan dengan ayat-ayat Al-quran yang disimpan oleh Nabi SAW.
dan ayat-ayat yang dihapal oleh para sahabat yang masih hidup. Sesudah Abu Bakar wafat, tulisan
tersebut diserahkan kepada Umar bin Khattab lalu diserahkan lagi kepada khafsoh.
2. Pola Penulisan Al-Qur`an Dalam Mushaf Utsmani
Bangsa Arab sebelu Islam dalam tulis menulis menggunakan khot Hijri. Setelah datang Islam
dinamakan Khot Kufi.[3] Sejauh itu Bahasa dapat terpelihara dari kerusakan-kerusakan, karena ada
kemampuan berbahasa yang tertanam dalam jiwa mereka.







Pada masa khalifah utsman bin Affan, umat Islam telah tersebar ke berbagai kepenjuru dunia
sehingga pemeluk agama Islam bukan hanya orang-orang Arab saja. Pada saat itu muncul
perdebatan tentang bacaan Al-Quran yang masing-masing pihak mempunyai dialek yang berbeda.
Sangat di sayangkan masing-masing pihak merasa bahwa bacaan yang di gunakannya adalah yang
terbaik.[4]
Untuk mengantisipasi kesalahan dan kerusakan serta untuk memudahkan membaca Al-Qur`an bagi
orang-orang awam, maka Utsman bin Affan membentuk panitia yang terdiri dari 12 orang untuk
menyusun penulisan dan memperbanyak naskah Al-Qur`an. Mereka itu adalah: 1. Sa`id bin Al-As bin
Sa`id bin Al-As, 2. Nafi bin Zubair bin Amr bin Naufal, 3. Zaid bin Tsabit, 4.Ubay bin ka`b, 5.Abdullah
bin az-Zubair, 6.Abrur-Rahman bin Hisham, 7.Khatir bin Aflah, 8. Anas bin Malik, 9.Abdullah bin
Abbas, 10. Malik bin Abi Amir, 11. Abdullah bin Umar, 12. Abdullah bin Amr bin al-As.[5] Mereka
inilah yang menyusun mushaf Al-Qur`an yang kemudian di kenal dengan mushaf Utsmani, ada juga
yang mengatakan bahwa panitia yang di bentuk oleh Utsman ada empat orang mereka itu adalah
Zaid bin Tsabit, abdulalh bin Zubair, Said bin Al-As dan Abdurrahman bin Al-Harits [6], karena di
tetapkan pada masa khalifah Utsman bin Affan. Mushaf itu ditulis dengan kaidah-kaidah tertentu.
Para Ulama meringkas kaidah-kaidah itu menjadi 6 istilah, yaitu:
a. Al-Hadzf(membuang, menghilangkan, ataumeniadakan huruf). Contohnya, menghilangkan huruf
alif pada ya`nida` ,dari tanbih , pada lafadzh ,dan dari kata na .
b. Al-Jiyadah(penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai
hokum jma` ( ) dan menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah yang terletak di atas tulisan
wawu) ( ).
c.. Al-hamzah, salah satu kaidahnya berbunyi bahwa apabila hamzah berharakat sukun, di tulis
dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh i`dzan( ) dan u`tumin( ).
d. Badal (penggantian), seperti alif di tulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata , .
e. Washal dan Fashl (penyambungan dan pemisahan), seperti kata kul yang di iringi kata ma di tulis
dengan di sambung ( ).
f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Penulis kata yang dapat di baca dua bunyi disesuaikan dengan
salah satu bunyinya. Di dalam mushaf `Utsmani, penuli kata semacam itu di tulis dengan
menghilangkan alif, misalnya maliki yaumiddin( ). Ayat di atas boleh di baca dengan menetapkan
alif(yakni di baca dua alif),boleh juga hanya menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).[7]
3. Kedudukan Rasm Utsmani









Khalifah Utsman menyuruh ziad bin Tsabit untuk mengambil suhuf dari Aisyah sebagai
perbandingan dengan suhuf yang telah disusun oleh panitia yang telah dibentuk Utsman, dan
melakukan pengoreksian terhadap kesalahan-keslaahan yang ada pada mushaf yang dipegang oleh
panitia. Khalifah Utsman juga melakukan verifikasi dengan suhuf resmi yang sejak semula ada pada
Hafsah guna melakukan verifikasi dengan mushaf yang dia pegang.
Seseorang bisa jadi keheran-heranan mengapa khalifah Utsman bersusah payah mengumpulkan
naskah tersendiri sedang akhirnya juga dibandingkan dengan suhuf yang ada pada Hafsah. Alasan
yang paling mendekati kemungkinan barangkali sekedar upaya simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya
ribuan sahabat, yang sibuk berperang melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di tempat
lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi suhuf. Untuk menarik lebih banyak kompilasi
bahanbahan tulisan, naskah Utsman tersendiri(independen) memberi kesempatan kepada sahabat
yang masih hidup untuk melakukan usaha yang penting ini.[8]
Dalam keterangan diatas, tidak terdapat inkonsistensi di natara suhuf dan mushaf tersendiri, dan
dari kesimpulan yang luas ini terdapat: pertama, sejak awal teks Al-quran ini sudah benar-benar
kukuh hingga abad ketiga. Kedua metodologi yang dipakai dalam kompilasi Al-quran pada zaman
kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.
Setelah naskah mushaf tersebut selesai dibuat, maka disebarkan dan dibuat menjadi beberapa
duplikat dan dikirimkan ke beberapa tempat. Maka tak perlu lagi ada fragmentasi tulisan Al-quran
yang bergulir di tangan orang-orang. Oleh karena itu semua pecahan tulisan (fragmentasi) Al-quran
telah dibakar. Musab bin Sad menyatakan bahwa masyarakat telah menerima keputusan Utsman,
setidaknya tidak mendengar kata-kata keberatan. Riwayat lain mengukuhkan kesepakatan ini,
termasuk Ali bin Abi Thalib berkata,Demi Allah, dia tidak melakukan apa-apa dengan pecahan-
pecahan (mushaf) kecuali dengan persetujuan kami semua (tak ada seorang pun diantara kami yang
membantah).
Di dalam melakukan pengumpulan tujuan utama Utsman adalah ingin menutup semua celah-celah
perbedaan dalam bacaan Al-quran dengan mengirim mushaf atau mengirim sekalian dengan
pembacanya.dan juga dengan dua perintah: 1. agar membakar semua mushaf milik pribadi yang
berbeda denganmushaf milikya harus dibakar.[9] 2. agar tidak membaca sesuatu yang berbeda
dengan mushaf Utsmani. Oleh karena itu adanya kesatuan secara total yang ada teks Al-quran di
seluruh dunia selama empat belas abad, diberbagai wilayah dengan warna-warni yang ada,
merupakan bukti keberhasilan Utsman yang tak mungkin tersaingi oleh siapa pun dalam
menyatukan umat Islam dalam satu teks.[10]

4. Hukum Penulisan Dengan Rasm Utsmani







Para ualma berbeda pendapat mengenai status Rasm utsmani atau Rasm Al-quran. Pendapat-
pendapat tersebut ialah:
a. sebagian ulama berpendapat bahwa Rasm Al-quran itu bersifat tauqifi*11+, sehingga wasjib di
ikuti oleh siapa saja ketika menulis Al-quran. Untuk menegaskan pendapatnya,mereka merujuk pada
sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi pernah bersabda Muawiyah, salah seorang
sekretatarisnya,Letakkan tinta. Pegang pena baik-baik. Luruskan huruf ba.bedakan huruf sin.
Jangan butakan huruf min. perbaguslah (tulisan) Allah. Panjangkanlah (tulisan) Ar-Rahman dan
perbaguslah (tulisan) Ar-RAhim. Lalu letakkan penamu di atas telinga kirimu, karena itu akan
memuatmu lebih ingat.*12+
Al-Qattan dalam bukunya berpendapat bahwa tidak ada suatu riwayat dari Nabi yang dijadikan alas
an untuk menjadikan Rasm Utsmani sebagai tauqifi. Rasm Utsmani merupakan kreatif panitia yang
telah di bentuk Utsman sendiri atas persetujuannya. Jika di antara panitia itu ada berbeda pendapat
dalam menulis mushaf, maka hendaknya di tulis dengan lisan Quraisy karena dengan lisan itu Al-
Quran turun.*13+
b. Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukan tauqifi, tetapi merupakan
kesepakatan cara penulisan (ishtilahi) yang di setujui Utsman dan diterima ummat, sehingga wajib di
ikuti dan ditaati siapapun ketika menulis Al-Qur`an.[14] Banyak Ulama terkemuka menyatakan
perlunya konsistensi menggunakan Rasm Utsmani. Asyhab berkata ketika ditanya tentang penulisan
Al-qur`an, apkah perlu menulisnya seperti yang di pakai banyak orang sekarang, Malik menjawab,
Aku tidak berpendapat demikian. Seseorang hendaklah menulisnya sesuai dengan tulisan
pertama.*15+Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata, Haram hukumnya menyalahi khot Utsmani
dalam soal wawu, alif, ya` atau huruf lainnya.*16+
c. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukanlah tauqifi. Tidak ada halangan
untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan cara untuk menuliskan Al-quran













ayng berlainan dengan Rasm Utsmani.[17]
Berkaitan denganketiga pendapat diatas, Al-Qattan memilih pendapat yang kedua karena lebih
memungkinkan untuk memelihara Al-quran dari perubahan dan penggantian hurufnya. Seandainya
setiap masa diperbolehkan menulis Al-quran sesuai dengan trend tulisan pada masanya, perubahan
tulisan Al-quran terbuka lebar pada setiap masa. Padahal, setiap kurun waktu memiliki trend tulisan
yang berbeda-beda. Al-qattan menegaskan bahwa perbedaan Khot pada mushaf-mushaf yang ada
merupakan hal lain. Yang pertama berkaitan dengan huruf , sedangkan yang kedua berkaitan dengan
cara penulisan huruf.[18] Untuk memperkuat pendapatnya, Al-qattan mengutip ucapan Al-Baihaqi di
dalam kitab Syub Al-Iman,Siapa saja yang hendak menulis mushaf hendaknya memperhatikan cara
mereka yang pertama kali menulisnya. Janganlah berbeda dengannya. Tidak boleh mengubah
sediitpun apa-apa yang telah mereka tulis karena mereka lebih banyak pengetahuannya, ucapan dan
kebenarannya lebih dipercaya, serta dapat memegang amanah dari pada kita. Jangan ada diantara
kita yang merasa dapat menyamai mereka.
5. Penulisan dan Percetakan Rasm Utsmani
Mushaf yang ditulis atas perintah Utsman bin Affan tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga
dapat dibaca dengan salah satu qiraat yang tujuh. Dan banya terjadi kesulitan bagi orang non-arab
yang baru masuk Islam. Oleh karena itu pada masa khalifah Abd Al-Malik (685-705), dilakukan
penyempurnaannya.
Upaya ini tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap dan dilakukan sampai abad III H (atau akhir
abad IX M). Tercatat tiga nama yang disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali meletakkan titik
pada Mushaf Utsmani, yaitu: Abu Al-Aswad Ad-Dauali, Yahya bin Yamar(45-125 H) dan Nashr bin
Asim Al-Laits (w.89 H).
Penulisan Al-quran ini di upayakan denga tulisan ayng bagus. Untuk pertama kaliAl-quran di cetak di
Bunduqiyah pada tahun 1530 M. Tapi ketika dikeluarkan, penguasa gereja memerintahkan
pemusnahan kitab suci ini. Cetakan selanjutnya dialkukan oleh seorang jerman bernama hinkelman
pada pada athun 1694 M. di jerman. Kemudian disusul oleh Mracci pada tahun 1698 M. di Padoue.
Sayangnya tak satupun Al-quran cetakan I, II, III ini yang tersisa di dunia Islam dan sayangnya
perintis tersebut bukan dari kalangan Islam.
Penerbitan Quran dengan label Islam mulai pada tahun 1787, yang lahir di rusia. Kemudian di kazan,
lalu di Iran pada tahun 1248 H/1828 M. lima tahun kemudian 8 terbit di Tabriz. Setelah dua kali
diterbitkan di Iran setahun kemudian terbit di Jerman.
Di Negara Arab dimuali Raja Fuad dai mesir yang membentukpanitia khusus penerbitan Al-quran di
peremaptan pertama abad XX. Panitia yang di motori oleh para syaikh Al-Azhar ini pada tahun 1342
H/1923 M. Sejak itulah Al-quran dicetak berjuta-juta mushaf di Mesir dan berbagai negara lainnya.








BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Rasm Al-quran adalah tata cara penulisan Al-quran, yang biasa disebut juga dengan rasm Utsmani.
Status hokum Rasm Al-quran masih diperselisihkan dalam tiga hal: apakah tauqifi, bukan tauqifi
atau ishtilahi.
Rasm Utsmani memiliki fungsi yang sangat besar dalam menyatukan umat Islam.
Pada awalnya rasm Utsmani tidak memiliki tanda baca tapi kemudian di tambahi dan
disempurnakan.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Azami,M.M. 2005. The History Of Quranic Text. Terj. Sohirin Solihin dkk. Jakarta: Gema Insani
Press.

Al-Qattan, Manna Khalil. 2001. Studi Ilmu Ilmu Al-Quran. Tarj. Mudzakkir AS. Bandung: Pustaka
Litera AntarNusa.

Anwar, Rosihon. 2006. Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Setia.

As-Suyuti, jaluddin. 1978. Al-Itqoan Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Maarif.

As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Ilmi.

Az-Zanzani, Abu Abdullah. 1991. Wawasan Baru Tarikh Al-Quran. Tarj. Kamaluddin Marzuki Amwar.
Bandung: MIZAN.

Chirzin, Muhammad. 2003. Permata Al-Quran. Yogyakarta: QIRTAS.

Syadali, Ahmad dan Rofii, Ahmad. 2000. Ulumul Quran II. Bandung: Pustaka setia.

FOOTNOTE
[1] http://gasus85.wordpress.com/
*2+ Syadali, Ahmad dan Rofii, Ahmad. 2000. Ulumul Quran II. Bandung: Pustaka setia. Hal. 21.




[3] As-Shalih, Subhi. 1988. Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Ilmi. Hal. 361-362.
[4] As-Suyuti, jaluddin. 1978. Al-Itqoan Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Darul Maarif. Juz 5.
[5] Al-Azami,M.M. 2005. The History Of Quranic Text. Terj. Sohirin Solihin dkk. Jakarta: Gema Insani
Press. Hal. 99-100.
6. Anwar, Rosihon. 2006. Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Setia.hal.50
[7] Anwar, Rosihon. ibid.hal.50-52.

[8] Al-Azami. Op cit. hal. 104
[9] Menurut Ibnu Hajar hal ini tergantung dari induvidu yang memilikinya, apa di hapus, di robek
atau di bakar.
[10] Ibid. hal 107
[11] Yakni bukan produk manusia, tetapi merupakan sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu
Allah, yang Nabi sendiri tidak memiliki otoritas untuk menyangkalnya.
[12] Anwar, rosihon. Op cit hal.52
[13] Al-Qattan, Manna Khalil. 2001. Studi Ilmu Ilmu Al-Quran. Tarj. Mudzakkir AS. Bandung: Pustaka
Litera AntarNusa.hal.215.
[14] Ibid. hal. 216.
[15]As-Suyuti, Jaluddin. Op. cit. hal 167.
[16] Ibid.
[17] Anwar,Rosihon. Op. cit. hal. 55.
[18] Ibid. hal. 56

telah di presentasikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al Hakim (STAIL) Surabaya












Rabu, 29 Februari 2012
MAKALAH ULUMUL QURAN SEJARAH TURUN DAN PENULISAN
AL-QURAN


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nuzulul Quran (Turunnya Al-Quran )
Menurut Jumhurul Ulama arti Nuzulul Quran itu secara hakiki tidak cocok untuk Al-Quran
sebagai kalam Allah yang berada pada dzat-Nya. Sebab , dengan memakai ungkapan diturunkan
menghendaki adanya materi kalimat atau lafal atau tulisan huruf yang riel yang harus diturunkan.
Karena itu harus menggunakan arti majazi, yaitu menetapkan / memantapkan / memberitahukan
/menyampaikan Al-Quran, baik di sampaikan Al-Quran itu ke Lauhil Mahfudz atau ke Baitul Izzah di
langit dunia, maupun kepada Nabi Muhammad SAW.

B. Tahap-tahap Al-Quran di turunakan
Yang dimaksud dengan tahap-tahap turunnya Al-Quran ialah tertib dari fase-fase
disampaikan kitab suci Al-Quran, mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada Nabi Muhammad
SAW, kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab kitab suci ini diturunkan secara
bertahap, sehingga betul-betul menunjukkan kemukjizatannya.
Allah SWT telah memberikan penghormatan kepada Al-Quran dengan membuat turnnya tiga
tahap;
1. Tahap Pertama Turun Di Lauh Mahfudz ( )
sebagaimana dalm firman allah:
. .
Artinya: bahkan yang di dustakan itu ialah Al-Quran yang mulia, yang tersimpan di Lauhul Mahfudz
( QS. Al-Buruj 21).
Wujudnya Al-Quran di Lauhu Mahfudz adalah dalam suatu cara dan tempat yang tidak bisa
diketahui kecuali oleh Allah sendiri. dalam Lauhul Mahfudz Al-Quran berupa kumpualn lengkap
tidak terpisah-pisah.
Hikmah dari Tanazul tahap pertama ini adalah seperti hikmah dari eksistensi Lauhul Mahfudz itu
sendiridan fungsinya sebagai tempat catatan umum dari segala hal yang ditentukan dan diputuskan
Allah dari segala makhluq alam dan semua kejadian. Dan membuktikan kebesaran kekuasaan Allah
SWT dan keluasaan ilmunya serta kekuatan kehendak dan kebijaksanaa-Nya
2. Tahap Kedua Di Baitul Izzah ( )
yaitu tempat mulia di langit yaitu langit pertama, atau langit yang terdekat dengan bumi.
Berdasarkan firman allah:


Artinya: sesungguhanya kami menurunkannya (al-quran )pada suatu malam yang diberkahi.
(QS. Ad-dukhan: 3)
Ayat tersebut menunjukkan turunnya Al-Quran tahap kedua ini dan cara turunnya, yaitu secara
sekaligus turun seluruh isi al-quran dari lauhul mahfudz ke baitul izzah, sebelum di sampaikan ke
nabi Muhammad SAW
3. tahap ketiga.
Al-Quran turun dari dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada nabi Muhammad. Artinya,
Al-Quran disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad, baik melalui perantara Malaikat Jibril
ataupun secara langsung ke dalam hati sanubari nabi Muhammad SAW, maupun dari balik tabir.
Dalilnya ayat Al-Quran antara lain:

Artinya: dan sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas. (Q.S. al-
baqoroh:99)
.
Artinya: ia (al-quran ) dibawa turun oleh Ar-Ruhul Al-Amin (Jibril) kedalam hatimu
(Muhammad)agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan.
(Q.S. asy-syuara: 193-194)

C. Sejarah turunnya al-quran kepada nabi Muhammad SAW.
1. Waktu turunya alquran
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat atau
sebuah surat ynag pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Quran secara keseluruhan
memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih tingggal di makkah
sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah.
Sedangka permulaan turunya Al-Quran adalah pada malam lailatul qadar, tanggal 17
Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan tanggal 6 Agustus 610 M, sewaktu
beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira di atas Jabal Nur. Ayat yang pertama kali
turun adalah 1-5 surah al-alaq:
. . . .
Sedangkan wahyu yang terakhir yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-
Maidah:3, pada waktu nabi sedang berwukuf di Arafah melaukan Haji Wadapada tanggal 9 Dzul
hijjah 10 H, yaitu ayat:
.
Artinya:
pada hari ini telah ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah ku-cukupkan nikmat-ku
kepadamu, serta ku-ridhai bagimu Islam sebagai agamamu

2. periodesasi turunya alquran
Masa turunnya Al-Quran sealam 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode, sebagai
berikut:
a. Periode pertama adalah Makkah. Yaitu, Wahyu Ilahi yang diturunkan sebelum hijrah
tersebut di sebut surat/ ayat makkiyah merupakan 19/30 dari Al-Quran, yang menurut Ahli
Tahkiq selama 12 tahun 5 bulan dan lebih 13 hari. Dan terdiri dari 90 surah yang mencakup
4.773 ayat. surat dan ayatnya pendek-pendek dan gaya bahasanya singkat-padat ( Ijaz ),
karena sasaran pertama dan utama pada periode ini adalah orang-orang arab asli ( Suku
Quraisy )yang sudah tentu paham benar akan bahasa Arab. Mengenai isi surat/ayat
Makkiyah pada umumnya berupa ajakan untuk bertauhid yang murni atau ketuhanan yang
Maha Esa secara murni dan juga tentang pembinaan mental dan akhlaq.
b. Periode kedua adalah periode Madinah. Yaitu, wahyu Ilahi yang turun sesudah hijrah disebut
surat/ayat Madaniyyah dan merupakan 11/30 dari Al-Quran. Selam 9 tahun 9 bulan lebih 9
hari, yang terdiri dari 24 surah yang meliputi 1463 ayat. surat dan ayatnya panjang-panjang
dan gaya bahasanya panjang lebar dan lebih jelas ( Ithnab ), karena sasarannya bukan hanya
orang-orang arab asli, melainkanjuga non arab dari berbagai bangsa yang telah mulai masuk
islam dan sudah tentu mereka belum menguasai bahasa arab. Mengenai isi surat/ayat
Madaniyyah pada umumnya berupa norma-norma hukum untuk pembentukan dan
pembinaan suatu masyarakat / umat islam dan Negara yang adil dan makmur yang diridhai
Allah SWT.

D. Hikmah dan rahasia al-quran diturunkan berangsur-angsur
1) Memperkuat dan memperkokoh hati Nabi Muhammad SAW karena turunnya wahyu baru, membuat
kegembiraan yang memenuhi hati nabi, mempermudah dalam menghafal, memahami dan
hikmahnya yang di dalamnya memperkuat perkara yang haq dan membatalkan perkara yang batal.
2) Bertahap dalam mendidik umat yang sedang tumbuh baik dengan Ilmy maupun dengan Amaly,
disamping mempermudah hafalan dan pemahaman Al-Quran bagi orang arab agar kaum Muslimin
menengok kepada kesalahan mereka yang perlu diperbaiki serta menunjukkan kebenaran kepada
mereka.
3) Bertahap dalam menanamkan keyakinan dan ibadah yang benar serta budi pekerti yang luhur.
4) Menunjukkan bahwa sumber Al-Quran adalah Kalam Allah SWT sendiri.
5) Turun berangsur-angsur dalam beberapa masa, sejalan dengan situasi, peristiwa dan kejadian
kejadian.

E. Sejarah penulisan Al-Quran
Penulisan/penghimpunan Al-Quran mengalami 3 ( tiga ) periode yaitu:
1. penulisan Al-Quran pada periode Nabi Muhammad SAW
Nabi menunjuk beberapa sahabat yang pandai tulis baca sebagai penulis Wahyu, antara lain
empat sahabat nabi yang terkemuka, Muawiyah, Zaid Bin Tsabit, Ubay Bin Kaab Dan Khalid Bin
Walid.
Para penulis wahyu itu diperinatah Nabi untuk menuliskan setiap wahyu yang diterimanya dan
meletakkan urut-urutanya sesuai dengan petunjuk nabi berdasarkan petunjuk tuhan lewat Jibril. Dan
kemudian Nabi bersabda:


Artinya: letakkan surat ini pada tempat yang disebutkan didalamnya ungkapan ini dan itu
Kemudian ayat-ayat Al-Quran yang telah ditulis dihadapan Nabi di atas benda-benda yang
bermacam-macam antara lain batu, tulang, kulit binatang, pelepah kurma dan sebagainya.
Semuanya itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan terpencar-pencar ayatnya belum dihimpun
dalam suatu Mushaf Al-Quran, dan diperkuat dengan naskah-naskah Al-Quran yang dibuat oleh
para penulis untuk pribadi masing-masing serta ditunjang oleh hafalan para sahabat yang Hafidz Al-
Quran yang tidak sedikit jumlahnya, maka semuanya itu menjamin Al-Quran tetap terpelihara
secara lengkap dan murni.

2. Penulisan Al-Quran pada periode Khalifah Abu Bakar
Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat sebagai Khalifah, terjadilah gerakan pembangkangan
membayar zakat dan gerakan keluar dari agama islam (Murtad) dibawah pimpinan Musailamah.
Gerakan ini segera di tindak Oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan di bawah Khalid Bin
Walid. Terjadilah clash fisik di Yamamah yang menimbulkan banyak korban di kalangan Islam
termasuk 70 sahabat yang Hafidz Al-Quran terbunuh sebagai Syuhada
Peristiwa itu mendorong umar untuk menyarankan kepada Khalifah segera menghimpun ayat-
ayat Al-Quran dalam satu mushaf, karena kawatir kehilangan sebagian Al-Quran dengan wafatnya
sebagian para penghafalnya. Ide sahabat Umar di terima oleh Abu Bakar, kemudian ia
memerintahkan Kepada Zaid Bin Tsabit agar segera menghimpun ayat-ayat Al-Quran dalam satu
mushaf/suhuf
Zaid sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas ini, ia berpegangan pada dua hal, ialah:
1. Ayat-ayat Al-Quran yang ditulis di hadapan nabi dan di simapn di rumah Nabi Muhammad SAW.
2. Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang Hafidz Al-Quran.
Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Quran kecuali kalau disaksikan dengan dua orang
saksi yang adil bahwa ayat itu benar-benar ditulis dihadapan Nabi atas perintah/ petunjuknya. Tugas
penulisan ini oleh zaid dapat di laksanakan dalam waktu kurang lebih 1 (satu) tahun, yakni antara
sesudah terjadi perang Yamamah dan sebelum Abu Bakar wafat.
Mushaf karya Zaid Bin Tsabit ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar dan kemudian Umar setelah
Abu Bakar wafat,. Kemudian disimpan hafsah setelah Umar mangkat atas pesan Umar, dengan
pertimbangan bahwa Hafsah adalah istri nabi yang hafidz Al-Quran dan pandai baca tulis.

3. Penulisan/ penghimpunan Al-Quran periode Khalifah Utsman Bin Affan
Pada masa pemerintahan Utsman, terjadilah perbedaan bacaan Al-Quran di kalangan umat
islam dan kalau dibiarkan, bisa menggganggu persatuan dan kesatuan umat Islam. Karena itu
sahabat Hudzaifah menyarankan kepada khalifah agar berusaha mengusahakan keseragaman
bacaaan Al-Quran.
Khalifah Utsman dapat menerima ide Hudzaifah, kemudian membentuk panitia terdiri dari
empat orang, yakni: Zaid Bin Tsabit, Saiid Bin Al-Ash, Abdullah Bin Al-Zubair Dan Abdurrahman Bin
Harits Bin Hisyam. Panitia ini diketuai oleh Zaid dan bertugas menyalin Al-Quran yang disimapn oleh
Hafsah, sebab suhuf Hafsah ini di pandang sebagai naskah Al-Quran standart.
Panitia Zaid diperintah menyalin suhuf Hafsah dalam jumlah beberapa buah untuk dikirimkan ke
beberapa daerah Islam disertai intruksi bahwa semua suhuf yang berbeda dengan Mushaf Utsman
yang terkirim itu harus di musnahkan / dibakar.
Setelah panitia Zaid berhasil melaksanakan tugasnya, mushaf Hafsah yang dipinjamnya
dikembalikan ke Hafsah. Marwan Bin Al-Hakam seoarang Khalifah Bani Umayyah, pernah meminta
Hafsah agar suhufnya dibakar, tetappi ditolak oleh Hafsah. Baru setelah hafsah wafat, suhufnya di
ambil oleh Marwan dan kemudian dibakarnya. Tindakannya terpaksa dilakukan, demi untuk
menagamankan keseragaman mushaf Al-Quran yang telah diusahakan oleh Khlaifah Utsman, dan
lagi untuk menghindari keragu-raguan umat Islam di masa yang akan dating terhadap mushaf Al-
Quran, jika masih terdapat dua macam naskah (Suhuf Hafsah dan Mushaf Utsman).



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Pengertian turunnya alquran ialah menetapkan / memantapkan / memberitahukan
/menyampaikan Al-Quran, baik di sampaikan Al-Quran itu ke Lauhil Mahfudz atau ke Baitul Izzah di
langit dunia, maupun kepada Nabi Muhammad.
tahap-tahap turunnya Al-Quran ialah tertib dari fase-fase disampaikan kitab suci Al-Quran,
mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada Nabi Muhammad SAW, kitab suci ini tidak seperti kitab-
kitab suci sebelumnya. Sebab kitab suci ini diturunkan secara bertahap, sehingga betul-betul
menunjukkan kemukjizatannya.
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat atau
sebuah surat ynag pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Quran secara keseluruhan
memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih tingggal di makkah
sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah.
Sedangka permulaan turunya Al-Quran adalah pada malam Lailatul Qadar, tanggal 17
Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan tanggal 6 Agustus 610 M, sewaktu
beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira di atas Jabal Nur. Ayat yang pertama kali
turun adalah 1-5 surah Al-Alaq:
Sedangkan Penulisan/penghimpunan Al-Quran mengalami 3 ( tiga ) periode yaitu:
1) penulisan Al-Quran pada periode Nabi Muhammad SAW
2) Penulisan Al-Quran pada periode Khalifah Abu Bakar
3) Penulisan/ penghimpunan Al-Quran periode Khalifah Utsman Bin Affan
Setelah kita mengetahui dari sejarah turunnya al-quran al-karim, dan sejarah penulisan Al-
Quran yang begitu panjang prosesnya, semoga menimbulkan ketebalan iman kita terhadap Al-
Quran. Dan kita mau mengamalkan apa yang di perintahkan dalam Al-Quran dan meninggalkan apa
yang dilarang oleh Al-Quran, sehingga kita akan selamat di Dunia maupun di Akherat kelak, Amin


DAFTAR PUSTAKA

- Masjfuk Zuhdi,Drs. Pengantar Ulumul Quran, PT. Bina Ilmu, Surabaya. 1980
- Taufiqurrohman, Drs. M. Ag. Studi Ulumul Quran Telaah Atas Mushaf Utsmani, Pustaka Setia. Bandung,
2003
- Rosihan Anwar, M. Ag. Ulumul Quran, Pustaka Setia. Bandung, 2001
- Djalal, Prof. Dr. H. Abdul. H. A, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya. 2000


1.ULUMUL QURAN DAN PERKEMBANGANNYA

I. PENGERTIAN ULUMUL QURAN

Kata Uluum jamak dari kata ilmu. Ilmu berarti al-fahmu walidraak (paham dan
menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi masalah-masalah yang beraneka ragam
yang disusun secara ilmiah.
Jadi; yang dimaksud dengan ULUUMUL QURAN ialah yang membahas masalah-masalah
yang berhubungan dengan Quran dari segi asbaabun nuzuul, an-Nasikh wal mansukh, al-
muhkam wal mutasyaabih, al-Makki wal Madani, dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Quran. Terkadang ilmu ini dinamakan juga USUULUT TAFSIIR (dasar-dasar
tafsir), karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh
seorang mufasir sebagai sandaran dalam menafsirkan Quran.

Terdapat berbagai defenisi tentang yang dimaksud dengan Ulumul Quran ( ilmu ilmu al-
quran ). contohnya yaitu :
Imam Al-Zarqani dalam kitabnya manahil al-irfan fi ulum al-quran merumuskan Ulumul
Quran sebagai berikut : Pembahasan-pembahasan masalah yang berhubungan dengan al-
quran, dari segi turunnya, urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya,
mukjizatnya, nasikh mansukhnya, dan bantahan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keragu-raguan terhadap al-quran dan sebagainya.
Imam Al-Suyuthi dalam kitab itmamu al-dirayah mengatakan, Ulumul Quran adalah : ilmu
yang membahas tentang keadaan al-quran dari segi turunnya, sanadnya, adabnya, makna
maknanya, baik yang berhubungan dengan lafal-lafalnya maupun yang berhubungan dengan
hukum-hukumnya, dan sebagainya.

II. PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN

Ulumul Quran itu sendiri bermula dari Rasulullah SAW, tetapi saat itu Rasulullah S.A.W
tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia selain Quran, karena ia khawatir
Quran akan tercampur dengan yang lain. Muslim meriwayatkan dari Abu Said al-khudri,
bahwa rasulullah S.A.W berkata :
Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa yang menuliskan
dari aku selain Quran, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa
yang dariku; dan itu tiada halangan baginya. Dan barang siapa
yang sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya
di api neraka.
Sekalipun sesudah itu, Rasulullah S.A.W baru mengizinkan kepada sebagian sahabat untuk
menulis hadist, tetapi hal yang berhubungan dengan Quran, para sahabat menulis tetap
didasarkan pada riwayat yang melalui petunjuk di zaman Rasulullah S.A.W., dimasa
kekhalifahan Abu Bakar dan Umar r.a.
Kemudian datang masa kekhalifahan Usman r.a dan keadaan menghendaki untuk
menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf. Dan hal itu pun terlaksana. Mushaf itu disebut
mushaf imam. Salinan salinan mushaf itu juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan
mushaf tersebut dinamakan Rasmul Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman.r.a. Dan ini
dianggap sebagai permulaan dari Ilmu Rasmil Quran.
Kemudian datang masa kekhalifahan Ali r.a. Dan atas perintahnya, Abul Aswad ad-Duali
meletakkan kaidah kaidah Nahwu, cara pengucapan yang tepat, baku, dan memberikan
ketentuan harakat pada Quran. Ini juga dianggap sebagai permulaan Ilmu Irabil Quran.
Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna
Quran dan penafsiran ayat-ayatnya yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya
perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW. Hal yang demikian
diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para tabiin.
Diantara para mufasir yang termasyhur dari para sahabat adalah empat orang khalifah,
kemudian Ibn Masud, Ibn Abbas, Ubai bin Kab, Zaid bin Sabit, Abu Musa al- Asyari dan
Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Masud, dan Ubai bin Kab. Dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti sudah
merupakan tafsir Quran yang sempurna. Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat
dengan penafsiran tentang apa yang masih samara dan penjelasan apa yang masih global.
Mengenai para tabiin, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini
dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad
dalam menafsirkan ayat.
Diantara murid-murid Ibn Abbas di Mekkah yang terkenal ialah Said bin jubair, Mujahid,
Ikrimah bekas sahaya (maula) Ibn Abbas, Tawus bin Kisan al-Yamani dan Ataa bin Abi
Rabaah.
Dan terkenal pula diantara murid-murid Ubai bin Kab di medinah, Zaid bin Aslam, Abul
Aliyah dan Muhammad bin Kab al-Qurazi.
Dari murid-murid Abdullah bin Masud di Irak yang terkenal Alqamah bin Qais, Masruq, al-
Aswad bin Yazid, Amir asy-Syabi, Hasan al-Basri dan Qatadah bin Diamah as-Sadusi.
Ibnu Taimiyah berkata : Adapun mengenai Ilmu tafsir, orang yang paling tahu adalah
penduduk Mekkah, karena mereka sahabat Ibn Abbas, seperti Mujahid, Ataa bin Abi
Rabaah, Ikrimah maula Ibn Abbas dan sahabat sahabat Ibn Abbas lainnya. Begitu juga
penduduk Kufah dari sahabat Ibn Masud; dan mereka itu mempunyai kelebihan dari ahli
tafsir yang lain. Ulama penduduk Medinah dalam ilmu tafsir diantaranya adalah Zubair bin
Aslam, Malik dan anaknya Abdurrahman serta Abdullah bin Wahb.
Dan yang diriwayatkan dari mereka itu semua meliputi ilmu Tafsir, ilmu Gariibil Quran,
ilmu Asbaabun Nuzuul, ilmu Makki Wal Madani, dan ilmu Nasikh dan Mansukh. Tetapi
semua itu tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.
Pada abad kedua hijri tiba masa pembukuan (tadwiin)yang dimulai dengan pembukuan hadist
dengan segala babnya yang bermacam-macam; dan itu juga menyangkut hal berhubungan
dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Quran yang diriwayatkan dari
Rasulullah SAW, dari para sahabat atau dari para tabiin.
Diantara mereka itu, yang terkenal adalah Yazid bin Harun as-Sulami (wafat 117H), Syubah
bin Hajjaj (wafat 160H), Waki bin Jarraah (wafat 197H), Sufyan bin Uyainah (wafat 198),
dan Abdurrazzaq bin hammam (wafat 112H).
Mereka semua adalah para ahli hadist. Sedang tafsir yang mereka susun merupakan salah satu
bagiannya. Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ke tangan kita.
Kemudian langkah mereka diikuti oleh segolongan ulama. Mereka menyusun tafsir Quran
yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang paling terkenal diantara mereka
ada Ibn Jarir at-Tabari (wafat 310H).
Demikianlah tafsir pada mulanya dinukilkan (dipindahkan) melalui penerimaan (dari mulut
ke mulut) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian hadist; selanjutnya
ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses kelahiran at-tafsir bil masur
(berdasarkan riwayat), lalu diikuti oleh at-tafsir bir rayi (berdasarkan penalaran).
Disamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai pokok-pokok
pembahasan tertentu yang berhubungan dengan Quran, dan hal ini sangat diperlukan oleh
seorang mufasir.
Pada abad ketiga hijri, ada :
- Ali bin al-Madani (wafat 234H), guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbaabun
nuzuul.
- Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (wafat 224H), menulis tentang Nasikh-Mansukh dan
Qiraaat.
- Ibn Qutaibah (wafat 276H), menyusun tentang problematika Quran / Musykilatul Quran.

Pada abad keempat hijri, ada :
- Muhammad bin khalaf bin Marzaban (wafat 309H), menyusun al-Haawii faa Uluumil
Quran.
- Abu Muhammad bin Qasim al-Anbari (wafat 351H), juga menulis tentang ilmu-ilmu
Quran.
- Abu Bakar as-Sijistani (wafat 330H), menyusun Ghariibil Quran.
- Muhammad bin Ali al-Adfawi (wafat 388H), menyusun al-Istignaafi Uluumil Quran.

Kemudian kegiatan karang mengarang dalam hal ilmu ilmu Quran tetap berlangsung
sesudah itu, seperti :
- Abu Bakar al-Baqalani (wafat 403H), menyusun Ijazul Quran.
- Ali bin Ibrahim bin Said al-Hufi (wafat 430H), menulis mengenai Iraabul Quran.
- Al-Mawardi (wafat 450H), menyusun tentang tamsil-tamsil dalam Quran (Amsaalul
Quran).
- Al-Izz bin Abdus Salam (wafat 660H), menyusun tentang majaz dalam Quran.
- Alamuddin as-Sakhawi (wafat 634H), menulis mengenai ilmu Qiraat (cara membaca
Quran) dan Aqsaaul Quran.
Setiap penulis dalam karangannya itu menulis bidang dan pembahasan tertentu yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu Quran.
Sedang pengumpulan hasil pembahasan dan bidang-bidang tersebut mengenai ilmu-ilmu
Quran, semuanya atau sebagian besarnya dalam satu karangan, maka Syaikh Muhammad
Abdul Aziim az-Zarqaani menyebutkan didalam kitabnya Manaahilul Irfan fi Uluumil
Quran bahwa ia telah menemukan didalam perpustakaan Mesir sebuah kitab yang ditulis
oleh Ali bin Ibrahim bin Said yang terkenal dengan al-Hufi, judulnya al-Burhaan fi uluumil
Quran yang terdiri atas tiga puluh jilid.
Pengarang membicarakan ayat-ayat Quran menurut tertib mushaf. Dia membicarakan ilmu-
ilmu Quran yang dikandung ayat itu secara tersendiri, masing-masing diberi judul sendiri
pula, dan judul yang umum disebut dengan al-Qaul fii Qaulihi Azza wa jalla (pendapat
mengenai firman Allah Azza wa jalla). Kemudian dibawah judul ini dicantumkan :
- al-Qaul fil Irab (pendapat mengenai morfologi)
- al-Qaul fil manaa wat Tafsir (pendapat mengenai makna dan tafsirnya)
- al-Qaul fil waqfi wat tamaam ( pendapat mengenai tanda berhenti dan tidak)
Sedangkan Qiraat diletakkan dalam judul tersendiri pula, yang disebut al-Qaul fil Qiraat
(pendapat mengenai qiraat). Dan kadang ia berbicara tentang hukum-hukum dalam Quran.
Dengan metode seperti ini, al-Hufi (wafat 330H) dianggap sebagai orang pertama yang
membukukan Ulumul Quran/ ilmu-ilmu Quran. Meskipun pembukuannya memakai cara
tertentu seperti yang disebut diatas.
Kemudian karang mengarang tentang ilmu-ilmu Quran terus berlanjut, seperti ada :
- Ibnul jauzi (wafat 597H), dengan menulis sebuah kitab berjudul Funuunul Afnaan fi
Ajaibi Uluumil Quran.
- Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794H), menulis sebuah kitab lengkap dengan judul al-
Burhaan fi Uluumil Quran.
- Jalaluddin al-Balqini (wafat 824H), memberikan tambahan atas kitab al-Burhan didalam
kitabnya Mawaqiul Uluum min Mawaaqiin Nujuum.
- Jalaluddin as-Suyuti (wafat 911H), menyusun kitab yang terkenal al-Itqaan fi Uluumil
Quran.
Kepustakaan ilmu-ilmu Quran pada masa kebangkitan modern tidaklah lebih kecil daripada
nasib ilmu-ilmu yang lain. Orang-orang yang menghubungkan diri dengan gerakan pemikiran
islam telah mengambil langkah yang positif dalam membahas kandungan Quran dengan
metode baru pula, seperti :
- Kitab Ijaazul Quran, yang ditulis oleh Mustafa Sadiq ar-Rafii.
- Kitab at-Taswiirul Fanni fil Quran dan Masyaahidul Qiyaamah fil Quran, oleh Sayid
Qutb.
- Kitab Tarjamatul Quran, oleh Muhammad Mustafa al-Maragi.
- Kitab Masalatu Tarjamatil Quran, oleh Mustafa Sabri.
- Kitab an-Nabaul Aziim, oleh Dr. Muhammad Abdullah Daraz.
- Kitab Mukaddimah tafsir Mahaasinut Tawil, oleh Jamaluddin al-Qasimi.
- Kitab at-Tibyaan fi uluumil Quran, oleh Syaikh Tahir al-Jazairi.
- Kitab Manhajul Furqaan fi Uluumil Quran, oleh Syaikh Muhammad Ali Salamah.
- Kitab Manaahilul irfan fi Uluumil Quran, oleh Muhammad Abdul Azim az-Zarqani.
- Kitab Muzakkiraat Uluumil Quran, oleh Syaikh Ahmad Ali.
Dan akhirnya muncul Kitab Mabaahisu fi Uluumil Quran oleh Dr. Subhi as-Salih. Juga
diikuti oleh Ustadz Ahmad Muhammad Jaml yang menulis beberapa studi sekitar masalah
Maaidah dalam Quran.
Pembahasan-pembahasan tersebut diatas dikenal dengan sebutan ULUUMUL QURAN, dan
kata ini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut.

III. RUANG LINGKUP ULUMUL QURAN

Dari uraian diatas tersebut tergambar bahwa Ulumul Quran adalah ilmu ilmu yang
berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan membahas al-quran.
Subhi al-shalih lebih lanjut menjelaskan bahwa para perintis ilmu al-quran adalah sebagai
berikut :
Dari kalangan sahabat nabi
Dari kalangan tabiin di madinah
Dari kalangan tabiut tabiin (generasi ketiga kaum muslimin)
Dan dari generasi-generasi setelah itu.

Para ulama mufasir dari semua kalangan dan generasi-generasi yang tercakup dalam lingkup
Uluumul Quran menafsirkan Quran selalu berpegang pada :

1). Al-Quranul Karim
Sebab apa yang yang dikemukakan secara global di satu tempat/ayat dijelaskan secara
terperinci ditempat/ayat yang lain. Terkadang pula sebuah ayat datang dalam bentuk mutlaq
atau umum namun kemudian disusul oleh ayat lain yang membatasi atau mengkhususkannya.
Inilah yang dinamakan Tafsir Quran dengan Quran.

2). Nabi S.A.W
Mengingat beliaulah yang bertugas untuk menjelaskan Quran. Karena itu wajarlah kalau
para sahabat bertanya kepada beliau ketika mendapatkan kesulitan dalam memahami sesuatu
ayat. Diantara kandungan Quran terdapat ayat ayat yang tidak dapat diketahui tawilnya
kecuali melalui penjelasan Rasulullah . misalnya rincian tentang perintah dan larangan-Nya
serta ketentuan mengenai hukum-hukum yang difardhukan-Nya.

3). Para Sahabat
Mengingat para sahabatlah yang paling dekat dan tahu dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Riwayat dari para sahabat yang berasal dari Rasulullah SAW cukup
menjadi acuan dalam mengembangkan ilmu-ilmu Quran. Dan yang cukup banyak
menafsirkan Quran seperti empat orang khalifah dan para sahabat lainnya.

4). Pemahaman dan ijtihad
Apabila para sahabat tidak mendapatkan tafsiran dalam Quran dan tidak pula mendapatkan
sesuatu pun yang berhubungan dengan hal itu dari Rasulullah, dan banyak perbedaan-
perbedaan dari kalangan sahabat, maka mereka melakukan ijtihad dengan mengerahkan
segenap kemampuan nalar. Ini mengingat mereka adalah orang-orang Arab asli yang sangat
menguasai bahasa Arab, memahaminya dengan baik dan mengetahui aspek-aspek yang ada
didalamnya.

Pada masa kalangan sahabat, tidak ada sedikit pun tafsir / ilmu ilmu tentang Quran yang
dibukukan, sebab pembukuan baru dilakukan pada abad kedua hijri. Masa pembukuan
dimulai pada akhir dinasti Bani Umayah dan awal dinasti Abbasiyah.

IV. CABANG CABANG ULUMUL QURAN

Secara garis besar Ulumul Quran terbagi dua, yaitu:
Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata mata, seperti ilmu qiraat, tempat turunnya
ayat-ayat al-quran, waktu turunnya, dan sebab-sebabnya.
Ilmu yang berhubungan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara
mendalam seperti memahami lafal yang gharib (asing pengertiannya) serta mengetahui
makna ayat yang berhubungan dengan hukum.
Tujuan mempelajari ulumul quran ini adalah untuk memperoleh keahlian dalam
mengistimbath hukum syara, baik mengenai keyakinan atau Itiqad, amalan, budi pekerti,
maupun lainnya. Cabang-cabang dari Ulumul Quran adalah sebagai berikut :

Ilmu Mawathin al-nuzul yaitu : ilmu yang menerangkan tempat tempat turunnya ayat,
masanya, awal dan akhirnya.
Ilmu Tawarikh al-nuzul yaitu : ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa turun ayat dan
tertib turunnya, satu demi satu dari awal turun hingga akhirnya, dan tertib turun surat dengan
sempurna.
Ilmu Asbab al-nuzul yaitu : ilmu yang menerangkan sebab sebab turunnya ayat.
Ilmu Qiraat yaitu : ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qiraat ( bacaan Al-Quran yang
diterima dari Rasulullah SAW ).
Ilmu tajwid yaitu : ilmu yang menerangkan cara membaca al-quran, tempat mulai dan
pemberhentiannya.
Ilmu Gharib al-quran yaitu : ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang tidak
terdapat dalam kitab-kitab biasa, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini
menerangkan makna-makna kata yang halus, tinggi, dan pelik.
Ilmu Irabil quran yaitu : ilmu yang menerangkan baris al-quran dan kedudukan lafal dalam
tabir ( susunan kalimat ).
Ilmu Wujuh wa al-nazhair yaitu : ilmu yang menerangkan kata-kata al-quran yang banyak
arti, menerangkan makna yang dimaksud pada satu-satu tempat.
Ilmu Marifat al-muhkam wa al-mutasyabih yaitu : ilmu yang menyatakan ayat ayat yang
dipandang muhkam dan ayat ayat yang dianggap mutasyabih.
Ilmu Al-Nasikh wa al-Mansukh yaitu : ilmu yang menerangkan ayat ayat yang dianggap
mansukh oleh sebagian mufasir.
Ilmu BadaI al-quran yaitu : ilmu yang membahas keindahan keindahan al-quran. ilmu ini
menerangkan kesusastraan al-quran, kepelikan, dan ketinggian balaghahnya.
Ilmu Idaz al-quran yaitu : ilmu yang menerangkan kekuatan susunan tutur al-quran,
sehingga ia dipandang sebagai mukjizat.
Ilmu Tanasub ayat al-quran yaitu : ilmu yang menerangkan persesuaian antara suatu ayat
dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Ilmu Aqsam al-quran yaitu : ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah tuhan
atau sumpah-sumpah lainnya yang terdapat di al-quran.
Ilmu Amtsal al-quran yaitu : ilmu yang menerangkan segala perumpamaan yang ada dalam
al-quran.
Ilmu Jidal al-quran yaitu : ilmu untuk mengetahui rupa rupa debat yang dihadapkan al-
quran kepada kaum musyrikin dan lainnya.
Ilmu Adab al-tilawah al-quran yaitu : ilmu yang mempelajari segala bentuk aturan yang
harus dipakai dan dilaksanakan didalam membaca al-quran. Segala kesusilaan, kesopanan,
dan ketentuan yang harus dijaga ketika membaca al-quran.
Dan ilmu-ilmu lain yang membahas tentang Al-Quran.


Sejarah Dan Perkembangan Ulumul Qur'an

BAB I
PENDAHULUAN
Al-Quran adalah sumber hukum islam yang pertama.sehingga kita hendaknya harus dapat
memahami tentang kandungan di dalamnya. Al-Quran dengan huruf-hurufnya, bab-babnya, surat-
suratnya dan ayat-ayatnya yang sama di seluruh dunia, baik di Jepang, Brasilia, Iraq dan lain-lain.
Andaikata ia bukan dari allah Swt, tentu terdapat perbedaan yang banyak.
Al-Quran adalah laksana sinar yang memberikan penerangan terhadap kehidupan manusia,
bagaikan pelita yang memberikan cahaya kearah hidayah marifah. Al-Quran juga adalah kitab
hidayah dan ijaz (melemahkan yang lain). Ayat-ayatnya tentu ditetapkan kemudian diperinci dari
allah Swt. Yang maha bijaksana dan maha mengetahui.
Oleh karena itu kita sebagai umat islam harus benar-benar mengetahui kandungan-kandungan
yang ada didalamnya dari berbagai aspek. Ulumul Quran adalah salah satu jalan yang bisa membawa
kita dalam memahami kandungan Al-Quran.
Selain memahami alquran kita juga perlu tau mengetahui bagaimana perkembangan ulumul
quran dan siapa saja tokoh-tokoh yang menjadi pendongkrak munculnya ulumul quran. Secara tidak
langsung pemikiran merekalah yang mengilhami kita dalam memaham al-quran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan sejarah ulumul quran
Ungkapan Ulumul Quran berasal dari bahasa arab, yaitu Ulum dan Al-Quran. Kata Ulum
merupakan bentuk jama dari kata Ilmu, ilmu yang dimaksud disini sebagaimana didefinisikan Abu
Syahbah adalah sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema ataupun tujuan. Adapun
Al-Quran sebagaimana didefinisikan sebagian ulama adalah kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi-Nya Muhammad SAW, yang lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, dan ditulis pada mushaf
mulai dari awal Surat Al-Fatihah(1) sampai akhir Surat An-Nas(114). Dengan demikian , secara
bahasa ulumul quran adalah ilmu (pembahasan) yang berkaitan dengan Al Quran.1[1]
Adapun secara definisi umum Ulumul Quran adalah sejumlah pembahasan yang berkaitan
dengan Al-Quran dan pembahasan itu menyangkut materi-materi yang selanjutnya menjadi pokok-
pokok bahasan Ulumul Quran.
Mengenai kemunculan istilah ulumul quran untuk yang pertama kalinya para penulis
menyatakan bahwa Abu Al-Farj Bin Al-Jauzi lah yang pertama kali memunculkan kata tersebut
pada abad ke-6 H. adapun Az-Zarqani menyatakan bahwa istilah itu muncul pada abad 5 H, yang
disampaikan oleh Al-Hufi (w. 430 H) dalam karyanya yang berjudul Al-Burhan fi Ulum Al-Quran.
Dengan merujuk kitab Muqaddimatani Fi Ulum Al-Quran yang dicetak tahun 1954 dan disunting
oleh Arthur Jeffri, berpendapat bahwa istilah ulumul quran muncul dalam kitab Al-Mabani fi Nazhm
Al-Maani yang ditulis tahun 425 H.
Kitab hasil cetakannya mencapai 250 halaman itu menyajikan tentang Makki-madani, nuzul al
quran, kondifikasi al quran, penulisan mushaf, penolakan terhadap berbagai keraguan yang
menyangkut pengodifikasian al quran dan penulisan mushaf, jumlah surat dan ayat, tafsir, takwil,
muhkam mutasyabih, turunnya Al-Quran dengan Tujuh Huruf (Sabah Ahruf) dan pembahasan
lainnya. Lebih lanjutnya syahbah mengkritik analisis yang dikeluarkan Az-Zarqani, kritiknya itu
menyangkut penyebutan istilah Ulumul Quran dalam kitab Al-Burhan Fi Ulumul Quran yang
pertama kali muncul. Ia berpendapat bhwa istilah ulumul quran sudah muncul sejak abad 3 H. yaitu
ketika Ibn Al-Marzuban menullis kitab yang berjudul Al-Hawi Fi Ulum Al-Quran.
Banyaknya ilmu yang ada kaitannya dengan pembahasan Al-Quran menyebabkan banyak pula
pembahasan ruang lingkup Ulumul Quran. Ilmu-ilmu Al-Quran mencapai 77.450. hitungan itu
diperoleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al-Quran dengan empat karena tiap-tiap kalimat dalam
Al-Quran mempunyai empat makna yaitu zhahir, batin, hadd, dan mathla.

B. Beberapa ruang lingkup pembahasan ulumul quran
1. Persoalan turunnya al-quran (nuzul al-quran)
2. Persoalan sanad (rangkaian para periwayat).
3. Persoalan qiraat ( cara pembacaan al-quran)
4. Persoalan kata-kata al-quran.
5. Persoalan makna-makna al-quran yang berkaitan dengan hukum.
6. Persoalan makna al-quran yag berkaitan dengan kata-kata al-quran.1[2]
C. Pokok-Pokok Pembahasan Ulumul Quran
Dari kedua definisi yang telah dikemukakan sebelumnya terlihat ada sebelas macam contoh
nama-nama ilmu Quran yang disebutkan, yaitu :
a. Ilmu Nuzul al-Quran, adalah ilmu yang membahas al-Quran dari segi penurunannya, baik
menyangkut proses turunya maupun cara penurunanya. Termasuk di dalamnya ilmu asbab an-nuzul
adalah ilmu yang membicarakan tentang latar belakang historis turunnya suatu ayat atau beberapa
ayat al-Quran.
b. Ilmu Tartib al-Quran, adalah ilmu yang membicarakan tentang pengumpulan al-Quran,
baik dari segi proses pengumpulanya maupun cara-caranya.
c. Ilmu Jam al-Quran, adalah ilmu yang membahas tentang pengumpulan al-Quran , baik dari
segi proses pengumpulannya maupun cara-caranya.
d. Ilmu Kitabah al-Quran adalah, ilmu yang menceritakan tentang bahsan tata cara penulisan
al-Quran.
e. Ilmu Qiraat al-Quran, adalah ilmu yang membicarakan tentang al-Quran dari segi
melafalkannya yang dinisabkan pada nama-nama qiraat termasuk didalamnya ilmu tajwid.1[3]
f. Ilmu Tafsir al-Quran, adalah ilmu yang membicarakan tentang cara menjelaskan dan
menguraikan isi kandungan atau makna ayat-ayat al-Quran. Sedekat mungkin sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh penuturnya (Allah swt). Namun sebatas kemampuan manusia.
g. Ilmu Ijaz al-Quran, adalah ilmu yang membicarakan tentang keistimewaan al-Quran yang
berfungsi sebagai bukti kenabian Muhammd saw.
h. Ilmu an-Nasikh wa al-Mansukh, adalah ilmu yang membicarakan tentang penghapus atau
pembatalan hukum yang terkandung dalam suata ayat dan pemberlakuan hukum pada ayat lainya. Hal
ini terjadi apabila dua ayat dipandang mengandaung hukum yang kontradiktif.
i. Ilmu Daf al-Syubhah, adalah ilmu yang membicarakan tentang cara menolak hujatan yang
mencela eksistensi al-Quran, sehingga membuat orang mukmin ragu terhadap kewahyuannya dan
otentisitasnya/keasliannya.
j. Ilmu al-Makkiy wa al-Madany, adalah ilmu yang membicarakan tentang klasifikasi ayat-
ayat al-Quran berdasarkan tempat turunnya, di Makkah atau di Madainah, dan juga berdasarkan waktu
turunnya, sebelum hijrah atau sesudah hijrah.
k. Ilmu al-Muhkam wa al-Mutasyabbih, adalah ilmu yang membicarakan tentang adanya ayat-
ayat al-Quran yang jelas dan tagas kandungan maknanya, serta ayat-ayat yang maknanya masih
samar, tidak jelas dan menimbulkan multi interpretasi.
Sebenarnya ulumul quran tidak terpatok pada sebelas ilmu tersebut, masih banyak lagi
cabang-cabang ulumul quran yang lain. Bahkan al-Qadhi Abu Bakr ibn al-Arabi dalam kitabnya
(Qanun at-Tawil) menyebutkan ulumul quran itu memiliki cabang sebanyak 77.450 (tujuh puluh ribu
empat ratus lima puluh ribu) ilmu .1[4]
D. Fase perkembangan Ulumul Quran
1. Fase Sebelum Kodifikasi (Qobl Ashr At-Tadwin)
Pada fase sebelum kodifikasi, ulumul quran telah dianggap sebagai benih yang kemunculannya
sangat diraqsakan sejak masa Nabi. Hal itu ditandai dengan kegairahan para sahabat untuk
mempelajari al-quran dengan sungguh-sungguh terlebih lagi diantara mereka sebagaimana
diceritakan oleh Abu Abdurrahman As-Sulami, memiliki kebiasaan untuk tidak berpindah kepad ayat
lain, sebelum memahami dan mengamalkan ayat yang sedang dipelajarinya.
2. Fase Kodifikasi
Sebagaimana diketahui pada fase sebelum kodifikasi, ulumul quran dan ilmu-ilmu lainnya
sebelum dikodifikasikan dalam bentuk kitab atau mushaf, satu-satunya yang sudah dikodofikasikan
pada saat itu hanyalah Al-Quran. Hal it uterus berlangsung sampai ketika Ali Bin Abi Thalib
memerintahkan Abu Al-Aswad untuk menulis nahwu1[5]. Perintah Ali inilah yang membuka gerbang
pengodifikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa arab, pengodifikasisan itu semakin marak dan meluas
ketika Islam berada di bawah pemerintahan Bani Umayyah dan Abbasyah pada periode-0periode awal
pemerintahannya.

E. Perkembangan ulumul quran
1. Perkembangan Ulumul Quran Abad II H.
Pada masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak permulaan abad II H. pada ulama
memberikan prioritas atas penyusunan tafsir sebab sebab tafsir merupakan induk ulumul quran.
Diantara ulama abad II. Adalah :
- Syubah Bin Hijjaj
- Sufyan Bin Umayah
- Sufyan Ats-Tsauri
- Waqi Bin Al-Jarrh
- Muqotil Bin Sulaiman
- Ibn Jarir Ath-Thobari
2. Perkembangan Ulumul Quran Abad III H.
Pada abad III selain tafsir dan ilmu tafsir para ulama mulai menyusun beberapa ilmu Al-Quran
(ulumul quran), diantaranya :
- Ali Bin Al-Madani Ilmu Asbab An-Nuzul
- Abu Ubaid Al-Qosimi Bin Salam Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh, Ilmu Qiraat, Dan Fadhail Al-
Quran
- Muhammad Bin Ayyub Adh-Dhurraits Makki Wa Al-Madani
- Muhammad Bin Khalaf Al-Marzuban Kitab Al-Hawei Fi Ulum Al-Quran
3. Perkembangan Ulumul Quran Abad IV H.
Pada abad IV H. Mulai disusun ilmu gharib al-quran dan beberapa diantaranya memakai istilah
ulumul quran, diantara kitabnya adalah ;
- Gharib Al-Quran
- Ajaib Ulum Al-Quran
- Al-Mukhtazan Fi Ulum Al-Quran
- Nukat Al-Quran Ad-Dallah Ala Bayyan Fi Anwa Al-Quran Wa Al-Ahkam Al-Munbiahan
Ikhtilaf Al-Anam
- Al-Astigna Fi Ulum Al-Quran1[6]
4. Perkembangan Ulumul Quran Abad V H.
Pada abad ini mulai disusun ilmu-ilmu Irab al-quran dalam satu kitab. Namun demikian
penulisan kitab-kitab ulumul quran masih terus dilakukan . ulama masa ini diantaranya :
- Ali Bin Ibrahim Bin Said Al-Hufi
- Abu Amr-Dani
5. Perkembangan Ulumul Quran Abad VI H.
Pada abad ini disamping ada ulama yang meneruskan pengembangan ulumul quran, juga
terdapat ulama yang mulai menyusun ilmu mubhamat al-quan diantaranya :
- Abu Al-Qosim Bin Abdurrahamn As-Suhali Kitab Mubhamat Al-Quran
- Ibn Al-Jauzi Funun Al-Afnan Fi Ajaib Al-Quran Dan Kitab Al-Mujtab Fi Ulum Tataallaq Bi
Al-Quran1[7]
6. Perkembangan Ulumul Quran Abad VII H.
Pada abad VII H ilmu-ilmu Al-quran terus berkembang dengan mulai tersusunnya ilmu majaz
al-quran dan ilmu qiraat. Diantara ulamanya :
- Alamuddin As-Sakhawi Hidayat Al-Murtab Fi Mutasyabih
- Ibn Abd As-Salam / Al Izz Ilmu Majaz Al-Quran
- Abu Syamah Al-Mursyid Al-Wajiz Fi Ulum Al-Quran Tataallaq Bi Al-Quran Al-Aziz
7. Perkembangan Ulumul Quran Abad VIII H.
Pada abad ini muncullah ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang al-quran, namun
demikian penulisan kitab-kitab tentang ulumul quran tetapo berjalan, diantaranya :
- Ibn Abi Al-Isba Ilmu Badui Al-Quran
- Ibn Al-Qayyim Ilmu Aqsam Al-Quran
- Najmuddin Ath-0thufi Ilmu Hujjaj Al-Quran
8. Perkembangan Ulumul Quran Abad IX dan X H.
Pada abad IX dan permulaan abad XH. Makin banyak karya para ulama tentang ulumul quran
pada masa ini ulumul quran mencapai kesempurnaan. Diantara ulamanya antara lain :
- Jalaludin Al-Bulqini Mawaqi An-Nujum
- Muhammad Bin Sulaiman Al-Kafiyaji At-Tafsir Fi Qowaid At-Tafsir
- Jalaludin Abdurrahman Bin Kamaluddin As-Suyuti At-Tahbir Fi Ulum At-Tafsir
Setelah as-suyuti wafat pada tahun 911 H. perkembangan ilmu al-quran seolah-olah telah
mencapai puncaknya dan berhenti dengan berhentinya para ulamadalam pengembangan ilmu-ilmu
al-quran keadaan ini berlanjut sampai abad XIII H.1[8]
9. Pengembangan Ulumul Quran Abad Abad Modern.
Sebagaimana penjelasan diatas, bahwa setelah wafatnya imam as-suyuti tahun 911 H, maka
terhentilah gerakan penulisan al-quran dan pertumbuhannya sampai abad ke-XIV H. sebab pada abad
ke-XIV H atau pada abad modern ini bangkit kembali kegiatan penulisan ulumul quran dan
perkembangan kitab-kitabnya. Hal itu ditengarai dengan banyaknya ulama yang mengarang ulumul
quran dan menuls kitab-kitabnya, baik tafsir maupun macam-macamnya kitab ulumul quran.
Diantara para ulama yang menulis tafsir/ ulumul quran pada abad modern inin adalah sebagai
berikut.
- Ad-Dahlawi Al-Fauzul Kabir Fi Ushulil Tafsir
- Thahir Al-Jaziri At-Tibyan Fi Ulumil Quran.
- Abu Daqiqah Ulumul Quran
- M. Ali Salamah Minhajul Furqon Fi Ulumil Quran
BAB III
PENUTUP
Ungkapan Ulumul Quran berasal dari bahasa arab, yaitu Ulum dan Al-Quran. Kata Ulum
merupakan bentuk jama dari kata Ilmu, Adapun Al-Quran sebagaimana didefinisikan sebagian
ulama adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW, yang lafadz-lafadznya
mengandung mukjizat, dan ditulis pada mushaf mulai dari awal Surat Al-Fatihah(1) sampai akhir
Surat An-Nas(114).
Definisi umum Ulumul Quran adalah sejumlah pembahasan yang berkaitan dengan Al-Quran
dan pembahasan itu menyangkut materi-materi yang selanjutnya menjadi pokok-pokok bahasan
Ulumul Quran.
Banyaknya ilmu yang ada kaitannya dengan pembahasan Al-Quran menyebabkan banyak pula
pembahasan ruang lingkup ulumul quran. Ilmu-ilmu Al-Quran mencapai 77.450. Persoalan turunnya
al-quran (nuzul al-quran). Persoalan sanad (rangkaian para periwayat). Persoalan qiraat ( cara
pembacaan al-quran). Persoalan kata-kata al-quran. Persoalan makna-makna al-quran yang
berkaitan dengan hukum. Persoalan makna al-quran yag berkaitan dengan kata-kata al-quran1[9].
Pada fase sebelum kodifikasi, ulumul quran telah dianggap sebagai benih yang kemunculannya
sangat dirasakan sejak masa Nabi. Sebagaimana diketahui pada fase sebelum kodifikasi, ulumul
quran dan ilmu-ilmu lainnya sebelum dikodifikasikan dalam bentuk kitab atau mushaf, satu-satunya
yang sudah dikodofikasikan pada saat itu hanyalah Al-Quran.
DAFTAR PUSTAKA

Djalal, Prof. Dr. H. Abdul. H. A, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya. 2000
Taufiqurrohman, Drs. M. Ag. Studi Ulumul Quran Telaah Atas Mushaf Utsmani, Pustaka Setia.
Bandung, 2003
Rosihan Anwar, M. Ag. Ulumul Quran, Pustaka Setia. Bandung, 2001
Ahmad Syadali, Ulumul Quran I, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997

Kadar M. Yusuf, Studi Alquran, (Cet. I, Pekan Baru : Amzah, 2009)





PENGERTIAN ULUMUL QUR'AN
A. PENGERTIAN ULUMUL QURAN
Ungkapan ulumul quran berasal dari bahasa arab yaitu dari kata ulum dan al-quran. Kata
ulum jamak dari ilmu dan al-quran. Menurut Abu syahbah ulumul quran adalah sebuah ilmu
yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan al-quran,mulai dari
proses penurunan, urutan penulisan,kodifikasi,cara pembaca,penafsiran,nasikh
mansukh,muhkam mutashabih serta pembahasan lainnya
B. SEJARAH TURUNNYA ALQURAN DAN PENULISAN ALQURAN
Hikmah diwahyukan alquran secara berangsur-angsur adalah al-quran diturunkan dalam
waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari yaitu mulai dari malam 17 romadhan tahun 41 dari kelahiran
nabi sampai 9 dzulhijah haji wada tahun 63 dari kelahiran nabi atau tahun 10 H. Proses
turunnya ql-quran melalui 3 tahapan yaitu
1. Al-quran turun secara sekaligus dari Allah ke lauh mahfuzh yaitu tempat yang merupakan
catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Dalam firmanya Bahkan yang
didustakan mereka ialah Al-quran yang mulia yang tersimpan dalam lauh al-mahfuzh (Q.S
AL-buruuj :21-22)
2. Al-quran diturunkan dari lauh al mahfuzh ke bait Al-Izzah ( tempat yang berada di langit
dunia )
3. Al-quran diturunkan dari bait al-Izzah ke dalam hati nabi melalui malaikat jibril dengan
cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakala satu ayat kadang satu surat.
Disamping hikmah diatas ada hikmah yang lainnya yaitu
1. Memantapkan hati nabi
2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-quran
3. Memudahkan untuk dihafal dan difahami
4. mengikuti setiap kejadian yang menyebabkan turunya ayat-ayat al-quran dan melakukan
penahapan dalam penetapan syariat
5. membuktikan dengan pasti bahwa al-quran turun dari allah yang maha bijaksana
Penulisan al-quran pada masa Abu Bakar termotivasi karena kekwatiran sirnanya al-quran
dengan syahitnya beberapa penghapal Al-quran pada perang yamamah, Abu bakar
melakukan pengumpulan al-quran dengan mengumpulkan al-quran yang terpencar-pencar
pada pelepah kurma,kulit,tulang dan sebagainya
C. ASBAB AN-NUZUL
Ungkapan asbab-nuzul merupakan bentuk idhofah dari asbab dan nuzul. Secara etimologi
artinya sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu. Menurut Az-zargani
Asbabuan-nuzul adalah sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunya ayat Al-quran
yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.Menurut Az-zargani
urgensi asbab an-nuzul dalam mmahami Al-quran adalah
1. Membantu dan memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian dalam menangkap pesan
ayat-ayat Al-quran.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-quran bagi ulama yang
berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat kusus.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan turunnya ayat al-quran.
5. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat serta untuk memantapkan wahyu ke
dalam hati orang yang mendengarnya.
D. MUNASABAH AL QURAN
Menurut Manna Al-qathan munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan di
dalam satu ayat,atau antar ayat pada beberapa ayat atau antar surat dalam al-quran. As-
Suyuti menjelaskan langkah-langkah yang diperhatikan dalam menemukan munasabah yaitu:
a. Memperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian
b. Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat
c. Menentukan tingkatan uraian-uraian itu apakah ada hubungannya atau tidak
d. Dalam mengambil keputusan,hendaknya memperhatikan ungkapan-ungkspan dengan
benar dan tidak berlebihan
Macam-macam munasabah;
1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya: berfungsi sebagai menyempurnakan surat
sebelumnya
2. Munasabah antara nama surat dan tujuan turunya
3. Munasabah antar bagian suatu ayat
4. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan
5. Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat disampingnya
6. Munasabah antara fashilah (pemisah)dan isi ayat
7. Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama
8. Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
E. MAKIYAH DAN MADANIYAH
Makiyah ialah ayat ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah hijrah ke
Madinah,kendatipun bukan turun di Mekkah .Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan
sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah,kendatipun bukan turun di madinah.Ayat-ayat yang
turun setelah peristiwa hijrah di sebut Madaniyyah walaupun turun di Mekkah atau Arafah.
Ciri-ciri spesifik makiyah dan madaniyah
1. Makiyah
a. Di dalamnya terdapat sajadah
b. Ayat-ayatnya dimulai dengan kalla
c. Dimulai dengan ya-ayuha an-nas
d. Ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat- umat terdahulu
e. Ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan Idris kecuali surat al-baqoroh
f. Ayatnya dimulai dengan huruf terpotong- potong seperti alif lam mim dan sebagainya
2. Madaniyah
a. Mengandung ketentuan-ketentuan faroid dan hadd
b. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafikkecuali surat al-ankabut
c. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitab
F. MUHKAM DAN MUTASYABIH
Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang baik
melalui tawil ataupun tidak
Ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui Allah seperti kedatangan
kedatangan hari kiamat, kedatangan dajjal.
Hikmah keberadaan ayat mutasabih dalam Al-quran adalah:
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia.
2. Teguran bagi orang-orang yang mengotak atik ayat mutasabih.
3. Memberikan pemahaman abstrak Illahi kepada manusia melalui pengalaman inderawi
yang biasa disaksikannya.
G. QIROAT AL-QURAN
Qiroat adalah ilmu yng mempelajari cara-cara mengucapkan kata-kata al-quran dan
perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada penukilnya.
Macam-macam qiroat:
1. Qiroat Sabah ( Qiroat tujuh ) adalah imam-imam qiroat ada tujuh orang, yaitu:
a. Abdullah bin Katsir Ad-Dari (w.120 H ) dari Mekkah.
b. Nafi bin Abdurrahman bin Abu Naim (w .169 H ).dari madinah
c. Abdullah Al-yashibi (w.118 H ) dari Syam
d. Abu Amar (w.154 H ) dari Irak
e. Yakub (w.205 H ) dari Irak
f. Hamzah (w.188 )
g. Ashim (w.127 H )
2. Qiroah Asyiroh adalah qiroah sabah ditambah dengan 3 imam yaitu: Abu Jafar, Yakub
bin Ishaq, kalaf bin hisyam
3. Qiroah Arba Asyiroh (qiroah empat belas) yaitu qiroah sepuluh ditambah dengan 4
imam yaitu Al-hasan al basri, muhammad bin abdul rohman,yahya bin mubarok,Abu fajr
muhammad bin ahmad.
Dari segi kualitas qiroah dapat dibagi menjadi
1. Qiroah Mutawwatir yaitu qiroah yang disampakan kelompok orang yang sanatnya tidak
berbuat dusta
2. Qiroah Mashur yaitu qiroah yang memiliki sanad sahih dan mutawatir
3. Qiroah ahad yaitu memiliki sanad sahih tapi menyalahi tulisan mushaf usmani dan kaidah
bahasa Arab
4. Qiroah Maudhu yaitu palsu
5. Qiroah Syadz Yaitu menyimpang
6. Qiroah yang menyerupai hadist mudroj (sisipan)

2. SEJARAH TURUN DAN PENULISAN AL-QURAN

A. Pengertian Al-Quran
1. Pengertian Al-Quran Secara Etimologi ( Bahasa )
a. Al-Lihyani
Al- Quran merupakan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi kita
Muhammada SAW.
b. Az-Zujaj
Al-Quran merupakan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi yang
menghimpun surat-surat , dan kisah-kisah, juga perintah dan larangan atau menghimpun
intisari kitab-kitab suci sebelumnya,
c. Al-asya`ri
Al-Quran adalah kumpulan yang terdiri atas ayat-ayat yangsaling menguatkan dan terdapat
kepemimpinan antara ayat satu dengan ayat lainnya.
d. Al- Farra
Al-Quran dalah kumpulan yang terdiri atas ayat-ayat yang saling menguatkan dan dan
terdapat klemiripan antara yang satu dengan yang lainnya
e. Pendapat Lain
Al-Quran adalah himpunan intisari kitab-kitab Allah yang lain bahkan seluruh ilmu yang ada
2. Pengertian Al-Quran Secara Terminologi ( istilah )
a. Al- Jurajani :
Al- Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw ditulis dalam
mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan
b. Manna al-Qatthan :
Al-Quran adalah kiatb ynag diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang
membacanya akan memperoleh pahala
c. Abu Syahbah :
Al-Quran adalah kitab yang diturunkan baik lafaz atau makna kepada Nabi terakhir,
diriwayatkan secara mutawatir (penuh kepastian dan keyakinan)
Ditulis pada mushaf dari surah Al- Fatihah sampai surah An-Nas.
d. Pakar Ushul Fiqh, dan Bahasa Arab :
Al-Quran adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Nya, lafaznya dengan mengandung
mukjizat , membacannya mepunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir dan ditulis
pada mushaf
3. Tujuan Al-Quran
a. Membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari syirik dan memantapkan
b. Mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradap
c. Menciptakan persatuan dan kesatuan antar semesta
d. Berpikir dan bekerja sama
e. Membasmi kemiskinan lahir batin
f. Memadukan kebenaran dan keadilan
g. Menekankan peranan ilmu dan teknologi
h. Wawasan Al-Quran
B. Hikmah Di Wahyukan Al-Quran Seacara Berangsur- Angsur
Al-Quran turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, dari 17 Ramazan tahun 41 dari kelahiran
Nabi sampai 9 Zulhijjah Haji wada`tahun 63 dari kelahiran Nabi atau 10 H
Al-Quran turun melalui tiga tahap Yaitu:
Al- Quran turun sekaligus dari Allah ke Lukh mahfudh
Al- Quran turun dari laukh mahfudh ke bait Al- izzah (tempat yang berada dilangit dunia )
Al-Quran turun dari bait Al- izzah ke hati Nabi melalui perantara Jibril dengan berangsur-
angsur, kadang satu ayat, dua ayat, bahkaan satu surat
Hikmah Diturunkan Al-Quran Secara Berangsur-Angsur Yaitu :
a. Memantapkan Hati Nabi
b. Menentang dan melemahkan para penantang Al-Quran
c. Memudahkan untuk di hafal dan di pahami
d. Mengikuti setiap kejadian ( yang menyebabkan turunnya Al-Quran )
e. Membuktikan dengan pasti bahwa AL-Quran turun dari Allah yang Maha Bijaksana


C. PENULISAN AL-QURAN PADA MASA NABI
Pada masa Nabi wahyu yang diturnakan oleh Allah kepadanya tidak hanya di eksprersikan
dalam betuk hafalan tapi juga dalam bentuk tulisan .
Sekretaris Pribadi Nabi yang bertugas mencatat wahyu yaitu Abu Bakar, Umar bin Kahtab,
Khalid Bin Walid dan Mua`wiyah Bin Abi Sofyan. Mereka menggunakan alat tulis sederhana
yaitu lontaran kayu, pelepah kurma., tulang-belulang, dan batu.
Factor yang mendorong penulisan Al-Quran pada masa Nabi yaitu :
1. Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para Sahabat
2. Mempersentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna

D. PENULISAN AL-QURAN PADA MASA KHULAURRASYIDIN
Pada masa Khalifah Abu Bakar beliau memerintahkan untuk mengumpulkan wahyu-wahyu
yang tersebar, kedalam satu mushaf, Usaha pengumpulan ini dilakukan setelah terjadi perang
Yamamah pada 12 H yang telah menggugurkan nyawa70 orang penghafal Al-Quran .

Akibat dari kekhawatiran atas kelestarian Al-Quran , maka dipercayakan Zaid bin tsabit
untuk mengumpulkan wahyu tersebut. Usaha pengumpulan tersebut selesai dalam waktu 1
tahun yaitu pada 13 H.

Kemudian pada masa khalifah Usman bin Affan terjadi perselisihan paham tentang
perbedaan cara baca Al-Quran yang sudah berada pada titik yang menyebabkab umat islam
saling menyalahkan yang pada akhirnya menyebabkan perselisihan . Akibat peristiwa
tersebut , timbul lah inisiatif khaalifah Usman untuk mengumpulkan Al-Quran. Orang yang
melakukan resensi Al-Quran adalah ; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Alsh dan
Abdurrahman bin Al- Harish .
Dengan demikian suatu naskah absah Al-Quran yang disebut Mushaf Usmani telah
diterapakan dan salinan nya di bagi beberapa wilayah utama daerah islam


E. PENYEMPURNAAN PENULISAN AL-QURAN SETELAH MASA KHALIFAH
Mushaf yang ditulis pada masa khalifah Usman tidak memiliki harakat dan tanda titik,
sehingga orang non arab yang memeluk islam merasa kesulitan membaca mushaf tersebut
Oleh karena itu pada masa khalifah Abd Al-Malik ( 685-705 ) dilakukan penyempurnaan
oleh dua tokoh berikut :
1. Ubaidilllah bin ziyad
Melebih kan Alif sebagai pengganti dari huruf yang di nuang
2. Al-Hajjad bin yusuf Ats- Tsaqafi
Penyempurnaan mushaf Usmani pada sebelas tempat yang memudahkan pembaca mushaf
Orang yang pertama kali meletakkan tanda titik pada mushaf Usmani ; Abu Al-Aswad Ad-
Du`Ali , Yahya Bin Ya`Mar, Nashr Bin Asyim Al-Laits
Orang yang pertama kali meletakkan hamzah , tasdid, arrum dan Al-Isyamah adalah ; al-
Khalid bin Ahmad Al- Farahidi Al-Azdi

Proses pencetakan Al-Quran
1. Pertama kali di cetak di Bundukiyyah pada 1530 M
2. Hinkalman pada masa 1694 M di Hamburg ( jerman )
3. Meracci pada 1698 M di paduoe
4. Maulaya Usman di sain Peter buorgh, Uni Sovyet ( Label Islami )
5. Terbit cetakan di Kazan
6. Iran pada 1248 H / 1828 kota Taheran
7. Ta`di Tabriz pada 1833
8. Ta`di leipez, Jerman pada 1834

F. RASM AL-QURAN , PENGERTIAN , PENDAPAT TENTANG RASM AL-QURAN
DAN KAITAN RASM AL-QURAN DAN QIRAAT
1. Pengertian Rasm Al-Quran
Rasm Al-Quran adalah tata cara menuliskan Al-Quran yang di tetapkan pada masa khalifah
Usman bin Affan . Istilah ini lahir bersamaan dengan mushaf
Usman para ulama menetapkan Rasm Al-Quran terbagi atas enam yaitu :
a. Al-Hadzf
Membuang atau menghilangkan atau menjadikan huruf
b. Al-Jiyadah
Penambahan
c. Al-Hamzah
d. Badal
Pergantian
e. Washal dan fashl ( Penyambungan dan pemisahan )
f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi, penulisan kata tersebut disunatkan dengan salah satu
bunyinya
2. Pendapat Para Ulama
a. Rasm Usmani bersifat tauqifi atau bukan merupakan Produk budaya manusia yang wajib di
ikuti siapa saja ketika menulis Al-Quran
b. Menurut Al-Quran
Tidak ada satu riwayat pun dari Nabi yang dapat di jadikan alasan untuk menjadikan Rasm
Usmani sebagai Tauqifi
c. Subhi shalih
Ia mengatakan ketika logisan Rasm Usmani apabila disebut tauqifi karena rasm Usmani baru
lahir pada masa Usman
d. Rasm Usmani adalah kesepakatan cara baca penulisab yang disetujui Usman dan diterima
umat, sehinmgga wajib di ikuti dan di taati siapa pun ketika menulis Al-Quran
e. Tidak ada halangan untuk menyalahkan nya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan
cara tertentu untuk menulis Al-Quran

A. KAITAN RASM AL-QURAN DENGAN QIRAAT
Keberadaan rasm Usmani yang telah ber harakat dan bentuk itu ternyata masih membuka
peluang untuk membaca nya dengan berbagai Qiraat terbukti dengan keragaman cara
membacan Al-Quran seperti qiraat tujuh sepuluh dan qiraat empat belas.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Al-Quran adalah kalam Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
menghimpun surat-surat, kisah-kisah, Perintah serta larangan , atau menghimpun intisari
kitab-kitab sebelumnya yang merupakan pedoman dan penerang bagi umat sedunia
Al-Quran di turunkan secara berangsur- angsur mempunyai hikmah tersendiri yang antara
lain adalah memantapkan hati Nabi dan menentang serta melemahkan para penantang Al-
Quran . Orang yang menulis Al-Quran pada masa Nabi adalah Abu Bakar, Usman , Umar,
Ali, Abban bin Said , Khalid bin Al-Walid Mu`awiyah bin Abi Sofyan
Orang menulis al-Quran pada masa Khulafaurrasyidin adalah Zaid bin stabit, Abdullah bin
Zuabir, Sa`id bin Ash, dan Abdurrahman bin al-Harist.

Rasm al-quran adalah tata cara penulisan Al-Quran yang ditetapkan pada masa khalifah
Usman bin Affan



DAFTAR PUSTAKA

Rosihon Anwar. 2004. ulumul Quran . Bandung : pustaka setia Al- Shalih Subhi.1990.
mabahis fi uluimil quran . jakarta: Tim Pustaka

SEJARAH TURUN DAN PENULISAN AL-QURAN


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nuzulul Quran (Turunnya Al-Quran )
Menurut Jumhurul Ulama arti Nuzulul Quran itu secara hakiki tidak cocok untuk
Al-Quran sebagai kalam Allah yang berada pada dzat-Nya. Sebab , dengan memakai
ungkapan diturunkan menghendaki adanya materi kalimat atau lafal atau tulisan huruf yang
riel yang harus diturunkan. Karena itu harus menggunakan arti majazi, yaitu menetapkan /
memantapkan / memberitahukan /menyampaikan Al-Quran, baik di sampaikan Al-Quran
itu ke Lauhil Mahfudz atau ke Baitul Izzah di langit dunia, maupun kepada Nabi Muhammad
SAW.

B. Tahap-tahap Al-Quran di turunakan
Yang dimaksud dengan tahap-tahap turunnya Al-Quran ialah tertib dari fase-fase
disampaikan kitab suci Al-Quran, mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada Nabi
Muhammad SAW, kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab kitab suci
ini diturunkan secara bertahap, sehingga betul-betul menunjukkan kemukjizatannya.
Allah SWT telah memberikan penghormatan kepada Al-Quran dengan membuat
turnnya tiga tahap;
1. Tahap Pertama Turun Di Lauh Mahfudz ( )
sebagaimana dalm firman allah:
. .
Artinya: bahkan yang di dustakan itu ialah Al-Quran yang mulia, yang tersimpan di Lauhul
Mahfudz ( QS. Al-Buruj 21).
Wujudnya Al-Quran di Lauhu Mahfudz adalah dalam suatu cara dan tempat yang tidak
bisa diketahui kecuali oleh Allah sendiri. dalam Lauhul Mahfudz Al-Quran berupa
kumpualn lengkap tidak terpisah-pisah.
Hikmah dari Tanazul tahap pertama ini adalah seperti hikmah dari eksistensi Lauhul
Mahfudz itu sendiridan fungsinya sebagai tempat catatan umum dari segala hal yang
ditentukan dan diputuskan Allah dari segala makhluq alam dan semua kejadian. Dan
membuktikan kebesaran kekuasaan Allah SWT dan keluasaan ilmunya serta kekuatan
kehendak dan kebijaksanaa-Nya
2. Tahap Kedua Di Baitul Izzah ( )
yaitu tempat mulia di langit yaitu langit pertama, atau langit yang terdekat dengan bumi.
Berdasarkan firman allah:


Artinya: sesungguhanya kami menurunkannya (al-quran )pada suatu malam yang
diberkahi. (QS. Ad-dukhan: 3)
Ayat tersebut menunjukkan turunnya Al-Quran tahap kedua ini dan cara turunnya, yaitu
secara sekaligus turun seluruh isi al-quran dari lauhul mahfudz ke baitul izzah, sebelum di
sampaikan ke nabi Muhammad SAW
3. tahap ketiga.
Al-Quran turun dari dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada nabi Muhammad.
Artinya, Al-Quran disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad, baik melalui perantara
Malaikat Jibril ataupun secara langsung ke dalam hati sanubari nabi Muhammad SAW,
maupun dari balik tabir.
Dalilnya ayat Al-Quran antara lain:

Artinya: dan sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas. (Q.S.
al-baqoroh:99)
.
Artinya: ia (al-quran ) dibawa turun oleh Ar-Ruhul Al-Amin (Jibril) kedalam hatimu
(Muhammad)agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi
peringatan. (Q.S. asy-syuara: 193-194)

C. Sejarah turunnya al-quran kepada nabi Muhammad SAW.
1. Waktu turunya alquran
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat
atau sebuah surat ynag pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Quran secara
keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih
tingggal di makkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah.
Sedangka permulaan turunya Al-Quran adalah pada malam lailatul qadar, tanggal 17
Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan tanggal 6 Agustus 610 M,
sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira di atas Jabal Nur. Ayat yang
pertama kali turun adalah 1-5 surah al-alaq:
. . . .
Sedangkan wahyu yang terakhir yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah surat
Al-Maidah:3, pada waktu nabi sedang berwukuf di Arafah melaukan Haji Wadapada tanggal
9 Dzul hijjah 10 H, yaitu ayat:
.
Artinya:
pada hari ini telah ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah ku-cukupkan nikmat-ku
kepadamu, serta ku-ridhai bagimu Islam sebagai agamamu

2. periodesasi turunya alquran
Masa turunnya Al-Quran sealam 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode,
sebagai berikut:
a. Periode pertama adalah Makkah. Yaitu, Wahyu Ilahi yang diturunkan sebelum hijrah
tersebut di sebut surat/ ayat makkiyah merupakan 19/30 dari Al-Quran, yang menurut
Ahli Tahkiq selama 12 tahun 5 bulan dan lebih 13 hari. Dan terdiri dari 90 surah yang
mencakup 4.773 ayat. surat dan ayatnya pendek-pendek dan gaya bahasanya singkat-
padat ( Ijaz ), karena sasaran pertama dan utama pada periode ini adalah orang-orang
arab asli ( Suku Quraisy )yang sudah tentu paham benar akan bahasa Arab. Mengenai
isi surat/ayat Makkiyah pada umumnya berupa ajakan untuk bertauhid yang murni
atau ketuhanan yang Maha Esa secara murni dan juga tentang pembinaan mental dan
akhlaq.
b. Periode kedua adalah periode Madinah. Yaitu, wahyu Ilahi yang turun sesudah hijrah
disebut surat/ayat Madaniyyah dan merupakan 11/30 dari Al-Quran. Selam 9 tahun 9
bulan lebih 9 hari, yang terdiri dari 24 surah yang meliputi 1463 ayat. surat dan
ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya panjang lebar dan lebih jelas ( Ithnab ),
karena sasarannya bukan hanya orang-orang arab asli, melainkanjuga non arab dari
berbagai bangsa yang telah mulai masuk islam dan sudah tentu mereka belum
menguasai bahasa arab. Mengenai isi surat/ayat Madaniyyah pada umumnya berupa
norma-norma hukum untuk pembentukan dan pembinaan suatu masyarakat / umat
islam dan Negara yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

D. Hikmah dan rahasia al-quran diturunkan berangsur-angsur
1) Memperkuat dan memperkokoh hati Nabi Muhammad SAW karena turunnya wahyu baru,
membuat kegembiraan yang memenuhi hati nabi, mempermudah dalam menghafal,
memahami dan hikmahnya yang di dalamnya memperkuat perkara yang haq dan
membatalkan perkara yang batal.
2) Bertahap dalam mendidik umat yang sedang tumbuh baik dengan Ilmy maupun dengan
Amaly, disamping mempermudah hafalan dan pemahaman Al-Quran bagi orang arab agar
kaum Muslimin menengok kepada kesalahan mereka yang perlu diperbaiki serta
menunjukkan kebenaran kepada mereka.
3) Bertahap dalam menanamkan keyakinan dan ibadah yang benar serta budi pekerti yang
luhur.
4) Menunjukkan bahwa sumber Al-Quran adalah Kalam Allah SWT sendiri.
5) Turun berangsur-angsur dalam beberapa masa, sejalan dengan situasi, peristiwa dan kejadian
kejadian.

E. Sejarah penulisan Al-Quran
Penulisan/penghimpunan Al-Quran mengalami 3 ( tiga ) periode yaitu:
1. penulisan Al-Quran pada periode Nabi Muhammad SAW
Nabi menunjuk beberapa sahabat yang pandai tulis baca sebagai penulis Wahyu, antara
lain empat sahabat nabi yang terkemuka, Muawiyah, Zaid Bin Tsabit, Ubay Bin Kaab Dan
Khalid Bin Walid.
Para penulis wahyu itu diperinatah Nabi untuk menuliskan setiap wahyu yang
diterimanya dan meletakkan urut-urutanya sesuai dengan petunjuk nabi berdasarkan petunjuk
tuhan lewat Jibril. Dan kemudian Nabi bersabda:


Artinya: letakkan surat ini pada tempat yang disebutkan didalamnya ungkapan ini dan itu
Kemudian ayat-ayat Al-Quran yang telah ditulis dihadapan Nabi di atas benda-benda
yang bermacam-macam antara lain batu, tulang, kulit binatang, pelepah kurma dan
sebagainya. Semuanya itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan terpencar-pencar ayatnya
belum dihimpun dalam suatu Mushaf Al-Quran, dan diperkuat dengan naskah-naskah Al-
Quran yang dibuat oleh para penulis untuk pribadi masing-masing serta ditunjang oleh
hafalan para sahabat yang Hafidz Al-Quran yang tidak sedikit jumlahnya, maka semuanya
itu menjamin Al-Quran tetap terpelihara secara lengkap dan murni.

2. Penulisan Al-Quran pada periode Khalifah Abu Bakar
Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat sebagai Khalifah, terjadilah gerakan
pembangkangan membayar zakat dan gerakan keluar dari agama islam (Murtad) dibawah
pimpinan Musailamah. Gerakan ini segera di tindak Oleh Abu Bakar dengan mengirimkan
pasukan di bawah Khalid Bin Walid. Terjadilah clash fisik di Yamamah yang menimbulkan
banyak korban di kalangan Islam termasuk 70 sahabat yang Hafidz Al-Quran terbunuh
sebagai Syuhada
Peristiwa itu mendorong umar untuk menyarankan kepada Khalifah segera menghimpun
ayat-ayat Al-Quran dalam satu mushaf, karena kawatir kehilangan sebagian Al-Quran
dengan wafatnya sebagian para penghafalnya. Ide sahabat Umar di terima oleh Abu Bakar,
kemudian ia memerintahkan Kepada Zaid Bin Tsabit agar segera menghimpun ayat-ayat Al-
Quran dalam satu mushaf/suhuf
Zaid sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas ini, ia berpegangan pada dua hal, ialah:
1. Ayat-ayat Al-Quran yang ditulis di hadapan nabi dan di simapn di rumah Nabi Muhammad
SAW.
2. Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang Hafidz Al-Quran.
Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Quran kecuali kalau disaksikan dengan
dua orang saksi yang adil bahwa ayat itu benar-benar ditulis dihadapan Nabi atas perintah/
petunjuknya. Tugas penulisan ini oleh zaid dapat di laksanakan dalam waktu kurang lebih 1
(satu) tahun, yakni antara sesudah terjadi perang Yamamah dan sebelum Abu Bakar wafat.
Mushaf karya Zaid Bin Tsabit ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar dan kemudian
Umar setelah Abu Bakar wafat,. Kemudian disimpan hafsah setelah Umar mangkat atas
pesan Umar, dengan pertimbangan bahwa Hafsah adalah istri nabi yang hafidz Al-Quran dan
pandai baca tulis.

3. Penulisan/ penghimpunan Al-Quran periode Khalifah Utsman Bin Affan
Pada masa pemerintahan Utsman, terjadilah perbedaan bacaan Al-Quran di kalangan
umat islam dan kalau dibiarkan, bisa menggganggu persatuan dan kesatuan umat Islam.
Karena itu sahabat Hudzaifah menyarankan kepada khalifah agar berusaha mengusahakan
keseragaman bacaaan Al-Quran.
Khalifah Utsman dapat menerima ide Hudzaifah, kemudian membentuk panitia terdiri
dari empat orang, yakni: Zaid Bin Tsabit, Saiid Bin Al-Ash, Abdullah Bin Al-Zubair Dan
Abdurrahman Bin Harits Bin Hisyam. Panitia ini diketuai oleh Zaid dan bertugas menyalin
Al-Quran yang disimapn oleh Hafsah, sebab suhuf Hafsah ini di pandang sebagai naskah Al-
Quran standart.
Panitia Zaid diperintah menyalin suhuf Hafsah dalam jumlah beberapa buah untuk
dikirimkan ke beberapa daerah Islam disertai intruksi bahwa semua suhuf yang berbeda
dengan Mushaf Utsman yang terkirim itu harus di musnahkan / dibakar.
Setelah panitia Zaid berhasil melaksanakan tugasnya, mushaf Hafsah yang dipinjamnya
dikembalikan ke Hafsah. Marwan Bin Al-Hakam seoarang Khalifah Bani Umayyah, pernah
meminta Hafsah agar suhufnya dibakar, tetappi ditolak oleh Hafsah. Baru setelah hafsah
wafat, suhufnya di ambil oleh Marwan dan kemudian dibakarnya. Tindakannya terpaksa
dilakukan, demi untuk menagamankan keseragaman mushaf Al-Quran yang telah
diusahakan oleh Khlaifah Utsman, dan lagi untuk menghindari keragu-raguan umat Islam di
masa yang akan dating terhadap mushaf Al-Quran, jika masih terdapat dua macam naskah
(Suhuf Hafsah dan Mushaf Utsman).



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Pengertian turunnya alquran ialah menetapkan / memantapkan / memberitahukan
/menyampaikan Al-Quran, baik di sampaikan Al-Quran itu ke Lauhil Mahfudz atau ke
Baitul Izzah di langit dunia, maupun kepada Nabi Muhammad.
tahap-tahap turunnya Al-Quran ialah tertib dari fase-fase disampaikan kitab suci Al-
Quran, mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada Nabi Muhammad SAW, kitab suci ini
tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab kitab suci ini diturunkan secara bertahap,
sehingga betul-betul menunjukkan kemukjizatannya.
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat
atau sebuah surat ynag pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Quran secara
keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih
tingggal di makkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah.
Sedangka permulaan turunya Al-Quran adalah pada malam Lailatul Qadar, tanggal
17 Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan tanggal 6 Agustus 610 M,
sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira di atas Jabal Nur. Ayat yang
pertama kali turun adalah 1-5 surah Al-Alaq:
Sedangkan Penulisan/penghimpunan Al-Quran mengalami 3 ( tiga ) periode yaitu:
1) penulisan Al-Quran pada periode Nabi Muhammad SAW
2) Penulisan Al-Quran pada periode Khalifah Abu Bakar
3) Penulisan/ penghimpunan Al-Quran periode Khalifah Utsman Bin Affan
Setelah kita mengetahui dari sejarah turunnya al-quran al-karim, dan sejarah
penulisan Al-Quran yang begitu panjang prosesnya, semoga menimbulkan ketebalan iman
kita terhadap Al-Quran. Dan kita mau mengamalkan apa yang di perintahkan dalam Al-
Quran dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Al-Quran, sehingga kita akan selamat di
Dunia maupun di Akherat kelak, Amin


DAFTAR PUSTAKA

- Masjfuk Zuhdi,Drs. Pengantar Ulumul Quran, PT. Bina Ilmu, Surabaya. 1980
- Taufiqurrohman, Drs. M. Ag. Studi Ulumul Quran Telaah Atas Mushaf Utsmani, Pustaka
Setia. Bandung, 2003
- Rosihan Anwar, M. Ag. Ulumul Quran, Pustaka Setia. Bandung, 2001
- Djalal, Prof. Dr. H. Abdul. H. A, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya. 2000

Sejarah turun dan penulisan Al-quran

Banyak sekali berbagai pendapat mengenai Alquran baik dari pengertian, perkembangan serta
penulisan Al-Quran. Selain itu juga, masih banyak dari kalangan orang muslim yang belum mengerti
dan paham mengenai Alquran. Maka dari itu beberapa ahli membuat suatu kesepakatan mengenai
ilmu (pembahasan) yang berkaitan dengan Alquran yang dinamakan dengan Ulumul Quran.

Dari segi turunnya Alquran dan penulisan Alquran terdapat pula beberapa perbedaan pendapat para
ahli.Adapun perbedaan itu dari segi pengertian Alquran, sejarah turunnya Alquran, penulisan serta
rasm Alquran dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan pada bab berikutnya.





A. Pembatasam Masalah

Dalam pembuatan makalah tentang Ulumul Quran ini, penulis membatasi masalah yang akan
dibahas yaitu mengenai Sejarah Turunnya Alquran dan Penulisan Alquran.


B. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Alquran?
2. Apa hikmah dari diwahyukannya Alquran?
3. Bagaimanakah proses penulisan Alquran pada masa Nabi?
4. Bagaimanakah proses penulisan Alquran pada masa Khulafaurasyidin?
5. Bagaimanakah proses penyempurnaan Alquran setelahnmasa khalifah?
6. Apa yang dimaksud dengan rasm Alquran?


7. Bagaimanakah pendapat beberapa ahli mengenai rasm Alquran?



C. Tujuan


Makalah Sejarah Turunnya Alquran dan Penulisan Alquran ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah Alquran/ Ilmu Tafsir, serta sebagai bahan untuk mengetahui:

1. Apa yang dimaksud dengan Alquran
2. Hikmah dari diwahyukannya Alquran
3. Bagaimana proses penulisan Alquran pada masa Nabi

4. Bagaimana proses penulisan Alquran pada masa Khulafaurasyidin
5. Bagaimana proses penyempurnaan Alquran setelahnmasa khalifah
6. Apa yang dimaksud dengan rasm Alquran
7. Bagaimana pendapat beberapa ahli mengenai rasm Alquran
Bab II




Pembahasan











A. Pengertian Al-Quran




Al-Quran secra etimologi merupakan bentuk mashdar (Verbal noun) yang diartikan sebagai isim
maful yaitu Maqru berarti yang dibaca. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kata Quran
adalah kata sifat dari Alqur berarti mengumpulkan (Al-jam), atau Musytaq dari Alqarain atau
qarana. Sedangkan menurut terminologi Al-Quran adalah:





.




Artinya:




Kalam Alloh yang diturunkan kepada nabi-Nya, Muhammad, yang lafadz-lafadznya mengandung
mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis
pada mushaf, mulai dari awal surat alfatihah dan diakhiri surat an-nas.


B. Hikmah Diwahyukannya Al-Quran Secara Berangsur-angsur

Quran diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam 17 Ramadhan tahun 41
dari kelahiran Nabi, sampai 9 Djulhijjah haji Wada tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.


Menurut Al-Zarqani dalam manahil Al-irfan berpendapat bahwa proses turunnya Al-Quran terdiri
atas tiga tahapan:

1. Al-Quran turun secara sekaligus dari Alloh Ke Lauh Al-Mahfuzh, yaitu suatu tempatb yang
merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Alloh, Q.S. Al-buruj ayat 21-22:


: ( . 94 - 99 )


Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam lauh al-
mahfuzh (QS.Al-Buruj : 21-22).


2. Al-Quran diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-izzah( tampat yang berada di langit dunia),
sebagaimana firman Alloh dalam surat Al-Qadar ayat 1:


: ( 4 )



Sesungguhnya Kami telah menurunkan-nya (Al-Quran) pada malam kemuliaan


3. Al-Quran diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai
dengan kebutuhan. Hal ini diisyaratjkan dalam Q.S. Asy-Syuaro ayat 193-195:


: ( . 429 427 )



Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang diantara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.




Masa turunnya Al-Quran dapat dibagi ke dalam dua periode. Perode pertama disebut periode
makiyah, yaitu ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih bermukim di Mekah, yaitu
12 tahun 5 bulan 13 hari yaitu dari 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi. Perode kedua disebut
periode Madaniyah, yaitu ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah
yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, yakni dari permulaan Rabiul awal tahun 54 dari kelahiran Nabi
sampai 9 Djulhijjah tahun 63 dari ke;ahiran Nabi. Hal ini menanadakan bahwa Al-Quran mempunyai
hubungan dialektis dengan situasi dan tempat dimana ia diturunkan.

Turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur mempunyai hikmah dan faedah yang besar
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Furqon ayat 32.


Di samping itu masih banyak pula hikmah yang terkandung dalam hal diturunkannya Al-Quran secara
berangsur-angsur sebagai berikut:


1. Untuk meneguhakan hati Nabi Muhammad SAW




Mengingat watak keras masyarakat yamg dihadapi Nabi, maka dengan turunnya Al-Quran secara
berangsur-angsur maka akan memperkuat hati Nabi.

2. Sebagai Mukjizat



Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi Nabi dari kaum Al-Quran baik dari pertanyaan yang
memojokkan turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu bahkan
menantang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al-Quran


3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman Al-Quran.

Sekiranya Al-Quran turun sekaligus tentu sulit untuk memahami dan menghafal isinya.

4. Untuk menerapkan hukum secara bertahap.



5. Sebagai bukti bahwa Al-Quaran adalah bukan rekayasa Nabi Muhammad atau manusia biasa
meskipun rangkaian ayatnya turun selama 23 tahun tetapi sistematika dan kandungannya tetap
konsisten.


C. Penulisan Al-Quran pada Masa Nabi

Pada masa nabi, keadatangan wahyu tidak saja di ekspresikan dalam bentuk hafalan tetapi juga
dalam bentuk tulisan, nabi memiliki sekretaris pribadi yang khusus bertugas mencatat wahyu.
Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Afan, Ali bin Abi tholib, Abban bin said,
Khalid bin Al-walid, dan Muawiyyah bin Abi Sufyan. Mereka menggunakan alat tulis sederhana dan
berupa lontaran kayu, pelepah kurma, tulang belulang, dan batu.

Kegiatan tulis menulis Al-Quran tadi didasarkan pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim:


.


Janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal dariku, kecuali Al-Quran. Barangsiapa telah menulis
dariku selain al-Quran, hendaklah ia menghapusnya (HR. Muslim).


Diantara dfaktor yang mendorong penulisan Al-Quran pada masa nabi adalah:



1. Mem-back up hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya.

2. Mempresentasikan wahyu dengan cara paling sempurna.


D. Penulisan Al-Quran pada Masa Khulafa Al-Rasyidin

Pada masa Abu Bakar As-siddiq

Pada dasarnya, seluruh Al-Quran sudah ditulis pada wqktu Nabi masih ada. Hanya saja, pada saat itu
surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan terpencar-pencar. Dan orang yang pertama kali
menyusunnya dalam suatu mushaf adalah Abu Bakar As-Siddiq.Usaha pengumpulan Al-Quran yang
dilakukan Abu Bakar terjadi setelah perang yamamah pada tahun 12 H.




Karena khawatir kelestarian Al-Quran hilang, Zaid bin Tsabit salah seorang sekretaris Nabi yang
muda dan pintar ditugaskan untuk melacak kembali al-Quran. Dalam melaksanakan tugasnya Zaid
menetapkan kriteria yang ketat untuk setiap ayat yang dikumpulkannya. Ia tidak menerima ayat
yang hanya berdasarkan hafalan, tanpa didukungt tulisan.




Sikap kehati-hatian Zaid dalam mengumpulkan Al-Quran atas dasar pesan Abu Bakar:




.




Dudulah kalian di pintu masjid. Siapa yang datang kepada kalian membawa catatan al-Quran
degnan dua saksi, maka catatlah.




Riwayat yang berkaitan juga dikeluarkan Ibn Abi Dawud26melalui jalan Yahya bin Abdirrahman bin
Hatib yang menceritakan bahwa Umar berkata:




. .
.










Artinya:




siapa saja pernah mendenganr beberapa saja ayat AL-Quran dari rasulullah, sampaikalah (kepada
zaid). Dan (pada waktu itu) para sahabat telah menulisnya pada subut, papan, dan pelepah kurma.
Zaid tidak menerima laporan ayat dari siapa pun sebelum diperkuat dua saksi.




Di dalam menerangkan pengertian dua saksi riwayat ini, perlu disimak pendapat Ibn Hajar.
Menurut tokoh hadis kenamaan ini, syahidain (dua saksi) di sini tidak harus keduanya dalam bentuk
hapalan, atau keduanya daam bentuk tutisan. Sahabat tertentu yang membawa ayat tertentu dapat
diterima bila ayat yang disodorkan didukung dua hapalan dan atau tulisan sahabat Iainnya. Demikian
juga, suatu hapalan ayat tertentu yang dibawa oleh sahabat tertentu baru bisa diterima bila
dikuatkan oleh dua catatan dan atau hapalan sahabat Iainnya.




Pemahaman Ibn Hajar tentang syahidain sedikit berbeda dengan apa yang ditangkap As-Sakhawi (w.
643 H.). Asy-Syakhawi memandang bahwa syahidain artinya catatan sahabat tertentu mengenai ayat
tertentu. Ayat tertentu yang disodorkan sahabat dapat diterima jika memiliki dua saksi yang
memberikan kesaksman bahwa catatan itu memang ditulis di hadapan Nabi.




Pekerjaan yang dibebankan pada pundak Zaid dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih satu
tahun, yaitu pada tahun 13 H.




Setelah Abu Bakar wafat, suhuf-suhuf Al-Quran itu disimpan Khalifah Umar dan ketika Umar wafat,
mushaf itu disimpan Hafsa, bukan oleh Utsman bin Afan.

Pada masa Utsman bin Afan




Selama pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, perselisihan tentang bacaan Al-
Quran muncul di kalangan tentara-tentara muslim, yang sebagian direktut dari siria dan sebagian
lain dari Irak. Perselisihan ini cukup serius sehingga Khudzaifah melaporkannya kepada khalifah
Utsman (644-656) dan mendesaknya agar mengambil langkah guna mengakhiri perbedaan tersebut.
Khalifah berembuk dengan para sahabat senior Nabi, dan akhirnya menugaskan Zaid bin Tsabit
mengumpulkan Al-Quran.Bersama Zaid, ikut bergabung tiga anggota yaitu: Abdullah bin Zubair,
Said bin Al-Ash, dan Abd Ar-Rahman bin Al-Harits.




Satu prinsip yang mereka ikuti dalam menjalankan tugas ini adalah bahwa dalam kasus kesulitan
bacaan, dialek Quraisy-suku dari mana Nabi berasal- harus dijadikan pilihan. Dengan demikian, suatu
naskah otoritatif (absah) Al-Quran, yang sering juga disebut mushaf Utsmani, telah ditetapkan.
Sejumlah salinannya dibuat dan dibagikan ke pusat- pusat utama daerah Islam.




Utsman memutuskan agar mushaf-mushaf yang beredar adalah mushaf yang memenuhi
persyaratan berikut:




a) Harus terbukti mutawatir, tidak ditulis berdasarkan riwayat ahad,




b) Mengabaikan ayat yang bacaannya dinasakh dan ayat tersebut tidak diyakini dibaca kembali
dihadapan Nabi pada saat-saat terakhir,




c) Kronologi surat dan ayat seperti yang dikenal sekarang ini, berbeda dengan mushaf Abu Bakar
yang susunan suratnya berbeda dengan mushaf Utsmani,




d) Sistem penulisa yang digunakan mushaf mampu mencakupi qiraat yang berbeda sesuai dengan
lafadz-lafadz Al-Quran ketika turun,




e) Semua yang bukan termasuk Al-Quran dihilangkan.




Perbedaan penulisan Al-Quran pada masa Abu Bakar dan pada masa Uesman dapat dilihat dari
bagan berikut ini:




Pada Masa Abu Bakar


Pada Masa Utsman bin Affan



1. Motivasi penulisannya adalah khawatir sirnanya Al-Quran dengan syahidnya beberapa Al-Quran
pada Perang Yamamah.


2. Abu Bakar melakukannya dengan mengumpulkan tulisan- tulisanAl-Quran yang terpencar- pencar
pada pelepah kurma, tulang, dan sebagainya.


1. Motivasi penulisannya karena terjadinya banyak perselisihan di dalam cara membaca Al-Quran
(qiraat).


2. Utsman melakukannya dengan enyederhanakan tulisan mushaf pada satu huruf dan tujuh huruf
yang dengannya Al- Quran turun

Pengertian, ruang lingkup, sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Quran

ULUMUL QURAN
Pengertian Ulumul Quran
Kalimat Ulumul Quran terdiri dari dua kata, ulum (bentuk jamak dari kata ilmun) dan
Al-Quran, merupakan Kitab Suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
untuk menjadi pedoman hidup manusia.
secara bahasa, ulumul Quran berarti ilmu-ilmu al-Quran.
Secara istilah adalah sekumpulan ilmu yang berhubungan dengan Al-Quran, baik
dari segi keberadaannya maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung
di dalamnya.

Menurut M. Abd. Azim al-Zarqani, Ulumul Quran adalah beberapa pembahasan
yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi turunnya, urut-urutannya, pengumpulannya,
penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh dan mansukh,
penolakan terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya, dan
sebagainya.

Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Quran
Adapun pembahasan Al-Quran mencakup segala macam ilmu yang berhubungan
dengan Al-Quran. Bahkan Al-Suyuthi memperluasnya dengan memasukkan astronomi, ilmu
ukur, kedokteran, dan sebagainya dalam pembahasan ulumul quran.
Namun demikian menurut Hasbi ash-Shiddiqiey pokok pembahasan ulumul quran
mencakup beberapa persoalan saja; di antaranya: pertama, persoalan nuzul. Kedua,
persoalan sanad. Ketiga, adaul qiraah (cara membaca Al-Quran). Keempat, lafal Al-
Quran. Kelima, makna Al-Quran yang berhubungan dengan hukum. Keenam, makna Al-
Quran yang berhubungan dengan lafal.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya
Pada masa Nabi dan Sahabat, ulumul quran belum dikenal sebagai ilmu yang berdiri
sendiri dan dibukukan, sebab:
1. Para sahabat adalah orang Arab asli yang tahu betul struktur bahasa Arab yang tinggi dan
apabila belum memahami Rasul akan menjelaskan maksudnya.
2. Para Sahabat sedikit sekali yang pandai menulis.
3. Adanya larangan menulis dari Rasul selain Al-Quran.
Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar, Al-Quran disampaikan melalui lesan.
Pada masa Khalifah Utsman, dilakukan kodifikasi dalam satu mushaf Imam.
Sehingga Utsman dianggap meletakkan dasar ilmu rasmul quran atau ilmu rasmil utsmani.
Pada masa Khalifah Ali, terjadi penyeragaman bacaan Al-Quran, sehingga Ali
dianggap perintis lahirnya ilmu nahwu dan Irabul Quran.
Pada abad ke-2 H, ulumul quran memasuki masa pembukuannya. Para ulama
menekankan perhatian kepada ilmu tafsir. Tokohnya, Syubah Ibn Al-Hajjaj (w.160 H),
Sofyan Ibn Uyainah (w. 198 H), Waki Ibn Jarrah (w. 197 H).
Pada Abad ke-3 H, Ali bin al-Madany menulis tentang kitab tentang Asbabun Nuzul.
Abu Ubaid al-Qasim bin Salam menulis tentang nasikh mansukh, qiraah, fadlailul quran.
Muhammad ibn Ayyub al-Dharis menulis tentang ilmu ma Nuzzila bi Makkata wa ma Nuzzila
bil Madinati. Muhammad ibn Khallaf ibn al-Mirzaban menulis kitab al-Hawi fi Ulumil Quran.
Pada abad ke-4 H, lahirlah ilmu gharibil quran dan beberapa kitab tentang ulumul
quran. Abu Bakar Muhammad ibn al-Qasim al-Anbari menulis kitab tentang Ajaibul Ulumil
Quran. Abu hasan al-Asyari menulis tentang al-Mukhtazan fi Ulumil Quran. Abu Bakar al-
Sijistani menulis Gharibul Quran. Abu Muhammad al-Qashab Muhammad ibn Ali al-Karkhi
menulis Nuqatul Quran ad-Dalalatu alal Bayani fi Anwai Ulumi wal Ahkamil Munbiati an
Ikhtilafil Anam. Muhammad ibn Ali al-Adfawi menulis tentang al-Istighna fi Ulumil Quran.
Pada abad ke-5 H,muncul beberapa tokoh yang ahli dalam ilmu qiraat. Ali ibn Ibrahim
ibn Said al-Hufi menulis kitab al-Burhan fi Ulumil Quran dan Irabul Quran. Abu Amr al-Dani
menulis kitab at-Taisir fil Qiraatis Sabi dan al-Muhkamu fin Nuqath. Di samping itu juga lahir
ilmu amtsalul quran antara lain yang dikarang al-Mawardi.
Pada abad ke-6 H, lahir ilmu mubhamatul quran yang dikarang oleh Abu al-Qasim Abd
Rahman al-Suhaili. Sedangkan Ibn al-jauzi menulis kitab Fununul Afnan fi Ajaibi Ulumil
Quran dan al-Mujtaba fi Ulumin Tataallaqu bil Quran.
Pada abad ke-7 H, Ibn Abd Salam yang dikenal dengan al-Izz mengarang kitab
Majazul Quran. Alamuddin al-Sakhawi menulis kitab Hidayatul Murtab fil Mutasyabihi, yang
dikenal dengan al-Sakhawiah. Abu Syamah Abd Rahman ibn Ismail al-Maqdisi menulis kitab
al-Mursyidul Wajiz fi ma Yataallaqu bil Quranil Aziz.
Pada abad ke-8 H, Ibn Abi al-Ishba menulis tentang Badail Quran. Ibn Qayyim menulis
tentang Aqsamul Quran. Najmuddin at-Tufi menulis Hujajul Quran. Badruddin Zarkasyi
menyusun kitab al-Burhan fi Ulumil Quran.
Pada abad ke-9 H, Jalaluddin al-Bulqini mengarang kitab Mawaqiul Ulumi min
Mawaqiin Nujumi. Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji menulis tentang At-Tafsir fi Qawaidit
Tafsir. Jalaluddin as-Suyuthi menulis kitab At-Tahbir fi Ulumit Tafsir dan al-Itqan fi Ululmil
Quran. Setelah lahirnya karya monumental as-Suyuthi perkembangan ulumul quran
mengalami kefakuman hingga abad 13.
Pada abad ke-13 H, perhatian ulama terhadap ulumul quran bangkit kembali seiring
dengan kebangkitan perkembangan ilmu-ilmu agama lainnya.


Lahirnya Istilah Ulumul Quran
Terdapat tiga pendapat tentang sejarah lahirnya istilah ulumul quran:
1. Istilah ulumul quran digunakan pertama kali pada abad ke-7 H.
2. Menurut al-Zarqani berpendapat lahirnya istilah ulumul quran seiring dengan dikarangnya
kitab al-Burhan fi Ulumil Quran karya Ali ibn Ibrahim ibn Said yang dikenal dengan sebutan
al-Hufi. Berdasarkan ini istilah ulumul quran lahir pada abad ke-5 H.
3. Menurut Subhi as-Salih, orang yang pertama kali menggunakan istilah ulumul quran adalah
Ibn al-Mirzaban. Pendapat ini berdasarkan kajiannya tentang kitab-kitab yang menggunakan
istilah ulumul quran. Menurutnya yang paling tua adalah kitab yang dikarang Ibn al-
Mirzaban pada abad ke-3 H.

Urgensi Mempelajari Ulumul Quran:
1. Untuk dapat memahami kalam Allah, sejalan dengan penjelasan Rasulullah saw, serta
pendapat yang dikutip sahabat, dan tabiin dari Nabi tentang kandungan al-Quran.
2. Untuk dapat mengetahui cara dan gaya yang digunakan para mufassir dalam menafsirkan al-
Quran disertai penjelasan dari ahli tafsir ternama serta kelebihan-kelebihannya.
3. Untuk mengetahui persyaratan dalam menafsirkan al-Quran.









Apabila anda membaca Al-Quran, maknanya akan jelas di hadapan anda. Tetapi bila anda
membacanya sekali lagi, akan anda temukan pula makna-makna lain yang berbeda dengan
makna-makna sebelumnya. Demikian seterusnya, sampai-sampai anda menemukan kalimat
atau kata yang mempunyai arti bermacam-macam, semuanya benar atau mungkin benar.
Ayat-ayat Al-Quran bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda
dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak mustahil, jika anda
mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak ketimbang
apa yang anda lihat. (Abdullah Darraz dalam al-Naba al-Azhim)




Al-Quran memberikan kemungkinan arti yang tidak terbatas kesan yang diberikannya
mengenai pemikiran dan penjelasan berada pada tingkat wujud mutlak dengan demikian,
ayat-ayatnya selalu terbuka (untuk interpretasi baru), tidak pernah pasti dan tertutup dalam
interpretasi tunggal, demikian kata Mohammed Arkoun.


Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an di Masa Rasulullah dan Para Khalifah
Posted by Phenefendi on 7:10 AM
Pada permulaan Islam bangsa Arab adalah satu bangsa yang buta huruf, amat sedikit di antara
mereka yang pandai menulis dan membaca. Bangsa Arab masih belum mengenal kertas
seperti yang sekarang ini, jadi bagi mereka yang dapat menulis dan membaca, biasanya
menuliskannya pada benda apa saja yang bisa di tulisi.


Masa Nabi Muhammad s.a.w
Walaupun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf, tapi mereka mempunyai ingatan yang
sangat kuat. Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari para pujangga,
peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lain sebagainya adalah dengan hafalan semata.

Karena hal inilah Nabi mengambil suatu cara praktis yang selaras dengan keadaan itu dalam
menyiarkan dan memelihara Al-Qur'anul Karim.

Setiap ayat yang diturunkan, Nabi menyuruh menghafalnya, dan menuliskannya di batu, kulit
binatang, pelapah kurma, dan apa saja yang bisa dituliskan. Nabi menerangkan tertib urut ayat-ayat
itu. Nabi mengadakan peraturan, yaitu Al-Qur'an saja yang boleh dituliskan, selain dari Al-Qur'an,
Hadits atau pelajaran-pelajaran yang mereka dengar dari mulut Nabi dilarang untuk dituliskan.
Larangan ini dengan maksud agar Al-Qur'an itu terpelihara, jangan dicampur aduk dengan yang lain-
lain yang juga didengar dari Nabi.

Nabi menganjurkan agar Al-Qur'an dihafal, selalu dibaca, dan diwajibkannya untuk dibaca ketika
sedang melakukan Shalat. Dengan cara demikian, banyaklah orang yang hafal Al-Qur'an. Surat yang
satu macam, dihafal oleh ribuan manusia, dan banyak yang hafal seluruh Al-Qur'an. Selain itu, tidak
ada satu ayatpun yang tidak dituliskan.

Kepandaian menulis dan membaca itu amat dihargai dan Nabi sangat gembira, beliau berkata:
"Di Akhirat nanti tinta ulama-ulama itu akan ditimbang dengan darah syuhada"

Pada perang Badar, orang-orang musyirin yang ditawan oleh Nabi dan tidak dapat menebus dirinya
dengan uang, tetapi pandai menulis dan membaca, masing-masing diharuskan mengajar sepuluh
orang muslim untuk menulis dan membaca sebagai ganti tebusan.

Karena itulah, bertambahlah keinginan untuk belajar menulis dan membaca, dan bertambah
banyaklah mereka yang pandai menulis dan membaca, dan mulai banyaklah yang menuliskan ayat-
ayat yang diturunkan. Nabi sendiri mempunyai beberapa juru tulis yang bertugas menuliskan Al-
Quran untuk beliau. Diantaranya Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit
dan Mu'awiyah.

Dengan demikian terdapat 3 unsur yang dapat memelihara Al-Qur'an yang telah diturunkan, yaitu:
Hafalan dari mereka yang hafal Al-Qur'an.
Naskah-naskah yang ditulis oleh Nabi
Naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-
masing.
Selain itu, sekali dalam setahun, Jibril mengadakan ulangan (repetisi). Pada waktu itu Nabi diperintah
untuk mengulang memperdengarkan Al-Qur'an yang telah diturunkan. Di tahun beliau wafat,
ulangan tersebut oleh Jibril sebanyak dua kali. Nabi sendiripun sering mengadakan ulangan terhadap
sahabat-sahabatnya di depan muka beliau untuk menetapkan atau membetulkan hafalan atau
bacaan mereka.

Ketika Nabi wafat, Al-Qur'an tersebut telah sempurna diturunkan dan telah dihafal oleh ribuan
manusia, dan telah dituliskan semua ayat-ayatnya. Semua ayatnya telah disusun dengan tertib
menurut urutan yang ditujikan sendiri oleh Nabi.

Mereka telah mendengan Al-Qur'an itu dari mulut Nabi sendiri berkali-kali dalam Shalat, khutbah,
dan pelajaran-pelajaran lainnya. Pendek kata Al-Qur'an tersebut telah terjaga dengan baik, dan Nabi
telah menjalani satu cara yang sangat praktis untuk memelihara dan menyiarkan Al-Quran itu sesuai
dengan keadaan bangsa Arab di waktu itu.

Suatu hal yang menarik perhatian, ialah Nabi baru wafat dikala Al-Qur'an itu telah cukup diturunkan,
dan Al-Qur'an itu sempurna diturunkan di waktu Nabi telah mendekati masanya untuk kembali ke
hadirat Allah S.W.T. Hal ini bukan suatu kebetulan saja, tapi telah diatur oleh yang maha esa.

Masa Abu Bakar r.a
Setelah Rasulullah wafat, sahabat baik Anshar maupun Muhajirin sepakat mengangkat Abu Bakar
menjadi Khalifah. Pada awal masa pemerintahannya banyak orang-orang Islam yang belum kuat
imannya. Terutama di Nejed dan Yaman, banyak yang menjadi murtad, menolak membayar zakat,
dan ada pula yang mengaku dirinya sebagai nabi. Hal ini dihadapi oleh Abu Bakar dengan tegas,
sehingga ia berkata pada orang-orang tersebut "Demi Allah! Kalau mereka menolak untuk
memnyerahkan seekor anak kambing sebagai zakat (seperti apa) yang pernah mereka serahkan
kepada Rasulullah, niscaya aku akan memerangi mereka". Maka terjadilah peperangan yang hebat
untuk menumpas orang-orang murtad dan pengikut nabi palsu tersebut. Diantara peperangan itu
yang terkenal adalah peperangan Yamamah. Tentara Islam yang ikut banyak dari para sahabat yang
menghafal Al-Qur'an. Dalam peperangan ini telah gugur 70 orang penghafal Al-Qur'an. Bahkan
sebelumnya telah pula gugur hampir sebanyak itu penghafal Al-Qur'an lainnya.

Oleh karena itu Umar bin Khathab khawatir akan gugurnya para sahabat penghafal Al-Qur'an yang
masih hidup, maka ia datang kepada Abu Bakar memusyawaratkan hal tersebut. Umar berkata
kepada Abu Bakar: "Dalam peperangan Yamamah para sahabat yang hafal Al-Qur'an telah banyak
yang gugur. Saya khawatir akan gugurnya para sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya.
Sehingga banyak ayat-ayat Al-Qur'an itu perlu dikumpulkan". Lalu Abu Bakar menjawab: "Mengapa
aku akan melakukan sesuatu yang tidak diperbuat oleh Rasulullah?". Umar menegaskan: "Demi
Allah! Ini adalah perbuatan yang baik". Dan ia berulang kali memberikan alasan-alasan kebaikannya
tersebut, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima pendapat Umar tersebut.

Kemudian Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit dan berkata kepadanya: "Umar mengajakku
mengumpulkan Al-Qur'an". Lalu diceritakannya segala pembicaraan yang terjadi antara dia dan
Umar. Kemudian Abu Bakar berkata: "Engkau adalah seorang pemuda yang cerdas yang kupercayai
sepenuhnya. Dan engkau adalah seorang penulis wahyu yang selalu disuruh oleh Rasulullah. Oleh
karena itu maka kumpulkanlah ayat-ayat Al-Qur'an itu", Zaid menjawab "Demi Allah! Ini adalah
pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah bukit,
maka hal itu tidaklah lebih berat bagiku daripada mengumpulkan Al-Qur'an yang engkau perintahkan
itu". Dan ia berkata selanjutnya kepada Abu Bakar dan Umar: "Mengapa kalian melakukan sesuatu
yang tidak diperbuat oleh Nabi?" Abu Bakar menjawab: "Demi Allah! Ini adalah perbuatan yang
baik". Ia lalu memberikan alasan-alasan kebiakan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an itu, sehingga
membukakan hati Zaid, kemudian ia mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an dari daun, pelepah kurma,
batu, tanah keras, tulang unta ayau kambing dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur'an.

Dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an itu Zaid bin Tsabit bekerja amat teliti. Sekalipun
beliau hafal Al-Qur'an seluruhnya, tetapi untuk kepentingan pengumpulan Al-Qur'an yang sangat
penting bagi umat Islam itu, masih memandang perlu mencocokkan hafalan atau catatan sahabat-
sahabat yang lain dengan disaksikan oleh dua orang saksi.

Dengan demikian Al-Qur'an seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran
yang diikat dengan benar, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap di tangan Abu
Bakar sampai beliau wafat, kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin Khatab dan tetap di sana
selama pemerintahannya. Setelah beliau wafat, Mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, puteri
Umar, istri Rasulullah sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al-Qur'an di masa Khalifah
Utsman.

Membukukan Al-Qur'an di masa Utsman r.a.
Di masa Khalifah Utsman bin Affan, pemerintahan mereka telah sampai ke Armenia dan Azarbaiyan
di sebelah timur dan Tripoli di sebelah barat. Dengan demikian kelihatanlah bahwa kaum muslimin
di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesir, Syirtia, Irak, Persia dan Afrika. Kemanapun mereka
pergi dan mereka tinggal, Al-Qur'an itu tetap menjadi Imam mereka, diantara mereka banyak yang
menghafal Al-Qur'an itu. Pada mereka terdapat naskah-naskah Al-Qur'an, tetapi naskah-naskah yang
mereka punya itu tidak sama susunan surat-suratnya. Terdapat juga perbedaan tentang bacaan Al-
Qur'an tersebut. Asal mulanya perbedaan tersebut adalah karena Rasulullah sendiripun memberikan
kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab yang berada di masanya untuk membaca dan melafazkan
Al-Qur'an itu menurut dialek mereka masing-masing. Kelonggaran ini diberikan oleh Nabi supaya
mereka menghafal Al-Qur'an. Tetapi kemudian terlihat tanda-tanda bahwa perbedaan tentang
bacaan tersebut bila dibiarkan akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak
diinginkan dalam kalangan kaum Muslimin.

Orang yang pertama memperhatikan hal ini adalah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin
Yaman. Ketika beliau ikut dalam pertempuran menaklukkan Armenia di Azerbaiyan, dalam
perjalanan dia pernah mendengan pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan beberapa ayat Al-
Qur'an, dan pernah mendengan perkataan seorang Muslim kepada temannya: "Bacaan saya lebih
baik dari bacaanmu".

Keadaan ini mengagetkannya, maka pada waktu dia telah kembali ke Madinah, segera ditemuinya
Utsman bin Affan, dan kepada beliau diceritakannya apa yang dilihatnya mengenai pertikaian kaum
Muslimin tentang bacaan Al-Qur'an itu seraya berkata: "Susullah umat Islam itu sebelum mereka
berselisih tentang Al-Kitab, sebagai perselisihan Yahudi dan Nasara(Nasrani)".

Maka Khalifah Utsman bin Affan meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran Al-Qur'an yang
ditulis di masa Khalifah Abu Bakar yang di simpan olehnya untuk disalin. Oleh Utsman dibentuklah
satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tszabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin 'Ash dan
Abdur Rahman bin Harits bin Hisyam.

Tugas panitia ini adalah membukukan Al-Qur'an dengan menyalin dari lembaran-lembaran tersebut
menjadi buku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Utsman menasehatkan agar:
Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al-Qur'an.
Bila ada pertikaian antara mereka tentang bahasa (bacaan), maka haruslah dituliskan menurut dialek
suku Quraisy, sebab Al-Qur'an itu diturunkan menurut dialek mereka.
Maka tugas tersebut dikerjakan oleh para panitia, dan setelah tugas selesai, maka lembaran-
lembaran Al-Qur'an yang dipinjam dari Hafsah itu dikembalikan kepadanya.

Al-Qur'an yang telah dibukukan itu dinamai dengan "Al-Mushhaf", dan oleh panitia ditulis lima buah
Al Mushhaf, Empat buah diantaranya dikirim ke Mekah, Syiria, Basrah dan Kufah, agar di tempat-
tempat tersebut disalin pula dari masing-masing Mushhaf itu, dan satu buah ditinggalkan di
Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan "Mushhaf Al Imam".

Setelah itu Utsman memerintahkan mengumpulkan semua lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-
Qur'an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya. Maka dari Mushhaf yang ditulis di zaman Utsman
itulah kaum Muslimin di seluruh pelosok menyalin Al-Qur'an itu.

Dengan demikian, maka pembukuan Al-Qur'an di masa Utsman memiliki faedah diantaranya:

Menyatukan kaum Muslimin pada satu macam Mushhaf yang seragam ejaan tulisannya.
Menyatukan bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu tidak berlawanan dengan
ejaan Mushhaf-mushhaf Utsman. Sedangkan bacaan-bacaan yang tidak sesuai dengan ejaan
Mushhaf-mushhaf Utsman tidak dibolehkan lagi.
Menyatukan tertib susunan surat-surat, menurut tertib urut seperti pada Mushhaf-mushhaf
sekarang.
Di samping itu Nabi Muhammad s.a.w. sangat menganjurkan agar para sahabat menghafal ayat-ayat
Al-Qur'an. Karena itu banyak sahabat-sahabat yang menghafalnya baik satu surat, ataupun
seluruhnya. Kemudian di zaman tabi'ien, tabi'it, tabi'ien dan selanjutnya usaha-usaha menghafal Al-
Qur'an ini dianjurkan dan diberi dorongan oleh para Khalifah sendiri.

Pada zaman sekarang di Mesir, di sekolah-sekolah Awaliyah diwajibkan untuk menghafal Al-Qur'an
bila mereka ingin menamatkan pelajaran sekolah awaliyah dan hendak meneruskan pelajarannya ke
sekolah-sekolah mualimin, begitu juga di pesantren-pesantren di Indonesia, sehingga Al-Qur'an
dapat dihafal oleh jutaan umat Islam di seluruh dunia. Dengan demikian terbuiktilah firman Allah:

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami tetap
memeliharanya"
( Surat (15) Al Hijr Ayat 9 )


Mengapa Alquran dibukukan kalau penghafal para wahyu dapat
diandalkan dari zaman Nabi bahkan hingga sekarang?
2 tahun lalu
Lapor Penyalahgunaan
Tari Putri
Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Penanya
1. Karena AlQur'an mesti di sebar luaskan kepada bangsa lain yang non arab, pada saat itu ayat-ayat
masih dalam hafalan para sahabat dan dalam dokumen-dokumen yang belum rapi. Setelah perang
yamamah, banyak sahabat yang gugur dan sebagian besar penghafal Qur'an, maka Khalifah Abu
bakar membentuk kepanitiaan yang dipimpin Zaid Ibn Tsabit dan beberapa sahabat besar lainnya,
namanya ada dalam hadits semua.

2. Yang jelas ketuanya adalah Zaid bin tsabit yang memang sejak lama menjadi juru tulis bahkan
sejak nabi masih hidup. Susunan kepanitiannya ada beberapa versi namun semuanya sepakat
ketuanya adalah Zaid bin Tsabit, anggotanya dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan penulisan di
lakukan dalam Khot ( gaya tulisan ) Kufi, yang berangsur kemudian disempurnakan dengan tanda
baca untuk memudahkan bangsa lain membaca.

3. Perdebatan terjadi apabila seseorang yang mengaku mendengar dan menghafalkan ayat tertentu
tidak dapat membawakan saksi. Hal ini dapat diselesaikan dengan mengklarifikasikan bacaan dengan
orang lain yang menghafal ayat yang sama. Perlu diingat seluruh panitia ini adalah Hufadz (
Penghafal ) dan hidup semasa Nabi masih ada. Ada pula perdebatan tentang dialek bahasa arabnya,
namun jumhur sahabat menyepakati bahwa AlQur'an turun dalam dialek ( logat ) Quraisy sebagai
logat Rasullullaah.SAW. Segala sesuatu diselesaikan dengan musyawarah. Mushaf pertama yang
lengkap ada di masa khalifah Utsman, maka disebut Mushaf Utsmani. Salah satu yang asli ( dari 6 )
ada di musium Tasykent, maka Qur'an yang sekarang beredar bisa di cocokkan dengan yang original.

4. Tidak ada perbedaan... jika ada tentu saat ini bermunculan versi-versi AlQur'an... padahal
membaca Qur'an 30 juz lengkap selama bulan ramadhan sudah merupakan acara rutin di masjidil
haram seperti yang biasa kita lihat pada siaran langsung di TV kalau pas ramadhan.

Wallaahua'laam....
2 tahun lalu
Lapor Penyalahgunaan
4 orang menilai ini bagus
Penilaian Penanya:

Komentar Penanya:
Good answer.
Bukan jawaban yang benar? Coba Yahoo! Search
Cari di Yahoo! untuk
bagaimana cara para sahat nabi menghaf al al-qur'an padahal belum di bukukan

Jawaban Lain (13)
zain
"Mengapa Alquran dibukukan..."

karena Al Quran memang diperintahkan untuk dibaca... sehingga pemaknaannya memang
perlu dibukukan agar mudah dibaca... sehingga para sahabat mengumpulkan untuk
dibukukan... hmm.. keliatan kan.. bahwa Al Quran bukanlah buku karangan Muhammad
saw.. :)

"kalau penghafal para wahyu dapat diandalkan dari zaman Nabi bahkan hingga sekarang?"

umat manusia tidaklah ada yang berumur panjang juga ada yang tidak kuat hafalannya...
maka untuk mempermudah kajian/bacaan kandungan asli perlu disebarkan ke setiap
generasi dan seluruh umat manusia

1. Karena AlQur'an mesti di sebar luaskan kepada bangsa lain yang non arab, pada saat itu
ayat-ayat masih dalam hafalan para sahabat dan dalam dokumen-dokumen yang belum rapi.
Setelah perang yamamah, banyak sahabat yang gugur dan sebagian besar penghafal Qur'an,
maka Khalifah Abu bakar membentuk kepanitiaan yang dipimpin Zaid Ibn Tsabit dan
beberapa sahabat besar lainnya, namanya ada dalam hadits semua.

itu tambahannya... mudah2an dapat menjawab pertanyaan anda..

demikian.

wallahu'alam
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 3 orang menilai ini bagus
Gratchen
Alqur'an diturunkan untuk semua umat manusia, tanpa kecuali.
Umat Islam, mengakui Injil, Taurat, dan Zabur namun kitab2 itu belumlah sempurna.
Alqr'an adalah kitab yang menyempernakan semua kitab suci yang diturunkan sebelumnya,
namun entah mengapa tidak semua umat mengakui, termasuk kamu ?
Alqur'an berbahasa Arab, harus disebarkan dan disyiarkan ke penjuru dunia. Sejak sebelum
dibukukan, semua yang hidup saat itu tahu, bahwa jumlah ayat Alqur'an adalah 6666 ayat,
dan tidak ada yang diubah satupun dari ayat2 tersebut saat dibukukan.

@Salju : Alqur'an memuat keterangan semua kejadian hingga akhir masa dan mengenai
surga neraka. coba deh, secara netral kamu cuci otak dulu dan bandingkan dengan injil
punyamu, jauuuuuuhhhhhh kualitasnya. Paling reaksimu seperti Dr. William Campbel yang
debat dengan Dr. Dzakirnaek disaksikan Bush, mengenai perbandingan ayat2 injil dan
Qur'an, gak berkutik banyak saat ayat2 injil justru dipatahkan dan banyak yang telah
disempurnakan oleh ayat2 Qur'an.
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 1 orang menilai ini bagus
iyo
kalo melihat sejarah, mereka membukukan karena "alasan": supaya tidak hilang.

tapi secara aye suka mencari tahu, aye bingung.
kalo dibukukan, teus hafalan apakah terjamin 100%?
bagaimana juga yg terdapat dari tulisan pada beberapa barang, seperti tulang, batu, kulit,
dll.
mengapa penghafal tidak menuliskan di suatu kertas?
adalh mustahil tidak mengenal kertas. (di sumber, mengatakan belum mengenal kertas),
sebab, andaikata sudah 600 tahun masehi, kertas itu sudah digunakan, apalagi sebagai
perkamen dan dokumen.
kemudian, kenapa sumber2 tertulis, misal batu, kulit, tulang, dll tidak disertakan ataupun
dijaga?
bukankah bukti historis dan original?
bahkan hingga sekarang, yg dikatakan paling sempurna, dan asli (buat umatnya yg
mengakui), bukankah merupakan "tulisan ulang" dan "sudah mengalami perubahan"?

kembali ke pernyataan, kenapa dibukukan, SUPAYA menjadi bukti SUDAH dirubah karena
tiada keaslian lagi, dan merupakan BUKTI SUDAH TIDAK ASLI lagi
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
Sruput Samsoe
Emangnya penghafal hidup selamanya? Lalu apa nyawa mereka aman karena di incar kafir
untuk dibasmi? Yang udah berbentuk buku saja dibakar, apalagi....
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 2 orang menilai ini bagus
AmeXelf
Assalamualaikum...
sebelumnya saya beristighfar memohon ampun kepada Allah atas kata2 saya yang salah dan
selanjutnya semoga jawaban sy bermanfaat.
Begini y dulu Zaman Sahabat Rasulullah yaitu Zaman Sahabat Abu Bakar AshShidiq Ra.
terjadi peperangan yang besar (sy lupa namany) yang dari golongan umat muslim waktu itu
banyak yang meninggal dan sebagian dari para Hafidz (penghafal Al-Qur'an). melihat
kenyataan tersebut maka Sahabat Umar Bin Khottob mengusulkan agar AlQur'an dibukukan,
karena takut para Hafidz tidak ada lagi.
begitulah mas/ mbak, melihat kenyataan saja bukankah zaman semakin kesini generasi
penerusnya makin urakan (sebagian) dan walaupun AlQuran sudah di bukukan tetapi masih
da yang ndak pernah buka kan?! gimana klo msti dihafalkan?? sekarang ay tanya anda sudah
hafal berapa Juz???
begitulah jawaban sy, semoga bermanfaat..
wassalamualikum.......
materi referensi:
Kitab Khozinatul Asror dan yang saya pelajari saat sekolah.
terus belajar ych,
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 3 orang menilai ini bagus
?
Alquran di tulis agar dibaca oleh generasi baru,
isi alquran dari dulu sama..!!
Beda dengan alkitab tetangga yang beberapakali di perbaharui sehingga yang lama sama
yang baru beda, mungkin habis pemilu nanti keluar lagi perjanjian milenium
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 1 orang menilai ini bagus
Xie Guan
Nak yang sudah hafal nggak perlu buku, yang belum tau apalagi hafal mari sini kita kasih
buku biar tau.

Dah sana duduk manis dan jangan pipis dicelana yaaaaaaaa
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 4 orang menilai ini bagus
nomaden
alasan adax pengumpulan ayat2 yg berasal dari Allah SWT melakui Nabi Muhammad SAW
krn banyakx para sahabat hafidz Al-Qur'an yg mati jihad d medan pertempuran.tentux jg
sahabt yg hafidz tdk akan hidup slamax bkn...
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 2 orang menilai ini bagus
merdeka
yang namanya manusia kan ada salah dan lupanya bro....penghafal wahyu memang benar
cukup bisa diandalkan, tapi mereka juga sadar kalau mereka hanya manusia biasa, maka dari
itu dibukukanlah Alquran, supaya bisa dibaca oleh genersi setelah mereka, hingga sekarang.
materi referensi:
belajar
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 1 orang menilai ini bagus
Nomnomno...
kan untuk dibaca,emgnya ga ada manusia yg dilahirkan
o 2 tahun lalu
o Lapor Penyalahgunaan
o 2 orang menilai ini bagus
?
HE HE HE BENAR JUGA, KAN HARUS DIWARTAKAN KEPADA ORANG-ORANG NON ARAB
TERMASUK UMAT ISLMA INDONESIA:
Karena AlQur'an mesti di sebar luaskan kepada bangsa lain yang non arab, pada saat itu
ayat-ayat masih dalam hafalan para sahabat dan dalam dokumen-dokumen yang belum rapi.
Setelah perang yamamah, banyak sahabat yang gugur dan sebagian besar penghafal Qur'an,
maka Khalifah Abu bakar membentuk kepanitiaan yang dipimpin Zaid Ibn Tsabit dan
beberapa sahabat besar lainnya, namanya ada dalam hadits semua
12345678910111213141516171819202122232425262728

You might also like